BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ ......ABSTRAK TAUFIKURRAHMAN.105270007415.2020. Bimbingan...
Transcript of BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ ......ABSTRAK TAUFIKURRAHMAN.105270007415.2020. Bimbingan...
-
BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MA’HAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh TAUFIKURRAHMAN NIM : 105270007415
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
-
ABSTRAK
TAUFIKURRAHMAN.105270007415.2020. Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ( dibimbing oleh Zakaria Al-Anshori Dan Muhammad Ali Bakri ).
Dengan Rumusan Masalah sebagai berikut :1.Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf? 2.Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar? 3.Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar?
Tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Agar mengetahui latar belakang berdirinya markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar. 2. Agar mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah al-birr unismuh makassar. 3. Agar mengetahui Pengaruh bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang pembimbing dan empat orang santri muallaf yang telah mengikuti kegiatan bimbingan agama selama empat bulan.. hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses bimbingan agama terhadap muallaf berjalan dengan baik dan memberikan pengaruh positif terhadap keimanan muallaf. Hal ini terlihat dari pemahaman muallaf tentang ajaran agama Islam, pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan antusias para muallaf dalam menuntut ilmu, serta perubahan sikap dan prilaku (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukan oleh para muallaf. Metode yang digunakan pembimbing meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab dan menghafal dalil-dalil. Sedangkan materi yang disampaikan meliputi aqidah, ibadah dan al-Qur‟an dengan fokus pada kajian rutin tentang dasar-dasar akidah Islamiyah untuk membentengi akidah para muallaf. Selain itu para muallaf juga dibekali dengan pelatihan khutbah dan ceramah supaya kelak dapat menjadi da‟i yang handal di tengah masyarakat. Keyword : Bimbingan Agama, Muallaf
-
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Kepasrahan atas ketetapan Allah yang bersenyawa dengan
ketundudukan pada kekuasaan-Nya yang tak tertandingi, telah
meniscayakan kita untuk selalu bernaung di bawah lindungan-Nya dari
konspirasi yang menjebak. Begitupun kebijaksanaan hati yang telah
mampu memberi pertimbangan pada rasio disaat akan memutuskan suatu
ketetapan, telah pula mengajarkan kita untuk pandai mensyukuri
samudera nikmat yang di hamparkan-Nya yang tak terhingga.
Alhamdulillah dengan izin dan kekuasaan Allah dan kerja keras yang
selama ini penulis lakukan mampu menyelesaikan penulisan karya ilmiah
dengan judul: “Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma’had
Al-Birr Unismuh Makasar.”
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menghadapi berbagai
hambatan namun berkat kesabaran, ketekunan, dan keinginan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, kesemuanya itu dapat dijalani dengan
baik. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
mudah tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan syukur masing-masing kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan
kelancaran serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
-
2. Kedua orang tua saya yang telah membimbing dan memfasilitasi
saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Syaikh Toyyib Khury selaku pendiri yayasan AMCF.
6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A. selaku ketua prodi Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Pembimbing satu dan dua saya Dr. Moh. Ali Bakri S.Sos., M.Pd.
dan Dr. Abdul Fattah,S.Th.I,M.Th.I.
8. Semua dosen dan staf ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar yang
saya tidak bisa sebutkan satu per satu lagi.
9. Semua rekan-rekan saya yang telah memotivasi dan membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang
telah diberikan dan saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat buat
semuanya, dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
Makassar, 2 November 2020
TAUFIKURRAHMAN
NIM :105270007415
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ...................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. v
ABSTRAK .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8
A. Pengertian Dakwah ...................................................................... 8
B. Konsep Bimbingan Agama .......................................................... 23
C. Muallaf.......................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 38
A. Pendekatan dan desain penelitian ................................................ 38
B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ....................................... 39
C. Subjek Dan Objek Penelitian ........................................................ 40
D. Sumber Data ................................................................................ 42
-
E. Teknik Pemeriksa Data ............................................................... 43
F. Teknik Penulisan…………..………………………..……………………44
G. Fokus Penelitian ........................................................................... 44
H. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................... 44
I. Instrumen penelitian .................................................................... 46
J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 47
K. Teknik Analisa Data ..................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 52
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 52
B. Hasil Dan Analisa Data Penelitian ................................................ 61
C. Metode Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah
M‟ahad AL-Birr Unismuh Makassar .............................................. 72
D. Pengaruh Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah
Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ................................................ 74
BAB V PENUTUP .............................................................................. 80
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran ........................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 88
LAMPIRAN......................................................................................... 89
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sifat hakikat manusia adalah makhluk beragama (homoreligius),
yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus
menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan bagi sikap dan perilaku.
Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki motif
beragama, rasa kemauan dan kemampuan untuk memahami serta
mengamalkan nilai agama.1
Manusia merupakan makhluk yang menentukan diri, dalam arti
bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih kebutuhan dalam hidupnya.
Manusia pada dasarnya ingin bebas dan bertanggungjawab atas
pandangan hidup dan menentukan takdirnya sendiri. Individu dipengaruhi
keinginan pribadi yang dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri.2
Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak memberi ruang
pada warganya untuk tidak beragama dan tidak percaya pada Tuhan.
Orang bebas memilih agama, tetapi tidak bebas untuk tidak beragama
sehingga identitas agama dicantumkan dalam kartu tanda penduduk serta
1
Syamsu dan Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-2 h. 155 2Gerald Corey dan Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja
Pemimpin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 136.
-
dokumen resmi lain.3
Adanya kebebasan beragama yang dilindungi oleh negara ini
membuat manusia Indonesia bebas memilih kepercayaan atau agama
yang akan dianutnya. Tidak jarang kita temukan diberbagai tempat ibadah
seperti Masjid, Gereja, Wihara atau tempat ibadah lainnya, ada orang
yang menyatakan keimanan untuk meyakini salah satu agama. Hal ini
termasuk beberapa orang yang berpindah keyakinan (konversi beragama)
dari agama Kristen-Katholik menjadi agama Islam atau biasa disebut
sebagai muallaf (orang-orang yang baru masuk Islam).
Menurut Sayyid Sabiq, muallaf adalah golongan yang diusahakan
untuk merangkul dan menarik serta mengukuhkan hati mereka dalam
keislaman yang disebabkan karena belum mantapnya keimanan mereka,
atau untuk menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap
kaum muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan
untuk kepentingan mereka.4
Kedudukan muallaf sendiri dalam Islam diartikan sebagai orang
yang hatinya dijinakan agar cenderung kepada Islam dan orang yang
belum mengetahui dan memahami ajaran Islam. Oleh karena itu posisi
muallaf sendiri masih membutuhkan pembinaan, bimbingan, dan
pengetahuan seputar agama Islam. Sebagaimana tertera dalam al-Qur`an
Surat at-Taubah ayat 60 :
3Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Books,
2012), h. xviii. 4Sayyid Sabiq. Terjemah Fiqih Sunah. Jilid 3 (Bandung: Al-Ma‟arif, 1994) h. 113.
