Bms 2-Tugas Drg Dian

8
Nama : Afiya Fathina S Pukul : NIM : G1G011040 1. Pengaruh penggunaan obat dalam perawatan dan tindakan di kedokteran gigi Guyton (2007) menyebutkan plasenta merupakan organ yang berfungsi utama dalam mengadakan difusi bahan makanan dan oksigen dari darah ibu ke dalam fetus maupun untuk difusi produk-produk ekskretorius dari fetus kembali ke ibu. Membran plasenta pada bulan-bulan awal kehamilan masih tampak tebal karena belum mengalami perkembangan sehingga permeabilitasnya rendah namun hal berbeda terjadi dengan semakin meningkatnya masa kehamilan, plasenta akan semakin mengalami penipisan yang membuat permeabilitas dan area difusinya semakin meluas. Sherwood (2011) menambahkan sebagian bahan yang melewati sawar plasenta akan melalui sistem transport khusus di membrane plasenta sementara ada pula yang berpindah melalui difusi sederhana seperti oksigen, karbon dioksida, bahan makanan, dan produk buangan lain selain itu terdapat obat-obatan, polutan lingkungan, bahan mikroorganisme, dan bahan kimia yang mampu melawati sawar tersebut. Sawar plasenta sendri merupakan satu lapisan tipis jaringan korion yang memisahkan darah mudigah/janin dengan darah ibu. Penggunaan obat-obatan dalam dunia kedokteran dalam hal ini kedokteran gigi perlu diperhatikan mengingat sifat permeabilitas dan fungsi dari plasenta yang menghubungkan asupan nutrisi antara ibu dan janin serta banyak ibu hamil pula yang lebih rentan merasa keluhan di rongga mulut karena adanya perubahan hormon. Penggunaan obat-obatan yang perlu diperhatikan diantaranya : a. Anastesi lokal Sprout, dkk (2006) menjelaskan anastesi lokal pada rongga mulut menggunakan novocaine atau lidocaine sesuai dosis secara umum masih dapat dikatakan aman bagi wanita hamil namun penggunaan citanest perlu dihindari karena dapat menyebabkan vasokonstriksi dan oktopressin yang dapat merangsang terjadinya persalinan. b. Antibiotik 1

Transcript of Bms 2-Tugas Drg Dian

Page 1: Bms 2-Tugas Drg Dian

Nama : Afiya Fathina S Pukul :

NIM : G1G011040

1. Pengaruh penggunaan obat dalam perawatan dan tindakan di kedokteran gigiGuyton (2007) menyebutkan plasenta merupakan organ yang berfungsi utama

dalam mengadakan difusi bahan makanan dan oksigen dari darah ibu ke dalam fetus maupun untuk difusi produk-produk ekskretorius dari fetus kembali ke ibu. Membran plasenta pada bulan-bulan awal kehamilan masih tampak tebal karena belum mengalami perkembangan sehingga permeabilitasnya rendah namun hal berbeda terjadi dengan semakin meningkatnya masa kehamilan, plasenta akan semakin mengalami penipisan yang membuat permeabilitas dan area difusinya semakin meluas.

Sherwood (2011) menambahkan sebagian bahan yang melewati sawar plasenta akan melalui sistem transport khusus di membrane plasenta sementara ada pula yang berpindah melalui difusi sederhana seperti oksigen, karbon dioksida, bahan makanan, dan produk buangan lain selain itu terdapat obat-obatan, polutan lingkungan, bahan mikroorganisme, dan bahan kimia yang mampu melawati sawar tersebut. Sawar plasenta sendri merupakan satu lapisan tipis jaringan korion yang memisahkan darah mudigah/janin dengan darah ibu. Penggunaan obat-obatan dalam dunia kedokteran dalam hal ini kedokteran gigi perlu diperhatikan mengingat sifat permeabilitas dan fungsi dari plasenta yang menghubungkan asupan nutrisi antara ibu dan janin serta banyak ibu hamil pula yang lebih rentan merasa keluhan di rongga mulut karena adanya perubahan hormon. Penggunaan obat-obatan yang perlu diperhatikan diantaranya :a. Anastesi lokal

Sprout, dkk (2006) menjelaskan anastesi lokal pada rongga mulut menggunakan novocaine atau lidocaine sesuai dosis secara umum masih dapat dikatakan aman bagi wanita hamil namun penggunaan citanest perlu dihindari karena dapat menyebabkan vasokonstriksi dan oktopressin yang dapat merangsang terjadinya persalinan.

