Bentuk Dan Struktur Konstruksi Arsitektu
-
Upload
ardi-kurniadi -
Category
Documents
-
view
33 -
download
1
description
Transcript of Bentuk Dan Struktur Konstruksi Arsitektu
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
’Bentuk dan Struktur Konstruksi Arsitektur Rumah
di Kawasan Pesisir Utara Jawa Timur’
Kasus Studi : Kampung Arab Gapuro Sukolilo dan Kampung Jawa Tlogobendung, Gresik
Bachtiar Fauzy (1), Antariksa (2), Purnama Salura (3)
(1) Mahasiswa S3 Arsitektur, Program Pascasarjana dan Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Katolik Parahyangan – Bandung, Indonesia
(2) Dosen Jurusan Arsitektur, Universitas Brawijaya - Malang, Indonesia (3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Katolik Parahyangan - Bandung, Indonesia
[email protected];[email protected];[email protected]
ABSTRAK
Arsitektur rumah di kampung Gapuro Sukolilo - Gresik merupakan arsitektur komunitas etnis Arab yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial dan diperkuat dengan data sejarah masuknya budaya Arab dan Kolonial sejak abad ke-13 s/d 19. Studi ini mengungkap bentuk dan struktur konstruksi arsitektur kolonial pada rumah di Kampung Jawa Tlogobendung, Gresik. Nilai budaya Arab memiliki unsur yang ditelusuri melalui struktur dan konstruksinya sehingga membentuk identitas sebagai arsitektur Pesisir. Teori Strukturalisme dan Tipologi digunakan untuk mengungkap fenomena bentuk dan struktur konstruksi arsitektur pesisir, sehingga pola tersebut dapat diterapkan pada rumah-rumah di kawasan pesisir yang bermanfaat sebagai rujukan bagi kasus studi yang serupa.
Kata Kunci : bentuk, struktur - konstruksi, arsitektur, rumah
1. PENDAHULUAN
1.1. PENGETAHUAN ARSITEKTUR PESISIR Sejarah menunjukkan bahwa arsitektur di Nusantara sejak dahulu telah membuka diri terhadap pengaruh budaya luar. Proses percampuran budaya (akulturasi) diawali dengan masuknya pendatang yang mempunyai budaya berbeda. Kota Pesisir utara di kawasan Jawa Timur merupakan awal masuknya pendatang asing untuk berdagang. Kota-kota yang berada di kawasan Pesisir utara Jawa Timur, seperti Lasem, Tuban dan Gresik merupakan kota yang memiliki pelabuhan yang pada masanya berfungsi sebagai kawasan perdagangan, sehingga orang-orang Cina, Arab dan Belanda (VOC tahun1602) menggunakan pelabuhan tersebut untuk keperluan berdagang. Berdasar catatan sejarah ada tiga etnis pendatang yang melakukan kegiatan perdagangan di kawasan kota Pesisir, bahkan menetap dalam waktu yang cukup lama, yakni : etnis Cina, Arab dan Belanda. Masuknya pendatang ditengarai melalui beberapa periode, seperti : Hindu diperkirakan masuk pada abad ke 8 - 14 baik dari Gujarat (India), kemudian dilanjutkan dengan masuknya Cina sekitar abad ke 13 - 14, sedangkan Arab pada abad ke 15 - 16 dan Belanda pada abad ke 16 - 19 bersamaan dengan berdirinya VOC dan masa koloni Belanda (Lombard, 1996). Pada era tersebut mulai terjadi percampuran unsur-unsur budaya yang membentuk cikal bakal budaya Pesisir. Kawasan kota Pesisir dianggap sebagai daerah yang terbuka bagi pendatang, sehingga memudahkan terjadinya proses pertemuan dan percampuran budaya melalui kegiatan berdagang. Dalam perkembangannya percampuran budaya (Cina, Arab dan Belanda) memberikan pengaruh pada arsitektur masyarakat kota Pesisir yang terwujud dalam berbagai ragam nilai dan bentuk yang didasarkan pada sosok dan wujud arsitekturnya. Akulturasi berpengaruh pada arsitektur, dengan demikian akulturasi yang terjadi di daerah kota Pesisir juga berpengaruh terhadap proses pembentukan arsitekturnya, khususnya dalam
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
bentuk percampuran ragam arsitektur, pola ruang dan tatanannya. Pengetahuan mengenai relasi antara fungsi, bentuk dan makna arsitektur penting dalam menentukan arah perkembangan arsitektur masyarakat kota Pesisir.
