brantas1

45
OUTLINE : LAPORAN AKHIR / SKRIPSI / THESIS Program: alih jenjang, diploma4, diploma3, S1 A HALAMAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Agus Sugeng Fitrianto 0806369133 Kelompok 2

Transcript of brantas1

Page 1: brantas1

OUTLINE : LAPORAN AKHIR / SKRIPSI / THESISProgram: alih jenjang, diploma4, diploma3, S1

A HALAMAN JUDUL

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSIDEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Agus Sugeng Fitrianto

0806369133

Kelompok 2

Tugas ke-IJadwal Penyerahan Tugas: 10-02-2011

Page 2: brantas1

B LEMBAR PENGESAHAN

C RINGKASAN

D BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sungai Brantas merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Jawa setelah Sungai Bengawan Solo, panjangnya sekitar 320 km, luas daerah pengaliran sungainya ± 12.000 km2

(25% wilayah Jawa Timur), mata airnya berasal dari bagian barat daya kaki Pegunungan Arjuno. Anak sungai utama adalah Kali Lesti, Kali Ngrowo, Kali Konto dan Kali Widas masing-masing mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 625 Km2, 1600 Km2, 687 Km2, dan 1538 km2. Kondisi klimatologi didominasi oleh iklim tropis dengan rata-rata hujan tahunan 2000 mm, diantaranya 80% jatuh pada musim hujan.

Jumlah penduduk di wilayah tersebut mencapai 14 juta jiwa atau 40 persen di antara total penduduk Jawa Timur. Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Perkembangan usaha-industri dan pertumbuhan penduduk di Jawa Timur selama ini berdampak positif terhadap perekonomian, namun juga menimbulkan beragam masalah sumberdaya air Sungai Brantas, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Saat ini Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang tercemar di Indonesia, permasalahan yang dihadapi Sungai Brantas yaitu: (1) jumlah air berkurang, karena meningkatnya konsumsi air baku terutama oleh penduduk dan industri; (2) mutu air sungai semakin menurun, diakibatkan oleh hampir semua limbah domestik, pertanian dan industri dibuang ke sungai tanpa melalui pe-ngolahan terlebih dahulu atau pengolahan yang kurang memadai. Tingkat pencemaran sungai ini telah melewati ambang batas dan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan serta kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai. Bahan pencemar berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, limbah taman rekreasi, limbah pasar, limbah hotel, limbah rumah sakit, dan limbah industri. Air yang mengenai sampah akan mengandung besi, sulfat, dan bahan organik yang tinggi ditambah kondisi BOD (bio chemical oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) yang melebihi standar air permukaan

Pembuangan sampah di sepanjang sempadan maupun langsung ke aliran Sungai Brantas bisa merugikan penduduk sekitar dan di kawasan yang lebih rendah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau busuk karena fermentasi, menjadi sarang serangga dan tikus, serta bisa menimbulkan kebakaran karena adanya gas metana di tumpukan sampah.

Kondisi makin memprihatinkan karena bantaran DAS Brantas di Jawa Timur mengalami perubahan fungsi. Meski kawasan bantaran sungai telah ditetapkan sebagai kawasan hijau, sebagian besar bataran sungai beralih fungsi, tidak sesuai peruntukannya.

Kondisi Sungai Brantas yang memprihatinkan ini sudah seharusnya menjadi perhatian masyarakat dari segala lapisan. Konservasi Sungai Brantas tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Begitu juga berbagai program konservasi yang telah dilaksanakan pemerintah belum memberi hasil memuaskan karena hanya berakhir pada konsep semata.

Jika ditinjau dari aspek kebijakan pun, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah lalai dari kewajibannya mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran di Sungai Brantas, minimal dengan melihat data dan fakta tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah lalai dari kewajibannya untuk melindungi kawasan bantaran sebagai kawasan lindung, sehingga mengakibatkan berdirinya bangunan-bangunan industri, gudang, dan permukiman yang meningkatkan beban pencemaran. Tidak adanya kebijakan yang tegas tentang bangunan di bantaran sungai mengakibatkan semakin menjamurnya permukiman warga di sepanjang bantaran.

Page 3: brantas1

Pelibatan masyarakat mungkin bisa dilakukan dengan pengembangan kampung-kampung atau desa-desa ramah Sungai Brantas yang memiliki kepedulian untuk menjaga kualitas air Sungai Brantas. Komunitas dalam kampung atau desa ini harus berperan aktif mengurangi tingkat pencemaran domestik sekaligus mengontrol buangan limbah industri.

1.2. Tujuan Penelitian

1.3. Perumusan Masalah / Hipotesis

E BAB II. METODOLOGI PENELITIAN2.1. Waktu dan Tempat Penelitian2.2. Bahan dan Peralatan 2.3. Metodologi penelitian2.4. Prosedur kerja2.5. Pengamatan

F LAMPIRAN

INFORMASI UMUMProvinsi Jawa Timur Beribukota di Surabaya, provinsi ini memiliki wilayah terluas diantara 6 Provinsi lain di Pulau Jawa dengan luas wilayah 47.157,72 km². Provinsi ini memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Jawa Barat yaitu sebanyak 37.070.731 jiwa (2005). Secara geografis, Provinsi Jawa Timur terletak antara 111,0' BT hingga 114,4' BT dan 7,12" LS hingga 8,48 'LS. Jawa Timur mempunyai 229 pulau, terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tak bernama, dengan garis pantai sepanjang 2.833,85 Km. Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Laut Jawa dan Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan SelatanSebelah Selatan dengan Samudera IndonesiaSebelah Barat dengan Provinsi Jawa TengahSebelah Timur dengan Selat Bali/Provinsi BaliTerdapat 29 Kabupaten dan 9 Kota di Provinsi Jawa Timur, yaitu:

Kabupaten BangkalanKabupaten BanyuwangiKabupaten BlitarKabupaten BojonegoroKabupaten BondowosoKabupaten GresikKabupaten JemberKabupaten JombangKabupaten KediriKabupaten LamonganKabupaten LumajangKabupaten MadiunKabupaten Magetan

Kabupaten MalangKabupaten MojokertoKabupaten NganjukKabupaten NgawiKabupaten PacitanKabupaten PamekasanKabupaten PasuruanKabupaten PonorogoKabupaten ProbolinggoKabupaten SampangKabupaten SidoarjoKabupaten SitubondoKabupaten Sumenep

Kabupaten TrenggalekKabupaten TubanKabupaten TulungagungKota BatuKota BlitarKota KediriKota MadiunKota MalangKota MojokertoKota PasuruanKota ProbolinggoKota Surabaya

STRUKTUR ORGANISASI BALAIBalai Besar Wilayah Sungai Brantas termasuk balai besar wilayah sungai type A yang terdiri dari :Bagian Tata Usaha

Page 4: brantas1

Bidang Program dan EvaluasiBidang Pelaksanaan Jaringan Sumber AirBidang Pelaksanaan Pemanfaatan AirBidang Operasi dan Pemeliharaan SDASedang dalam pelaksanaan anggaran kegiatan terdiri dari 2 (dua) Satker yaitu Satker Balai dan Satker Pelaksana Pengelolaan SDA :Satker Balai Besar Wilayah Sungai BrantasTerdiri dari 2 Pejabat Pembuat Komitmen :PPK KetatalaksanaanPPK Perencanaan dan ProgramPPK Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air SNVT Pelaksana Pengelolaan SDA Balai Besar Wilayah Terdiri dari 13 Pejabat Pembuat Komitmen :PPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai IPPK Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai IIPPK Pengendalian Lahar Gunung KeludPPK Pengendalian Lahar Gunung SemeruPPK Waduk BajulmatiPPK Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya AirPPK NipahPPK Pengembangan Air Baku IPPK Pengembangan Air Baku IIPPK IrigasiPPK Pemanfaatan Air TanahPPK Pemanfaatan Peralatan

Page 5: brantas1
Page 6: brantas1

TUGAS DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSIDASAR HUKUMPeraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/PRT/M/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah Sungai di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. KEDUDUKANBalai Besar Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya AirBalai Besar Wilayah Sungai dipimpin oleh seorang Kepala TUGASBalai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya air, pengembangan Sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai FUNGSIDalam melaksanakan tugas, Balai Besar Wilayah Sungai menyelenggarakan fungsi :Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai;Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai;Penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai;Operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungai;Pengelolaan sistem hidrologi;Penyelenggaraan data dan informasi sumber daya air;Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai; Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;Pelaksanaan ketatausahaan Balai Besar Wilayah Sungai.   TIPOLOGI  Balai Besar Wilayah Sungai Brantas masuk dalam Tipe Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A.   SUSUNAN ORGANISASI Tipe Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A, memiliki Susunan  Organisasi terdiri dari : Bagian Tata Usaha; Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua unsur di lingkungan Balai Besar Wilayah Sungai.  Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :

