Biologi Perikanan Laporan
-
Upload
budhi-agung-prasetyo -
Category
Documents
-
view
103 -
download
5
description
Transcript of Biologi Perikanan Laporan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang
dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan
kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan,
tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan,
pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi
dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan
dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang
peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika
kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai
faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan
komposisi materi meliputi analisa morfometri, analisa pola kebiasaan makanan
ikan (food habits), tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai
fekunditas, analisa hubungan panjang berat, dan faktor kondisi. Ikan yang
digunakan adalah ikan tiga waja (Otolithoides microdom) (Effendie, 1997).
Dengan melaksanakan praktikum Biologi Perikanan ini diharapkan kita
dapat lebih memahami dan mengerti segala kegiatan yang dilakukan selama
praktikum berlangsung dan dapat memahami hasil yang diperoleh dalam
praktikum ini sehigga kita dapat lebih mendalami mata kuliah Biologi Perikanan
(Effendie, 1997).
1.2. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu
yang didapat untuk dikembangkan lagi dalam perkulihan serta dapat bermanfaat
bagi dunia perikanan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi perikanan ini adalah :
1. Mengetahui bentuk luar tubuh ikan (Analisa morfometri).
2. Mengetahui kebiasaan makanan (Food habits).
3. Mengetahui Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan.
4. Mengatahui Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan.
5. Mengatahui nilai fekunditas ikan.
6. Unmtuk melihat dan menganalisa hubungan panjang dan berat ikan.
1.4. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November
2006 di Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisa Morfometri
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh
pada bentuk tubuh ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan
macam-macam alat tubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah
laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat (Effendie 1997).
Bentuk tubuh ikan digunakan untuk mengetahui cara hidup ikan tersebut.
Bentuk tubuh ikan masing-masing menurut Rahardjo (1980) adalah, sebagai
berikut:
1. Bentuk pipih, terdiri dari dua pipih yaitu pipih lateral, dimana ikan ini dalam
keadaan biasa berenang dengan lambat tetapi bila datang bahaya atau hal lain
mampu berenang dengan cepat dan pipih dorsaventral, bentuk ikan ini sangat
dekat dengan ikan yang hidup di dasar perairan.
2. Bentuk torpedo, bentuk tubuhnya ramping dengan potongan melintang, badan
berbentuk elips.
3. Bentuk tubuh memanjang.
4. Bentuk paruh.
5. Bentuk tubuh membulat.
6. Bentuk tubuh pita.
7. Bentuk kombinasi
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang
satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada
karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri
merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan tersebut
(Effendie, 1997). Menurut Rifai (1983), morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan
yang terlihat dan harus diamati yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk
operculum, mengukur antar bagian tubuh ikan.
2.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Dalam Biologi Perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan
menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau
belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali
pemijahannya dalam satu tahun, dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat
gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10% (Effendie, 1997).
Dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan ada dua cara. Pertama
adalah secara morfologi yaitu penentuan yang dilakukan di lapangan atau di
laboratorium berdasarkan bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina
lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter
telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang
terdapat dalam testis. Kedua adalah secara histologis yaitu penentuan yang
dilakukan di laboratorium berdasarkan kepada penelitian mikroskopik. Dari
penelitian ini akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan
mendetail (Effendie, 1997).
Menurut Effendie (1997), garis besar penentuan tahap kematangan gonad
adalah sebagai berikut :
1. Apabila ikan itu mempunyai seksual demorpisme yang jelas membedakan
antara jantan dan betina, untuk kemudian diteliti lebih lanjut masing-masing
tingkat kematangannya.
2. Apabila ikan tidak mempunyai seksual demorpisme dan tidak mempunyai
sifat seksual sekunder yang jelas, maka untuk melihat jenis kelaminnya
dengan jalan melihat gonad melalui pembedahan.
3. Baik untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan pisahkan
menurut kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri demikian
pula gonad ikan betina, namun data lainnya dari masing-masing gonad
tersebut jangan sampai hilang atau tercampur sehingga menyusahkan analisa
selanjutnya.
4. Gonad ikan dikelompokkan kedalam beberapa kelompok mulai dari yang
terendah sampai tertinggi. Pembagian kelompok ini sebaiknya hanya beberapa
saja dimana untuk membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya
yang terdekat harus jelas perbedaannya.
Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan pembeda
dalam penentuan kelompok Tingkat Kematangan Gonad, diantaranya ialah :
Untuk ikan betina :
1. Bentuk ovarium
2. Besar kecilnya ovaium
3. Pengisian ovarium dalam rongga perut
4. Warna ovarium
5. Halus tidaknya ovarium
6. Ukuran telur dalam ovarium secara umum
7. Kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya
8. Ukuran (garis tengah) telur
9. Warna telur
Untuk ikan jantan :
1. Bentuk testis
2. Besar kecilnya testis
3. Pengisian testis dalm rongga tubuh
4. Warna testis
5. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah/dalam
keadaan segar).
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal dan Braum,
1968) :
1. Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan
ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat
dengan mata biasa.
2. Dara berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih
sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan
kaca pembesar.
3. Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan
pembuluh darah kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah.
Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II
Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau
bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur
jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3
ruang bawah.
5. Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya
bulat , beberapa daripadanya jernih dan masak.
6. Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya
berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam
ovarium.
7. Mijah/salin
Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.
8. Salin/spent
Testis dan ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan
sedang dihisap kembali.
9. Pulih salin
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah.
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikosky (Bagenal dan Braum,
1968) :
1. Tidak masak
Individu muda belum berhasrat dalam reproduksi: gonad sangat kecil.
2. Tahap istirahat
Produk seksual belum mulai berkembang; gonad kecil ukurannya; telur
belum dapat dibedakan oleh mata biasa.
3. Pemasakan
Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa ; pertambahan berat gonad
dengan cepat sedang berjalan ; testis berubah dari transparan ke warna muda
pias.
4. Masak
Produk seksual masak ; gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk
seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan.
5. Reproduksi
Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan ; berat gonad turun menjadi
cepat dari awal pemijahan sampai selesai
6. Kondisi salin
Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan kemerah-merahahan;
gonad seperti kantung kempis, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa, dan
testis berisi sperma sisa.
7. Tahap istirahat
Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan
lagi, gonad bentuknya kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.
2.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat
seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah
telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu
memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai
proses selesai (Effendie, 1979).
Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat
kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan
ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan
Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad
dengan berat tubuh.
Menurut Effendie (1997), nilai IKG dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad Ikan (gram)
Bt = Berat tubuh Ikan (gram)
2.4. Nilai Fekunditas
Fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan
itu akan memijah. Fekunditas ini dinamakan fekunditas individu atau fekunditas
mutlak. Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut
fekunditas nisbi (Nikolsky, 1963) dan fekunditas ikan selama hidupnya disebut
fekunditas total (Royce, 1972).
Perhitungan fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang
sudah masak yang diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam
kenyataannya sering dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum masak benar
tetapi butir telur ikan tersebut sudah dapat dipisahkan. Bila demikian maka
sebaiknya tingkat kematangan gonad ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat
gambaran sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lainnya
(Effendie, 1997).
Beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi
mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang
ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah
komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam
dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya.
Bagenal (1978) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang
akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan
oleh induk (Effendie, 1997).
Nikolsky (1969) menyatakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan
populasi tertentu untuk mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi
relatif. Misalnya fekunditas populsi relatif dari seratus, seribu, atau sepuluh ribu
individu dari kelompok umur tertentu. Jumlah ikan dalam tiap-tiap kelas umur
dikalikan fekunditas rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari
menjumlahkan semua kelompok umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas
ini dapat berbeda dari tahun ke tahun karena banyak individu yang tidak memijah
tiap-tiap tahun. Apabila dalam satu tahun terdapat individu dalam jumlah banyak
akan menyebabkan fekunditas rendah pada tahun yang lainnya.
Menurut Nikolsky (1963), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan
dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam
hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu
dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-
masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus
mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda
numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam
daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. pada
tahun 1969, Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa adalah jumlah telur dari
generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada
dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ini maka
dianjurkan untuk menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam
tahap kematangan yang ke IV (menurut Nikolsky) dan yang baik sesaat sebelum
terjadi pemijahan (Effendie, 1997).
Menurut Bagenal et all (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik,
definisi fekunditas yang paling cocok kondisinya ialah jumlah telur yang
dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dan
dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya
dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula
dalam pengelolaan perikanan yang baik. Menurut Effendie (1979) nilai fekunditas
dapat dinyatakan dengan rumus :
Keterangan :
F = Fekunditas
G = Berat gonad (gr)
V = Volume pengenceran (mL)
X = Jumlah telur
Q = Berat telur contoh (gr)
2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habits)
Dalam mengelompokkan ikan berdasarkan kepada makanannya, ada ikan
sebagai pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus,
ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari
macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan
pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang
macamnya sedikit atau sempit dan monophagic ialah ikan yang makanannya
terdiri dari satu macam makanan saja (Effendie, 1979).