-
ِملِيَن َعلَۡيَها َوٱۡلُمَؤلََّفِة قُلُوُبُهۡم َوِفي ِكيِن َوٱۡلَعَٰ ُت لِۡلفَُقَرٓاِء َوٱۡلَمَسَٰ َدَقَٰ إِنََّما ٱلصَّ
ُ َعلِيٌم ِِۗ َوٱَّللَّ َن ٱَّللَّ ِبيِلِۖ َفِريَضة مِّ ِ َوٱۡبِن ٱلسَّ ِرِميَن َوِفي َسِبيِل ٱَّللَّ َقاِب َوٱۡلَغَٰ ٱلرِّ
٠٦َحِكيم Terjemahnya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.5 (Q.S. at-Taubah : 60)‟‟ Setelah menyatakan keislamannya, banyak muallaf (orang-orang
yang baru masuk Islam) hidup dalam keadaan serba kesulitan. Mereka
kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan terusir dari keluarga yang tidak
mau menerima keislaman mereka. Kondisi hidup yang jauh dari
kelayakan, merasa terbuang dan kehilangan kesejahteraan yang dulu
pernah dimiliki, mereka pilih demi memenuhi gemuruh batin akan
kebenaran ajaran Islam.6 Keadaan ini ditambah dengan keimanan para
muallaf yang masih lemah karena baru memeluk Islam. Untuk itu
persoalan penguatan keimanan muallaf menjadi hal penting dalam
melakukan bimbingan agama Islam karena mereka (para muallaf)
membutuhkan keteguhan iman, kalau hal ini dibiarkan maka para muallaf
ini akan kembali pada agama sebelumnya. Sebagai orang baru yang
pindah agama, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan,
5Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009), h. 196. 6Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,
2012), h. 3.
-
bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang memperhatikan kondisi
tersebut.
Keputusan untuk menjadi muallaf merupakan sebuah keputusan
yang sangat sulit dalam hidup mereka, karena menyangkut nasib mereka
di dunia dan juga di akhirat. Mereka memilih agama melalui ketekunan
dan pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga,
karib- kerabat, dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan
mereka, ditambah tuntutan untuk mempelajari agama baru dalam waktu
yang singkat. 7 Dua kaimat syahadat merupakan pintu gerbang untuk
memasuki Islam.
Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk
mengetahui agama yang dianutnya. Semakin banyak pengetahuan yang
didapat, maka semakin banyak pula manfaat yang akan didapat. Hal ini
tentu harus dilaksanakan melalui program bimbingan dan pembinaan
yang intensif kepada muallaf melalui pesantren khusus.
Keberadaan Markaz Dakwah Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF
di daerah Gowa Kota makassar memberikan harapan baru bagi para
muallaf supaya tidak ada lagi kekhawatiran dalam menjalankan
keislamannya, tidak ada lagi rasa terbuang dan tentunya tidak lagi
kembali murtad (kembali ke agama lamanya) karena mendapa mendapati
Islam merupakan agama yang membawa kedamaian bagi para
pemeluknya. Selain itu keimanan muallaf sebagai seorang muslim yang
7Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,
2012), h. 3.
-
baru diharapkan meningkat dan menjadi penerus perjuangan dakwah
Islam kepada semua orang.
Oleh karena itu mengingat begitu pentingnya dan mulianya amanah
yang agung ini, maka dalam melaksanakannya hendaklah memiliki pola
pembinaan yang baik dan benar hingga terwujudnya para muallaf yang
benar benar memiliki keimanan yang kokoh.
Berdasarkan fenomena dan kejadian yang telah dipaparkan diatas,
penulis akan membahas lebih lanjut dan akan menuangkan dalam sebuah
skripsi yang berjudul “ Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz
Dakwah Ma’had Al- Birr Unismuh Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis dapat
merumuskan permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr
Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf?
2. Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam
meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz
Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?
3. Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam
meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz
Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?
-
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui Bagaimana latar belakang pendirian Markaz
Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar sebagai program
pembinaan keagamaan muallaf.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi
muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam
di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi
muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-
islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diambil manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai pengembangan ilmu dan nilai keagamaan kepada para
Muallaf.
b. Untuk menambah semangat para muallaf dalam menuntut ilmu dan
menanamkan nilai keagamaan yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan
Al-Hadits Nabi.
-
c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang tertarik dalam
bidang yang sama dengan penelitian ini.
2. Manfaat teoritis, yaitu diharapkan dapat menambah wawasan bagi
ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pembinaan
muallaf.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Dakwah
1. Pengertian dakwah
Secara harfiyah, dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan
yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan. Maksudnya adalah mengajak
dan menyeru manusia agar mengakui Allah swt. Sebagai Tuhan yang
benar, lalu menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan-ketentuan-Nya
yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Dengan demikian, target
dakwah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang bertakwa
kepada Allah swt. Dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam kehidupan
masyrakat, khususnnya kehidupan umat islam, dakwah memiliki
kedudukan yang sangat penting.8
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa
pendapat yang berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli
yang mendalami masalah dakwah. Namun antara definisi yang satu
dengan yang lain tidak jauh berbeda. Beberapa definisi tentang dakwah
yang kemukakan oleh para ahli berikut ini adalah :9
8 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan
pertama, 2005), h.1 9 Muh. Syahrul, Wawasan Pendidikan, Pengertian Dakwah Menurut Para Ahli, di
akses pada Rabu 8 Februari 2017, http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/ pengertian-dakwah-menurut-para-ahli.html
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/
-
a. Shalahuddin Sanusi : ”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan
yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang
ma‟ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil”.
b. Timur Djaelani : “Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk
berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak
kekuatan mengubah masyarakat dan keadaan yang kurang baik
kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu
pembinaan”.
c. Thoha Yahya Omar : “Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”
d. A. Hasymi : “Dakwah Islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiah yang terdahulu telah
diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.”
e. Abdul Karim Zaidan : “Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.”
Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia
kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik,
diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama berada
di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia
adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi.
-
Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a yang
berarti mengajak, mengundang, menyeru, menarik, serta memanggil. 10
Dakwah ialah menyeru manusia supaya taat dan beriman kepada Allah
dan Rasul. Dakwah ialah mengajak manusia mengamalkan nilai-nilai yang
dibawa oleh Islam bagi kehidupan dan keseimbangan manusia. Dakwah
adalah usaha mengingatkan fitrah manusia dan menyeruh kepada
manusia agar tidak menyembah tuhan selain Allah. Dakwah ialah usaha
untuk memperbaiki dan membangun masyarakat yang taat kepada Allah.
Dalam kamus bahasa Indonesia, istilah dakwah berarti penyiaran
agama dan pengembangan di kalangan umat (masyarakat), propaganda,
penyiaran, seruan untuk meningkatkan amal ibadah bagi pemeluk
beragama.11
Berdasarkan pengertian di atas tugas dakwah dapat dipahami
sebagai bagian dari tanggung jawab setiap muslim dalam menyebarkan
ajaran agamanya ke tengah-tengah masyarakat. Kewajiban ini merupakan
tanggung jawab individu manapun dengan kedudukan yang bervariasi.
