Blok 18

18
DIFTERI PADA ANAK DENGAN RIWAYAT IMUNISASI TIDAK LENGKAP Mawar Makmaker 102013144 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Transcript of Blok 18

Page 1: Blok 18

DIFTERI PADA ANAK DENGAN RIWAYAT IMUNISASI TIDAK LENGKAP

Mawar Makmaker102013144Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Page 2: Blok 18

SKENARIO Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun

dibawa ibunya ke IGD RS karena sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan didahului batuk-pilek sejal 1 minggu yang lalu. Dua hari yang lalu anak mengalami demam disertai nyeri menelan. Pasien juga tidak mau makan. Riwayat imunisasi pasien ternyata tidak lengkap

Page 3: Blok 18

RUMUSAN MASALAH Laki-laki (3 tahun) dengan keluhan sesak napas 1 hari yang lalu, didahului batuk-pilek 1 minggu yang lalu. Demam ,nyeri menelan 2 hari yang lalu. Riwayat imunisasi tidak lengkap

Page 4: Blok 18

HIPOTESIS Pasien menderita difteri

Page 5: Blok 18

ALLOW-ANAMNESISANAMNESIS

Nama, Alamat, TTL, Agama,

Pendidikan, dll

1.Batuk pilek 1 minggu yang lalu2. Demam, nyeri menelan 2 hari

yang lalu3.Tidak mau

makan

Apa ada episode sebelumnya?

Apa ada penyakit

kardiovaskular atau pernapasan

sebelumnya? Alergi?

Sesak napas haei yang

lalu

Apakah ada keluarga

yang mengalami hal yang

sama

Identitas Pasien KU + Lama

RPS

RPDRPK

1.Riwayat pengobatan

sebelumnya?

2.Riwayat imunisasi

Page 6: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIK1.Keadaan umum2.Kesadaran3.Tanda-tanda vital

Page 7: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIK4.Pemeriksaan mulut dan faring a) inspeksi ukuran, posisi, kesimetrisan dan penampakan tonsil

b) inspeksi pada palatum molle, uvula, dan daerah faring. Perhatikan warna serta kesimetrisannya, dan cari eksudat, pembengkakan, ulserasi, dan pembesaran tonsil

Page 8: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIKHasil difteria: a) Daerah tenggorok berwarna merah gelapb) Uvula, faring, serta lidah terdapat eksudat

(pseudomembran) yang berwarna kelabu. c) Jalan napas dapat tersumbat karena adanya

oedem pada faring, tonsil, atau laring.

Page 9: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIK

Page 10: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIK5.Pemeriksaan leher (kelenjar limfe) a)inspeksi leher : kesimetrisannya dan setiap

massa atau jaringan parut yang ada. b)Lakukan palpasi nodus limfatikus.Cari

pembesaran kelenjar ludah parotis atau submandibular dan perhatikan setiap nodus limfatikus yang terlihat.

Page 11: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIKHasil: Limfonodi yang membesar dan nyeri tekan

memberi kesan adanya peradangan oleh karena infeksi virus atau bakteri, difokuskan pada pemeriksaan nodus limfatikus submandibular dan servikal karena pada difteria

Page 12: Blok 18

PEMERIKSAAN FISIK6.Pemeriksaan paru Auskultasi: keadaan aobstruksi saluran

napas atas, inspirasi akan memanjang dan stridor, batuk, serta ronkhi. Stridor merupakan bunyi pernapasan yang khas pada penderita difteria.

Page 13: Blok 18

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 14: Blok 18

PEMRIKSAAN PENUNJANGMorfologi a) batang yang agak

bengkokb) menunjukkan

granula metakromatik,

c) tersusun dalam bentuk ‘V’ atau palisade sejajar

Page 15: Blok 18

PEMERIKSAAN PENUNJANG2.Uji Biokimiaa) Katalase positif b) Nitrat positif.c) Urea negative

3.Shick tes

Page 16: Blok 18

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 17: Blok 18

DIAGNOSIS

Abses retrofaring kumpulan nanah yang terbentuk di

ruang retrofaring. Biasanya pada anak 3 bulan-5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

Kuman: campuran aerob dan anaerob.

Demam, leher kaku, nyeri dan sukar menelan. Posisi kepala hiperekstensi dan miring ke arah yang sehat. Anak kecil akan menangis terus dan tidak mau makan atau minum. Dapat timbul sesak napas, stridor, dan perubahan suara. Pada dinding belakang faring tampak benjolan hiperemis yang teraba lunak.

Page 18: Blok 18

DIAGNOSIS

Abses peritonsil takibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang

bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda.

Penyebab: organisme yang bersifat aerob maupun yang bersifat anaerob. kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik.

Gejala: tonsilitis akut, odinofagia (nyeru menelan) yang hebat, pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga (otalgia), muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara sengau (rinolalia), dan kadang-kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.

Bila ada nyeri di leher (neck pain) dan atau terbatasnya gerakan leher (limitation in neck mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot tengkuk (cervical muscle inflammation).

Prosedur diagnosis dengan melakukan aspirasi jarum (needle aspiration). Tempat