Page 7: brantas1

pelaksanaan administrasi kepegawaian, keuangan, penyelenggaraan rumah tangga, perlengkapan dan Barang MiIik/Kekayaan Negara;pelaksanaan penyusunan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kepegawaian dan administrasi serta pengelolaan organisasi dan tatalaksana; .pelaksanaan penyiapan penyusunan rencana pengelolaan anggaran dan administrasi keuangan;pelaksanaan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Ba1ai Besar Wilayah Sungai; .penyusunan laporan berkala Balai Besar Wilayah Sungai. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : Subbagian Kepegawaian;Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan administrasi penyusunan perencanaan, pengembangan, evaluasi kepegawaian dan pengelolaan organisasi tatalaksana. Subbagian Keuangan;Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi keuangan. Subbagian Administrasi Umum.Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta  inventarisasi Barang Milik/Kekayaan Negara.   Bidang Program dan Evaluasi; Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air, evaluasi kelayakan, penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;b. pelaksanaan evaluasi kelayakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai; c. penyusunan program kegiatan dan anggaran;d. pelaksanaan evaluasi kinerja, manfaat dan dampak kegiatan pengelolaan sumber daya air. Bidang Program dan Evaluasi terdiri dari : Seksi Program; Seksi Program mempunyai tugas melakukan penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air serta program kegiatan dan anggaran. Seksi Evaluasi.Seksi Evaluasi mempunyai tugas melakukan evaluasi kelayakan kinerja., manfaat dan dampak pengelolaan sumber daya air.   Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air;

Page 8: brantas1

Bidang Pelaksanaan Jaringan Surnber Air rnempunyai tugas melaksanakan konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, penyusunan rencana persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan sumber air.     Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air menyelenggarakan fungsi : pelaksanaan perencanaan teknis sungai, pantai, danau dan waduk dalam rangka konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air;     .pelaksanaan konstruksi sungai, pantai, danau dan waduk;penyusunan rencana persiapan operasi dan pemeliharaan sungai, pantri, danau dan waduk Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air terdiri dari : Seksi Pelaksanaan Sungai dan Pantai; Seksi Pelaksanaan Sungai dan Pantai mempunyai tugas me1akukan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, konservasi sumber daya air dan pengendalian daya rusak air serta persiapan operasi dan pemeliharaan di bidang sungai dan pantai. Seksi Pelaksanaan Danau dan Waduk.Seksi Pelaksanaan Danau dan Waduk mempunyai tugas melakukan perencanaan, pelaksanaan konstruksi konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air serta persiapan operasi dan pemeliharaan di bidang danau dan waduk.        Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air; Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air mempunyai tugas melaksanakan pendayagunaan sumber daya air, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, penyusunan rencana persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan pemanfaatan air. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air menyelenggarakan fungsi : pelaksanaan perencanaan teknis irigasi dan air baku dalam rangka pendayagunaan sumber daya air; pelaksanaan konstruksi irigasi dan air baku; penyusunan rencana persiapan operasi dan pemeliharaan irigasi dan air baku. Bidang Pelaksanaaa Jaringan Pemanfaatan Air terdiri dari : Seksi Pelaksanaan Irigasi; Seksi Pelaksanaan Irigasi rnempunyai tugas rnelakukan perencanaan, pelaksanaan konstruksi serta rencana persiapan operasi dan pemeliharaan konstruksi irigasi. Seksi Pelaksanaan Air Baku.Seksi Pelaksanaan Air Baku mempunyai tugas melakukan perencanaan, pelaksanaan konstruksi serta rencana persiapan operasi dan pemeliharaan konstruksl air baku.   

Page 9: brantas1

Bidang Operasi dan Pemeliharaan; Bidang Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas melaksanakan operasi dan pemeliharaan, penyediaan data dan informasi sumber daya air serta koordinasi pengelolaan sumber daya air.      Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dirnaksud diatas, Bidang Operasi dan Pemeliharaan menyelenggarakan fungsi : pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai, danau, waduk serta sarana dan prasarananya termasuk bendungan, irigasi, air baku dan pantai;pemantauan dan pengevaluasian kelayakan operasi pada sarana dan prasarana sungai, danau, waduk, bendungan., irigasi, air baku, rawa dan pantai;penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai;penyelenggaraan sistem hidrologi dan informasi sumber daya air;fasilitasi kegiatan Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai;pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Bidang Operasi dan Pemeliharaan terdiri dari : Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air; Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air mempunyai tugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengevaluasian operasi dan pemeliharaan serta pemberdayaan masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Seksi Data dan Informasi Sumber Daya Air.Seksi Data dan Informasi Sumber Daya Air mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem hidrologi, data dan informasi sumber daya air, penyiapan rekomendasi teknis dan pemberian izin serta menyiapkan bahan fasilitasi Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.                Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatansesuai dengan jabatan fimgsionaI masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejmlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai Kelompok Jabatan Fungsional sesuai dengan biadang keahliannya.Masing-masing Kelompok labatan Fungsional sebagaimana dimaksud diatas  melaksanakan kegiatan sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai.Jumlah tenaga fungsionaI sebagaimana dimaksud diatas ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud diatas diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. TATA KERJADalam melaksanakan tugas sehari-hari Balai Besar Wilayah Sungai wajib melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan Eselon II terkait.

Page 10: brantas1

Dalam rnelaksanakan tugas setiap pirnpinan satuan orgarrisasi dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkroniasi baik di lingkungan masing-masing. maupun antar unit kerja, dan instansi lain terkait sesuai dengan tugas masing-masing.Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi  pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas bawahan.Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti, mematuhi pentunjuk dan bertanggtmg jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktumya.Setiap Pejabat Fungsional bertanggungjawab didalam melaksanakan tugas sesuai dengan substansi kegiatannya serta wajib mengikuti, mematuhi peratnran yang beraku dan wajib menyampaikan laporan kepada pimpinan Balai mengenai kegiatan yang telah dilakukan / dikerjakan.Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolahdan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut.Kepala Bagian Tata Usaha wajib menyusun laporan berkala Balai.Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan wajib mengadakan rapat berkala.  ESELONISASIKepala Balai Besar Wilayah Sungai adalah jabatan eselon II.b.Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan eselon III.b.Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan eselon IV.a.

VISI

Terpenuhinya Layanan Sarana Prasarana SDA di WS Brantas guna Terwujudnya Kemanfaatan Sumber Daya Air bagi kesejahteraan Masyarakat

MISI

1. Meningkatkan Operasi dan Pemeliharaan Sarana Prasarana SDA Guna Mengoptimalkan Manfaat dengan melestarikan Sumber Air dan Sarana Prasarana SDA

2. Meningkatkan keamanan dan Kenyamanan Masyarakat dan Sarana Prasarana SDA dari ancaman Daya Rusak Air

3. Mengembangkan dan mendayagunakan Potensi SDA agar Berhasil Guna dan Berdaya Guna4. Meningkatkan Keterpaduan dan Keterbukaan Sistem Informasi SDA yang Efektif5. Mengembangkan dan Memberdayakan Peran Serta Pemangku Kepentingan Dalam Meningkatkan

Kualitas dan Kuantitas SDA6. Mengembangkan Sarana dan Prasarana SDA guna Terpenuhinya Kesejahteraan Masyarakat dengan

Prinsip Pembangunan yang Berkelanjutan

Page 11: brantas1
Page 12: brantas1

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN

No. Daerah Irigasi Luas (Ha)

1 Kewenangan Pusat 221.150

2 Kewenangan Provinsi 118,179

3 Kewenangan Kab./Kota 354,275

TOTAL 693,604

DAERAH IRIGASI KEWENANGAN PUSAT

No. Lokasi Kab./Kota Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)

A. Utuh Kabupaten   98.81

1 Kab. Situbondo DI. Banyuputih 3.58

DI. Sampean 10.36

2 Kab. Banyuwangi

DI. Setail Teknik 5.79

DI. Porolinggo 3.52

DI. Baru 15.91

DI. K (Setail) 6.42

3 Kab. Jember

DI. Talang 8.84

DI. Bedadung 13.25

DI. Pondok Waluh 7.61

DI. Kencong Barat -

4 Kab. Probolinggo DI. Pekalen 6.49

DI. Pekalen 2/Andung Baru -

5 Kab. Lumajang DI. Jatiroto 4.34

6 Kab. Malang DI. Is Molek 3.97

7 Kab. Nganjuk DI. Waduk Bening 8.75

B. Lintas Kabupaten/Kota   122.34

1 Kab. Mojokerto - Kab. Jombang DI. Menturus 3.63

Page 13: brantas1

2 Kab. Mojokerto - Kota Mojokerto DI. Padi Pomahan 4.31

3 Kab. Sidoarjo - Kab. Mojokerto DI. Delta Brantas 24.06

4 Kab. Bondowoso - Kab. Situbondo DI. Sampean Baru 8.15

5 Kab. Lumajang - Kab. Jember DI. Bondoyudo 11.78

6 Kab. Malang - Kota Malang DI. Is Kedung Kandang 5.18

7 Kab. Blitar - Kab. Tulungagung DI. Lodoyo 12.22

8 Kab. Kediri - Kab. Nganjuk DI. Mrican Kiri / W-K 12.44

9 Kab. Kediri - Kab. Jombang DI. Siman 23.56

DI. Mrican Kanan 17

TOTAL 221.15

GNKPA

Tentang GNKPA

   Undang-Undang No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air mengamanatkan, konservasi sumber daya air harus melibatkan masyarakat semaksimal mungkin. Untuk mengimplementasikan peraturan itu, dibentuklah sebuah gerakan bersama yang bernama Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamat Air (GNKPA). Gerakan tersebut secara resmi terbentuk pada tanggal 28 April 2005 saat Presiden SBY mentandatangani naskah deklarasinya. Selanjutnya deklarasi itu ditindaklanjuti Kementerian Pekerjaan Umum dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 377/PRT/M/2005 tanggal 24 Agustus 2005 tentang “Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pelaksanaan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) dan selayang pandang GNKPA”. Agar gerakan tersebut maksimal, Menteri Pekerjaan Umum menjalin kesepakatan bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Pertanian tertanggal 9 Mei 2007. Isi kesepakatan tersebut tentang “Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis untuk Konservasi Sumber Daya Lahan dan Air” di mana disepakati bahwa daerah kritis di DAS Brantas adalah Sub Das Konto Hulu, Brantas Hulu, Lekso Hulu dan Ngasinan. Adapun rincian beberapa lokasi DAS Brantas yang menjadi target pelaksanaan antara lain:

    Kegiatan dalam gerakan nasional kemitraan penyelamatan air yang dilakukan mencakup enam komponen, diantaranya, pertama, penataan ruang, pembangunan fisik, pertanahan dan kependudukan yang harmonis sehingga menunjang terjadinya peresapan air hujan ke dalam tanah secara memadai. Kedua, rehabilitasi

Page 14: brantas1

hutan dan lahan serta konservasi sumber daya air yang lengkap dengan lembaga penanggungjawab, jadwal pelaksanaan dan lokasi pelaksanaannya. Ketiga, pengendalian daya rusak. Keempat, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, kelima tentang penghematan penggunaan dan pengelolaan permintaan air, dan keenam tentang pendayagunaan sumberdaya air secara adil, efisien dan berkelanjutan.

 Pelaksanaan GNKPA di Wilayah BBWS Brantas

1. Pelaksanaan GNKPA di Kabupaten Malang GNKPA di Kabupaten Malang telah dilaksanakan mulai tahun 2005 di Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang (DAS Konto Hulu). Di desa ini telah terbentuk Tim GNKPA kabupaten dan juga tim Pokja GNKPA tingkat kecamatan pada tahun 2008. Ketua Tim GNKPA kabupaten diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten Malang dengan anggota dinas terkait, perusahaan di lingkungan Kabupaten Malang, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kegiatan-kegiatan GNKPA yang telah dan akan sedang dilaksanakan di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:

 

2.  Kegiatan GNKPA di Kota Batu. Kegiatan GNKPA di Kota Batu (DAS Konto Hulu) dimulai pada tahun 2007 dengan dibentuknya Tim GNKPA Kota Batu dan Tim Pokja Kecamatan Bumiaji dan Junrejo. Untuk Kecamatan Bumiaji, GNKPA dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Bumiaji dan Sumber Brantas sedangkan Kecamatan Junrejo ada di Desa Tlekung. Tim GNKPA Kota Batu diketuai oleh Kepala Bappeko dengan anggotanya terdiri dari dinas terkait, perusahaan dilingkungan Kota Batu, anggota masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Implementasi pelaksanaan GNKPA di Kota Batu selama kurun waktu hampir empat tahun (2007 – 2010) adalah sebagai berikut:

 

3.   Pelaksanaan GNKPA di Kabupaten Blitar. Pelaksanaan GNKPA di Kabupaten Blitar meliputi DAS Lekso Hulu yaitu di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari. Tim GNKPA Kabupaten Blitar telah terbentuk pada tahun 2009 yang ketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten Blitar dan dengan anggota instansi terkait, masyarakat dan LSM. Namun tindak lanjut dari pembentukan tim GNKPA belum ada seperti pembentukan Tim Pokja GN-KPA tingkat kecamatan. Untuk tahun 2010, kegiatan GNKPA difokuskan pada pembentukan tim Pokja kecamatan dan pembuatan Matriks kegiatan GNKPA.

Page 15: brantas1

Rincian kegiatan GNKPA Kabupaten Blitar sebagai berikut:

 

4.  Pelaksanaan GNKPA di Kabupaten Trenggalek. Kegiatan GNKPA di Kabupaten Trenggalek (DAS Ngasinan) dimulai pada tahun 2009 dan telah terbentuk Tim GNKPA tingkat kabupaten. Pada tahun 2010 ini akan dilaksanakan pembentukan Tim Pokja GNKPA tingkat kecamatan sehingga implementasi dari program GNKPA dapat segera direalisasikan. Tim Pokja GNKPA tingkat kecamatan akan dibentuk di Kecamatan Bendungan.

Kualitas Air

Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas Secara Berkala     Pemantauan kualitas air di sepanjang Sungai Brantas dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas) secara berkala setiap satu bulan sekali. Ada tiga kegiatan dalam pemantauan kualitas air tersebut yakni pengambilan contoh air sungai (sampling), pengujian parameter air Sungai Brantas di Laboratorium kualitas air BBWS Brantas, dan terakhir melakukan patrol air gabungan di Sungai Brantas. Beberapa lokasi yang menjadi titik pemantauan kualitas air BBWS Brantas sebagai berikut :  Beberapa lokasi yang menjadi titik pemantauan kualitas air BBWS Brantas sebagai berikut : A. Sungai Brantas Bagian Hulu 1. Sumber Brantas (Arberetum – Kota Batu) 2. Jembatan Brantas (Kota Batu) 3. Jembatan Pendem (Kota Malang)  B. Sungai Brantas Bagian Tengah 1. Jembatan Sengguruh (Kabupaten Malang)2. Jembatan Brawijaya (Kabupaten Malang) 3. Jembatan Trisula (Kabupaten Blitar) 4. Tambangan Maesan (Kabupaten Kediri) 5. Jembatan Jong Biru (Kota Kediri) 6. Jembatan Jombang-Kertosono 7. Tambangan Ngrombot (Kabupaten Nganjuk) C. Sungai Brantas Bagian Hilir 1. Jembatan Ploso (Kabupaten Jombang) 2. Tambangan depan Pabrik Cheil Jedang (Kab. Jombang)

Page 16: brantas1

3. Tambangan Betro Kesamben (Kab. Jombang) 4. Jembatan Les Padangan (Kota Mojokerto) 5. Jembatan Tol (Kota Mojokerto) D. Sungai Brantas Bagian Hilir (Kali Surabaya) 1. Jembatan perumahan Jetis (Kab. Mojokerto) 2. Jembatan Legundi Krian (Kab. Sidoarjo) 3. Jembatan Karangpilang (Kabupaten Sidoarjo) 4. Jembatan Joyoboyo (Surabaya) E. Sungai Brantas Bagian Hilir (Kali Mas Surabaya) 1. Jembatan Buntung Paketingan (Surabaya)2. Jembatan Bungkuk Jl. Ngagel (Surabaya) 3. Jembatan Jl. Yos Sudarso (Surabaya) 4. Jembatan Petekan (Surabaya) F. Sungai Brantas Bagian Hilir (Kali Wonokromo) 1. Jembatan MERR Kedung Baruk (Surabaya)2. Tambangan Wonorejo (Surabaya) G. Sungai Brantas Bagian Hilir (Kali Porong) 1. Jembatan Porong (Sidoarjo) 2. Tambangan Tlocor (Sidoarjo) H. Anak Sungai Brantas Tengah 1. Kali Ngrowo (Jembatan Karangrejo Kab. Tulungagung)I. Anak Sungai Brantas Hilir 1. Kali Widas (Jembatan Mbegedheng Kab. Nganjuk)2. Kali Beng (Munung – Kab. Nganjuk) 3. Kali Tengah (Bambe – Kab. Gresik) 4. Kali Kwangen (Jetis – Kab. Mojokerto) 5. Kali Marmoyo (Jetis – Kab. Mojokerto) 6. Kali Brangkal (Pulorejo – Kota Mojokerto) 7. Kali Sadar (Pungging – Kab. Mojokerto)8. Kali Kambeng (Mojosari – Kab. Mojokerto)

Page 17: brantas1

 Adapun hasil uji laboratorium terhadap sample air yang diambil dalam kurun waktu tahun 2009 dan 2010 adalah sebagai berikut:

Page 18: brantas1

 

Page 19: brantas1

Untuk melihat dengan detail hasil pemantauan kualitas air BBWS Brantas dapat di download di sini. Berdasarkan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2008, parameter mutu air berdasarkan kelas yakni:

1. Kualitas air akan masuk kelas I bila kadar oksigen terlarut (DO) >6, kadar BOD 2 dan COD10 2. 2. Kualitas air akan masuk kelas II bila kadar oksigen terlarut (DO) >4, kadar BOD 3 dan COD 25 3. Kualitas air akan masuk kelas III bila kadar oksigen terlarut (DO) >3, kadar BOD 6 dan COD 50 4. Kualitas air akan masuk kelas IV bila kadar oksigen terlarut (DO) 0, kadar BOD 12 dan COD 100

Kondisi HidrologisSekilas Tentang Unit Hidrologi BBWS Brantas     Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah salah satu institusi pengelo¬la sumber daya air wilayah sungai strategis nasional yang berkedudukan di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Tugas pokok utamanya adalah merencanakan, melaksana¬kan, memantau, dan men¬gevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air, sebagaimana tercantum dalam Permen PU Nomor : 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga. Sedangkan fungsi dari BBWS Brantas adalah : Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungaiPengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungaiPenyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai Operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungaiPengelolaan sistem hidrologi

