Biografi Cok. Raka Sukawati

13
BIOGRAFI Nama Lengkap : Tjokorda Raka Sukawati Tempat Lahir : Ubud, Bali Tanggal Lahir : 3 Mei 1931 Warga Negara : Indonesia PENDIDIKAN Institut Teknologi Bandung (1962) Universitas Gajah Mada (1996) PROFIL SINGKAT : Lahir di Ubud Bali, 3 Mei 1931 adalah seorang insinyur Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu, yang memudahkan pembangunan jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat pembangunannya. Tjokorda meraih gelar Insinyur bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung 1962, dan memperoleh gelar Doktor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun 1996. Beliau meniti karier di PT. Hutama Karya yang bergerak dibidang jasa konstruksi dan infrasruktur, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Pekerjaan Umum (PU). Ketika menggarap proyek jalan layang antara Cawang dengan Tanjung Priok di Jakarta itulah teknologi Sosrobahu ditemukan. Tjokorda Raka Sukawati, yang juga pendiri Fakultas Teknik Universitas Udayana sekarang telah pensiun dari PT. Hutama Karya, namun masih tetap berkarya bahkan menghasilkan teknologi sosrobahu versi

description

Biografi

Transcript of Biografi Cok. Raka Sukawati

Page 1: Biografi Cok. Raka Sukawati

BIOGRAFI

Nama Lengkap : Tjokorda Raka Sukawati

Tempat Lahir : Ubud, Bali

Tanggal Lahir : 3 Mei 1931

Warga Negara : Indonesia

PENDIDIKAN

Institut Teknologi Bandung (1962)

Universitas Gajah Mada (1996)

PROFIL SINGKAT :

Lahir di Ubud Bali, 3 Mei 1931 adalah seorang insinyur Indonesia yang

menemukan konstruksi Sosrobahu, yang memudahkan pembangunan jalan layang

tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat pembangunannya. Tjokorda meraih

gelar Insinyur bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung 1962, dan

memperoleh gelar Doktor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun

1996. Beliau meniti karier di PT. Hutama Karya yang bergerak dibidang jasa

konstruksi dan infrasruktur, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di

bawah Departemen Pekerjaan Umum (PU). Ketika menggarap proyek jalan

layang antara Cawang dengan Tanjung Priok di Jakarta itulah teknologi

Sosrobahu ditemukan. Tjokorda Raka Sukawati, yang juga pendiri Fakultas

Teknik Universitas Udayana sekarang telah pensiun dari PT. Hutama Karya,

namun masih tetap berkarya bahkan menghasilkan teknologi sosrobahu versi

kedua yang lebih unggul soal kepraktisan dibandingkan versi sebelumnya. Kini

beliau tinggal di kampung halamannya di Ubud, Bali dengan mengajar di jenjang

Pascasarjana Bidang Teknik Sipil Universitas Udayana.

KARIR

Direktur PT. Hutama Karya

Tjokorda Raka Sukawati dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1931 di Ubud,

Gianyar, Bali. Setelah usianya 4 tahun Tjokorda Raka Sukawati pindah ke

Denpasar tinggal bersama ibu tirinya  dan selama itulah ia melakoni hidup

kesederhanaan hidup dengan segala keterbatasan keadaan dan minimnya perhatian

Page 2: Biografi Cok. Raka Sukawati

dan kasih sayang. Kehidupan yang serba susah, berbaur dalam kesedihan hati,

justru itu yang membawanya kepada semangat perjuangan untuk hidup layak,

menjadikannya kuat dan giat dalam menempuh pendidikannya hingga ia berhasil

menjadi seorang insinyur di ITB ( Institut Teknologi Bandung ), tahun 1962.

Karirnya di dunia kerja mulai dilakoni sejak tahun 1962 sebelum tamat

dari ITB, sebagai pengawas pada pembangunan reactor atom triga mark Bandung.

Dan di tahun 1964 ia mengawali karirnya di Perusahaan Negara Hutama Karya

dan bertugas di Airport Bali. Semenjak itulah karir profesinya ia tekuni dengan

professional, dedikasi tinggi dan penuh tanggung jawab. Di tahun 1971 Tjok.