Analisa pola kebiasan makanan ikan dipakai dalam menentukan gizi
alamiah ikan itu. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat
hubungan ekologi diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk
pemangsaan, predasi dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu
bagi pertumbuhan, kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu
spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan
tersebut berada (Effendie, 1979).
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata,
Penciuman dan peraba digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan
pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh
dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak
untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman dan peraba
tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan
diterima atau ditolak (Effendie, 1979).
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan
terdapat apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil
makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang
satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus
menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan
makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal
aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan
diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan juga
dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat
berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan
(Effendie, 1979).
2.6. Analisa Hubungan Panjang Berat
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan
diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan
waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu
tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal
periode (pertumbuhan nisbi) ( Effendie, 1979).
Menurut Wootton (1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan
suatu petunjuk tentang keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan
mempunyai nilai praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam
berat ikan atau sebaliknya.
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada
juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol,
diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur,
faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk
mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi kalau dalam alam tidak ada
kontrol yang dapat diterapkan. Juga faktor seks tidak dapat dikontrol. Ada ikan
betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya ada pula spesies
ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan.
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya mempengaruhi
pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Sebagian dari
makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang,
pemijahan penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena
pada waktu tersebut pada umumnya iakn tidak makan. Baru setelah periode
tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan
tersebut sedia kala (Bagenal, 1967) dalam Effendie (1979)
Pertambahan ukuran baik dalam panjang atau dalam berat biasanya diukur
dalam waktu tertentu. Hubungan pertambahan ukuran dengan waktu bila
digambarkan dalam suatu sistem koordinat menghasilkan suatu diagram dikenal
dengan nama kurva pertumbuhan (Djuhanda, 1981).
Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang
keadaan ikan. Analisa hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis
yang memungkinkan untuk mengubah nilai panjang kedalam berat ikan atau
sebaliknya (Rifai, 1983).
2.7. Faktor Kondisi
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan adalah faktor kondisi atau
indeks ponderal. Sering pula disebut faktor K. Faktor ini menunjukkan keadaan
balik dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Dalam penggunaanya secara komersil, kondisi ini memiliki arti kualitas dan
kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan atau dimakan. Jadi
kondisi disini berarti memberikan keterangan secara biologis maupun komersial
(Effendie, 1997).
Selama dalam masa pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan
akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini,
berat ikan yang ideal dianggap sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan
berlaku untuk ikan kecil maupun besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa
diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan
nilai perbandingan tadi ( Effendie, 1997).
Perhitungan faktor kondisi ini berkaitan dengan perhitungan analisis
hubungan panjang berat ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk
perhitungan faktor kondisi digunakan rumus :
Dimana :
K(TI) = Faktor kondisi dalam panjang total
W = Berat rata-rata ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas
L = Panjang rata – rata ikan dalam cm yang terdapat dalam
kelas tersebut.
Harga K sebenarnya tidak berarti apa-apa, akan tetapi terlihat
kegunaannya apabila telah dibandingkan dengan individu lainnya antara satu grup
dengan grup lainnya. Harga K itu berkisar antara 2 – 4 apabila bentuk agak pipih,
sedangkan bila badannya kurang pipih maka harga K berkisar antara 1 – 3
(Effendie, 1997).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Analisa Morfometri
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisis morfometri