Penyebaran ajaran Islam secara merata harus ditingkatkan dengan
dengan jalan memanggil, mengajak ke jalan yang benar (amar ma’ruf) dan
mencegah perbuatan merugikan (nahi mungkar). Umat Islam tanpa
kecuali memiliki kesempatan melaksanakan tugas mulia ini dengan
10
Oemar Bakri dan Nuh, Kamus Bahasa Arab Indonesia Inggris, (Jakarta: Mutiara, 1958), h. 104
11 Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Mitra Pressindo : Media
Center), h. 169
-
menggunakan teknik dan metode yang sesuai dengan menggunakan
kondisi dan kemampuan masing-masing orang.12
Penyampaian materi dakwah hendaknya tidak dilakukan dengan
paksaan, melainkan dengan membangkitkan semangat dan kesadaran
batin individu yang merupakan kebutuhan tiap-tiap untuk mencapai
kebahagiaannya dunia dan akhirat. Materi dakwah diupayakan sesuai
dengan kebutuhan manusia dan mudah dilaksanakan (tidak menyulitkan).
Hal ini tidak sulit dilakukan mengingat tuntunan Al-Qur‟an maupun Al-
hadist lengkap dan menyeluruh serta meliputi seluruh pemasalahan dan
kebutuhan umat manusia. Salah satu pengertian dakwah dapat dipahami
dari dalam Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :
ة نُكۡم أُمَّ َيۡدُعوَن إِلَى ٱۡلَخۡيِر َوَيۡأُمُروَن ِبٱۡلَمۡعُروِف َوَيۡنَهۡوَن َعِن َوۡلَتُكن مِّ
ِئَك ُهُم ٱۡلُمۡفلُِحوَن ٓ ٱۡلُمنَكِرِۚ َوأُْولََٰ
Terjemahannya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mnyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran : 104).13
Dakwah senantiasa menuntut keterlibatan umat Islam seluruhnya
untuk dapat menyemarakkan dakwah melalui masjid atau majelis – majelis
ta‟lim yang ada di masyarakat. Apabila seluruh umat Islam bersatu dan
12
Hasniah Hasan, Metode Dakwah Terapan, (Surabaya : PT Bina Ilmu, Cet I, 2005), h. 2
13 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT.
Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 63
-
dakwah merupakan puncak kebaikan dan kebahagiaan
sebagaimana Firman dalam Qur‟an surah Fusilat ayat 33 Allah yang
berbunyi:
ا َوَقاَل إِنَِّني ِمَن لِحا ِ َوَعِمَل َصَٰ ن َدَعآ إِلَى ٱَّللَّ مَّ ُعوَن ُنُزٗلا َقۡوٗلا مِّ َتدَّ ٱۡلُمۡسلِِميَن
Terjemahannya :
“Siapakah yang lebih baik pertuturannya daripada mereka yang menggunakannya untuk menyeru manusia ke jalan Allah.14
2. Hukum dakwah
Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim, yang Islam
ibarat darah dalam tubuh manusia. Ia menyebabkan ummat ummat hidup
dan terus tumbuh dan berkembang. Dakwahlah yang mampu
menggerakkan umat untuk tetap terikat dengan aturan Allah swt dan
Rasul-Nya. Namun sebaliknya, disaat ummat meninggalkan dakwah, umat
tidak akan lagi terwarnai oleh fikrah dan kepribadian Islam. Dan dakwah
juga memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam kehidupan, maka
secara hukum dakwah menjadi kewajiban yang harus di emban oleh
setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai rujukan
untuk mendudukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah,
baik dari Al-Qur‟an maupun hadits Nabi. Di antaranya adalah dalil berikut
ini Qur‟an Surah Ali Imran Ayat 110 :
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya: Mahkota 1989), h. 282.
-
ٍة أُۡخِرَجۡت لِلنَّاِس َتۡأُمُروَن ِبٱۡلَمۡعُروِف َوَتۡنَهۡوَن َعِن ٱۡلُمنَكِر ُكنُتۡم َخۡيَر أُمَّ
ۡنُهُم ٱۡلُمۡؤِمُنوَن ِب لََكاَن َخۡيرا لَُّهمِۚ مِّ ِِۗ َولَۡو َءاَمَن أَۡهُل ٱۡلِكَتَٰ َوُتۡؤِمُنوَن ِبٱَّللَّ
ِسقُوَن َوأَۡكَثُرُهُم ٱۡلَفَٰ Terjemahannya :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mecegah dari ayng mungkar, dan beriman kepada Allah....”15
بلغوا عني ولو آية 16
“sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.”17
3. Unsur-Unsur dakwah
Pemahaman masyarakat sampai sekarang masih terkesan bahwa
dakwah hanya dipahami dan diidentikkan dengan tabligh, ceramah
agama, pengajian di masjid-masjid dan segala bentuk derivatif
konvensionalnya. Sudah saatnya bahwa dakwah juga harus didenifisikan
sebagai ilmu, seni dan ketrampilan mentransformasikan informasi (nilai
dan ajaran Islam) dan aset intelektual (misalnya pikiran keagamaan, hasil
penelitian keagamaan, dan pengalaman ilmiah keagamaan) ke dalam
nilai-nilai kesabaran dan ketahanan dalam diri mad‟u. Dakwah biasanya
dimulai dari sekumpulan fakta mengenai sesuatu yang disebut data
(pengalaman
15
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 64
16 Abu Fadhli Ahmad Bin „Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Hajar Asqalany,
Ithraf Al-Musnad Al-Muta’aly Bi Athrafi Al-musnad Al-hambali, (Damaskus : Bairut), h. 852
17 Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan
pertama, 2005), h. 2
-
keagamaan dalam sejarah kehidupan umat manusia) kemudian
membentuk informasi yaitu data yang dapat mengubah persepsi (sasaran
dakwah) untuk kemudian memungkinkan terjadinya perubahan keputusan
dan perilaku. Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah, perlu diperhatikan
unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain
adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan
dakwah, yang meliputi: Da‟i, mad‟u, materi, media dan metode dakwah.
Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :
a. Pengertian dan Kualifikasi Da‟i
Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail
(kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang
melakukan dakwah. Secara terminologi da‟i yaitu setiap orang muslim
yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, Da‟i
merupakan orang yang melakukan dakwah, atau dapat diartikan sebagai
orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad‟u).18
Dakwah yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan ataupun
perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau
satu lembaga. Maka, yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah
itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:19
1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang dewasa
di mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan satu yang
18
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) , h. 261.
19 Wahyu Ilami, Komunikasi Dakwah, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,
2010), h. 19
-
melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam,
sesuai dengan perintah :” Sampaikan walau satu ayat”.
2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan
panggilan ulama.
Pada dasarnya tugas pokok seorang da‟i adalah meneruskan tugas
Nabi Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat
dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da‟i
adalah merealisasikan ajaran Alquran dan sunah di tengah masyarakat
sehingga Alquran dan sunah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun
hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran di
luar Alquran dan sunah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman
pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang tidak
dibenarkan Alquran dan Sunnah.Keberadaan da‟i dalam masyarakat luas
mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da‟i adalah sebagai
berikut:20
1) Meluruskan akidah.
2) Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
3) Menegakkan amar ma‟ruf nah munkar
4) Menolak kebudayaan yang destruktif
20
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,(Wonosobo : Amzah , 2009), h. 70-75
-
„Abd al-Karim Zaydan juga menghendaki kesempurnaan sesseorang
pendakwah. Ia menuntut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam
yang mendalam, iman yang kokoh, dan hubungan yang kuat dengan Allah
SWT. Secara terperinci, al-Bayanuni memberikan persyaratan pendakwah
sebagai berikut :21
1) Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan
didakwahkan.
2) Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.
3) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang
didakwahkan.
4) Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten
(istiqamah) dalam pelaksanaanya.
5) Memiliki kepekaan yang tajam.
6) Bijak dalam mengambil metode.
7) Perilakunya terpuji.
8) Berbaik sangka dengan umat Islam
9) Menutupi cela orang lain
10) Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah
dan menjauh jika justru tidak menguntungkan.
11) Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan
mengetahui kelebihan masing-masing individu .
21
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya : Kencana, 2008), h. 218-219
-
12) Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling
menasihati dengan sesama pendakwah.
b. Pengertian dan Karakteristik Mad‟u
Secara etimologi kata mad‟u dari bahasa Arab, diambil dari bentuk
Sim maf‟ul (kata yang menunjukkan objek atau sasaran). Menurut
terminologi mad‟u adalah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan
jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da‟i, baik
mad‟u itu orang dekat atau jauh, muslim atau nun-muslim, laki-laki
ataupun perempuan.Jadi, mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra
dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah,
baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak,
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh
membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:22
1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berpikir secara kritis, cepat mengkal persoalan.
2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat
berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah
merekayang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar.
22 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 20
-
Sasaran dakwah atau objek dakwah meliputi masyarakat yang
dapat dilihat dari beberapa segi seperti: segi sosiologis berupa
masyarakat pedesaan, kota besar. segi struktur kelembagaan, berupa
masyarakat, pemerintah dan keluarga.Segi tingkat usia, berupa anak-
anak, remaja dan orang tua. Segi tingkat hidup seperti orang menengah,
kaya dan miskin.
c. Ruang Lingkup Materi Dakwah
1) Pengertian materi dakwah
Materi dakwah (maddah ad-da‟wah) adalah pesan –pesan dakwah
Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek
dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada di dalam kitabullah
maupun sunnah rasul-nya. Pesan –pesan dakwah yang disampaikan
kepada objek dakwah adalah pesan –pesan yang berisi ajaran islam.23
2) Sumber materi dakwah
Keseluruhan materi dakwah, pada dasarnya bersumber pada dua
sumber pokok ajaran islam. Kedua sumber ajaran islam itu adalah:
a) Al-qur‟an
Agama islam adalah agama yang menganut ajaran kitab allah,
yakni al-qur‟an. Al-quran merupakan sumber petunjuk sebagai
landasan islam. Karena itu, sebagai materi tama dalam berdakwah,
23
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Wonosobo : Amzah, 2009), h. 8
-
alquran menjadi sumber utama dan pertama yang menjadi
landasan untuk materi dakwah.
b) Hadis
Hadis merupakan sumber kedua islam. Hadis merupakan
penjelan- penjelasan dari nabi dalam merealisasikan kehidupan
berdasarkan al-quran. Dengan menguasai materi hadis maka
seseorang da‟i telah memiliki bekal dalam menyampaikan tugas
dakwah.
3) Materi dakwah
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah
yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa
materi dakwah dapat diklafikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:24
(a) Masalah keimanan (aqidah)
Keimanan dalam islam adalah bersifat I‟tiqad bathiniyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.
Yang meliputi:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat-Nya
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya
4. Iman kepada kepada rasul-rasul-Nya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada qadha dan qodar
24
Ali Yafie, Dakwah dalam Al-QuR’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Rajawali, 1992)
-
Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasanya tertuju pada
masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi
juga masalah yang dilarang sebagai lawanya, meliputi :
1. Syirik (menyekutukan adanya tuhan)
2. Inkar dengan adanya tuhan
(b) Masalah keislaman (syariah)
Syariah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna
mengatur hubungan antara manusia dengan tuhanya dan mengatur
pergaulan hidup antara sesama manusia. Yang meliputi:
1. Ibadah (dalam arti khas):
a. Thaharah
b. Shalat
c. Zakat
d. Shaum
e. Haji
2. Muamalah dalam arti luas
a) Al-Qununul khas (hukum perdata)
1) Muamalah (hukum niaga)
2) Munakahat (hukum nikah)
3) Waratsah (hukum waris)
b) Al-Qununul „am (hukum publik)
1) Hinayah (hukum pidana)
-
2) Khilafah (hukum negara)
3) Jihad (hukum perang dan damai)25
(c) Masalah budi pekerti (akhlakul karimah)
Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah)
merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap,
bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan
masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai
penyempurna keimanan dan keislaman. Yang meliputi:
1. Akhlaq terhadap khaliq
2. Akhlaq terhadap makhluk, yang meliputi:
a. Akhlaq terhadap manusia
1) Diri sendiri
2) Tetangga
3) Masyarakat
b. Akhlaq terhadap bukan manusia
1) Flora
2) Fauna.26
4) Jenis-jenis Media Dakwah
Media berasal bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Arab media sama
25
RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)
26 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional
Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)
-
dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau
perantara.27 Banyak alat yang bisa di jadikan media dakwah. Secara lebih
luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa
digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai
media dakwah bila di tunjukan untuk berdakwah. Semua alat itu
tergantung dari tujuanya. Jadi, yang dimaksud dengan media dakwah
adalah peralatan yang digunakan dalam menyampaikan materi dakwah.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset
rekaman, majalah, dan surat kabar.
Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu:
lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak: 28
1) Lisan, merupakan media yang sederhana yang menggunakan lidah
dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2) Tulisan, yaitu media berupa tulisan seperti: buku, majalah, surat
menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.
3) Lukisan, dapat berupa gambar, karikatur dan sebagainya.
4) Audio Visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk
televisi, slide, ohp, internet dan sebgainya.
5) Akhlak, yaitu suatu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u
27
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya : Kencana, 2008), h. 403 28
Maula, sari,Unsur-Unsur Dakwah, Di akses pada Kamis 19 januari 2017, Maulasari22.blogspot.co.id/2015/06/unsur-unsur-dakwah..html
-
B. Konsep Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah
suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan,
penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
evesian dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 29 Jadi
Bimbingan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup
urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan,
memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha
perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan.
Menurut Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya
pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara
terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang
utuh dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat,
keinginan, meningkatkan dengan mengembangkan kearah terciptanya
martabat, mutu dan kemampunan manusia optimal dan kepribadian yang
mandiri.30
29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Keempat, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2008), hlm. 193 30 Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Cet 3, (Jakarta:
Pustaka Antara,2002), hlm. 141
-
2. Pngertian Agama
Menurut Kamus Ilmiah Populer, “agama” adalah ajaran, sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan antara manusia dan manusia, serta manusia dan
lingkungannya.31 Sedangkan “keagamaan” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama.32
Jadi bimbingan agama adalah suatu proses atau usaha untuk
membimbing, mempertahankan, mengembangkan atau menyempurnakan
ajaran-ajaran agama baik dari segi akidah, ibadah, dan akhlak untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, pembinaan keagamaan
ditujukan bagi muallaf untuk menambah iman dan taqwa kepada Allah
SWT.
Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin Ancok dan Fuat
Nashori Suroso, terdapat lima macam dimensi keberagamaan, yaitu
keyakinan, peribadatan atau praktek agama, penghayatan, pengamalan,
dan pengetahuan agama:
Pertama dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan-
pengharapan dimana orang beragama berpegang teguh pada pandangan
teologis tertentu dan mengakui kebenaran pandangan tersebut, yaitu
pandangan agama Islam yang merujuk pada seberapa tingkat keimanan
31
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 10. 32 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa, hal. 12
-
seorang Muslim.33
Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan oleh seseorang untuk
menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek ritual
mengacu pada tindakan keagamaan dan ketaatan atas komitmen pada
ritual, seperti shalat.34
Ketiga, dimensi penghayatan. Dimensi ini berisikan dan
memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-
pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang
yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai
pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir ( ia
akan mencapai kontak dengan kekuatan supernatural).35
Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu
kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki
sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab
suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan berkaitan
satu sama lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah
syarat bagi penerimaannya.36
33 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77. 34
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77.
35Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.78. 36
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 78.
-
Kelima, dimensi pengamalan. Konsekuensi komitmen agama
berlainan dari keempat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu pada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman,
dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi ini mengukur
sejauh mana seseorang patuh terhadap aturan agama. Apakah
kepatuhan itu merupakan bagian dari komitmen agama atau semata-
mata hanya merupakan aturan agama.37
Keenam, Konsep religiusitas Glock dan Stark ini merupakan
konsep yang valid karena konsep ini tidak melihat keberagamaan
seseorang dari satu dimensi saja tetapi mencoba memperhatikan dari
berbagai dimensi. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang
menginginkan pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Menurut
hemat penulis, rumusan Glock dan Stark ini memiliki kesesuaian dengan
Islam. Meskipun tidak semuanya sesuai, dimensi keyakinan dapat
disejajarkan dengan akidah, dimensi praktek agama disejajarkan dengan
syariah, dan dimens ibadah.
3. Tujuan Bimbingan Agama
Peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN, hanya dapat dibina melalui
pengajaran agama yang intensif dan efektif. Tujuan umum dari pembinaan
37Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi
Islam atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 78.
-
keagamaan yaitu untuk membina manusia beragama agar mampu
melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna
sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam keseluruhan
kehidupannya dalam rangka mencapai kebahagian dan kejayaan hidup di
dunia dan akhirat.38
Menurut H.M. Arifin, tujuan bimbingan agama adalah untuk
membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (pegangan
rohani) dalam memecahkan problemnya. Bimbingan dan penyuluhan
agama yang ditujukan untuk membantu si terbimbing agar dengan
kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran
agamanya.39
Tujuan bimbingan keagamaan ini juga merupakan dakwah Islam
karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat
Islam agar dapat mencapai keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat.
Jadi bimbingan agama Islam merupakan bagian dari dakwah Islam.
Nabi kita Muhammad SAW mengatakan: “aku diutus untuk
menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (HR. Bukhari, Hakim, dan
Baihaqi). Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW juga berfungsi
sebagai pembimbing agama di tengah-tengah umatnya. Demikian juga,
para sahabat Nabi dan para ulama merupakan pembimbing keagamaan
dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu, tujuan pembinaan
38 Dzakiyah Darajat, dkk., “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hal. 172. 39
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 39.
-
keagamaan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT karena Allah
menciptakan manusia di bumi semata-mata untuk menyembah-Nya.
Firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56:
َوَما َخلَۡقُت ٱۡلِجنَّ َوٱۡۡلِنَس إِٗلَّ لَِيۡعُبُدوِن
Terjemahnya :
“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.‟‟40
Tujuan pembinaan keagamaan adalah untuk melindungi dan
menjaga agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan manusia, serta
berbagai hal lain yang terkait sehingga tercapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Tujuan lain adalah untuk memelihara hak-hak asasi
manusia sehingga tercipta keadaan hidup yang aman, tertib, dan
aman.41
4. Materi pembinaan keagamaan
Menurut Kamus Ilmiah Populer, “materi” adalah segala sesuatu
yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, atau
diwacanakan. Materi adalah salah satu komponen yang harusada
dalam proses pembinaan. Tanpa materi, tujuan dari pembinaan itu tidak
akan tercapai. Pada dasarnya materi pokok yang disampaikan dalam
40 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an dan…, hal. 521.
41 H. Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 112.
-
pembinaan agama Islam adalah inti dari ajaran agama Islam itu sendiri,
yaitu:
a. Akidah
Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu,„aqdan-
aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, dan perjanjian yang kokoh.
Secara teknis akidah berarti keimanan, kepercayaan, dan keyakinan.
Tumbuhnya kepercayaan itu di dalam hati, jadi akidah adalah
kepercayaan yang menyimpul di dalam hati. 42 Inti ajaran ini kemudian
dijabarkan dalam bentuk rukun iman dan kemudian melahirkan ilmu
tauhid. Materi akidah bertujuan mengembangkan dimensi keyakinan
sehingga dengan akidah, Muslim dapat mengukur seberapa jauh ia
mepercayai nilai-nilai keagamaannya. Materi akidah ini merupakan materi
yang paling penting diberikan kepada muallaf karena dengan penanaman
akidah, nilai tauhid akan tumbuh dalam hati muallaf tersebut, dan ia
semakin yakin dengan keesaan Allah.43
b. Syariah
Syariah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-
Nya, agar manusia menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang
berkaitan dengan akidah, amaliyah, maupun akhlak.44 Hukum Islam lebih
lanjut membutuhkan pelestarian melalui perwujudan dan pemeliharaan
42 Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam dimensi dan Pendekatan, (Jakarta:
Kencana, 2012), hal.259. 43 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), hal. 60 44
Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal.277.
-
dengan cara menunaikan ibadah oleh hamba. Ibadah tidak hanya sebatas
menjalankan rukun Islam, tetapi ibadah juga berlaku pada semua aktivitas
duniawi yang didasari rasa ikhlas. Materi syariah untuk mengembangkan
dimensi religious practice atau praktek agama. Materi peribadatan
merupakan manifestasi rasa syukur oleh makhluk terhadap Pencipta.
Ibadah merupakan wujud keimanan yang perlu ditanamkan dalam diri
seorang muallaf sebagai pengenalan tentang dasar-dasar peribadatan
Islam, seperti shalat, puasa, zakat, atau haji.45
c. Akhlak
Akhlak secara etimologis berasal dari kata khalaqa- yakhluqu-
khalqan dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. 46
Akhlak adalah amalan yang merupakan manifestasi dari kedua amal di
atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.47
Tujuan pengajaran akhlak untuk mengembangkan dimensi etika. Akhlak
dapat mengukur seberapa jauh seorang Muslim mampu mengamalkan
ajaran-ajaran agamanya. Materi ini juga dapat mengembangkan dimensi
pengamalan sosial sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh
keterlibatan sosial keagamaan seseorang. Materi ini penting diberikan
kepada muallaf dalam pembinaannya karena materi ini dapat menjadi
pedoman muallaf dalam bertindak dan berperilaku yang sesuai dengan
45Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal. 279.
46 Ibid., hal. 262.
47 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus…, hal. 60.
