Bemisia tabaci genn

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan komoditi perkebunan penting sebagai penghasil devisa dan sumber pendapatan usahatani. Harga Komoditi yang tinggi dan pengusahaan teknik usahatani yang melekat dengan petani menjadikan usahatani tembakau merupakan mata pencaharian pokok. Namun pengelolaan tembakau yang dilakukan oleh perkebunan rakyat dihadapkan kendala rendahnya produktivitas. Salah satu hambatan pengembangan produksi tembakau adalah gangguan cuaca dan serangan hama dan penyakit tanaman. Padahal sebagai komoditi tradisional masyarakat (Heriyanto 2000), tembakau mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu hama yang menyerang tanaman tembakau adalah Bemisia tabaci Genn atau yang biasa dikenal dengan kutu putih. Bemisia tabaci (Gennadius) merupakan hama penting pada tanaman hortikultura. Selain dapat merusak langsung pada tanaman, B. tabaci juga dapat menyebarkan virus tanaman. Virus krupuk adalah virus yang dapat ditularkan melalui Bemisia tabaci Genn pada tanaman tembakau pada saat cuaca kering. Untuk itu kajian mengenai hama Bemisia tabaci Genn perlu dilakukan mengingat hama ini dapat menjadi vektor virus. 1.2 Tujuan Mengetahui faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan populasi Bemisia tabaci Genn. Mengetahui pengaruh hama Bemisia tabaci Genn terhadap tanaman inang yaitu tembakau.

Transcript of Bemisia tabaci genn

Page 1: Bemisia tabaci genn

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTembakau merupakan komoditi perkebunan penting sebagai

penghasil devisa dan sumber pendapatan usahatani. Harga Komoditi yang tinggi dan pengusahaan teknik usahatani yang melekat dengan petani menjadikan usahatani tembakau merupakan mata pencaharian pokok. Namun pengelolaan tembakau yang dilakukan oleh perkebunan rakyat dihadapkan kendala rendahnya produktivitas. Salah satu hambatan pengembangan produksi tembakau adalah gangguan cuaca dan serangan hama dan penyakit tanaman. Padahal sebagai komoditi tradisional masyarakat (Heriyanto 2000), tembakau mempunyai nilai  ekonomi  tinggi.

Salah satu hama yang menyerang tanaman tembakau adalah Bemisia tabaci Genn atau yang biasa dikenal dengan kutu putih. Bemisia tabaci (Gennadius) merupakan hama penting pada tanaman hortikultura. Selain dapat merusak langsung pada tanaman, B. tabaci juga dapat menyebarkan virus tanaman. Virus krupuk adalah virus yang dapat ditularkan melalui Bemisia tabaci Genn pada tanaman tembakau pada saat cuaca kering. Untuk itu kajian mengenai hama Bemisia tabaci Genn perlu dilakukan mengingat hama ini dapat menjadi vektor virus.

1.2 Tujuan Mengetahui faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan

populasi Bemisia tabaci Genn. Mengetahui pengaruh hama Bemisia tabaci Genn terhadap tanaman inang

yaitu tembakau.

Page 2: Bemisia tabaci genn

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Bemisia tabaci GennB. tabaci digolongkan ke dalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha,

superfamili Aleyrodoidea, dan termasuk kedalam famili Aleyrodidae (Boror et al. 1996). B. tabaci merupakan spesies kutukebul yang memiliki kisaran inang luas. Kalshoven (1981), mengelompokkan tanaman inang dari serangga ini meliputi beberapa famili, yaitu famili Compositae, Cucurbitaceae, Cruciferae, dan Solanaceae.

Menurut Hill (1987), tanaman inang utama B. tabaci adalah kapas, tembakau, tomat, ubi jalar, ubi kayu, beberapa jenis gulma, serta tanaman lain yang dapat menjadi inang alternatif. Hal ini menyebabkan banyaknya nama umum B. tabaci yang dikenal luas, diantaranya adalah kutukebul kapas (cotton whitefly), kutukebul tembakau (tobacco whitefly), dan kutukebul ubi jalar (sweetpotato whitefly) (Kalshoven 1981).

Gambar 1. Imago B. tabaciSumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan

B. tabaci pertama kali ditemukan sebagai hama tanaman tembakau pada tahun 1889, di Yunani (Hirano et al., 2007). B. tabaci juga mampu membentuk biotip baru dan menyebarkan virus (Henneberry & Castel, 2001). Saat ini telah tercatat 24 biotip B. tabaci yang tersebar di dunia (Carabali et al., 2007). B. tabaci memiliki penyebaran yang luas, di Asia tercatat B. tabaci tersebar di 37 negara, Afrika 39 negara, Eropa 26 negara, Amerika 30 negara dan Oceania 14 negara (Deptan, 2007b).

Serangga hama ini memiliki berbagai sebutan, di Inggris disebut tobacco whitefly, sweet potato whitefly, cassava whitefly, di Prancis disebut Aleurode du cottonnier, Aleurode de la patate douce, di Jerman disebut weisse fleige, baumwoll-mottenchildlaus, dan di Italia disebut Aleirode delle solanacee (Malumphy, 2007).

