Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain
-
Upload
robertus-hajai -
Category
Documents
-
view
74 -
download
0
description
Transcript of Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain
![Page 1: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/1.jpg)
Pendahuluan
Proses repoduksi manusia merupakan sesuatu hal yang sangat rumit dan penuh misteri.
Berdasarkan data yang ada, maksimal fekunditas manusia (kemungkinan terjadinya
konsepsi dalam satu siklus haid) adalah sekitar 30% (1). Hanya sekitar 50-60% konsepsi
tersebut yang berhasil melampaui usia kehamilan 20 minggu (1). Sedangkan 75% dari
kelompok yang gagal menjadi hamil ternyata disebabkan oleh karena gagal menjalani
proses implantasi (1). Kegagalan implantasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
sukar meningkatnya angka kehamilan pada fertilisasi invitro (FIV) (2).
Keberhasilan implantasi sangat bergantung kepada sinkronisasi komunikasi antara
proses pertumbuhan embrio dengan unsur-unsur parakrin dan autokrin dari endometrium
(3).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai proses biomolekuler yang terkait dengan
proses implantasi.
Implantasi Normal
Proses implantasi embrio merupakan tahapan yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan proses reproduksi manusia. Proses implantasi embrio mengandung proses
biologi yang sangat unik yang terkait dengan melekatnya embrio pada permukaan
endometrium yang bertujuan untuk pembentukkan plasenta, yang kelak merupakan
penghubung utama antara sirkulasi maternal dengan janin intrauterin. Keberhasilan
implantasi memerlukan embrio dengan stadium pertumbuhan yang normal dan tepat
waktu, endometrium yang reseptif dan komunikasi yang sinkron antara jaringan
embrionik dan jaringan maternal (4).
Fertilisasi terjadi di bagian ampula tuba falopii, 24-48 jam setelah ovulasi.
Kemudian hasil fertilisasi akan mengalami proses pembelahan sel dan sekaligus
melakukan perjalanan menuju uterus. Hasil konsepsi memasuki rongga uterus ketika
hasil konsepsi telah membelah mencapai tahap morula (12-16 sel), 2-3 hari setelah
fertilisasi. Secara bertahap morula akan berkembang menjadi blastokista yang ditandai
dengan adanya sel trofoblas pada permukaannya dan mengandung “inner cell mass”. 72
1
![Page 2: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/2.jpg)
jam setelah embrio memasuki rongga uterus, embrio akan terbebas dari lapisan zona
pelusida yang membungkusnya, sehingga sinsitio trofoblas akan berhadapan langsung
dengan lapisan endometrium (1).
Implantasi terjadi kurang lebih 6-7 hari setelah fertilisasi/konsepsi terjadi.
Terdapat tiga tahap dalam sebuah proses implantasi embrio manusia pada permukaan
endometrium. Tahap pertama disebut sebagai “aposisi”, yaitu suatu proses awal
melekatnya blastokista pada permukaan endometrium. Tahap ini merupakan tahap
orientasi bagi embrio sebelum melakukan proses implantasi yang lebih jauh lagi.
Sehingga tahap ini dapat dikatakan sebagai sebuah tahap yang masih belum belum stabil.
Pada tahap ini mikrovili permukaan apikal sinsitiotropblas mulai melekat dengan
tonjolan-tonjolan yang terdapat dipermukaan endometrium yang disebut sebagai
pinopoda (1, 4).
Tahap kedua disebut sebagai “adhesi”, yaitu tahap dimana blastokista melekat
lebih erat lagi dengan pinopoda. Pada tahap ini kutub embrionik langsung terarah ke
endometrium dan perlekatan menjadi lebih stabil dan mantap dibandingkan tahap
sebelumnya (1, 4).
Tahap terakhir dari proses implantasi adalah yang disebut sebagai proses “invasi”
trofoblas. Pada tahap ini sinsitiotrofoblas mulai melakukan infiltrasi kedalam jaringan
endometrium yang dilanjutkan dengan menembus lapisan myometrium (invasi
intersisialis) sehingga mencapai arteri spiralis (invasi endovaskular) (1, 4). Tahap terakhir
dari implantasi ditandai dengan adanya kontak yang erat antara trofoblas dan darah
maternal.
Reseptivitas endometrium dan peran aktif blastokista
Keberhasilan implantasi merupakan hasil akhir dari suatu proses interaksi yang kompleks
antara endometrium yang telah dipersiapkan dengan baik sebelumnya dengan blastokista
matur yang datang berikutnya. Adanya kegagalan sinkronisasi dari proses ini akan
berakhir dengan kegagalan proses implantasi (5).