-
ajaran Islam, yaitu akhlaqul karimah.48 Selain itu, materi ini juga dapat
menjadi pegangan dalam membina hubungan antar sesama manusia
sehingga nantinya muallaf dapat bersosialisasi dengan baik dengan
masyarakat sekitar.
d. Setelah ketiga inti ajaran di atas, kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadis,
ditambah lagi dengan sejarah Islam untuk mengembangkan
dimensi pengetahuan agama.49 Pendalaman materi sejarah Islam
dapat mengukur seberapa banyak pengetahuan agama dan
seberapa tinggi motivasi pengetahuan agama muallaf. Materi ini
juga penting bagi pembinaan keagamaan muallaf karena dengan
sejarah Islam para muallaf dapat mempelajari sosok-sosok
tauladan, seperti Nabi Muhammad SAW, serta para nabi dan
rasul lainnya.
Materi lain dalam pembinaan keagamaan adalah doa-doa yang
merupakan materi untuk mengembangkan dimensi religious feelings atau
pengalaman perasaan agama. Materi ini perlu diberikan kepada muallaf
karena dengan doa-doa yang diajarkan akan mengajak muallaf untuk
selalu ingat kepada Allah baik dalam keadaan sendiri maupun ramai, baik
dalam susah maupun senang.
Dalam penyampaian materi pembinaan keagamaan kepada
48 Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal.264.
49 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus…, hal. 60.
-
muallaf, kita perlu memperhatikan tujuan, metode, dan perkembangan
keagamaan muallaf tersebut. Apabila penyampaian materi tepat, ini akan
berpengaruh dalam perkembangan agama pada muallaf itu sendiri.
5. Metode Bimbingan Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.50 Firman Allah dalam surah An-
Nahl ayat 125:
ِدۡلُهم ِبٱلَِّتي ِهَي ٱۡدُع إِلَىَٰ َسِبيِل َربَِّك ِبٱۡلِحۡكَمِة َوٱۡلَمۡوِعَظِة ٱۡلَحَسَنِةِۖ َوَجَٰ
أَۡحَسُنِۚ إِنَّ َربََّك ُهَو أَۡعلَُم ِبَمن َضلَّ َعن َسِبيلِِهۦ َوُهَو أَۡعلَُم ِبٱۡلُمۡهَتِديَن
Terjemahnya :
“ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.‟‟51
Dalam rangka memberikan pembinaan keagamaan kepada anak
bimbing, para pembina memerlukan beberapa metode antara lain sebagai
berikut:
a. Interview Method (Metode Wawancara)
Interview (wawancara merupakan suatu alat untuk memperoleh
fakta ,data,informasi dari anak bimbing secara lisan dimana terjadi
50 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa…, hal.
740.
51 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an dan terjemahnya…, hal. 281.
-
pertemuan empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan
untuk bimbingan. Fakta-fakta psikologis yang menyangkut pribadi anak
bimbing diperlukan untuk memberikan pelayanan bimbingan.52
b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok)
Bimbingan kelompok dapat mengembangkan sikap sosial, sikap
memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut
penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena ia ingin mendapatkan
pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubugannya dengan
orang lain.53
c. Metode Dipusatkan pada Keadaan Klien
Metode ini disebut juga nondirective (tidak mengarahkan). Dalam
metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak bimbing sebagai
makhluk mandiri yang memiliki kemampuan berkembang sendiri dan
sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).54
d. Directive Counseling (Konseling Mengarahkan)
Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak
bimbing sebagai makhluk yang membutuhkan arahan hingga
dapat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai
pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).55
52 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal. 69. 53 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.70. 54
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.71. 55 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.71.
-
C. Muallaf
a. Pengertian muallaf
Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang baru
atau belum lama masuk Islam.56 Muallaf adalah orang yang masih dalam
situasi transisi karena baru memeluk agama Islam atau orang yang ada
keinginan untuk masuk Islam tetapi masih ragu-ragu.57 Secara prinsip,
pengertian “muallaf” adalah orang-orang yang baru memeluk agama
Islam. Namun dari substansi tersebut, para ahli fiqih memberikan makna
lain dari pengertian muallaf itu sendiri.
Dalam kajian fiqih klasik, muallaf diklasifikasikan menjadi empat
macam yaitu: pertama, muallaf Muslim ialah orang yang sudah masuk
Islam tetapi niat dan imannya perlu pemantapan. Kedua, orang yang telah
masuk Islam, niat dan imannya sudah cukup kuat, dan juga terkemuka
(tokoh) di kalangan umatnya. Ketiga, muallaf yang mempunyai
kemampuan untuk mengantisipasi kejahatan yang datang dari kaum kafir.
Keempat, muallaf yang mempunyai kemampuan mengantisipasi
kejahatan yang datang dari kelompok pembangkang wajib zakat.58
Yusuf Qardlawi membagi muallaf menjadi tujuh golongan. Antara
lain: golongan yang diharapkan ke-Islamannya atau ke-Islaman
kelompoknya atau keluarganya, golongan yang dikhawatirkan perilaku
56
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 423. 57
K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1995), 58 M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 204.
-
kriminalitasnya, pemimpin serta tokoh masyarakat yang masuk Islam dan
mempunyai sahabat-sahabat orang kafir (non-Muslim), pemimpin dan
tokoh kaum Muslim yang berpengaruh di kalangan kaumnya tetapi
imannya perlu pembinaan; kaum Muslim yang bertempat tinggal di
benteng-benteng dan daerah perbatasan dengan musuh, kaum Muslim
yang membutuhkan dana untuk mengurus dan memerangi kelompok
pembangkang kewajiban zakat.59 Menurut Abu Ya‟la, muallaf terdiri dari
dua golongan: orang Islam dan orang musyrik. Mereka terbentuk menjadi
empat kategori:
1) hati mereka dijinakkan agar cenderung menolong kaum Muslim;
2) hati mereka yang dijinakkan agar cenderung untuk membela umat
Islam; 3) mereka yang dijinakkan agar masuk Islam; 4) mereka yang
diijinakkan dengan diberi zakat agar kaum dan suku mereka tertarik
masuk Islam.60
Berdasarkan beberapa pengertian tentang muallaf di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud “muallaf” dalam penelitian ini yaitu
orang non-Islam yang baru masuk Islam dan perlu bimbingan untuk
meningkatkan keimanannya kepada Allah. Untuk itu, diperlukan
pembinaan keagamaan untuk mengukuhkan iman mereka sehingga
mereka tidak kembali lagi ke agama sebelumnya.
59Ibid., hal. 205.
60Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), hal. 54-55.
-
b. Muallaf Dalam Islam
Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya
dan diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan
kedudukannya disamakan tingginya dengan orang Islam lainnya.61
Pada masa Nabi SAW, para muallaf tersebut diposisikan sebagai
penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan
terus memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam.
Salah satu alasan Nabi SAW, memberikan zakat kepada mereka adalah
menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan
“Al-Muallafah Qulubuhum”.62
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, para muallaf tersebut masih
menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Namun tidak
demikian pada masa khalifah Umar bin Khattab, beliau memperlakukan
ketetapan penghapusan bagian untuk para muallaf karena ummat Islam
telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan
pemberian zakat dengan enggan melakukan syari‟at dan
menggantungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka
enggan berusaha.63
61 Yunus Yahya, Muslim Tionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta : Yayasan Abu
Karim Oei Tjeng Hien, 1985), h. 75. 62
Syarif Hade Masyah, Hikmah di balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002),
h. 306-307.
63Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan
CiptaPersada Indonesia, 2000), h. 294.
-
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ada dua orang muallaf
menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra‟ bin Haris meminta hak
mereka dengan menunjukan surat yang telah direkomendasikan oleh
Khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi umar menolak
surat itu dengan mengatakan : “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak
memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang
ada”. Ini adalah suatu Ijtihad Umar dalam menerapkan suatu Nash al-
Qur‟an yaitu surat at-Taubah ayat 60 yang menunjukan pembagian zakat
kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan,
kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi,
ketentuan itu pun tidak berlaku, inilah jiwa nash tadi.64
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
muallaf adalah orang yang baru memeluk Islam yang dirangkul dan
diteguhkan hati mereka kedalam keislaman. Karena mereka baru
memeluk Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka mereka berada
pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan
agama.
64
Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan
CiptaPersada Indonesia, 2000), h. 295.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu studi tentang penelitian yang
berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisis secara
deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu data-data
penelitian yang dikumpulkan adalah dalam bentuk konsep-konsep.
Menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moleong, penelitian kualitatif yaitu
semua penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka- angka, semua yang dikumpulkan
kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.65
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.66
65
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Rosda Karya,
2002), cet. ke- 17, h. 3. 66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung :
Alfabeta, 2014), cet. Ke-21, h. 9.
-
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi
kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta
disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Markaz Dakwah mahad al birr
Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF Jl. nuri no. 9 A Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba opu kabupaten gowa Provinsi
Sulawesi selatan.
Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian ini didasarkan
pada fakta sebagai berikut :
a. Mayoritas santri muallaf di Markaz Dakwah Pembinaan
Muallaf Yayasan AMCF adalah muallaf yang berasal dari
daerah terpencil .
b. Keberadaan muallaf yang selama ini kurang begitu
diperhatikan oleh lembaga, instansi maupun ormas-ormas
Islam yang cukup besar maupun kecil dalam memberikan
bimbingan dan pembinaan. Mengingat mereka sangat
membutuhkan hal itu dari sesama saudaranya sebagai
muslim.
-
c. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh
mengenai pengaruh bimbingan agama terhadap
penguatan keimanan muallaf di Markaz Pembinaan
Muallaf Yayasan AMCF .
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber atau
informan yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah
penelitian.67 Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian
adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi yang
relevan dengan obyek yang diteliti .
1. Adapun teknik pengambilan informan yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju.
Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang
yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Maka kemudian
menjadi sumber informasi tentang orang lain yang juga dapat
dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukan ini
kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta
menunjukan orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi
anggota sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah
67 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina
Aksara,1989), h.91.
-
anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.68
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.69 Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan
penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
AMCF.
3. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai
macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, data statistik dan
data-data di perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat
dijadikan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.70
Peneliti mengumpulkan data dari berbagai macam informasi
seperti buku-buku, majalah, artikel melalui website, dan data lainnya
mengenai bimbingan agama dan keimanan. Selanjutnya peneliti
melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada subjek
penelitian. Dalam mendokumentasikan data, peneliti menggunakan
seperangkat alat untuk menyimpan dan merekam hasil wawancara dan
hasil dari observasi, seperti kamera, recorder, buku cacatan, pena, serta
seperangkat alat pendukung lainnya.
68
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004),cet. Ke-6, h. 63.
69 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina
Aksara,1989), h.59.
70Ibid, h. 39.
-
4. Catatan Lapangan
Catatan yang berisi tentang hal-hal yang diamati oleh peneliti
dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan
deskriptif dengan keterangan tanggal, waktu dan menyertakan informasi-
informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang
hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang
berlangsung dan lain sebagainya.
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan
langsung, artinya peneliti berperan sebagai pengamat dan wawancara
langsung lagi mendalam kepada informan. Data primer yang diperoleh
dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan
pembimbing/pembina agama dan para muallaf di Yayasan AMCF.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau melalui sumber-
sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. data sekunder biasanya digunakan
sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan
sesuai dengan tujuan penelitian. data sekunder yang digunakan dalam
-
penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
E. Teknik Pemeriksa Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).71 Untuk dapat
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksa data, dalam hal
ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi disini adalah teknik
pemeriksa keabsahan data melalui sumber lainnya diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Jadi
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik
triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data
adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.72
Triangulasi menurut sumber lainnya berarti membandingan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton
1987:331), hal itu dapat dicapai dengan jalan :73
1. Membandingkan dua hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum
dengan apa yang di katakan secara pribadi.
71
Ibid, h. 321.
72 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pernada Media Group, 2009), cet. ke-4, h. 330
73 Ibid, h. 330-331.
-
3. Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang di katakannya sepanjang
waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang.
F. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, ” dalam buku pedoman akademik yang ada
dikampus.
G. Fokus penelitian
Fokus penelitian seluruhnya merujuk kepada rumusan masalah, dan
fokus peneltian ada dua poin yaitu:
1. Bimbingan Agama
2. Muallaf
H. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Muallaf
a. Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang
baru atau belum lama masuk Islam.74 Muallaf adalah orang yang
masih dalam situasi transisi karena baru memeluk agama Islam
atau orang yang ada keinginan untuk masuk Islam tetapi masih
74
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 423.
-
ragu-ragu.75 Secara prinsip, pengertian “muallaf” adalah orang-
orang yang baru memeluk agama Islam. Namun dari substansi
tersebut, para ahli fiqih memberikan makna lain dari pengertian
muallaf itu sendiri.
2. Bimbingan agama
a.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah
suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan,
penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara evesian dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. 76 Jadi Bimbingan adalah suatu proses atau
pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian,
diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara
pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha
perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan. Menurut
Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya pendidikan
baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara
terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar
kepribadian yang seimbang utuh dan selaras, pengetahuan dan
ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, meningkatkan
dengan mengembangkan kearah terciptanya martabat, mutu dan
75
K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1995), 76
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2008), hlm. 193
-
kemampunan manusia optimal dan kepribadian yang mandiri.77
b. Agama
Menurut Kamus Ilmiah Populer, “agama” adalah ajaran, sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antara manusia dan manusia,
serta manusia dan lingkungannya. 78 Sedangkan “keagamaan”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
berhubungan dengan agama.79
I. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan salah satu unsure yang sangat
penting dalam penulisan karena berfungsi sebagai alat atau sarana
pengumpulan data, masalah dan aspek yang diteliti. Instrument adalah
sarana peneltian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk
mengumpulkan data seabagai pengolahan.
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah agar
hipotesis dapat di uji kebenarannya, maka penulis mempergunakan
instrument penelitian yang dianggap tepat yaitu :80
1. Pedoman observasi adalah instrumen yang digunakan dalam
pengamatan ataupun observasi di lokasi penelitian.
77 Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Cet 3, (Jakarta:
Pustaka Antara,2002), hlm. 141
78 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 10. 79
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa, hal. 12 80
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktis, h. 156
-
2. Pedoman wawancara merupakan instrument atau sebuah
konsep pertanyaan tertulis yang dijadikan pedoman oleh
penelitian dalam melakukan proses pengumpulan data dari para
responden.