Page 20: brantas1

Penyelenggaraan data dan informasi sumber daya airFasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) pada wilayah sungaiPemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, danPelaksanaan ketatausahaan Balai Besar Wilayah Sungai.Dalam rangka untuk itu, ditetapkan struktur organisasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Untuk melihat detail struktur BBWS Brantas dapat klik di sini  Bentuk Unit Hidrologi    Salah satu fungsi BBWS Brantas adalah pengelolaan sistem hidrologi. Untuk mendukung fungsi dan tanggung jawab tersebut perlu diseleng¬garakan sistem hidrologi yang ter¬diri atas sarana dan prasa¬rana sistem hidrologi serta unit pengelolanya. Pengelolaan sistem hidrologi, berada pada Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Berdasarkan Permen PU No.23/PRT/M/2008 tanggal 30 Desember 2008, Bidang O&P memiliki tugas yaitu melaksanakan operasi dan pemeliharaan, penyediaan data dan informasi sumber daya air serta koordinasi pengelolaan sumber daya air (Bab III Bagian Kedua, Pasal 25). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Bab III Bagian Kedua Pasal 26, Bidang Operasi dan Pemeliharaan menyelenggarakan fungsi : Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai, danau, waduk serta sarana dan prasarananya termasuk bendungan, irigasi, air baku dan pantaiPemantauan dan pengevaluasian kelayakan operasi pada sarana dan prasarana sungai, danau, waduk, bendungan, irigasi, air baku, rawa dan pantaiPenyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungaiPenyelenggaraan sistem hidrologi dan informasi sumber daya airFasilitasi kegiatan Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungaiPemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air    Untuk menunjang Bidang Operasi dan Pemeliharaan mulai tahun 2007 BBWS Brantas membentuk suatu Unit Hidrologi. Pembentukan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas perihal pembentukan dan pengangkatan tim pelaksana kegiatan operasional pengelolaan sistem hidrologi. Dalam surat keputusan tersebut disebutkan bila Unit Hidrologi merupakan pusat operasi, pengembangan sistem hidrologi dan pusat informasi hidrologi, dengan Kepala BBWS Brantas sebagai pengarah, Kepala bidang O&P sebagai penanggung jawab program, Kasi Data & Informasi dan jajarannya sebagi pelaksana kegiatan/operasi, dan dibawahnya masih ada operator komputer, operator input data, analis data dan ten¬aga survei lapangan. Untuk melihat kedudukan Unit Hidrologi dalam bidang Operasi dan Pemeliharaan dapat klik di sini.   Pembentukan Unit Hidrologi sesuai dengan SK. Dirjen. SDA No. 116/KPTS/D/2009 bertujuan untuk menjamin SDM yang memadai dalam melaksanakan pengelolaan hidrologi dan sebagai target pembinaan/peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Pusat (Ditjen. SDA). Unit Hidrologi BBWS Brantas memiliki Visi, Misi dan Kebijakan dalam Pengelolaan Hidrologi, yaitu : Visi :  Menjadi Unit Hidrologi yang mampu menyediakan data dan informasi hidrologi yang memadai, akurat, tepat waktu, berkesinambungan dan dapat diakses oleh para stakeholders Misi : Menciptakan Sistem Informasi Hidrologi yang berorientasi mutu, perbaikan berkelanjutan, dan tata kelola yang baik, melalui pelaksanaan prinsip-prinsip system mutu pada Kelembagaan dan SDM, Standar/Prosedur, Peralatan dan Pendanaan Sedangkan Kebijakan Pengelolaan Hidrologi meliputi :  Memperkuat Kelembagaan dan SDMMenjamin pendanaan pengelolaan hidrologi yang berkelanjutanPengembangan dan perbaikan pos hidrologi dengan menggunakan produksi peralatan hidrologi nasionalPenerapan Jaminan Mutu Hidrologi pada pengelolaan system hidrologi dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Mutu HidrologiMemperkuat kinerja data base PDSDAMeningkatkan kualitas data yang memadai, akurat, mutakhir / up todate dan berkesinambunganPeningkatan kinerja pelayanan data yang mudah diakses oleh pemilik kepentingan / stakeholder

Page 21: brantas1

Unit Hidrologi ini sudah dilengkapi jaringan kom¬puter (hardware dan software) dengan spesifikasi tinggi, dan sarana teknologi informasi lainnya seperti printer, scanner dan plotter. Unit Hidrologi berfungsi sebagai sarana dan prasarana untuk mengolah data agar men¬jadi informasi hidrologi guna mendukungkung pengelolaan sumberdaya air.

 Pada tahap awal, untuk pengembangan sistem hidrologi, pada tahun 2007, BBWS Brantas melaksanakan pelatihan Hidrologi dan Kualitas Air dan mulai tahun 2008 BBWS Brantas rutin mendatangkan narasumber dari Puslitbang Air dan Dosen Perguruan Tinggi Negeri untuk melakukan OJT.Selain itu, BBWS Brantas juga membangun ruangan khusus yang didesain untuk kegiatan presentasi, diskusi, galeri dan perpustakaan, yang dinamakan Operation Room.

Seluruh aktivitas dalam rangka publikasi data seperti presentasi hasil kegiatan, rapat, diskusi, pameran produk Unit Hidrologi, sampai dengan penyimpanan laporan / dokumen dilakukan di ruangan ini. Di sini Operation Room berfungsi sebagai tempat pelayanan data dan wahana untuk mengexpose hasil-hasil pengolahan data (atribut/peraga) yang meliputi antara lain peta-peta GIS/Tematic, grafik, album data dan sarana informasi lainnya. Hal-hal yang sudah dilakukan Unit Hidrologi antara lain:Pembuatan informasi data dasar hidrologi. Sejak Tahun 2007, BBWS Brantas telah membangun beberapa stasiun Hidrologi yaitu 9 stasiun AWLR, 2 stasiun Klimatologi, 9 stasiun AWLR Real Time, 9 stasiun ARR Real Time / Telemetri dan 36 lokasi titik pantau Kualitas Air. BBWS Brantas merencanakan akan menambah stasiun-stasiun telemetri di tahun-tahun yang akan datang, dengan fungsi utama sebagai Early Warning System. (download informasi data dasar hidrologi)2. Melayani kebutuhan data pelanggan Adapun pihak yang membutuhkan data hidrologi dari BBWS Brantas (dapat dilihat di sini)Daftar pos-pos Hidrologi dan Hidrometri yang dikelola BBWS Brantas Masyarakat di Hulu SungaiPemberdayaan Masyarakat di Daerah Hulu Kali Brantas Konsep pemberdayaan masyarakat sejauh ini diyakini sebagai cara yang paling efektif untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama melanjutkan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan konsep ini, masyarakat diberikan pengertian, kesadaran dan pelatihan tentang pentingnya nilai-nilai keberdayaan mereka baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Karena itu, konsep pemberdayaan masyarakat oleh Balai Besar Wilayah Sungai Brantas dijadikan sebagai salah satu pilar diantara lima pilar yang ada sebagai pondasi arah kerja dan gerak Balai Besar Wilayah Sungai Brantas sendiri. Untuk memujudkan pilar bidang pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat para pemilik kepentingan di bidang SDA tersebut, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas telah membuat beragam program pemberdayaan masyarakat di daerah hulu sungai tepatnya di Kota Batu dan Kabupaten Malang. Program itu diharapkan mampu meningkatkan peran serta masyarakat di daerah hulu sungai untuk ikut serta melestarikan sumber daya air Sungai Brantas. Selain itu, program-program yang dibuat diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar Hulu Sungai Brantas. Pasalnya Balai Besar Wilayah Sungai Brantas melihat, salah satu faktor penyebab adanya perusakan hutan di daerah Hulu Sungai Brantas akibat faktor ekonomi. Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas di wilayah hulu sungai antara lain:1. Pemberdayaan masyarakat di Sub DAS Konto Hulu Malang. Pemberdayaan masyarakat di Sub DAS Konto Hulu Malang dilakukan di Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Lokasi desanya berada di sekitar hutan, yaitu hutan milik Perhutani dan hutan raya. Jarak dari kota kecamatan sekitar 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten sekitar 34 km. Memiliki luas 1.500 hektar dan berada di kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.154 meter dari permukaan laut. Rinciannya 154 hektar berupa lahan persawahan, 108 hektar lahan kering dan 125 hektar lahan hutan desa. Sedangkan sisanya milik Perhutani. Suhu rata-rata 20 derajat celcius dengan curah hujan relatif tinggi.

