blok 13

download blok 13

of 18

Transcript of blok 13

Test skrining perkembangan menurut denver (denver developmental screening test/DDST) Denver II (DDST II) adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari Denver developmental screening Test (DDST) dan Revised Denver Developmental Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.1

Tujuan2

Tujuan dari DDST II adalah untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak dan untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.

Manfaat2

Manfaat dari DDST II adalah untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak, untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin, dan untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan anak.2

Dilakukan2

DDST II terdiri dari 2 tahap, yaitu: Tahap pertama : secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia :

3 6 bulan 9 12 bulan 18 24 bulan 3 tahun 4 tahun 5 tahun

Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostic yang lengkap.1

Aspek yang dinilai1

Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu : 1. Sektor personal social. Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. 2. Sektor gerakan motor halus. Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil. 3. Sektor bahasa. Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4. Sektor gerakan motor kasar. Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.

Persiapan2

1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan bersih. 2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras. 3. Formulir Denver.

Sumber, images.google.com 4. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai. 5. Dekat dengan anak. 6. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ. 7. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.

Alat yang digunakan2

1. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm) 2. Kismis/manik-manik 3. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm

4. Kerincing dengan gagang yang kecil 5. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm 6. Bel/lonceng kecil 7. Bola tennis 8. Pensil merah 9. Boneka kecil dengan botol susu 10. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan 11. Kertas kosong

Prosedur2

1. Sapa orang tua / pengasuh anak dengan ramah. 2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua. 3. Buat komunikasi yang baik dengan anak. 4. Hitung umur anak dan buat garis umur.

Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir. minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.

1. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2

2. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna yang berbeda.3. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai

dengan apa yang ingin ditestkan. 4. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.

Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i (gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat lulus pada 3 tugas perkembangan.

Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah i, lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak :gagal pada 3 tugas perkembangan.

1. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.

Hal hal yang perlu diperhatikan2 dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut.

1. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas,

2. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang

mengahambat test. 3. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua. 4. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan. 5. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban. 6. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau abnormal.7. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua. 8. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau

perilaku pada waktu lain.

Penilaian1,2 memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).

1. Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak

2. Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik.3. Refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat

dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).4. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai

kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R. Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur adalah sebagai berikut: Misalnya budi lahir pada tanggal 23 mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut: 1994 10 5 (saat tes dilakukan) 1992 5 23 (tanggal lahir budi) -------------------------- 2 4 12 Umur budi adalah 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan ke bawah sehingga umur budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian di tarik garis vertical pada formulir DDST yang memotong kotak kotak tugas perkembangan pada ke 4 sektor. Tugas tugas yang terletak di sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak anak seusia budi. Apabila budi gagal mengerjakan beberapa tugas tugas tersebut (F), amka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertical umur, maka ini bukan suatu keterlambatan,

karena pada control lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak kotak di sebelah kanan garis umur. Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di tes sesuai petunjuk dibaliknya formulir.

Interpretasi penilaian individual2 Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.

1. Lebih (advanced)

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf

2. Normal Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelah kanan garis umur di kategorikan sebagai normal

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75 %, maka dikategorikan sebagai normal.

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf

3. Caution / peringatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75 dan 90 %.

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf 4. Delay / keterlambatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf 5. No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.

Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf

Hasil penilaian2

1. Normal Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

2. Suspect / di duga

Bila didapatkan 2 caution dan / atau 1 keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu, sambil melatih keterlambatannya.

3. Untestable / tidak dapat diuji

Bila ada skor menolak pada 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 7590%.

Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu.

Sumber 1. Soetjiningsih, Ranuh NG. Tumbuh kembang anak. 1th ed. Jakarta: EGC;1995.p 2. Denver Development Screening Test II, di unduh dari http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf tanggal 15 Januari 2012.

Keterlambatan Tumbuh Kembang Bayi & Pediatri Sosial

I.

PENDAHULUAN1 Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi

saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu petumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan perdefinisi adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingakt sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). 2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang kebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedimikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada stiap individu. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologinya. Tingakat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai factor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetic, lingkungan biofisika-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhirnya yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersindiri pada setiap anak.

I.

Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan dinegara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom down, sindrom turner, dll. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan., sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkuangan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam kandungan

(faktor pranatal)b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor

postnatal).a. Faktor lingkungan prenatal

Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:

1. Gizi ibu pada waktu hamil. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya. Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan muda terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi ke generasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi. 2. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis congenital, palsi fasialis, atau kranio tabes. 3. Toksin/zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker, dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat /peminum alcohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, seperti di jepang yang dikenal dengan penyakit minamata. 4. Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like Growth Factors / IGFs). Somatotropin (growth hormone) disekresi oleh kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9. Produksinya terus meningkat sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap sampai lahir. Perannya belum jelas pada pertumbuhan janin.