No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan
1
2
3
4
5
Ikan sampel
Timbangan
Penggaris
Satu set alat bedah
Alat tulis
-
0,1 gr
1 mm
-
-
Untuk pengamatan
Untuk menimbang
Untuk mengukur sampel
Untuk membedah ikan
Untuk menulis data
3.1.1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan tingkat kematangan
gonad
No Alat dan Bahan Kegunaan
1
2
3
Gonad ikan
Kaca pembesar (lup)
Buku Kunci TKG menurut
Kesteven dan Nikolsky
Untuk pengamatan TKG
Untuk memperbesar preparat/sampel
Untuk mengidentifikasi gonad
3.1.2. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan indeks kematangan
gonad
No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan
1
2
3
4
5
6
Ikan sampel
Timbangan elektrik
Kertas tissue
Meja preparat(Styrofoam)
Satu set alat bedah
Alat tulis
-
0,1 gr
-
-
-
Untuk pengamatan
Untuk menimbang
Untuk membersihkan
kotoran
Untuk meletakkan sampel
Untuk membedah ikan
Untuk menulis data
3.1.3. Nilai fekunditas
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan fekunditas
No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Timbangan
Gonad
Pipet
Air 100 cc
Sedwick rafter
Kalkulator
Mikroskop
Pisau
Alat tulis
Beaker glass
0,1 gr
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Untuk menimbang gonad
Untuk pengamatan fekunditas
Untuk mengambil telur yang sudah encer
Untuk mengencerkan gonad
Untuk meletakkan telur
Untuk menghitung
Untuk menghitung jumlah telur
Untuk membelah gonad
Untuk menulis data
Untuk tempat meletakkan telur
3.1.4. Analisa Pola Kebiasaan makanan (Food Habits)
Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa pola kebiasaan
makan (food habits)
No Alat dan Bahan Ketelitian Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Spuit suntik
Timbangan
Penggaris
Sterofoam
Alat sectio
Benang
Gelas ukur
Kalkulator
Mikroskop
0.1 ml
0,1 gr
0,1 mm
20x30 cm
-
-
0,1 ml
-
-
Untuk mengukur volume lambung
tanpa isi
Untuk menimbang
Untuk mengukur
Untuk meletakkan preparat
Untuk membedah preparat
Untuk mengukur panjang usus
Untuk menghitung volume lambung
Untuk menghitung
Untuk mengamati makanan ikan pada
lambung
10
11
12
13
Alat tulis
Kaca penutup
Pipet tetes
Sedgwick rafter
-
-
-
-
Untuk menulis
Untuk menutup sedgwick rafter
Untuk meneteskan sampel makanan
yang telah diencerkan
Untuk meletakkan sampel makanan
yang telah diencerkan
3.1.5. Analisa Hubungan Panjang Berat
Tabel 6. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa hubungan
panjang berat
No Alat dan Bahan Kegunaan
1
2
3
Kalkulator
Alat tulis
Data panjang dan berat ikan
Untuk menghitung
Untuk menulis data
Untuk mencari hubungan panjang dan
berat ikan
3.1.6. Faktor kondisi
Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa faktor kondisi
No Alat dan Bahan Kegunaan
1
2
3
Kalkulator
Alat tulis
Data panjang dan berat ikan
Untuk menghitung
Untuk menulis data
Untuk mencari hubungan panjang dan
berat ikan
3.2. Metode
3.2.1. Analisa Morfometri
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisis morfometri adalah :
1. Melakukan identifikasi pada tiap ikan sampel.
2. Mengukur berat ikan , panjang standart, panjang total, lebar dan tinggi mulut
serta tinggi badan.
3. Menggambar ikan sampel beserta masing – masing bagian tubuhnya.
4. Menyebutkan ciri – ciri morfologinya.
3.2.2. Tingkat Kematangan Gonad
Metode yang digunakan dalam pengamatan tingkat kematangan gonad
adalah:
1. Menyiapkan gonad ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya, kemudian
mengamati dengan bantuan kaca pembesar
2. Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi :
Untuk ikan jantan :
1. Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (dalam keadaan segar)
2. Bentuk testis
3. Besar kecilnya testis
4. Pengisian testis dalam rongga tubuh
5. Warna testis
Untuk ikan betina :
1. Bentuk ovarium Besar kecilnya ovarium
2. Pengisian ovarium dalam rongga perut
3. Warna ovarium
4. Ukuran telur dalam ovarium secara umum
5. Halus tidaknya ovarium
6. Ukuran (garis tengah telur)
7. Warna telur
8. Kejelasan warna dan bentuk telur dengan bagian-bagiannya
3. Menentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci tingkat
kematangan gonad menurut Nikolsky dan Kestevan.
3.2.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Metode yang digunakan dalam pengamatan indeks kematangan gonad
adalah :
1. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan mengeringkan dengan
kertas tissue.
2. Menimbang tubuh ikan bersama gonadnya (Bt) dalam gram.
3. Membedah ikan pada bagian perutnya dan mengeluarkan gonad dengan hati-
hati jangan sampai pecah.
4. Mengeringkan gonad tersebut dengan kertas tissue dan menimbang gonad
tersebut (Bg).
5. Menentukan nilai IKG-nya dengan persamaan sebagai berikut :
IKG =
6. Mencatat dalam buku laporan sementara.
3.2.4. Nilai Fekunditas
Metode yang digunakan dalam pengamatan nilai fekunditas adalah :
1. Mengambil gonad dari tubuh ikan dan membersihkannya, kemudian
menimbang (G).
2. Mengambil gonadnya, kemudian memotong menjadi lima (5) bagian dan
mengambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad
sehingga diharapkan seluruh bentuk terwakili.
3. Sebagian telur yang telah diambil, ditimbang beratnya (Q) kemudian
memasukkan ke dalam beaker glass dan mengencerkan gonad tersebut dengan
air sebanyak 100 cc (V) dan mengaduk hingga homogen, dimana sudah tidak
ada lagi telur yang mengelompok.