Endometrium yang reseptif atau siap untuk menerima hasil konsepsi berada pada
fase luteal madya atau sekitar hari ke 20 sampai hari ke 24 dalam siklus 28 hari. Pada
2
![Page 3: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/3.jpg)
fase ini endometrium dipenuhi oleh pembuluh darah dan menjadi edematous. Kelenjar
endometrium bersekresi maksimal, dan permukaan endometrium akan dipenuhi oleh
tonjolan-tonjolan yang disebut sebagai pinopoda. Walaupun beberapa gejala ini dapat
dimanfaatkan sebagai indikator untuk sebuah keberhasilan kehamilan, namun sampai saat
ini masih belum terkuak secara lengkap bagaimana mekanisme yang berada dibalik ini
semua (5, 6).
Endometrium yang reseptif tidak dapat dibentukan dalam waktu singkat, namun
harus dipersiapkan sejak awal pembentukkan endometrium di fase proliferasi dini. Proses
pematangan di fase proliferasi endometrium sangat dipengaruhi oleh kadar estradiol yang
adekuat di dalam sirkulasi. Kadar estradiol yang optimal ini tidak terlepas dari tahapan
pertumbuhan folikulogenesis yang adekuat pula. Pada fase praovulasi, dibawah pengaruh
estradiol, endometrium akan mengalami proses proliferasi dan diferensiasi sel-sel stroma.
Setelah terjadi ovulasi, maka perubahan endometrium terutama dipengaruhi oleh
progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Pada fase ini, progesteron akan
mengubah endometrium fase proliferasi menjadi fase sekresi. Progesteron yang dibantu
oleh faktor-faktor pertumbuhan (growth factors), efektor sistem imun, beberapa enzim
dan sitokin sangat berperan penting dalam menciptakan endometrium yang reseptif
terhadap hasil konsepsi (blastokista) (6-8).
Pada proses implantasi juga memerlukan blastokista yang sudah matur dan aktif
menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin. Unsur-unsur kimiawi ini sangat
diperlukan sebagai mediator komunikasi antara blastokista dan endometrium (4, 7).
Faktor-faktor lain yang berperan penting terhadap proses implantasi adalah
leukemia inhibiting factor (LIF), transforming growth factor α (TGF α), TGF β, platelet-
derived growth factor 1 (PDGF-1), insulin-like growth factor II (IGF II), colony-
stimulating factor 1 (CSF-1), interleukin-1, interleukin-6, prostaglandin E2 dan platelet
activating factor (PAF) (2, 3, 7).
Pada proses invasi trofoblas, dijumpai pula peningkatan kadar enzim protease.
Enzim protease tersebut adalah matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) atau MMP-3 dan
kaptesin B dan L (2, 7).
Disamping itu beberapa zat kimiawi tertentu dapat pula bermanfaat dalam
mempertahankan kelangsungan kehamilan agar tidak terjadi kegagalan kehamilan. Zat
3
![Page 4: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/4.jpg)
kimiawi tersebut antara lain adalah faktor hormonal (estrogen dan progesteron), leukemia
inhbiting factor (LIF) dan prostanoid (2, 7).
Hormon Steroid
Terdapat 2 jenis hormon steroid yang penting untuk membantu proses implantasi dan
mempertahankan kehamilan. Kedua hormon tersebut adalah estradiol dan progesteron.
Hormon lain seperti androgen dilaporkan tidak memiliki kaitan erat dengan implantasi,
namun penting untuk diferensiasi seksual pada pria (1, 7).
Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin pada desidua dari kehamilan muda memang lebih rendah jika
dibandingkan dengan kadar prostaglandin pada endometrium wanita yang sedang tidak
hamil. Hal ini sangat penting mengingat pemberian prostaglandin; intravena, intra-
amniotik atau intra vagina; dapat menyebabkan terjadinya abortus (1, 7).
Kadar prostaglandin yang rendah pada wanita hamil disebabkan oleh karena
pengaruh penghambatan progesteron terhadap sintesis prostaglandin (1, 7).
Faktor imunologik
Faktor imunologik sangat berperan penting di dalam membantu keberhasilan proses
implantasi dan mempertahankan kelangsungan kehamilan. Karena jika tidak terdapat
perubahan sistem imunologik, maka secara logika umum seharusnya setiap hasil konsepsi
akan ditolak untuk melakukan proses implantasi mengingat hasil konsepsi merupakan
produk yang bersifat semi-alograf (1, 2, 7).