Page 22: brantas1

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Tawangsari adalah petani. Ada yang pemilik lahan ada juga yang hanya buruh tani. Kebanyakan, cara bertani masyarakat di sana kurang memperhatikan kaidah konservasi. Banyak lahan hutan yang dibuka untuk pertanian hortikultura. Akibatnya pada tahun 2004 terjadi banjir dan longsor di Kali Dawuan. Empat berikutnya tepatnya pada tahun 2010 terjadi kembali banjir di Kali Konto. Selain bertani, masyarakat Desa Tawangsari juga memelihara sapi perah sebagai usaha sampingan. Hampir setiap keluarga memiliki 2 hingga 3 ekor sapi. Peternakan sapi itu telah memicu pencemaran air di Kali Konto dan Kali Dawuan akibat masyarakat membuang kotoran sapi ke sungai. Pasalnya mereka tidak mempunyai pilihan lain. Faktor sosial ekonomi membuat masyarakat Desa Tawangsari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang itu yang menjadi penyebab utama lemahnya kesadaran mereka untuk ikut melestarikan sumber mata air. Dengan gambaran kondisi seperti itu akhirnya Balai Besar Wilayah Sungai Brantas melakukan upaya penanganan berupa: Penghijauan yakni melakukan penanaman bibit Pohon Durian sebanyak 500 pohon dan penanaman bibit Pohon Bambu di sisi kanan maupun kiri Kali Dawuan sebanyak 500 buah. Tujuannya untuk mencegah terjadinya erosiPebaikan saluran drainase dilakukan pada saluran yang kondisinya rusak dan aliran airnya kurang baik sepanjang 60 meterPembuatan biogas sebanyak 2 unit agar limbah kotoran sapi yang dibuang ke sungai telah menjadi gas bio yang tidak membahayakan kualitas airnyaPerbaikan sarana air baku berupa 1 (satu) bak penampung dan pembagi serta pemasangan pipa PVC sepanjang 260 meter.Semua kegiatan tersebut dilakukan secara stimulan. Harapannya nanti pada akhirnya dapat dilakukan lagi dalam skala yang lebih besar. Sehingga kondisi konservasi sumber daya air di Desa Tawangsari dapat terpelihara dengan baik.2. Pemberdayaan masyarakat Sub DAS Brantas Hulu Pemberdayaan masyarakat sub daerah aliran sungau Brantas dilakukan di Desa Sumber Brantas dan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. sebab di dua desa tersebut sumber mayoritas air Kali Brantas Berada. Hampir sama dengan Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, sebagian besar penduduk Desa Sumber Brantas dan Tulungrejo bekerja sebagai petani, baik pemilik lahan maupun buruh tani. Cara bertani warga dua desa itu banyak yang tidak memperhatikan kaidah konservasi. Banyak lahan hutan yang dibuka oleh petani untuk digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura. Akibatnya pada tahun 2004 terjadi banjir dan longsor di aboretum Desa Sumber Brantas. Masyarakat Desa Sumber Brantas dan Tulungrejo juga memelihara sapi perah sebagai usaha sampingan. Setiap keluarga diperkirakan memelihara 2 ekor sapi. Karena peternak banyak yang membuang limbah kotoran sapi di Kali Brantas, membuat air sungai itu menjadi tercemar. Untuk menangani masalah itu Balai Besar Wilayah Sungai Brantas melakukan beberapa upaya penanganan antara lain dengan melakukan penghijauan kaki sungai (KAKISU) Brantas. Balai Besar Wilayah Sungai Brantas menanam 1700 bibit pohon Bambu di sekitar kanan-kiri Sungai Brantas yang terletak di Desa Sumber Brantas. Tujuannya untuk mencegah erosi masuk sungai Brantas. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan melibatkan peran serta masyarakat yang difasilitasi oleh Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Upaya lain yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah membuat Biogas bagi peternak. Hingga saat ini telah dibuat 3 unit biogas di Desa Tulungrejo. Pembuatan biogas tersebut diharapkan agar limbah kotoran sapi tidak langsung masuk sungai tetapi diolah menjadi gas bio yang dapat dimanfaatkan untuk energi untuk kebutuhan rumah tangga. Juga berdayakan penambang pasir ilegal Selain melakukan pemberdayaan bagi masyarakat di daerah hulu sungai seperti gambaran di atas, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas juga melakukan pemberdayaan untuk masyarakat yang melakukan penambangan pasir ilegal (illegal sand minning) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Kabupaten Jombang. Pemberdayaan itu lebih diutamakan dalam bidang penguatan ekonomi masyarakat para

Page 23: brantas1

penambang pasir ilegal. Diharapkan dengan adanya penguatan ekonomi itu aktivitas penambangan pasir yang dilakukan warga dapat dikurangi bahkan dihentikan. Penguatan ekonomi masyarakat para penambang itu dilakukan sebab berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, faktor utama penyebab warga di sekitar DAS Brantas Kabupaten Jombang menambang pasir secara ilegal karena keterdesakkan kebutuhan ekonomi. Mereka para penambang membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya. Di sisi lain para penambang tersebut tidak mempunyai pekerjaan lain selain sebagai penambang pasir. Dengan kondisi seperti itu, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas mencoba memberikan alternatif pekerjaan bagi mereka seperti memelihara kambing, memelihara ikan di tambak serta mendirikan koperasi serba usaha. Pilot project diletakkan di dua desa Tapen dan Jatiduwur dan sudah dimulai pada awal tahun 2010. Pada tahun 2011, pemberdayaan secara ekonomi ini akan diperluas tidak hanya di dua desa itu saja, melainkan di seluruh desa di sepanjang DAS Brantas Kabupaten Jombang. Hal ini dilakukan guna menindaklanjuti kesepakatan bersama yang sudah ditanda tangani oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Bupati Jombang dan Perum Jasa Tirta I

Sungai Brantas (sekitar 320 km) adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo.Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo)

Sungai Brantas

Mojopahit Sebagai Kerajaan Terakota

Ditulis oleh yusuf

Page 24: brantas1

Situs Trowulan berada pada ujung kipas alluvial yang terbentuk dari material berupa batu, pasir, dan tanah asal letusan Gunung Welirang dan Anjasmoro. Kondisi ini membawa Mojopahit sebagai negara sifat negara yang berbasis pada kegiatan agraris dan posisi Trowulan yang terletak pada silang jaringan sungai besar seperti S. Brangkat yang terkoneksi ke S. Brantas dan S. Porong memungkinkan Mojopahit mengembangkan perdagangan antara pulau di nusantara. Potensi geomorfologi yang ada di Trowulan, juga menjadikan terakota (keramik tanah liat; baca : grabah) sebagai dominasi material penciri utama kerajaan Mojopahit bahkan hingga saat ini.

Terakota telah menggeser batu sebagai materi pendukung kehidupan sehari-hari di Mojopahit. Diversitas terakota yang dikembangkan oleh Mojopahit berdasarkan temuan yang ada di Trowulan berupa terakota untuk kepentingan rumah seperti batu bata, genting berikut karpus hias, ventilasi, ornamen penutup pilar kayu hingga pipa saluran air. Terakota juga digunakan dalam mendukung kehidupan financial Mojopahit terujud dalam ragam bentuk ”celengan” alat penyimpan uang jangka panjang (tabungan) serta gentong penyimpan barang-barang upeti yang biasa digunakan dalam acara “pisowanan ageng”. Terakota juga dikembangkan untuk mendukung peralatan keseharian masyarakat Mojopahit seperti sebagai penyimpan air, piring dsb.

Terakota di Trowulan juga masih terlihat hingga saat ini. Terdapat 3.000 orang di kawasan Trowulan mengusahakan tanah liat di daerah tersebut untuk dijadikan batu bata dengan kualitas sangat baik. Jumlah pengrajin dan areal pemanfaatan tanah liat yang semakin bertambah luas dari tahun ke tahun inilah, ditengarai BP3 Jatim sebagai lembaga kepurbakalaan pengelola situs Trowulan menjadi permasalahan unik bagi kegiatan kepurbakalaan di wilayah ini. Semoga EGI 2010 ini dapat menyumbang ide pemecahan antropologis yang ada saat ini.

By staf1 on August 5, 2010 | Geografi, Sejarah | A comment? Tags: agraris, aluvial, antropologis, arkeologi, geomorfologi, gunung anjasmoro, gunung welirang, kerajaan terakota, kipas, majapahit, Mojopahit Sebagai Kerajaan Terakota, pengrajin, purbakala, Sekilas Mojopahit Dari Sisi Geomorfologi, situs, sungai brangkat, Sungai Brantas, sungai porong, tanah liat, terakota, trowulan, upeti

Sungai Brantas : Penyangga Peradaban Jatim

S. Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Jatim (setelah Bengawan Solo) mempunyai panjang sekitar 320 km dengan luas DAS sekitar 12.000 km2 atau ekuivalen dengan 25% luas Provinsi Jawa Timur. Lembah S. Brantas tumbuh dan berkembang berbagai kota dengan segala macam peradabannya mengingat lembah S. Brantas merupakan daerah pertanian subur akibat adanya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud.

Page 25: brantas1

S. Brantas bersumber di lereng G. Arjuno, bermula mengalir ke timur melalui kota Malang, disini S. Lesti bersumber dari G. Semeru menyatu ke S. Brantas. Setelah bersatu dengan S. Ngrowo membentuk lembah subur Tulungagung. S. Brantas berbelok ke utara melalui membentuk lagi lembah subur Kediri. Pertemuan S. Brantas dengan S. Widas juga membentuk dataran subur Kertosono dan kemudian mengalir ke timur menjadi Mojokerto. Di kota ini S. Brantas bercabang menjadi S. Mas (mengarah ke Surabaya) dan S. Porong (mengarah ke Porong – Sidoarjo) yang selanjutnya bermuara di selat Madura. Pecahan dua sungai ini menyebabkan terbentuknya sebuah delta yang sangat luas, yang pada saat ini tubuh menjadi metropolitan Surabaya. Pada kota-kota itulah, secara politis pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya Jatim disangga. Fakta emphiris terlihat, pada aliran sungai inilah tumbuh dan berkembang berbagai kota dengan segala macam peradabannya. Tidaklah berlebihan S. Brantas berpredikat sebagai “sungai kebudayaan” (Widodo, 2006: 130).