Hormon

plasenta

(human

placental

lactogen

=

hormon

chorionic

somatromammotropic), disekresi oleh plasenta di pihak ibu dan tidak dapat masuk kejanin. Kegunaannya mungkin dalam fungsi nutrisi plasenta. Hormon-hormon tiroid seperti TRH (thyroid releasing hormon), TSH (thyroid stimulating hormon), T3 dan T4 sudah diproduksi oleh janin sejak minggu ke-12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada minggu ke-13. Kadar hormon ini makin meningkat sampai minggu ke-24, lalu konstan. Perannya belum jelas, tetapi jika terdapat defisiensi hormon tersebut, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat yang dapat mengakibatkan retadasi mental. Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat sampai bulan ke-6 dan kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintensis protein janin, dan pengaruhnya pada pembesaran sel sesudah minggu ke-30. Sedangkan fungsi IGFs pada janin belum diketahui dengan jelas. Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang hamil dan tidak mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35 tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil, PKU (phenylketonuria), dll. 5. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyababkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya pada peristiwa di Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.

6. Infeksi Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influenza, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin. 7. Stres

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain. 8. Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. 9. Anoksia embrio Menurunnya oksigensi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan, berat badan lahir rendah. a. Faktor lingkungan post-natal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu system yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen. Risiko palsi serebralis lebih besar pada BBLR (berat badan lahir rendah) yang disertai asfiksia berat, hiperbilirubinemi yang disertai kern ikterus, IRDS (idiophatic respiratory syndrome, asidosis metabolik, dan meningitis/ensefalitis. Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peranan ibu dalam ekologi anak, yaitu peran ibu sebagai para genetik faktor yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian. Disamping itu pemberian ASI/menyusui adalah periode ekstragestasi dengan payudara sebagai plasenta eksternal, karena payudara menggantikan fungsi plasenta tidak hanya dalam memberikan nutrisi bagi bayi, tetapi juga sangat mempunyai arti dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan anak-ibu tidak terputus begitu dia dilahirkan kedunia. Demikian pula dengan memberikan ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Lingkungan post-natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum digolongkan menjadi:

1. Lingkungan biologis, antara lain:

a. Ras / suku bangsa. Bangsa kulit putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada bangsa Asia b. Jenis kelamin. Di katakana anak laki laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti penyebabnya. c. Umur. Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kekurangan gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.d. Gizi. Makanan memegang peranana penting dalam tumbuh kembang anak, dimana

kebutuhan gizi anak yang adekuat,sehingga dapat memeroleh tumbuh kembang yang optimal.e. Perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi

pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak. f. Kepekaan terhadap penyakit. Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari penyakit penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Disamping imunisasi, gizi juga memegang peranan penting terhadap kepekaan terhadap suatu penyakit.g. Penyakit kronis. Anak yang menderita penyakit kronis akan mengganggu tumbuh

kembang dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.h. Fungsi metabolism. Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam

proses metabolism pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus di dasarkan atas perhitungan yang tepat atau memadai.1. Faktor fisik a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah. Musim kemarau yang panjang / adanya

bencana alam lainnya, dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak kurang gizi. Demikian pula gondok endemic banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium.

b. Sanitasi. Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan

lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Lingkungan yang bersih akan menjauhkan anak dari berbagai penyakit yang bisa menggangu tumbuh kembang anak.c. Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian. Keadaan

perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.1. Faktor psikososial a. Stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak

yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang / tidak mendapatkan stimulasi. b. Motivasi belajar. Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang dekat, buku buku, suasana yang tenang, dsb. c. Ganjaran hukum yang wajar. Hukuman yang diberikan jika melakukan kesalahan penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari. Tentu saja hukuman tidak boleh dengan melukai fisik dan mental anak, tetapi secara objektif dengan member pengertian dari hukuman tersebut, mana yang baik dan yang benar.d. Kelompok sebaya. Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan

teman sebaya, tetapi perhatian dari orang tua untuk memantau dengan siapa anak itu bergaul menjadi sangat penting, agar anak tidak terjerumus terhadap hal hal yang negatif.e. Stres. Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya anak

akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun dsb. f. Sekolah. Diharapkan kepada setiap anak mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup anak tersebut.g. Cinta dan kasih sayang. Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.

Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Agar kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberi kasih sayang kepada sesamanya.

1. Faktor keluarga a. Pekerjaan / pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.b. Pendidikan ayah / ibu. Pendidikan orang tua merupakan factor penting bagi tumbuh

kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat mengetahui cara pengasuhan anak yang baik.c. Jumlah anak yang banyak. Jumlah anak yang banyak pada keadaan social ekonomi yang

cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada social ekonomi yang kurang, selain kurangnya kasih sayang dari orant tuanya, juga kebutuhan primer akan kurang / tidak terpenuhi. d. Jenis kelamin. Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki laki. Sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita. Demikian juga dengan pendidikan, dimana masih banyak wanita yang buta huruf.e. Stabilitas rumah tangga. Keadaan rumah tangga yang harmonis akan mempengaruhi

tumbuh kembang anak yang optimal, dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.f. Adat istiadat. Norma norma dan tabu. Adat istiadat yang berlaku akan mempengaruhi

terhadap tumbuh kembang anak. g. Agama. Pengajaran agama sedini mungkin diperlukan untuk membentuk kepribadian anak yang baik kemudian hari.