1.2. RUANG LINGKUP KAJIAN Kajian tentang relasi bentuk dan struktur konstruksi arsitektur Pesisir ini akan berpumpun pada faktor-faktor pengaruh, proses keterkaitan dan konteks unsur budaya dan arsitektur dan bersifat deskriptif-analitis dan interpretatif, berlandaskan pada bukti empiris yang ditemukan dalam kasus studi berdasarkan tingkat paparan (exposure) terhadap pengaruh luar, latar belakang budaya dan unsur pembentuk arsitekturnya. Kajian ini dilakukan di kota Pesisir utara di kawasan Jawa Timur, yakni : Gresik yang merupakan kawasan yang sangat banyak dipengaruhi oleh budaya Kolonial dan Arab melalui proses akulturasi, sehingga kawasan ini sangat representatif untuk menjadi kajian. Objek yang diteliti berupa rumah arsitektur di Kampung Arab Gapuro Sukolilo sebagai arsitektur yang mempengaruhi rumah tradisional permukiman Jawa yang berada di kawasan Kampung Jawa Tlogobendung, Gresik. Kajian ini ditentukan secara ’purposive’ dan dilakukan telaah secara retrospektif diakronis sejauh dimungkinkan berdasarkan catatan empiris lapangan serta dengan membaca dan mendeskripsikan secara mendalam relasi konsep bentuk dan struktur konstruksi yang terjadi secara sinkronis. Secara keseluruhan kajian ini akan dikemukakan pertanyaan penelitian yang menyangkut tentang ‘Bentuk dan Struktur Konstruksi Arsitektur Rumah di Kawasan Pesisir Utara Jawa Timur’, yakni : (1). Bagaimana bentuk dan struktur konstruksi arsitektur rumah di Kampung Arab Gapuro
Sukolilo, Gresik ? (2). Sejauhmana bentuk dan struktur konstruksi arsitektur rumah di Kampung Arab Gapuro
Sukolilo mempengaruhi arsitektur rumah di Kampung Jawa Tlogobendung, Gresik ? 2. PEMAHAMAN PESISIR MELALUI PENDEKATAN TEORI BUDAYA DAN ARSITEKTUR
Pemahaman tentang Pesisir utara di kawasan Jawa Timur dapat dilakukan melalui pendekatan budaya, budaya yang dimaksud juga berkenaan dengan sejarah panjang kawasan pesisir yang terbentuk melalui proses percampuran budaya (akulturasi). Konteks budaya menjadi salah satu unsur yang dapat digunakan untuk menelaah adanya fenomena yang terjadi pada komunitas masyarakat Jawa yang ada di kawasan kota Pesisir utara Jawa. 2.1. TEORI BUDAYA 2.1.1. Teori Budaya Jawa Kebudayaan Jawa merupakan awal dari pola tata laku manusia dan masyarakat Jawa yang terbentuk melalui sejarah panjang berdasarkan pendekatan kultur-historis manusia Jawa. Konsep budaya Jawa sangat sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dikenal dengan kearifan Jawa. Nilai-nilai inilah yang berdasarkan tradisi terus dikembangkan oleh masyarakat Jawa, sehingga menjadi pedoman masyarakat dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Dalam pemahaman tentang ruang dalam masyarakat Jawa berkembang dari sosok dan wujud yang sederhana sampai kompleks. Dualisme ruang yang ada, seperti : kanan/kiri, depan/belakang, atas/bawah, utara/selatan dan lainnya merupakan ekspresi dari sikap dan orientasi ruang. Teori pasangan ini juga tercermin dalam arsitektur, dalam wujud bentuk susunan ruang yang simetri berdasarkan hirarki ruangnya. 2.1.2. Teori Budaya Kolonial (Belanda) Pendekatan kultur-historis sangat membantu untuk lebih memahami peradaban masyarakat Indis, termasuk gaya hidupnya. Konsep Indis di sini hanya terbatas pada ruang lingkup di daerah kebudayaan Jawa, yaitu tempat khususnya bertemunya kebudayaan Eropa (Belanda) dengan Jawa. Ruang lingkup waktu sejak abad ke – 18 sampai medio abad ke – 20 (Soekiman, 2011). Milone dalam Handinoto (2010) menyatakan bahwa kebudayaan kolonial
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