Raka sukawati di angkat menjadi direksi Perusahaan Negara Hutama Karya

dengan jabatan Direktur Administrasi. Berbagai jabatanpun diembannya ketika

PN. Hutama Karya berubah menjadi PT. Persero Hutama Karya. Di Saat itulah ia

di tunjuk untuk merangkap jabatan sebagai Presiden Direktur  PT. Hutama

Takenaka Corporation Indonesia. Dan sejak itulah karirnya terus meningkat dan

dedikasinya dalam bidang pembangunan sebagaimana disipilin ilmunya.

Pada tahun 1980-an, Jakarta yang memang sudah mengalami kendala

kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi

meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, PT. Hutama

Karyamendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan by pass A. Yani di

mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.

Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah

mendapatkan order membangun jalan layang antara Cawang sampai Tanjung

Priok sekitar tahun 1987. Persoalan yang sangat rumit dihadapi sat itu, dimana

yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton yang

satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22

meter. Batang vertikalnya (pier shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4

meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor

lengannya (pier head). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah

memasang besi penyangga (bekesting) di bawah bentangan lengan itu,

tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah

dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.

Page 3: Biografi Cok. Raka Sukawati

Gambar 1. Foto Ir. Tjokorda Raka Sukawati

Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan

dengan membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam

posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja

kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat

480 ton.

Penemuan Metode Sosrobahu

Ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, dilihatlah hidung mobil

Mercedes buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak, sehingga dua roda

belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli secara tidak

sengaja. Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar dengan sumbunya

adalah batang dongkrak. Satu hal yang ia catat, dalam ilmu fisika dengan

meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser. Kejadian

tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidraulik bisa dipakai untuk mengangkat

benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut mudah

digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan beton seberat 480 ton itu.

Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder

bergaris tengah 20 cm yang dibuat sebagai dongkrak hidraulik dan ditindih beban

beton seberat 80 ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak

bisa turun ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut berada pada posisi miring.

Tjokorda kemudian menyempurnakannya, posisinya ditentukan persis di titik

berat lengan beton di atasnya.

Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama Hukum Pascal yang

menyatakan: "Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan

akan diteruskan segala arah". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak

pelumas). Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan

Page 4: Biografi Cok. Raka Sukawati

menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan

beberapa parameter dan memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya.

Rumus ini orisinil idenya karena pada saat itu belum ada buku yang

membahasnya sebab memang tidak ada kebutuhannya.

Masalah lain yang muncul adalah adanya variabel lain yang

mempengaruhinya, di antaranya adalah jenis minyak yang digunakan. Minyak

yang digunakan tidak boleh rusak kekentalannya (viskositas). Urusan minyak

menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk

mengangkat beton yang berat itu.

Prinsip Kerja Alat Sosrobahu

Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni

sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas

Hambatan(LBPH). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm

yang saling menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari besi cor FCD-50 itu

mampu menahan beban 625 ton.

Gambar 1. Gambar alat sosrobahu

Kedalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli.

Sebuah seal(penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk

menjaga minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa

kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa

hidraulik. Sistem hidraulik itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan

tekanan 78 kg/cm2. Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.

Sebenarnya temuannya belum diuji secara khusus di laboratorium saat

dipraktekkan. Namun ia merasa yakin temuannya bisa bekerja sesuai rumusan

Page 5: Biografi Cok. Raka Sukawati

ilmiah yang ada. Bahkan sebelum temuannya dipraktekkan, ia yang menganut

agama Hindu yang taat itu menyempatkan diri bersembahyang di atas konstruksi

itu. Ia terbilang nekad saat itu, dengan mengatakan bahwa ia bersedia mundur dari

direktur PT. Hutama Karya kepada menteri Pekerjaan Umum saat itu, bila

temuannya itu ternyata tidak bisa bekerja. Namun ternyata temuan Sosrobahu itu

dapat bekerja sebagaimana mestinya tanpa kurang suatu apa pun.