3. Pedoman dokumentasi adalah instrument yang digunakan untuk
mencatat ataupun mendata data-data yang diperlukan dalam
penelitian.
Adapun pemilihan wawancara sebagai sumber data yang utama
sedangkan dokumentasi dan observasi sebagai data pelengkap.
J. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa
dipertanggungjawabkan, maka dapat diperoleh melalui :
a. Wawancara
Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya
langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan pertanyaan
berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga
diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku. 81 Adapun
dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama antara
lain Kepala Desa dan para Tokoh-tokoh yang ada di desa Padang Raya.
81
Singarimbun, Masri dan Efendi Sofwan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3S, 1989)
-
Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memeproleh data secara
luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.
b. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara
melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus
dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa
diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau
pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian mempunyai dasar
teori dan sikap objektif.82
Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan
dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan para
Orang tua. Juga mengamati bagaimana mereka mendidik anak remaja
mereka. Dengan observasi secara langsung, peneliti dapat memahami
konteks data dalam berbagaisituasi, maksudnya dapat memperoleh
pandangan secara menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan
pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait
dengan objek penelitian.
82
Soeratno, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 1995)h. 99
-
c. Dokumnetasi
Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpul data
yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis
dan rasional. Teknik dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini,
ada 4 sebab yaitu : 83
pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari
waktu.
kedua, merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya
dalam merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun
dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan.
ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang
kaya, secara kontekstualrelevan dan mendasar dalam konteksnya.
keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang dapat
memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara
dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi.
K. Teknik Analisa Data
Terdapat dua metode pendekatan analisis data, yaitu metode
deduktif dan induktif.
1. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau
jeneralisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-
fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau jeneralisasi tersebut. Misalnya:
83
S. Margono, Metodologi PenelitianPendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),h. 181.
-
petani selalu rugu dalam mengembangkan usahanya. Kemudian
dijabarkan fakta-fakta tentang angka-angka produksi dibandingkan modal
usaha, dan sebagainya. Metode Deduktif digunakan dalam sebuah
penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian di
buktikan dengan pencarian fakta. Contoh: Penelitian bahasa Arab
kebanyakannya berangkat dari kaidah-kaidah bahasa Arab kemudian
dicarilah fakta-fakta yang terdapat dalam sumber data, dalam hal ini
sumber datanya al-Qur‟an. Metode deduktif dalam tahapan-tahapannya,
sama dengan metode lain, yaitu:84
a. Tahapan Sepekulasi (berasal dari bahasa latin “speculum / cermin”).
b. Tahapan Observasi dan klasifikasi.
c. Tahapan perumusan hipotesis.
2. Metode Induktif
Metode Induktif adalah kebalikan dari metode deduktif. Contoh-
contoh kongkrit dan fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian
dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau jeneralisasi. Pada metode
induktif, data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta. Di dalam
penelitian linguistic sering digunakan metode induktif dan deduktif,
mengapa demikian? Karena linguistic termasuk ilmu yang berusaha
84
Makalah Update, Pengertian Metode Induktif dan Deduktif, Di akses pada Rabu15 Februari 2017, http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html
-
menyusun teori tentang bahasa. Kelebihan dari metode induktif adalal
sebagai berikut:85
a. Metode induktif lebih dapat menemukan kenyataan yang kompleks
yang terdapat dalam data.
b. Metode induktif lebih dapat membuat hubungan antara peneliti
dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan
dipertimbangkan.
c. Metode induktif lebih dapat memberikan latar secara penuh dan
dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya
pengalihan kepada latar lainnya.
d. Metode induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan.
e. Metode deduktif memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit
sebagai bagian dari setuktur analitik.
85
Makalah Update, Pengertian Metode Induktif dan Deduktif, Di akses pada Rabu15 Februari 2017, http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Berdirinya Markaz Dakwah Mahad Al birr
Unismuh Makassar
Markaz dakwah ini di dirikan pada tahun 2009 Pendirian Markaz
dakwah Pembinaan Muallaf ini di bentuk karna banyaknya orang di
berbagai wilayah Indonesia timur yang menjadi muallaf dan perlu
pembinaan dan perlunya penguatan akidah dan ibadah bagi para muallaf
tersebut, penguatan ini bertujuan untuk mengantisipasi gerakan
pemurtadan yang dilakukan para missionaris Kristen didaerah pedalaman,
penguatan ibadah dan akidah islam ini juga untuk mencegah para muallaf
murtad dan kembali ke agama mereka yang dulu di sebabkan tidak
adanya pemahaman yang benar tentang islam dan pembinaan dan
pendidikan agama bagi mereka .
Dalam rangka menjawab problematika ini, Markaz dakwah
Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF hadir sebagai solusi atas persoalan
mendasar para muallaf. untuk membina, mendidik, dan menyantuni para
muallaf sampai mereka mampu menjadi juru dakwah. Para muallaf dididik
secara sistemik dan programatik berorientasi pada pembentukan aqidah
Islam yang kuat dan kaffah. Membekali mereka dengan keterampilan
khusus, sehingga memiliki kemampuan yang nantinya dapat bermanfaat
dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk mencari alternatif solusi diatas
-
maka di adakan Pelatihan Dan Pendidikan Dasar-Dasar Keislaman Bagi
Muallaf Di Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh Makassar.
2. Visi, Misi Dan Tujuan Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh
Makassar
Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu
organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi,
hal ini karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan
belajar asal jadi. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, Pesantren
Pembinaan Muallaf memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun
langkah kedepan.
a. Visi
”Terbentuknya pribadi muallaf yang berpegang teguh kepada
aqidah salimah, memahami Quran dan Sunnah serta mencontoh
ahlak Rasulullah dalam kehidupan di tengah masyarakat”
b. Misi
1. Membina pribadi muallaf secara intensif dengan wawasan
keislaman yang benar
2. Mampu memebaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
3. Mengetahui tata cara shalat lima waktu dan pelaksanaannya
4. Memahami Rukun Islam dan Rukun Iman
5. Mampu menghafal surat-surat dan doa-doa pendek dan hadits
pilihan
-
6. Mengetahui sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dan
menteladaninya dalam kehidupan sehari-hari
7. Menjadi tauladan dan sebagai kader dai ditengah masyarakat
Memberikan bantuan materil dan spiritual
c. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan didirikannya Markaz dakwah ini adalah untuk
membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan,
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang
berguna. Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Markaz
Dakwah Pembinaan Muallaf yayasan amcf ini yang semula hanya
bergerak di bidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah
pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas Markaz Dakwah Mahad Al birr
Yayasan amcf yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman
yang menghendaki implementasi syi`ar Islam bukan hanya pada tataran
konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.
3. Program Markaz Dakwah Mahad Al Birr Unismuh Makassar
Di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar kegiatan
bimbingan agama dan pembinaan dilakukan setiap hari. Pada kegiatan
bimbingan agama dan pembinaan ini diikuti oleh seluruh santri muallaf
yang tinggal di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar
tersebut . di mulai dari bangun pada pukul 04:30 untuk bergegas ke
masjid untuk menunaikan sholat subuh secara berjamaah kemudian
dilanjutkan deng