4. Setelah homogen kemudian mengambil pipet dan menuangkan ke dalam
sedwick rafter dan mengamati di bawah mikroskop dan menghitung
jumlahnya.
5. Melakukan pengamatan masing - masing tiga kali ulangan.
6. Menghitung nilai fekunditas dengan menggunakan rumus :
F =
Dimana : F: Nilai fekunditas
G: Gonad yang telah ditimbang
V: Volume air
Q: Berat gonad
X: Jumlah telur
3.2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits)
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa pola kebiasaan makanan
(food habits) adalah :
1. Membedah ikan pada bagian perut dengan hati-hati dan menggambar alat
pencernaannya.
2. Mengangkat lambung ususnya jangan sampai pecah dan mengeluarkan isinya
keluar, pisahkan antara lambung dan usus.
3. Mengeluarkan isi lambung dari salah satu ujungnya, memasukkan isinya
dalam gelas ukur yang telah diisi aquades sebanyak 20 ml. Mencatat
pertambahan volumenya sebagai volume isi lambung.
4. Menjepit kedua ujung lambung yang sudah kosong kemudin menggunakan
spuit suntik, mengisi lambung dengan aquades hingga lambung benar - benar
penuh mencatat volume aquades yang dibutuhkan sebagai volume lambung.
5. Menambahkan isi lambung dengan aquades hingga 50 ml. Mengaduk hingga
homogen lalu mengambil dengan pipet, menuangkan ke dalam sedgwick rafter
dan mengamati di bawah mikroskop.
6. Sedgwick rafter berukuran 20 mm 50 mm, terdiri dari 1000 petak, dengan
panjang 50 petak dan lebar 20 petak dan ukuran tiap petak sebesar 1 mm3.
5 15 25 35 45
20 10
10 9 8 7 6
50
7. Pengamatan dilakukan disemuya petak. Mencatat jenis dan jumlah plankton
yang tercacah. Mengulangi pengamatan hingga 3x pengulangan. (Air didalam
Sedgwick-rafter dikembalikan ke dalam gelas ukur).
8. Setelah mengidentifikasi seluruh isi lambung, menghiung nilai “Indeks of
preponderance”dari setiap jenis makan dengan rumus:
IP = X 100%
Dimana :
IP = Indeks of preponderence
ni = persentase numerical satu macam makanan
oi = persentase frekuensi kejadian macam makanan
∑nixoi = Jumlah nixoi dari semua jenis makanan.
3.2.6. Analisa Hubungan Panjang Berat
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa hubungan panjang berat
adalah :
1. Mencatat data panjang dan berat ikan yang didapatkan dari asisten. Kemudian
mengurutkan data tersebut dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Mencari selisih dari nilai terendah dan tertinggi dari panjang dan berat
masing-masing ikan yang diukur dan membuat logaritmanya.
3. Dari perbedaan panjang dan berat ikan yang didapat, menentukan banyaknya
kelas yang dikehendaki.(berkisar 10-20 kelas)
4. Menentukan harga tengah-tengah dengan logaritma untuk masing-masing
kelas dengan cara menambahkan logaritma harga terendah dengan ½ kali
harga pada logaritma dari tiap-tiap kelas.
5. Setelah nilai dari masing-masing kelas didapat, membuat tabel
pengelompokkan ikan ke dalam kelas masing-masing untuk mencari nilai nX,
nY, ∑nY dan lain-lain.
6. Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan analisa Weighted Regretion yang
disertai anggapan bahwa ragam dari kelas-kelas tersebut sama untuk mencari
persaman regresinya.
7. Untuk hipotesis nillai b dengan H0 : b = 3 dan H1 ≠ 3 pada taraf uji 95% dan
carilah koefisien korelasinya (r).
8. Membuat grafik yang menyatakan hubungan antara hubungan log tengah
panjang dan log berat ikan empiris dan harapan. Untuk mendapatkan
hubungan yang sebenarnya dari hubungan panjang berat tersebut, maka
angka-angka tersebut dirubah dalam bentuk antilognya.
9. Mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan dan grafik.
3.2.7. Faktor Kondisi
Metode yang digunakan dalam menentukan faktor kondisi adalah :
1. Menghitung analisis hubungan panjang berat ikan yang telah dilakukan
sebelumnya.
2. Menghitung faktor kondisi dengan menggunakan rumus:
K(TI) =
Dimana:
K(TI) = Faktor kondisi dalam panjang total
W = Berat rata - rata ikan yang terdapat dalam suatu
Kelas (gram)
L = panjang rata-rata ikan yang terdapat pada kelas (mm)
3. Jika harga K berkisar antara 2-4 bentuk ikan agak pipih, sedangkan bila
badannya kurang pipih maka harga K berkisar antara 1-3.