(indies) merupakan percampuran antara kebudayaan Eropa dan Indonesia (Jawa) dan sedikit kebudayaan tertentu dari orang Cina peranakan. Kebudayaan tersebut muncul terutama sebagai ekspresi arsitektur pada pertengahan abad ke – 18 dan abad ke – 19. Gaya hidup masyarakat Indis dikatakan jauh lebih baik dengan masyarakat pribumi / tradisional Jawa, hal ini bisa dilihat dari perilaku masyarakat Indis yang cenderung boros akibat keberhasilan masyarakat Indis di Batavia. Hal ini diperlihatkan dengan adanya rumah-rumah mewah (landhuizen) milik para pejabat tinggi VOC yang merupakan tempat awal berkembangnya kebudayaan Indis. Dari Batavia, kebudayaan ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok wilayah jajaran Hindia Belanda, khususnya di pulau Jawa. 2.1.3. Teori Budaya Arab Komunitas Arab di Indonesia sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang mewarnai kehidupan kota-kota besar, khususnya di kawasan kota Pesisir utara Jawa. Keberadaan masyarakat Arab antara lain disebabkan karena perkembangan kota-kota Pesisir yang menjadi pusat perdagangan berdasarkan sejarah panjang kawasan tersebut. Para pendatang Arab yang dari awalnya berdagang dan kebanyakan bermukim di kawasan tersebut akan mewarnai kehidupannya dalam komunitas bermukim yang disebut dengan kampung Arab. Pendekatan kultur-historis sangat membantu untuk lebih memahami peradaban masyarakat Arab yang memiliki ciri dan karakteristik spesifik. Masyarakat Arab merupakan masyarakat berdagang sehingga aktifitas usahanya menjadi aktifitas utama masyarakat Arab. Salah satu sifat masyarakat Arab adalah sifat tertutup. Pembagian ruang antara laki-laki dan perempuan juga merupakan budaya Arab karena keinginan untuk melindungi wanita dari pihak luar. 2.1.4. Teori Budaya Pesisir Masyarakat kota Pesisir yang sangat terbuka akan memberikan implikasi pada terbentuknya budaya baru melalui proses akulturasi budaya, budaya-budaya pendatang yang masuk di kawasan kota Pesisir pada akhirnya akan membentuk budaya baru, yang dikenal dengan budaya Pesisir. Budaya kota Pesisir merupakan wujud dari pola tata laku dan struktur sosial masyarakat pesisir yang pada akhirnya juga akan membentuk arsitektur kota Pesisir. Arsitektur kota pesisir memiliki karakteristik spesifik dengan berbagai ragam bentuk paduan dari wujud percampuran budaya pendatang (Cina, Arab dan Belanda) dan budaya Jawa (Pesisir). Budaya dalam konteks peradaban Pesisir (peradaban daerah pantai) merupakan gambaran adanya aneka ragam budaya yang memiliki prinsip interaksi dinamis atau pergerakan dan kreasi aktif heterogenitas dengan adanya kemiripan kultural tentang gambaran mata rantai perdagangan, pergaulan sosial, hubungan politik serta interaksi kesusasteraan dan kesenian (vickers, 2009). 2.2. PENDEKATAN TEORI BUDAYA DAN ARSITEKTUR Untuk mengungkap fenomena arsitektur masyarakat kota Pesisir utara Jawa, maka perlu diuraikan paham (isme) yang memberikan pengaruh signifikan pada perkembangan pengetahuan arsitektur. Dalam telaah teoritik ini, sedikitnya ada dua teori yang patut dikedepankan (Salura, 2007) sebagai berikut : 2.2.1. Teori Strukturalisme (Budaya dan Arsitektur) Teori strukturalisme mengkaitkan antara realitas dengan struktur dalam yang terkandung pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pandangan dalam teori ini terdiri dari dua sisi, yakni : struktur dan sistem. Pemikir seperti Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce telah mengangkat strukturalisme ke dalam tataran epistemologis dan metodologis melalui konsep yang dikembangkan dengan struktur ‘diadic’ (langue-parole dan signifier –signified) dan ‘triadic’ (sign-object-interpretant). Teori Strukturalisme(Levis Strauss, 1958) merupakan teori yang dapat mengungkap suatu sistem atau pola yang terjadi dalam satu komunitas fisik maupun non fisik. Teori ini menjelaskan bagaimana kebudayaan melalui kajian tentang perilaku, dimana perilaku tersebut diungkap