Terdapat beberapa teori yang diajukan terkait dengan toleransi sistem imun tubuh
terhadap proses implantasi dari blastokista yang bersifat semi-alograf tersebut, antara lain
adalah, trofoblas tidak mengekspresikan molekul major-histocompatibility complex
(MHC) klas II, namun trofoblas hanya memiliki human leucocyte antigen (HLA)-G yang
merupakan molekul MHC klas I, pada saat proses implantasi. HLA tipe ini sangat
penting untuk terbentuknya inhibitory imunoglobulin-like transcript 4, yang merupakan
reseptor HLA-G yang berada di makrofag dan sel limfosit natural killer (NK). Disamping
itu interleukin-10 juga merupakan sitokin yang mampu menghambat respons reaksi
4
![Page 5: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/5.jpg)
penolakan oleh limfosit. Progesteron, merupakan hormon steroid penting dalam
pembentukkan progesterone-induced blocking factor (PIBF) yang berperan sebagai
penghambat aktivitas sel NK pada saat proses implantasi dan hamil muda. Sistem
komplemen Crry juga terlibat dalam proses implantasi dan kehamilan muda. Dari
penelitian yang dilakukan terhadap mencit, didapatkan data bahwa trofoblast juga
mengeluarkan enzim yang disebut dengan indoleamine 2-3-dioxygenase, yang berperan
untuk degradasi triptofan, yang diperlukan untuk proses aktivasi sel limfosit (makrofag).
Pada tabel dibawah ini akan ditampilkan rangkuman beberapa faktor yang terkait dengan
proses implantasi dan penunjang keberhasilan kelangsungan kehamilan (1, 2, 7).
Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi implantasi dan kelangsungan proses
kehamilan
Faktor Unsur terkait Peran terhadap implantasi
Hormon17β-Estradiol, Progesteron
Proses proliferasi dan diferensiasi stroma dan epitel endometrium
Human chorionic gonadotropin (hCG)
Mempertahankan korpus luteum agar tetap menghasilkan progesteron
Perubahan permukaan epitel endometrium
Pinopoda, molekul adhesi, musin
Membantu menangkap dan melekatkan blastokista pada
endometrium. Membantu proses diferensiasi dan invasi trofoblas
Sitokin dan Growth Factors
Leukemia inhibiting factor (LIF), Heparin-binding epidermal growth
factor (HB-EGF), Hepatocyte growth factor (HGF), Interleukin, Vascular endothelial growth factor (VEGF),
Platelet activating factor (PAF).
Membantu proses komunikasi (signaling) antara blastokista dan endometrium; membantu proses
invasi, proliferasi dan diferensiasi trofoblas; mengatur permeabilitas dan
remodeling pembuluh darah endometrium
Faktor imunologik
IL-1, IL-10, Crry (regulator komplemen)
Keseimbangan sistem imun
HLA-G Mencegah deteksi oleh sistem imun
Indoleamine 2,3-dioxygenaseDegradasi triptofan, yang penting
untuk aktivitas makrofag
Proteinase trofoblas, penghambat dan molekul adhesi
Matrix metalloproteinases-tissue inhibitor of matrixmetalloproteinases,
Kaptesin B dan L, Kaderin dan Integrin
Membantu invasi trofoblas dan membantu mimikri pembuluh darah
trofoblas
Faktor-faktor lainSiklooksigenase-2 Mengatur produksi prostaglandin
OksigenMengatur keseimbangan proliferasi
dan diferensiasi trofoblas
Daftar pustaka
1. Norwitz ER, Schust DJ, Fisher SJ. Implantation and the survival of early pregnancy. N Engl J Med 2001;345(19):1400-8.
5
![Page 6: Biologi Molekuler Proses Implantasi Lain](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080823/55cf9a2c550346d033a0b87a/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Staun-Ram E, Shalev E. Human trophoblast function during the implantation process. Reprod Biol Endocrinol 2005;3:56.3. Simon C, Martin JC, Pellicer A. Paracrine regulators of implantation. Baillieres Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol 2000;14(5):815-26.4. Simon C, Martin JC, Meseguer M, Caballero-Campo P, Valbuena D, Pellicer A. Embryonic regulation of endometrial molecules in human implantation. J Reprod Fertil Suppl 2000;55:43-53.5. Schild RL, Knobloch C, Dorn C, Fimmers R, van der Ven H, Hansmann M. Endometrial receptivity in an in vitro fertilization program as assessed by spiral artery blood flow, endometrial thickness, endometrial volume, and uterine artery blood flow. Fertil Steril 2001;75(2):361-6.6. Acosta AA, Elberger L, Borghi M, Calamera JC, Chemes H, Doncel GF, Kliman H, Lema B, Lustig L, Papier S. Endometrial dating and determination of the window of implantation in healthy fertile women. Fertil Steril 2000;73(4):788-98.7. Lindhard A, Bentin-Ley U, Ravn V, Islin H, Hviid T, Rex S, Bangsboll S, Sorensen S. Biochemical evaluation of endometrial function at the time of implantation. Fertil Steril 2002;78(2):221-33.8. Goldman S, Shalev E. Difference in progesterone-receptor isoforms ratio between early and late first-trimester human trophoblast is associated with differential cell invasion and matrix metalloproteinase 2 expression. Biol Reprod 2006;74(1):13-22.
6