Lembah dan delta yang subur, S. Brantas menjadi sumber penghidupan yang tidak pernah kerontang dan selama berabad-abad melimpahi bumi Jawi Wetan dengan kesuburan yang tidak pernah padam. Manusia purba Jatim juga memilih S. Brantas sebagai tempat pemukiman pada 6000 tahun silam dan kemudian hari melahirkan peradaban yang tinggi. Artefak purba Homo Sapiens di S Brantas sekitar Mojokerto, merupakan bukti atas ketinggian peradaban tersebut. Pada perkembangannya lembah sungai ini menjadi pusat-pusat kerajaan besar di Jatim seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, dan Kerajaan Majapahit (Ricklefs, 1995: 22).

Sungai legendaris ini juga sebagai inspirasi bagi banyak pihak untuk memakai sebagai nama bangunan strategis dan monumental. Di Malang dikenal Embong (jalan) Brantas, De Brantas Brug, Hotel Brantas, Toko Brantas. Di Surabaya, terdapat Roeivereeniging Brantas, yaitu klub olah raga air yang beralamat di Kajoon yang terkenal pada masanya. NV. Transportonderneming Brantas, yaitu perusahaan pengangkutan hasil perkebunan yang berlamat di Genteng Kali serta PT Brantas Abipraya yaitu sebuah perusahaan kontraktor yang beralamat di Jl. Surabaya Malang. (Sumber Gambar: Kompas, 30/4/1975).

Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo.

Page 26: brantas1

Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun.Daftar Isi:1. Sungai Brantas Dalam Sejarah2. Permasalahan Utama3. Pengembangan Sumberdaya Air4. Lumpur Lapindo5. Pranala luar6. Lihat pula1. Sungai Brantas Dalam SejarahSejak abad ke 8, di DAS Kali Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agraris, bernama Kanjuruhan. Kerajaan ini meninggalkan Candi Badut dan prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 M sebagai bukti keberadaannya. Wilayah hulu DAS Kali Brantas di mana kerajaan ini berpusat memang cocok untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997). Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Kali Brantas, lewat Prasasti Harinjing di Pare. Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 726 S atau 804 M dan yang termuda bertarikh 849 S atau 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan pembangunan sistem irigasi (yang terdiri atas saluran dan bendung atau tanggul) yang disebut dawuhan pada anak sungai Kali Konto, yakni Kali Harinjing (Lombard, 2000).Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. Merujuk khazanah sastra Jawa, sungai Brantas ini yang diduga kuat disebut sebagai Ci Ronabaya dalam naskah Bujangga Manik.2. Permasalahan UtamaPermasalahan pokok di DAS Kali Brantas adalah fluktuasi air permukaan yang ditandai oleh dua peristiwa: kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Kegagalan panen dan kelaparan menjadi akibat dari kekurangan air di musim kemarau, sebaliknya di musim hujan terjadi bencana yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa. Selain itu, kondisi aliran air Kali Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung Kelud (+1.781). Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus - melontarkan abu dan batu piroklastik ke bagian tengah dari DAS Kali Brantas - yang pada akhirnya menimbulkan gangguan fluvial pada aliran air Kali Brantas (Valiant, 2005).3. Pengembangan Sumberdaya AirPengembangan DAS Kali Brantas dengan pendekatan «modern» dimulai sejak 1961 berlandaskan prinsip «satu sungai, satu rencana, satu manajemen terpadu» yang dilaksanakan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kebijaksanaan pemerintah dari waktu ke waktu. Pengembangan dilakukan melalui 4 (empat) rencana induk pengembangan DAS. Sasaran utama rencana induk berturut-turut adalah pengendalian banjir (1961), penyediaan air irigasi (1973), penyediaan air baku (1985) dan konservasi dan manajemen sumberdaya air (1998). Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:Rencana induk pertama memiliki sasaran pengendalian banjir oleh karena tanpa pengendalian maka pengembangan yang lain tidak bisa dilakukan. Pengendalian banjir dilakukan dengan membangun sejumlah

Page 27: brantas1

bendungan untuk menampung kelebihan air, perbaikan alur sungai di bagian tengah DAS dan pembuatan jalur pelepas banjir (flood way). Selain itu disiapkan pula sistem peringatan dini banjir dan jejaring pemantauan hidrologi.Rencana induk kedua memiliki sasaran penyediaan air irigasi, seiring kebijakan Pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras nasional dengan memperluas pertanian berbasis irigasi teknis. Sejumlah bendung dan bangunan pengambilan air dibangun dalam tahapan rencana induk ini.Rencana induk ketiga memiliki sasaran penyediaan air baku, khususnya pelayanan air di daerah tengah dan hilir dari DAS Kali Brantas. Sejumlah bendung, sistem suplesi (penambahan debit) dan infrastruktur lain yang dapat dipakai melayani air baku dibangun dalam tahapan rencana induk ini.Rencana induk ke empat ditekankan pada konservasi dan pengelolaan sumberdaya air. Pengelolaan air tidak saja mencakup aspek kuantitas namun juga ke arah pengendalian kualitas - walaupun masih bersifat terbatas. Dalam tahap ini dikembangkan sistem pengelolaan informasi hidrologi.Hasil pengembangan menghasilkan sejumlah besar prasarana pengairan. Manfaat pembangunan antara lain: pengendalian banjir 50 tahunan di sungai utama yang mengurangi luas genangan sekuas 80.000 ha; irigasi untuk sawah seluas 345.000 ha dimana 83.000 ha berupa irigasi teknis langsung dari sungai induk (2,5 miliar m³ per-tahun), energi listrik 1.000 giga-W-jam per-tahun, suplai air baku untuk industri 130 juta m³ per-tahun dan domestik 240 juta m³ per-tahun.Penduduk di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,2 juta orang (1999) atau 43% dari penduduk Jatim dan mempunyai kepadatan rata-rata 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jatim. Adapun Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Provinsi Jatim sebagai lumbung pangan nasional. Dalam tahun 1994-1997, Provinsi Jatim telah memberi kontribusi rata-rata 470.000 ton beras/tahun atau sebesar 25% dari stok pangan nasional.Pada pertengahan tahun 1980-an mulai timbul masalah mengenai «siapa» yang diberi tugas untuk mengelola bangunan prasarana pengairan pasca proyek agar bangunan, dengan total investasi tertanam di Kali Brantas sebesar Rp 7,38 triliun (nilai tahun 2000), dapat berfungsi sesuai yang direncanakan. Persoalan pengelolaan pasca pembangunan tersebut, terutama dalam hal institusi, sumberdaya manusia dan pendanaan. Mengacu pada pengalaman negara maju dan berdasar peraturan-perundangan yang ada serta untuk menjaga keberlanjutan fungsi prasarana pengairan tersebut, maka Pemerintah membentuk Perum Jasa Tirta I selaku BUMN pengelola Kali Brantas pada tahun 1990.4. Lumpur LapindoTerkait dengan dengan luapan lumpur hidrokarbon dari Desa Siring Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo yang dikenal dengan LumpurLapindo, aliran sungai ini dipergunakan untuk menggelontor sebagian semburan lumpur ke selat Madura. Sebagian lumpur ini dipompa masuk ke salah satu anak sungai di hilir, yakni Kali Porong.Beberapa bendungan besar di sepanjang aliran sungai ini maupun di anak-anak sungainya, diantaranya:Bendungan SengguruhBendungan Sutami (atau yang disebut juga Waduk Ir. Sutami)Bendungan LahorBendungan SelorejoBendungan WlingiBendungan BeningBendungan SerutSemua bendungan di atas dikelola oleh Perum Jasa Tirta I

Analisis Kondisi Ekosistem Sungai   Brantas

Page 28: brantas1

Penelitian ini dilakukan oleh; Dedit Setya, Diki Mahendra, Indah Trisyanti, Soraya Indah dan Tivany Simanjuntak (siswa SMA LAB UM kelas X.2)dibimbing oleh: Pak Iqbal 1.1. Latar BelakangDiera globalisasi ini sungai-sungai di Indonesia khususnya di kota Malang, banyak sekali sungai-sungai yang sudah tercemar. Pencemaran tersebut banyak sekali sumber/asalnya antara lain seperti limbah pabrik, limbah rumah tangga, pembuangan sisa-sisa daun atau pun botol-botol oleh anak-anak yang sedang bermain di sungai. Selain itu permasalahan yang terjadi adalah “mengapa masyarakat masih saja sering mandi di sungai”, padahal air yang mereka buat mandi adalah air yang tercemar dan mengandung bakteri yang merugikan bagi kesehatan mereka. Selain itu penyebab pencemaran air sungai yang paling parah adalah limbah deterjen yang mengakibatkan ekosistem sungai terganggu. Air sungai juga bermanfaat untuk air suling ataupun air untuk keperluan rumah, jikalau air tersebut bersih atau jernih. Tetapi hal tersebut hanyalah angan-angan belaka. Sekarang ini air sungai penuh bakteri dan penuh dengan sumber penyakit. Dan masalah kedua yang dihadapi adalah “mengapa warga masih saja membuang sampah sembarangan ke sungai ? Dan apakah warga tidak melihat dampak yang mereka lakukan ?”Di akhir-akhir bulan ini hujan sering melanda kota Malang, banyak sungai yang menjadi sumber banjir, diantaranya adalah Sungai Brantas. Sungai terusan ini menjadi langganan banjir. Mengapa sungai Brantas selalu menjadi langganan banjir ? Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya kekurangsadarannya masyarakat akan penjagaan ekosistem sungai. 1.2.Rumusan MasalahBagaimanakah kondisi ekosistem di Sungai Brantas ? 1.3. Tujuan PenelitianSetelah melakukan penelitian tentang keadaan di sungai Brantas diharapkan dapat mengidentifikasi tentang kondisi ekosistem di sungai Brantas. Apakah tidak tercemar atau tercemar berat, sedang, ringan. 1.4. HipotesisKondisi ekosistem di sungai Brantas sudah termasuk ke dalam skala sungai yang tercemar. 1.5.Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :Untuk memahami tugas-tugas serta materi biologi.Untuk mengetahui tentang macam-macam pencemaran sungai.Sebagai bahan ajar yang dibutuhkan untuk mengenal lebih jauh tentang jenis-jenis sungai serta pencemarannya. KAJIAN PUSTAKA 2.1. SungaiSungai merupakan jalan air alami. Laluan melalui sungai merupakan cara biasa air hujan yang turun di daratan untuk mengaliri ke laut atau takungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai dimana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.Pemanfaatan terbesar sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). 2.2. Pencemaran air