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
untuk mendapatkan konsep yang melatar-belakanginya. Konsep inilah yang diharapkan dapat terwujud melalui kajian secara komprehensif pengamatan perilaku termasuk adanya mitos yang berupa cerita yang kompleks yang mengungkapkan eksistensi manusia. Mengacu pada definisi secara antropologis, Salura (2011) menyebutkan bahwa Struktur adalah sebuah bangun yang secara abstrak berkaitan satu sama lain, bangun merupakan konsep abstrak yang dapat dipahami berdasarkan tiga sifat dasar, yakni : transformasi, totalitas dan otoregulasi. Konsep struktur dapat dipandang sebagai suatu fenomena konkrit, tetapi juga ada pandangan sebagai fenomena abstrak (Adimihardja dan Salura, 2004). Struktur terdiri dari struktur luar yang merupakan relasi antar unsur yang dapat dibangun berdasarkan ciri-ciri luar atau ciri-ciri empiris dari relasi tersebut. Struktur dalam merupakan susunan tertentu yang dibuat berdasarkan struktur lahir yang berhasil dibuat namun tidak selalu tampak dari sisi empiris fenomena tersebut. 2.2.2. Teori Tipomorfo (Arsitektur) Diyakini bahwa unsur arsitektur selalu terdiri dari : pertama, fungsi yaitu satu jenis atau kumpulan aktivitas; kedua bentuk yang berupa ruang atau ruangan fisik yang mengakomodasi aktivitas; ketiga makna atau arti yang ditangkap oleh pengamatnya dari tampilan akitivitas dan bangunan tersebut (Salura, 2010). Tipomorfo yang dikemukakan oleh Quatremere de Quincy dan dikembangkan oleh Aldo Rosi. Tipologi masuk kedalam kategori teori klasifikasi. Dalam perjalanannya tipologi sering juga digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk fisik atau fungsi bangunan. Argumen ini akan dikembangkan dan dielaborasi lanjut pada studi ini selain tipologi fisik serta fungsi bangunan, juga tipologi yang mengabstraksikan bentuk dan kegiatan fisik menjadi tipe abstrak. Sebagai contoh bentuk arsitektur rumah tinggal dengan gaya kolonial di Kota Pasuruan berdasarkan teori kebudayaan yang ada, khususnya di kawasan kota Pesisir utara Jawa memiliki tipologi bentuk berdasarkan elemen wajah bangunan, ornamen, gaya dan tahun pembuatannya. Gaya yang dimaksud adalah Indische Empire Style, Voor 1900, NA 1900 (Antariksa, 2010). Antariksa (2010) menyebutkan bahwa tipologi merupakan studi yang berkaitan dengan tipe dari beberapa objek yang memiliki jenis yang sama. Tipologi merupakan sebuah bidang studi yang mengklasifikasikan, mengkelaskan dan mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal yang sama dan kesamaan sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan jenis. Aspek klasifikasi dalam pengenalan tipologi mengarah pada usaha untuk mengklasifikasikan, mengkelaskan dan mengelompokkan objek berdasarkan aspek-aspek/kaidah-kaidah tertentu, seperti : fungsi, bentuk maupun gaya. Sulistijowati dalam Antariksa (2010) dalam upaya mengkelaskan, mengelompokkan berdasarkan aspek fungsi, geometrik dan langgam. 2.3. KONSEP DAN RELASI BENTUK DAN STRUKTUR KONSTRUKSI ARSITEKTUR PESISIR Sosok arsitektur di kawasan Pesisir utara Jawa terbentuk melalui berbagai konsep yang melingkupinya. Konsep sebagai bentuk representasi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat kota Pesisir dalam bentuk tradisi secara turun temurun. Tradisi yang dimaksud sekaligus merupakan ekspresi bentuk percampuran nilai-nilai budaya pendatang yang masuk dan melebur kedalam budaya lokal (Jawa – Pesisir). Arsitektur Pesisir dapat dipandang sebagai konsep arsitektur yang merupakan relasi antara bentuk dan struktur konstruksi arsitektur rumah Pesisir sebagai kesatuan yang