b. AntibiotikSprout, dkk (2006) menyebutkan antibiotic seperti penicillin, amoxicillin, dan clindamycin masih dapat digunakan bagi ibu hamil namun penggunaan tetracycline harus dihindari karena dapat menyebabkan diskolorasi pada gigi desidui dan gigi permanen janin. Metranidazole memiliki sifat teratogenik yang dapat menimbulkan/memicu pertumbuhan tumor sehingga sangat perlu dihindari bagi ibu hamil.

c. AnalgesikAnalgesik pada ibu hamil dapat diberikan paracetamol dan produk-produk yang mengandung acetaminophen seperti Tylenol. Pemberian obat anti inflamasi yang non steroid perlu dihindari karena dapat merangsang alergi pada janin begitu pula penggunaan opioid/opiate yang umumnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit di gigi (Sprout, dkk, 2006)

d. AnastesiTindakan perawatan gigi yang menggunakan anastesi secara umum atau sedasi perlu dihindari karena dapat menyebabkan hipoksia pada fetus, selain itu sakit gigi yang akut yang mungkin membutuhkan perawatan darurat dilakukan dengan perawatan secara konservatif (Sprout, dkk, 2006).

e. Penggunaan Amalgam

1

Page 2: Bms 2-Tugas Drg Dian

Sprout, dkk (2006) menjelaskan sebagian ibu hamil menunjukkan gejala keracunan terhadap toksik merkuri pada tambalan amalgam. Penggantian atau pelepasan tambalan amalgam yang tidak perlu harus dihindari karena masih belum terdapat kepastian terhadap toksik merkuri dengan amalgam itu sendiri. Tindakan perawatan bagi pasien yang tidak tahan dengan penggunaan amalgam adalah menggantinya dengan material komposit.

f. Radiografi Penelitian hubungan radiografi dengan berat badan bayi lahir rendah menunjukkan adanya hubungan diantara keduanya sehingga apabila memang diperlukan radiografi maka apron perlu digunakan di daerah perut dan leher tiroid (Sprout, dkk, 2006).

Litlle, dkk (2002) menyebutkan perawatan pada ibu hamil sebaiknya dihindari utamanya ketiga masa kehamilan pada trisemester pertama dan ketiga sementara trisemester kedua dianggap sebagai masa yang paling aman dalam melakukan penanganan terhadap pasien. Masa kehamilan trisemester pertama dianggap membahayakan karena janin sedang mengalami masa organogenesis sementara pada masa kehamilan ketiga perawatan yang membutuhkan waktu cukup lama justru akan membebani ibu hamil tersebut karena ia diam duduk dengan menanggung beban bayinya pula sehingga lebih mengarah ke faktor kenyamanan dari pasien. Perawatan scalling dan polishing atau kuret pada akar gigi hanya dilakukan ketika dinilai benar-benar diperlukan. Reduksi streptococcal pada ibu hamil disebutkan dapat mengurangi faktor resiko terjadinya karies pada janin namun disisi lain adanya penyakit periodontal pada ibu meningkatkan resiko berat badan bayi lahir rendah.

2. Manifestasi oral kehamilana. Gingivitis kehamilan/ Gingivitis Gravidarum

Errahman (2000) menjelaskan bahwa kehamilan tidak secara langsung menyebabkan gingivitis dan mengubah kondisi gingiva sehat namun ia memengaruhi daerah gingival yang telah terinfeksi sebelumnya. Infeksi tersebut dapat berupa kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambalan kurang baik, dan gigi tiruan yang kurang baik. Infeksi tersebut dapat pula diperburuk dengan kondisi ibu hamil yang sulit menjaga kebersihan rongga mulutnya karena adanya rasa mual, muntah, atau rasa takut bila gusi berdarah, maupun rasa lelah yang dirasakan karena kehamilannya. Plak yang umumnya muncul sebagai iritan lokal banyak mengandung bakteri Gram negativ anaerob seperti Bacteroides melaningogenicus.  

Fatimah (2005) menambahkan bahwa gingivitis kehamilan ini biasanya terjadi pada trisemester pertama saat prostalglandin dalam kadar tinggi dan trisemester ketiga kehamilan ketika estrogen dan progesterone dalam darah mencapai puncaknya namun dapat kembali seperti semula setelah kehamilan usai. Perubahan hormonal dalam hal ini estrogen dan progesteron akan meningkatkan vaskularisasi dan perubahan di dinding pembuluh darah gingiva sehingga ia lebih permeabel seperti gingival tampak merah, bengkak, dan mudah berdarah selain itu akan menimbulkan respon radang yang berlebih ketika terjadi infeksi karena adanya degranulasi/kerusakan pada sel mast gingival. Pasien yang menderita gingivitis kehamilan ini gingival tampak merah menyala hingga merah kebiruan, bengkak, mudah berdarah baik secara spontan ataupun ketika terkena sentuhan ringan. Penyakit