Page 29: brantas1

Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, sebagai berikut :a)      Pembuangan limbah industrib)      Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteric)      Fosfat pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian terakumulasiSalah satu pencemar di laut adalah tupahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker yang sering terjadi. Untuk membersihkan kawasan tercemar tersebut diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penggulangannya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat menggangu ekosistem laut. Bila terjadi pencemaran air, maka terjadi akumulasi zat pencemar tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar. METODE PENELITIANUntuk melakukan sebuah penelitian, diperlukan adanya langkah kerja yang maksimal agar dapat memperoleh hasil/data penelitian yang diharapkan sebaik mungkin.Langkah-langkah kerja :a)      Kita diberi pengarahan terlebih dahulu di sekolah agar tidak salah. Setelah itu kita diberikan LKS untuk menulis hasil penelitian.b)      Kita disuruh mencari materi dari buku, internet serta sumber lainnya tentang bab “PENCEMARAN”.c)      Pada hari yang ditentukan kita disuruh membawa LKS yang sudah diberikan. Di LKS tersebut berisi juga sebuah “PETUNJUK UMUM” tentang prosedur penelitian, antara lain :Carilah informasi di internet, perpustakaan atau media lain yang relevan dengan kompetensi dasar materi pokok ekosistem air tawar, pencemaran, deteksi kualitas sungai dengan bio-indikator, dan daur ulang limbah.Buatlah analisis kritis tentang informasi yang kamu peroleh.Berdasarkan dedukasi terhadap sumber informasi yang kamu peroleh rumuskan masalah penelitian terkait dengan ekosistem air tawar, pencemaran, deteksi kualitas sungai dengan indikator, dan daur ulang limbah.Susunlah suatu hipotesis yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan varibal terikat.Susunlah suatu instrumen untuk mengumpulkan data terkait ekosistem air tawar, pencemaran, deteksi kualitas sungai dengan indikator, dan daur ulang limbah.Lakukan investigasi ekosistem sungai untuk mengumpulkan data terkait ekosistem air tawar, pencemaran, deteksi kualitas sungai dengan bio-indikator, dan daur ulang limbahLakukan analisis data.Susunlah laporan investigasi sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.d)     Turun ke sungai dan mencari organisme yang hidup di sungai.e)      Setelah selesai kita dibimbing untuk mengidentifikasi sungai tersebut tercemar atau tidak dengan menggunakan alat deteksi kualitas air sungai dengan bio-indikator bentos makroinvertebrata.Waktu PenelitianHari / tanggal              : Jumat / 15 Mei 2009Waktu                         : pkl 07.30 – selesaiTempat                        : Sungai Brantas – TAREKOT MALANGAcara                           : Penelitian ke sungaiDATA DAN ANALISIS DATA PENELITIAN   Setelah melakukan penelitian di sekitar sungai Brantas, kita mendapatkan data-data dari hasil pengamatan di sungai tersebut, antara lain :Panjang sungai                        : 100 mRata-rata lebar sungai             : 4 mRata-rata kedalaman sungai    : ½ mRata-rata kecepatan arus         : 10,4 m/sWarna air                                 : keruh/cokelat mudaKekeruhan air                          : keruhDasar sungai                            : pasir, batuan, lumpurFakta dari polusi air                : plastik yang mengapung, banyak buihTumbuhan di tepi sungai         : semak, bambu

Page 30: brantas1

10.  Hewan dalam air                     : bentos makroinvertebrata ( larva nyamuk, chironomus, belatung ekor tikus, keong ) Dari data-data yang telah diperoleh di atas, dapat diidentifikasi :Belatung ekor tikus                        : 1 (toleran)Larva nyamuk/ simulidae   : 14 (sensitif)Chironomus                        : 3 (toleran)Keong                                 : 14 (toleran) Dapat kita kelompokkan sebagai berikut :Toleran : n=3Sensitif : n=3Moderat : n=0 Yang membuktikan bahwa ekosistem sungai Brantas telah tercemar sedang, dan pembuktian tersebut telah dibuktikan dengan menggunakan alat deteksi kualitas air sungai bio-indikator makroinvertebrata dapat disimpulakan bahwa kualitas air sungai Brantas tercemar sedang.PEMBAHASANdari hasil analisis data, didapat sungai Brantas kualitas airnya sedang. Pencemaran sungai Brantas dikategorikan sebagai sungai tercemar. Di dalam sungai Brantas telah banyak ditemukan bahan-bahan anorganik sampah-sampah yang sangat sulit untuk terurai. Selain itu mengapa masyarakat setempat masih membuang sampah di sungai tersebut ? Pembahasan dari permasalahan ini memiliki inti ataupun fakta yang sangat kental bahwa banyak sekali organisme-organisme di sungai Brantas tersebut merupakan organisme yang merugikan dalam kehidupan manusia sebagai sumber penyakit di derah pemukiman warga. Di sungai tersebut juga ditemukan jentik-jentik nyamuk yang mungkin dapat mengakibatkan penyakit bagi warga setempat. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanDari hasil penelitian kami, dapat disimpulkan bahwa :Kondisi ekosistem sungai Brantas saat ini teridentifikasi sebagai sungai yang tercemar sedang.Macam-macam bentos makroinvertebrata yang ditemukan antara lain : larva nyamuk, chironomus, belatung ekor tikus, keong. SaranSebaiknya warga sekitar sungai Brantas lebih bisa memelihara ekosistem sungai Brantas agar sungai Brantas tingkat pencemarannya dapat berkurang. Dan juga warga sekitar yang tinggal di sekitar sungai lebih meminimkan pembuangan limbah sisa rumah tangga ke sungai.

Brantas Contoh Mengelola DAS22 Apr 2009 (14:39)Rabu, 22 April 2009 | 03:42 WIB Yuni IkawatiSungai adalah sumber air bagi kehidupan sekaligus kesejahteraan manusia. Namun, pengelolaan daerah aliran sungai yang keliru dapat menimbulkan petaka silih berganti: banjir bandang, longsor, dan kekeringan. Mengatasinya, Brantas adalah contoh yang baik pengelolaan DAS. ”...Musim kemarau ...tak seberapa airmu... Di musim hujan air mengalir sampai jauh....” Penggalan bait lagu ”Bengawan Solo” gubahan Gesang lebih setengah abad lalu menyiratkan tajamnya fluktuasi debit di sungai terpanjang di Pulau Jawa ini pada musim hujan dan kemarau. Penelitian pola hujan yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menemukan buktinya.