utuh dalam membentuk identitas arsitektur kota Pesisir, dengan ciri yang melekat sebagai bentuk akulturasi budaya dan memiliki nilai-nilai yang adaptif terhadap segala perubahan. Relasi yang terjadi antara bentuk dan struktur konstruksi akan membuka konsep yang ada dibelakangnya dari objek yang ada di tiga kampung kota Pesisir utara Jawa. 2.3.1. Konsep Bentuk Sebagai Relasi Tipe Kegiatan dan Tipe Ruang (Struktur Dalam Fungsi) Konsep fungsi yang terekspresi dalam arsitektur masyarakat kota Pesisir terlihat dari bagaimana relasi yang terkait antara ‘Tipe Kegiatan dan Tipe Ruang’ yang akan menghasilkan
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
‘Struktur Dalam Fungsi’. Konsep fungsi inilah yang pada akhirnya akan membentuk pola dan tipe ruang, termasuk akan menentukan berbagai tipe kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 1 : Relasi Manusia Jawa (Pesisir) dengan Tipe Kegiatan dan Tipe Ruang (Struktur Dalam Fungsi)
No. Relasi Manusia Jawa (Pesisir)
Tipe Kegiatan Tipe Ruang Struktur Dalam Fungsi
1. Manusia - Tuhan Ritual Persembahan Roh/Tuhan
Hirarki Ruang
2. Manusia - Alam Perilaku/Aktivitas Pasrah terhadap Alam Relasi Ruang Dalam dan Luar
3. Manusia - Masyarakat
Sosialisasi Gotong Royong Lokasi Ruang Dalam dan Luar
4. Manusia - Pribadi Ruang untuk Kegiatan Sehari-
hari
Sesuai dengan Norma dan Kearifan Lokalnya
Ruang Dalam dan Luar
Sumber : Bachtiar, 2011
2.3.2. Konsep Bentuk Sebagai Relasi Tipe Wadah dan Struktur Konstruksi (Struktur Dalam
Bentuk) Konsep bentuk yang terekspresi dalam arsitektur Pesisir terlihat dari bagaimana relasi yang terkait antara ‘Tipe Wadah dan Struktur - Konstruksi’ yang akan menghasilkan ‘Struktur Dalam Bentuk’. Konsep bentuk inilah yang pada akhirnya akan membentuk tipe wadah dan struktur konstruksi, termasuk akan menentukan berbagai tipe wadah yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 2 : Relasi Manusia Jawa (Pesisir) dengan Tipe Wadah dan Struktur - Konstruksi (Struktur Dalam Bentuk)
No. Relasi Manusia Jawa (Pesisir)
Tipe Wadah Struktur dan Konstruksi
Struktur Dalam Bentuk
1. Manusia - Tuhan Sentong Tengah Kegiatan Ritual Posisi Ruang 2. Manusia - Alam Ragam Bentuk Kegiatan Produksi Bentuk Bangunan 3. Manusia - Masyarakat Sosialisasi Kegiatan Sosial Bentuk Ruang 4. Manusia - Pribadi Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari Tatanan Ruang
Sumber : Bachtiar, 2011
2.4. ARSITEKTUR PESISIR UTARA JAWA TIMUR DI GRESIK Arsitektur Pesisir utara Jawa merupakan sosok lingkungan binaan yang terwujud melalui proses percampuran berbagai budaya, dan dikenal dengan pengertian Akulturasi Budaya. Budaya pendatang, seperti : Cina, Belanda dan Arab yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur masyarakat kota Pesisir merupakan salah satu bentuk masuknya nilai-nilai asing yang terekspresi pada sosok bentuk arsitektur kota Pesisir.
Gambar 1 : Peta Kota Pesisir Utara Jawa Timur dan Lokasi Studi di Kampung Arab Gapuro Tlogobendung, Gresik
Sumber : Google Earth (2011)
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
2.4.1. Arsitektur Rumah di Kampung Arab Gapuro Sukolilo, Gresik Kampung yang lokasinya berada di pinggiran kawasan permukiman / kampung Arab Sukolilo di kota Gresik merupakan salah satu kampung yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Arab. Kampung yang dipilih adalah Kampung Tlogobendung, Gresik yang berada di kawasan periferi kampung Arab yang memiliki pengaruh budaya Arab. Lokasi berdekatan dengan Makam Maulana Malik Ibrahim dan Alun-Alun Gresik, daerah ini merupakan kawasan permukiman dimana keberadaan objek studi berada di area perkampungan (rumah-rumah kampung) yang dipengaruhi oleh langgam arsitektur Arab/Islam.
