“Besok, setelah terbit mentari, kita akan mulai melakukan perjalanan (safar) ‘fisik’ ilmu dan
description
Transcript of “Besok, setelah terbit mentari, kita akan mulai melakukan perjalanan (safar) ‘fisik’ ilmu dan
Selepas isya, sang sufi mengumpulkan muri-muridnya. Dalam keheningan malam berpayung jutaan bintang, ia pun mulai mengajarkan ilmu dan hikmah. Dari mulutnya keluarlah kata-kata hikmah tentang perjalanan (al-asfar) manusia. Ia mulai dari alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur,….sampai menemui ar Rabb
“Besok, setelah terbit mentari, kita akan mulai
melakukan perjalanan (safar) ‘fisik’ ilmu dan
hikmah yang kuajarkan padamu tak ada
gunanya jika tidak dapat kau amalkan
dalam realitas kehidupan,” begitu kata
sang guru
Berbekal seadanya, rombongan sufi berkelana. Sampailah
mereka di suatu wilayah yang dikuasai penguasa durjana. Sang
sufi dan rombongan tertangkap pasukan. Tak ada hakim, saksi,
pengacara, atau jaksa. Dalam kamus hukum sang raja hanya
ada satu kata: “hukum gantung”
Rombongan pun dibawa ke lapangan terbuka di depan istana. Sang guru
diputuskan digantung yang pertama. Namun belum sempat si guru dibawa
algojo ke tiang gantungan, beberapa muridnya berteriak:
“Wahai raja, apalah artinya engkau menggantung ‘si tua’ yang tidak memiliki
apa-apa, kecuali celana. Gantunglah kami semua, sebagai gantinya.”
“Tidak ya paduka, mereka semua hanya terbawa
nafsu belaku. Tidakkah paduka merasa terhina,
menggantung anak-anak yang
tak kenal dunia?”
Perdebatan murid dan guru membuat raja terkesima,
“Ada apa gerangan, orang kok berebut maut?” tanya
sang raja kepada penasihat di sebelahnya. Sang
penasihat tak bisa menjawab
Kesal dengan penasihatnya, sang raja pun memanggil si guru
untuk mendekati singgasana. Bertanyalah ia, “Mengapa kalian
semua berebut maut, padahal semua orang menghindarinya?”
Dengan tutur lembut si guru menjawab. Kata-kata hikmah
keluar dari hatinya, “apalah artinya dunia fana jika yang baqa
(tetap) menanti di nirwana”
Akhirnya sang raja minta
digantung pertama, diikuti oleh seluruh
pengawalnya. Kini yang tinggal hanya
si guru dan murid-muridnya. “Aku mafum
kalian semua rindu pada si Empunya. Namun kita masih
banyak tugas di dunia, untuk menghapuskan segala
‘bencana’, terutama yang ada
pada hati kita semua”