Page 31: brantas1

Dengan curah hujan tinggi, rata-rata 2.100 milimeter per tahun, sekitar 80 persen jatuh pada November hingga April. Curah hujan di hulu—kurang lebih 3.000 mm per tahun—di Gunung Lawu dan Merapi dua kali lipat daripada di bagian hilir. Daya redam Menghadapi pola cuaca seperti itu dituntut daya redam tinggi, terutama di hulu. Sungai dengan panjang hingga 600 km itu selain melewati 6 pegunungan juga melintasi 17 kabupaten dan 3 kota di Jateng dan Jatim. Curah hujan tinggi dapat diredam jika kawasan hulu berhutan lebat. Kawasan hutan di DAS Bengawan Solo tinggal 13,7 persen dari luas 16.100 kilometer persegi. ”Ketentuan Undang- Undang Tata Ruang yaitu hutan 30 persen kawasan DAS,” ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Bidang Mitigasi Bencana dan Sumber Daya Lahan BPPT. Kawasan hutan hulu Bengawan Solo umumnya telah terkonversi menjadi perkebunan lahan kering dan permukiman. Itu terkait kepadatan penduduk—17,5 juta jiwa (2005), kepadatan 1.087 jiwa per km2. Akibatnya muncul sederet bencana: banjir, kekeringan atau krisis air, tanah longsor dan erosi di hulu serta sedimentasi di hilir atau muara sungai. Belakangan bencana itu melanda beberapa kali dalam setahun. Tahun 1969 lewat Proyek Penghijauan Departemen Pertanian, DAS Bengawan Solo coba diperbaiki. Dilanjutkan dengan proyek Upper Solo Watershed Management and Upland Development Project. Pengelolaan DAS itu hanya mengutamakan aspek fisik yang mahal. ”Salah satu sumber kegagalannya adalah tidak adanya pemeliharaan setelah proyek berakhir,” ujar Sutopo yang juga peneliti hidrologi. Pengelolaannya top-down tanpa partisipasi masyarakat dan tidak ada nilai ekonomis jangka panjang. Begitu masa bakti proyek pemberian subsidi dan modal usaha tani habis, petani tidak mampu lagi menerapkan teknologi konservasi. Karena itu, di masa depan perlu pendekatan partisipatoris, melibatkan masyarakat lokal. Di awali dengan pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan untuk pengelolaan DAS. Sistem ini akan menumbuhkan persepsi, pola sikap dan pola berpikir warga lokal, juga teknologi lokal (indigenous knowledge and technology) yang mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi pada pengelolaan DAS, sesuai kepentingan lokal. Untuk menekan berlanjutnya bencana banjir dan tanah longsor di berbagai DAS, menurut Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sugeng Tri Utomo, perlu komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk melaksanakan rehabilitasi lahan, melibatkan masyarakat sepanjang DAS.Kebijakan moratorium hutan saja tak cukup, tetapi harus ada gerakan penanaman hutan kembali, melibatkan semua pihak.DAS Brantas Selama ini pengelolaanDAS Kali Brantas Jatim merupakan contoh yang baik sebagai pengelolaan sungai secara terpadu, dari hulu hingga hilir, meski belakangan di hulu terjadi pembalakan liar. Pola pengelolaan Perum Jasa Tirta I lalu diadopsi DAS Citarum, Jabar, terutama Bendungan Jatiluhur. ”Belakangan akan diterapkan pada DAS Bengawan Solo,” urai Sutopo. Sungai sepanjang 320 km ini memiliki DAS seluas sekitar 12.000 km2, melalui kaki Gunung Semeru dan Kelud, 234 kecamatan di 10 kabupaten dan 6 kota. Ada 8 waduk besar-kecil yang multifungsi: pembangkit listrik, pengendali banjir, dan pengairan 303.161 hektar sawah. Juga sebagai pemasok air bersih untuk air minum bagi 42,8 persen penduduk Jatim (15,5 juta jiwa). Pengelolaan DAS Brantas menghasilkan gross regional domestic product Rp 150,6 miliar, yaitu 59 persen GDRP Jatim. Dengan pengelolaan terpadu dengan prinsip satu sungai satu manajemen, pemanfaatan air sungai bisa optimal guna berbagai keperluan. Sungai mampu menyejahterakan masyarakat sepanjang DAS, bukan menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan.

Oleh HusamahPengajar FKIP Biologi Universitas Muhammadiyah Malang

Page 32: brantas1

Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Sungai kebanggaan masyarakat Jawa Timur ini memiliki luas area sekitar 12.000 km persegi dan panjang sungai mencapai 320 km.

Sungai Brantas bersumber dari Sumber Brantas Kota Batu, tepatnya di lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara, lalu mengalir ke Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, dan akhirnya ke Surabaya (Selat Madura atau Laut Jawa).

Jumlah penduduk di wilayah tersebut mencapai 14 juta jiwa atau 40 persen di antara total penduduk Jawa Timur. Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Namun, kondisi Sungai Brantas saat ini ternyata memprihatinkan, meski diakui fungsinya sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran sungai ini telah melewati ambang batas dan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan serta kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai. Bahan pencemar berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, limbah taman rekreasi, limbah pasar, limbah hotel, limbah rumah sakit, dan limbah industri.

Pembuangan sampah di sepanjang sempadan maupun langsung ke aliran Sungai Brantas bisa merugikan penduduk sekitar dan di kawasan yang lebih rendah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau busuk karena fermentasi, menjadi sarang serangga dan tikus, serta bisa menimbulkan kebakaran karena adanya gas metana di tumpukan sampah.

Air yang mengenai sampah akan mengandung besi, sulfat, dan bahan organik yang tinggi ditambah kondisi BOD (bio chemical oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) yang melebihi standar air permukaan.

Hasil pengukuran turbiditas air Sungai Brantas di Kota Malang, daerah yang masih tergolong sebagai hulu, menghasilkan kisaran angka 14 hingga 18 mg/l. Kisaran itu telah melebihi kekeruhan maksimum (5 mg/l) yang dianjurkan dari Baku Mutu Air pada Sumber Air Golongan A (Kep 02/MENKLH/I/1988).

Ditinjau dari rasa, air Sungai Brantas juga tidak sesuai baku mutu (Sunarhadi dkk 2001). Faktanya, terdapat sekitar 330 ton per hari limbah cair dihasilkan dari aktivitas manusia di sepanjang DAS Brantas. Sekitar 483 industri mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Sungai Brantas dengan kontribusi pencemaran hingga 125 ton per hari (Antara News, 2006).

Hasil penelitian ECOTON menunjukkan, bahwa di Kali Surabaya sebagai hilir Sungai Brantas saat ini setiap hari 74 ton BOD dibuang di kali tersebut. Pencemaran logam berat merkuri di Kali Surabaya, pada beberapa lokasi, menunjukkan 0,09 mg/L atau 90 kali lipat dari standar ketentuan tentang peruntukan kelas air sebagai bahan baku air minum sebesar 0,001 mg/L.

Tingkat kontaminasi bakteri e-coli juga tidak jauh berebda. Bakteri e-coli umumnya berasal dari kotoran manusia. Bakteri e-coli di Karang Pilang dan Ngagel/Jagir mencapai 64.000 sel bakteri/100 ml contoh air. Padahal, sebagai bahan baku air minum, jumlah e-coli dalam air tidak boleh melebihi 1.000 sel bakteri/100 ml contoh air.

Kondisi makin memprihatinkan karena bantaran DAS Brantas di Jawa Timur mengalami perubahan fungsi. Meski kawasan bantaran sungai telah ditetapkan sebagai kawasan hijau, sebagian besar bataran sungai beralih fungsi, tidak sesuai peruntukannya.

Page 33: brantas1

Tingginya tingkat pencemaran di Sungai Brantas otomatis berdampak signifikan terhadap kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran. Kali Surabaya sebagai hilir Sungai Brantas, contohnya. Berdasar data RSUD dr Soetomo yang dirilis ECOTON (2008), 2-4 persen penduduk yang terdiri atas anak-anak (0-18 tahun) mengidap kanker.

Sebanyak 59 persen adalah kanker leukemia, neuroblastoma (kanker saraf), limfoma (kanker kelenjar getah bening), dan tumor wilms (kanker ginjal). Faktor dominan penyebab kanker adalah lingkungan, genetis, virus, dan bahan kimia. Daerah aliran sungai yang menjadi tempat tinggal pengidap kanker ini sudah terkontaminasi bahan pencemar, baik limbah industri, rumah tangga, maupun persawahan.

***

Kondisi Sungai Brantas yang memprihatinkan ini sudah seharusnya menjadi perhatian masyarakat dari segala lapisan. Konservasi Sungai Brantas tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Toh, berbagai program konservasi yang telah dilaksanakan pemerintah belum memberi hasil memuaskan karena hanya berakhir pada konsep semata.

Jika ditinjau dari aspek kebijakan pun, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah lalai dari kewajibannya mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran di Sungai Brantas, minimal dengan melihat data dan fakta tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah lalai dari kewajibannya untuk melindungi kawasan bantaran sebagai kawasan lindung, sehingga mengakibatkan berdirinya bangunan-bangunan industri, gudang, dan permukiman yang meningkatkan beban pencemaran. Tidak adanya kebijakan yang tegas tentang bangunan di bantaran sungai mengakibatkan semakin menjamurnya permukiman warga di sepanjang bantaran.

Dengan semakin terbatasnya kemampuan pemerintah karena meningkatnya tuntutan sektor-sektor lain atas pembiayaan dari anggaran pembangunan, program-program konservasi DAS, tampaknya, semakin telantar. Karena itu, sudah saatnya dipikirkan upaya keterlibatan masyarakat dalam upaya-upaya pengendalian pencemaran, pengawasan, serta pengelolaan Sungai Brantas. Keterlibatan ini tidak memandang usia. Anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua memiliki andil dalam konservasi Sungai Brantas.

Pelibatan masyarakat mungkin bisa dilakukan dengan pengembangan kampung-kampung atau desa-desa ramah Sungai Brantas yang memiliki kepedulian untuk menjaga kualitas air Sungai Brantas. Komunitas dalam kampung atau desa ini harus berperan aktif mengurangi tingkat pencemaran domestik sekaligus mengontrol buangan limbah industri.

Pemuda, mahasiswa, dan pelajar adalah agen perubahan yang harus berperan aktif dalam upaya pemulihan ekosistem Sungai Brantas yang akan menjadi pionir dan agent of change di keluarga serta masyarakat sekolah dan kampusnya. Kegiatan yang mereka lakukan bisa berupa kampanye konservasi Sungai Brantas secara khusus dan lingkungan hidup secara umum. Baik dengan terjun langsung membersihkan sampah sungai, menanam pohon, memanajemen sampah, atau pendekatan persuasif kepada teman-teman di sekolah, kampus, keluarga, dan masyarakat. Jika konsep ini terlaksana dan didukung masyarakat, kita masih bisa menaruh harapan akan masa depan Sungai Brantas. Semoga. (Sumber: Jawa Pos, 5 Januari 2010

Page 34: brantas1