Gambar 3 : Denah Lantai I, 2 dan Atap Rumah Tinggal Bapak Mohammad Nurzamzi di Kampung Arab Gang VII, Jalan Malik Ibrahim, Desa Gapurosukolilo, Gresik
Sumber : Survey (2011)
Arsitektur rumah ini memiliki ciri dan karakteristik unsur-unsur budaya Arab berdasarkan fenomena masyarakat Pesisir yang terjadi di kawasan utara Jawa Timur, yakni : Bangunan Rumah Tinggal di Kampung Tlogobendung, Gresik yang merupakan kawasan periferi kampung Arab. Arsitektur ini memiliki karakteristik spesifik, bentuk arsitekturnya dipengaruhi oleh langgam arsitektur dan budaya Arab. Terbentuknya konsep fungsi, bentuk dan makna arsitektur masyarakat kota Pesisir utara Jawa merupakan representasi dari pandangan pola tata laku masyarakat Jawa (Pesisir) dan sosok arsitekturnya.
Gambar 6 : Tampak Depan, Samping dan Potongan (Rumah Tinggal Bapak Mohammad Nurzamzi di Kampung Arab Gang VII, Jalan Malik Ibrahim, Desa Gapurosukolilo, Gresik)
Sumber : Survey (2011)
Konsep menjadi landasan dalam mengungkap adanya fenomena lingkungan binaan yang berada di kawasan kampung di kota Pesisir utara Jawa. Gaya arsitektur rumah tinggal di Kampung Arab dengan mengadopsi arsitektur Kolonial (bangunan dua lantai), hal ini terlihat dari bentuk, tipe dan pola ragam yang diterapkan, termasuk penggunaan elemen-elemen pelingkupnya yang khas arsitektur Kolonial. Lantai 1 digunakan untuk fungsi sebagai hunian, sedangkan lantai 2 digunakan untuk usaha burung walet.
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
Tabel Foto 1 : Arsitektur Rumah Tinggal Bapak Mohammad Nurzamzi di Kampung Arab Gang VII, Jalan Malik Ibrahim, Desa Gapurosukolilo, Gresik
Objek Arsitektur Rumah Tinggal Objek Arsitektur Rumah Tinggal
Gb 1, 2. Tampak Depan
Tampilan depan dengan ekspresi formal menunjukkan salah satu karakteristik arsitektur Kolonial, bukaan pintu maupun jendela disusun
dalam bentuk simetri, dibagi menjadi tiga bagian, tengah sebagai pintu masuk, sisi kiri dan kanan
berupa susunan jendela
Gb 3, 4. Pintu Samping (Servis)
Pintu samping untuk jalur sirkulasi wanita, pintu untuk wanita dipisahkan dengan sistem sirkulasi
yang berbeda, pintu samping ditutup dengan tirai yang menunjukkan salah satu karakteristik
arsitektur Arab
Gb 5, 6. Pintu Masuk Samping dan Teritis Belakang Pintu masuk samping untuk jalur wanita dan servis (karakter arsitektur Arab), teritis belakang dengan
ditopang konsol besi cor yang menunjukkan karakter arsitektur Kolonial
Gb 7, 8. Ruang Tamu/Utama dan Bouvenlicht Pintu
Ruang tamu dengan plafond tinggi serta detail ornamen pada bouvenlicht menunjukkan
karakteristik sebagai bangunan arsitektur Kolonial
Gb 9, 10. Pintu Utama dan Sekat Ruang Tidur Depan
Pintu utama dengan ekspresi formal dan sekat ruang sebagai tambahan ruang tidur tamu
Gb 11, 12. Pintu Ruang Utama dan Teras Belakang
Pintu ruang utama dengan dua daun pintu menunjukkan kesan formal, teras berada di depan dan belakang, fungsi teras bagian belakang untuk
ruang makan
Gb 13, 14. Jendela dan Ruang Servis Samping Jendela samping dengan bukaan ke samping,
ekspresi ini menunjukan salah satu karakteristik arsitektur Kolonial dengan adanya ruang samping
yang berfungsi sebagai sirkulasi servis dan sirkulasi area wanita
Gb 15. Teritis dan Konsol Belakang
Teritis dan konsol belakang dengan besi cor, tiang belakang dengan menggunakan motif ornamen
garis garis, bagian teras belakang ditutup dengan tirai
2.4.2. Arsitektur Rumah di Kampung Jawa Tlogobendung, Gresik Kampung yang lokasinya berada di pinggiran Kampung Arab Gapuro Sukolilo di kota Gresik merupakan salah satu kampung yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Arab. Kampung yang dipilih adalah Kampung Tlogobendung, Gresik yang berada di kawasan periferi kampung Arab yang memiliki pengaruh budaya Arab dan berdekatan dengan Makam Maulana Malik Ibrahim yang merupakan kawasan permukiman Jawa dimana keberadaannya dipengaruhi oleh langgam arsitektur Arab/Islam.