2.2 Biologi Hama kutu putih (Bemisia tabaci Genn.) termasuk serangga ordo Homoptera,

famili Aleyrodidae dan genus Bemisia (Kalshoven, 1981). Biologi dari serangga ini adalah sebagai berikut:

Stadia Telur Telur yang baru diletakkan berwarna putih mutiara dan berubah kecoklatan

menjelang menetas. Telur akan menetas setelah 5 hari diletakkan dengan kisaran suhu 32,5 0C, sedangkan pada suhu 17 0C telur menetas setelah 23 hari. Telur diletakkan di

Page 3: Bemisia tabaci genn

bawah permukaan daun pucuk pada pukul 08.00 - 12.00 (Henneberry and Castle, 2001). Imago dapat meletakkan telur sebanyak 28 - 300 butir telur, tergantung inang dan suhu (Mau and Kessing, 2007).

Pada tanaman kapas dengan kisaran suhu 9,4 - 42 0C imago menghasilkan 28 - 160 butir telur, pada tembakau dengan suhu 9,4 - 34,4 0C menghasilkan 44 - 47 butir telur, sedangkan pada tanaman kentang dengan suhu 31,9 - 38,0 0C mampu menghasilkan 38 - 394 butir telur (Henneberry and Castle, 2001).

Gambar 2.Telur B. tabaciSumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan Stadia Nimfa

Nimfa yang baru menetas berukuran 0,3 mm, nimfa instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 sampai ke - 4 tidak bertungkai dan berukuran 0,4 - 0,8 mm (Hirano et al., 2007). Nimfa terdiri dari 4 instar, masa instar pertama 3 - 5 hari, instar ke - II 2 - 6 hari, instar ke - III 2 - 4 hari dan stadia terakhir 2 - 5 hari (Henneberry & Castle, 2001). Total masa nimfa 2 - 4 minggu (Mau & Kessing, 2004). Selama masa pertumbuhan nimfa hanya berada di daun (Hirano et al., 1993). Setelah menusuk daun, nimfa akan berpindah tempat. Nimfa aktif makan pada instar 1 - 3 (Bohmflak et al., 2007).

Gambar 3. Nimfa B. tabaciSumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan

Page 4: Bemisia tabaci genn

Stadia Imago Imago berukuran ± 1 mm dengan sayap berwarna putih dan ditutupi tepung

seperti lilin (Hirano et al., 2007). Imago yang berumur 1 - 4 hari dapat langsung menghasilkan telur tanpa melakukan perkawinan (Sanderson, 2007).

Serangga ini bersifat parthenogenesis, telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan turunan jantan (Henneberry and Castle, 2001). Imago betina mampu menghasilkan 7 butir telur/ hari (Bohmflak et al., 2007).

Umur imago betina lebih panjang daripada imago jantan. Betina berumur 13 - 62 hari dan jantan 4 - 12 hari, pada suhu 14 - 32 0C (Henneberry and Castle, 2001).

Gambar 4.Imago B. tabaciSumber:http://images.google.co.id/imgres?=http://ditlin.hortikultura.deptan

Imago aktif antara pukul 06.00 - 10.00. Waktu terbang maksimum pada pukul 06.00 - 10.00. Imago jantan mampu terbang lebih lama dibandingkan betina (Henneberry and Castle, 2001).

Imago akan berpindah setiap 48 jam sekali. Perilaku terbang B. tabaci terbagi dua, yaitu terbang jarak jauh (long flight distance) dan terbang jarak dekat (short flight distance). Terbang jarak dekat imago hanya terbang di bawah kanopi tanaman sedangkan terbang jarak jauh bila terbang dari satu tanaman ke tanaman lain (Carabali et al., 2007).

Kemampuan terbang imago kurang dari 4,6 m (Mau and Kessing, 2004) dengan ketinggian kurang dari 4 m. Angin dapat membantu penyebaran B. tabaci secara pasif (Deptan, 2007b).2.3 Penyebaran

2.4 Gejala dan Akibat SeranganSerangan yang disebabkan oleh B. tabaci dibagi atas 3 tipe: (1) kerusakan

langsung, (2) kerusakan tidak langsung, dan (3) penularan virus (Berlinger, 1986). Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun (Deptan, 2007a) mengakibatkan daun tanaman mengalami klorosis, layu, gugur daun dan mati (Mau and Kessing, 2007).

Helai daun yang mengalami vein clearing mulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut mengakibatkan daun mengecil dan berwarna kuning terang tanaman kerdil dan tidak berubah (Deptan, 2007a).

Bemisia tabaci menghasilkan ekskresi berupa madu yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan embun jelaga yang berwarna hitam (Cladosporium sp. dan Alternaria sp.) menyebabkan proses fotosintesis tidak berjalan dengan normal. Imago

Page 5: Bemisia tabaci genn

betina B. tabaci menghasilkan embun jelaga yang lebih banyak selama siklus hidup mereka (Sanderson, 2007).

Proses makan imago dan nimfa B. tabaci sangat berbahaya pada tanaman karena dapat bertindak sebagai vektor virus. B. tabaci menularkan Geminivirus secara persisten yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat ditularkan (Deptan, 2007a).

Gambar 5.Gejala Serangan B. tabaci Genn.

Sumber: Foto LangsungKerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang

mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel – sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu putih menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal (Ditlin Hortikultura, 2007).

Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu putih sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 - 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu putih antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus (Ditlin Hortikultura, 2007).

2.5 Botani Tanaman Tembakau2.6 Syarat Tumbuh Tembakau2.7