 Pada tanggal 27 Juli 1988 pukul 10 malam waktu setempat (Jakarta),

pompa hidrolik dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu,

meskipun bekesting-nya telah dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu

dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.

Ketika pier shaft itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak

dipompa keluar dan lengan beton itu merapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu

dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun demikian karena

khawatir kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi

berdiameter 3,6 cm untuk memaku pier head ke pier shaft lewat lubang yang telah

disiapkan. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi

beton lengan jembatan layang yang lain.

Pembngunan tiang jalan

Page 6: Biografi Cok. Raka Sukawati

Pembuatan lengan jalan dalam posisi sejajar jalan

Lengan jalan diputar 90 derajat

Page 7: Biografi Cok. Raka Sukawati

Kendaraan menarik lengan agar sesuai pada posisinya.

Dia mengatakan bahwa temuan itu 80% atas kehendak Tuhan yang Maha

Kuasa. Bahkan angka tekanan 78 kg/cm² yang ditetapkan dalam teknologi

temuannya itu, sebenarnya angka misterius baginya, entah dari mana saat itu ia

menetapkan angka wangsit itu. Bahkan para insinyur Amerika Serikat yang

mengerjakan jalan layang menggunakan alatnya di Seattle begitu taat dengan

ketetapan 78 kg/cm² itu. Belakangan, setelah diketahui di laboratorium yang

kemudian dibangunnya sendiri itu, didapatkan hasil perhitungan berupa ketetapan

sebesar 78,05 kg/cm². Persis sama dengan ketetapan angka wangsit tadi.

Page 8: Biografi Cok. Raka Sukawati

Penamaan Ssrobahu Dan Pematenan

Pada pemasangan ke-85, awal November 1989, Presiden Soeharto ikut

menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu Sosrobahu yang diambil dari

nama tokoh cerita sisipan Mahabharata. Sejak itu LBPH tersebut dikenal sebagai

Teknologi Sosrobahu.

Temuan Tjokorda digunakan insinyur Amerika Serikat dalam membangun

jembatan di Seattle. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78 kg/cm2 yang

menurut Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu.

Tjokorda kemudian membangun laboratorium sendiri dan melakukan penelitian

dan hasilnya berupa perhitungan susulan dengan angka teknis tekanan 78,05

kg/cm2, nyaris persis sama dengan angka wangsit yang diperolehnya sebelum itu.

Hak paten yang diterima adalah dari pemerintah Jepang, Malaysia,

Filipina. Dari Indonesia, Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek mengeluarkan

patennya pada tahun 1995 sedangkan Jepang memberinya pada tahun 1992. Saat

ini teknologi Sosrobahu sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan

Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas

Vilamore-Bicutan adalah buah karya teknik ciptaan Tjokorda. Di Filipina

teknologi Sosrobahu diterapkan untuk 298 tiang jalan. Sedangkan di Kuala

Lumpur sebanyak 135. Saat teknologi Sosrobahu diterapkan di Filipina, Presiden

Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan

putra ASEAN". Sementara Korea Selatan masih bersikeras ingin membeli hak

patennya.

Pengembangan Versi Ke 2

Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada

versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi

keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana

dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan

yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi

Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).

Menurut Dr. Drajat Hoedajanto pakar struktur dari Institut Teknologi

Bandung, Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk

pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok

Page 9: Biografi Cok. Raka Sukawati

dipakai pada elevated toll road (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya

mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang pada. Sosrobahu terbukti

bermanfaat dalam proses pembangunan jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik

teknis dan ekonomis

Di ujung kariernya di PT. Hutama Karya, Tjokorda terseret persoalan

Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang menimpa perusahaan konstruksi itu.

Tjokorda harus berurusan dengan masalah commercial paper, hal yang asing bagi

seorang insinyur seperti dirinya. Ia sempat berurusan dengan pengadilan. Kasus

ini terkuat menyusul krisis finansial Asia yang membuat banyak perusahaan

konstruksi terkena masalah.