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
Susunan ruang pada rumah di Kampung Jawa Tlogobendung memiliki kesamaan dengan pola bangunan arsitektur rumah di Kampung Arab Gapurosukolilo, yakni dengan susunan ruang yang simetri dan ruang terbagi menjadi empat area, yakni area teras, ruang tamu/keluarga, ruang tidur dan ruang servis/dapur. Susunan ini mengingatkan pada bentuk arsitektur Kolonial pada umumnya yang memberikan kesan formal pada gubahan ruangnya serta ada kejelasan pada pembagian ruangnya. Bentuk Atap dengan menggunakan tipe perisai menunjukkan pada bentukan arsitektur Kolonial, bentuk atap ini didukung dengan sistem konstruksi atap dengan kuda kuda yang menumpu pada kolom dan balok yang pada umumnya terlihat juga pada sistem dinding pemikul. Seluruh struktur, konstruksi dan dinding pengisinya menggunakan material kayu yang mengekspresikan bentuk arsitektur tradisional, seperti halnya bangunan tradisional Jawa lainnya.
Gambar 10 : Denah, Tampak dan Potongan (Rumah Tinggal Ibu Fatimah di Kampung Tlogobendung, Gresik)
Sumber : Survey (2010)
Ekspresi bangunan dari tampilan depan bangunan menunjukkan gubahan bentuk simetri, terlihat pada susunan pintu ditengah dan kedua jendela yang berada disisi kanan dan kiri, tiang depan dengan konstruksi kayu juga diperlihatkan sebagai ekspresi bangunan Kolonial pada umumnya dengan tiang tiang gotiknya. Bagian teritis dan tepinya ditutup dengan listplank dengan motif geometrik dengan menggunakan material kayu. Bagian atas pintu utama diselesaikan dengan motif gubahan geometrik kayu yang mencerminkan karakteristik arsitektur Kolonial. Tabel Foto 2 : Arsitektur Rumah Tinggal Ibu Fatimah (dibangun tahun 1920) di Kampung Tlogobendung, Jalan Pahlawan, Gang 6/19, Gresik
Objek Arsitektur Rumah Tinggal Objek Arsitektur Rumah Tinggal
Gb 1, 2. Tampak Depan dan Detail Tirai Depan Tirai yang diterapkan pada fasade bangunan
mencerminkan salah satu karakter budaya arab (tertutup)
Gb 3, 4. Ruang dan Detail Bouvenlicht Pintu Utama
Ruang Utama yang dipengaruhi oleh pembagian ruang arsitektur kolonial, seperti halnya yang terlihat pada rumah di Kampung Arab Gapuro
Sukolilo
Gb 5, 6. Ruang Tengah dan Jendela R. Tengah
Ruang tengah dan jendelanya menunjukkan salah satu karakter arsitektur Kolonial
Gb 7, 8. Teras Depan dan Motif lantai
Teras Depan ditutup dengan tirai yang menunjukkan karakteristik bangunan arsitektur Arab, motif
lantainya memperlihatkan karakteristik gubahan arsitektur Kolonial
Seminar Nasional & Pameran 2011: KEBIJAKAN & STRATEGI PENGADAAN PERUMAHAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Magister Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Litbang Kementrian Pekerjaan Umum
Gb 11. Detail Bouvenlicht dan Tampak Atap
Detail bouvenlicht pintu utama bagian tengah dengan olahan detail bentuk geometrik dengan
menggunakan kayu
Gb 12, 13. Teras Kiri Depan dan Sekat Ruang Tengah
Teras depan dengan nuansa warna biru sangat spesifik sebagai olahan bentuk arsitektur Kolonial,
kayu di finish dengan cat
3. KESIMPULAN