2

Page 3: Bms 2-Tugas Drg Dian

gingivitis gravidarum ini dapat merangsang hormon prostaglandin yang berpengaruh terhadap kinerja otot rahim sehingga akan memacu kerja dari otot rahim untuk berkontraksi secara berlebih yang kemudian menyebabkan resiko lahir premateur pada trimester 1 atau ke-2 (usia janin di bawah 28 minggu). Ibu hamil dengan gusi terinfeksi diketahui dapat menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta seperti kuman Fusobacterium nucleatum yang menginfeksi gusi ibu ditemukan dalam tubuh janin dan dapat mengakibatkan keguguran. Gingivitis yang terjadi juga akan mendorong terjadinya mobilisasi gigi utamanya pada masa trisemester pertama dan kedua.

Gambar 2.1 Gingivitis Gravidarum

b. Tumor Kehamilan/ Granuloma Piogenik/ Epulis Gravidarum

Errahman (2000) menjelaskan bahwa penyakit ini bukan termasuk suatu neoplasma karena merupakan suatu respon iritasi lokal atau bentuk lebih parah dari hiperemi dan pembengkakan yang terjadi pada gingivitis kehamilan. Penyakit ini umumnya menyerang daerah diantara dua gigi (interdental) dan umumnya terjadai pada trisemester pertama kehamilan namun terdapat pula laporan terjadi di trisemester kedua kehamilan. Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada saat kehamilan utamanya progesterone yang terlibat dengan rekasi inflamasi serta ia memiliki kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya. Pembesaran gingiva akan mengalami penurunan pada kehamilan bulan ke-9 dan beberapa hari setelah melahirkan. Keadaannya akan kembali normal seperti sebelum hamil. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.

Fatimah (2005) menambahkan patofisoliogi penyakit ini menyerupai gingivitis kehamilan. Iritasi lokal yang terjadi seperti karena adanya plak pada ibu hamil akan diperparah dengan adanya kondisi perubahan hormon kemudian peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesterone pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada jaringan, diantaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gingiva menjadi lebih merah, bengkak, dan mudah mengalami perdarahan. Tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula

3

Page 4: Bms 2-Tugas Drg Dian

yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Pasien umumnya tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi

Gambar 2.2 Epulis Gravidarum

3. Karies dan Erosi EnamelFatimah (2005) menjelaskan karies dan erosi enamel yang terjadi pada ibu hamil

tidak secara langsung disebabkan oleh kehamilannya. Karies yag terjadi lebih mengarah dikarenakan faktor ngidam ibu hamil umumnya pada awal masa kehamilan untuk mengatasi rasa mual yang terjadi serta diperparah dengan kondisi oral hygene ibu buruk seperti karena adanya hambatan rasa mual ketika ingin menyikat gigi. Erosi enamel yang terjadi lebih dikarenakan ibu hamil yang mengalami morning sick akan merasakan mual yang kemudian terkadang disertai muntah. Cairan lambung yang bersifat asam yang turut dikeluarkan ketika muntahlah yang menjadi penyebab erosi enamel ini meski hal tersebut harus terjadi secara berulang.

Gambar 2.3.1 Karies

4

Page 5: Bms 2-Tugas Drg Dian

Gambar 2.3.2 Erosi Enamel

4. Glosittis dan Angular Cheilitis

Errahman(2000) menjelaskan kehamilan akan meningkatkan kebutuhan akan riboflavin dan pyridoxin. Defisiensi kedua zat ini akan merangsang adanya infeksi Candida albicans. Gamabran klinisnya tampak lidah berwarna merah dan licin dengan hilangnya struktur papilla dan timbulnya rasa nyeri.

Gambar 2. 4.1 Glosittis

Gamabr 2.4.2 Angular Cheilitis

5

Page 6: Bms 2-Tugas Drg Dian

DAFTAR PUSTAKA

Errahman, A, 2000, Manifestasi Kehamilan di Rongga Mulut, repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8526/1/950600002.pdf Diakses pada hari Senin, 11 November 2012 pukul 15.00 WIB

Fatimah, 2005, Manifestasi Kehamilan di Rongga Mulut dan Perawatannya repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../000600032.pdf Diakses pada hari Jumat, 9 November 2012 pukul 16.00 WIB

Guyton, A.C, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta

Litlle, J.W, Donal, A.F, Craig, S.M, dan Nelson, L.R, 2002, Dental Management of the Medically Compromised Patient, Sixth Edition, San Fransisco, Mosby

Sherwood, L, 2011, Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta

Sprout, C, Georgina, B, dan Mark, M, 2006, Essential Human Disease for Dentists, London, Elsevier

6