Bentuk arsitektur lokal di kawasan pesisir utara Jawa Timur merupakan arsitektur Jawa Pesisiran yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Arab. Arsitektur rumah di kampung Gapuro Sukolilo - Gresik merupakan arsitektur komunitas etnis Arab yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial yang terlihat dengan ekspresi bentuk-bentuk yang simetri dengan susunan ruang yang simetri berdasarkan fungsinya. Dari kajian ini dapat terungkap bahwa bentuk dan struktur konstruksi pada arsitektur kolonial diterapkan pada rumah di Kampung Tlogobendung, Gresik yang merupakan permukiman masyarakat Jawa yang dipengaruhi oleh nilai dan unsur budaya Arab. Nilai-nilai budaya Arab memiliki unsur yang baku sehingga bentuk arsitekturnya dapat ditelusuri melalui struktur dan konstruksinya yang membentuk identitas dan karakteristik sebagai arsitektur Pesisir. Secara keseluruhan arsitektur rumah di Kampung Tlogobendung, Gresik dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Arab dan Kolonial (Belanda) yang terekspresi dalam bentuk dan struktur konstruksi dalam wujud tipe bentuk, struktur konstruksi dan pola ruang yang memiliki karakteristik sebagai arsitektur yang dipengaruhi oleh unsur unsur bentuk arsitektur indische. Dengan demikian arsitektur rumah Pesisir di Kampung Arab Gapuro Sukolilo dan Kampung Jawa Tlogobendung memiliki bentuk dan struktur konstruksi yang sama dan dapat diterapkan pada rumah-rumah di kawasan perumahan tradisional lainnya berdasarkan latar belakang pengaruh budayanya. Manfaat yang didapatkan dari studi ini dapat memberikan manfaat sebagai rujukan bagi kasus studi yang serupa di beberapa kawasan lainnya serta dapat menyumbangkan pengetahuan teori arsitektur rumah serta bentuk dan struktur konstruksi secara berkesinambungan. Daftar Pustaka
Abel, Chris (1997 ), Architecture and Identity, Arch. Press, Singapore. Adimihardja, Kusnaka; Purnama Salura (2004), Arsitektur Dalam Bingkai Kebudayaan, Foris, Bandung. Adimihardja, Kusnaka (2008), Dinamika Budaya Lokal, Indra Prahasta + LBPB. Antariksa (2010), Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset (Seminar Nasional Metode Riset Dalam Arsitektur), Udayana University Press, Bali, 2010. Christomy, Tommy (2002), Indonesia : Tanda Yang Retak, Wedatana Widya Sastra, Jakarta. Endraswara, Suwardi (2010), Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen, PT. Bhuana Ilmu Populer (Kompas Gramedia Group), Jakarta. Geertz, Clifford (1983), Local Knowledge, Basic Book, USA. Hall, S (1991), The Local and The Global, Mac Millan Press, New York. Handinoto (2010), Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial, Yogyakarta. Jessup, Hellen (1988), Nederlands Architecture in Indonesia, Ph.D.Desertation, Courlaud Institue of Art, London. Koentjaraningrat (1978 ), Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta. Lombard, Denys (1996), Nusa Jawa : Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu, Bagian 1 : Batas Batas Pembaratan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mangunwijaya, Y.B. (1988), Wastu Citra, Rapoport, Amos (1969), House Form and Culture, Prentice Hall International Inc., London. Salura, Purnama (2001), Ber-Arsitektur, Membuat, Menggunakan, Mengalami dan Memahami Arsitektur, Bandung. Salura, Purnama (2010), Arsitektur Yang Membodohkan, Cipta Sastra Salura, Bandung. Sutrisno, Mudji & Putranto, Hendar (2005), Teori–Teori Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta. Van Peursen, CA (1988), Strategi Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Vickers, Adrian (2009), Peradaban Pesisir : Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara, Pustaka Larasan, Udayana University Press, Denpasar.