Belajar Penanggulangan AIDS

5
Belajar Penanggulangan AIDS dari Kesuksesan Uganda AP Photo/Richard Vogel PUSAT REHABILITASI AIDS – Sejumlah wanita Vietnam bekerja di dalam ruangan kelas di Pusat Rehabilitasi Korban Narkoba 2, di provinsi Ha Tay dekat Hanoi, Vietnam, Senin (21/6). Dari 600 orang penghuni panti itu sekurangnya 1/3 positif mengidap HIV. Vietnam adalah negara yang rentan terhadap penyebaran AIDS dan jumlah penderita diperkirakan akan mencapai angka satu juta pada tahun 2010. Oleh Dr. Andi Utama AIDS (Acquired Immunodeficient Syndrome) masih tetap merupakan ancaman. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. Sementara itu penyebaran penyakit ini terus berlanjut. Menurut laporan WHO pada bulan Desember 2002, lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS. Dan sekarang diperkirakan penderita AIDS berjumlah lebih dari 42 juta. Jumlah ini terus bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per hari. Khusus untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, jumlah pasien diperkirakan sekitar 5,6 juta. Bagaimana dengan Indonesia? Sampai Maret 2004, jumlah penderita AIDS tercatat sebanyak 1.413 orang, sedangkan positif HIV sebanyak 2.746 orang, sehingga jumlah total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi 4.159 orang. Namun

description

srgsrg

Transcript of Belajar Penanggulangan AIDS

Belajar Penanggulangan AIDSdari Kesuksesan Uganda

AP Photo/Richard VogelPUSAT REHABILITASI AIDS – Sejumlah wanita Vietnam bekerja di dalam ruangan

kelas di Pusat Rehabilitasi Korban Narkoba 2, di provinsi Ha Tay dekat Hanoi, Vietnam, Senin (21/6). Dari 600 orang penghuni panti itu sekurangnya 1/3 positif

mengidap HIV. Vietnam adalah negara yang rentan terhadap penyebaran AIDS dan jumlah penderita diperkirakan akan mencapai angka satu juta pada tahun 2010.

Oleh Dr. Andi Utama

AIDS (Acquired Immunodeficient Syndrome) masih tetap merupakan ancaman. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. Sementara itu penyebaran penyakit ini terus berlanjut.

Menurut laporan WHO pada bulan Desember 2002, lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS. Dan sekarang diperkirakan penderita AIDS berjumlah lebih dari 42 juta. Jumlah ini terus bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per hari. Khusus untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, jumlah pasien diperkirakan sekitar 5,6 juta.Bagaimana dengan Indonesia? Sampai Maret 2004, jumlah penderita AIDS tercatat sebanyak 1.413 orang, sedangkan positif HIV sebanyak 2.746 orang, sehingga jumlah total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi 4.159 orang. Namun karena fenomena AIDS/HIV ini seperti ìgunung esî, maka diperkirakan jumlah sebenarnya berkisar antara 90.000 sampai 130.000. Jumlah ini diperkirakan terus akan bertambah, bertolak belakang dengan kondisi di Thailand yang semakin menurun. Di Indonesia, epidemi AIDS/HIV sudah pada tahap bahaya, karena epidemi AIDS/HIV terjadi di 6 provinsi, yaitu Jakarta, Papua, Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Riau. Selain itu juga terjadi peningkatan di Propinsi Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara.Mengingat AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem imun tubuh manusia, serangan AIDS/HIV akan memperbesar peluang

terkena infeksi berbagai penyakit, sehingga menimbulkan komplikasi berbagai penyakit. Sampai saat ini telah ditemukan komplikasi AIDS/HIV dengan Tuberkulosis (TB) atau hepatitis C. Karena TB adalah penyakit yang sangat mudah menular, peningkatan jumlah pasien AIDS, terutama yang komplikasi dengan TB, akan mempercepat penyebaran TB.Mengingat TB adalah penyakit menular yang serius di Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita TB peringkat ke-3 di dunia, penanggulangan AIDS/HIV harus benar-benar mendapat perhatian yang serius. Usaha penanggulangan AIDS/HIV tidak hanya memberi efek positif terhadap penyebaran AIDS/HIV saja, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap usaha penanggulangan penyakit menular lainnya, terutama TB.Terapi AIDS/HIV saat ini dilakukan terapi kimia (chemotherapy) yang menggunakan obat anti-retroviral virus (ARV) yang berfungsi menekan perkembangbiakan virus HIV. Dalam terapi menggunakan obat ARV ini, umumnya dilakukan dengan kombinasi beberapa jenis obat. Strategi ini disebut highly active antiretroviral threrapy (HAART). Dengan HAART ini, biasanya direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi protease inhibitor dengan minimal dua jenis obat lainnya.Walaupun demikian, cara ini juga masih belum efektif dan masih mengakibatkan munculnya virus yang resistan.Seiring dengan itu, juga dilakukan usaha untuk pengembangan vaksin terhadap virus HIV. Namun sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif.

Keberhasilan UgandaUganda adalah negara yang berhasil menekan penyebaran AIDS/HIV. Karena itu, banyak peneliti yang menjadikan objek studi kasus pencegahan AIDS/HIV ini. Seperti yang dimuat di jurnal Science terbitan 30 April 2004, studi tentang fluktuasi AIDS/HIV di Uganda menunjukan bahwa dalam jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menurun sebanyak 70% sejak tahuh 1990-an (Stoneburner dan Low-Beer, 2004).Sejak awal tahun 1990-an, jumlah ODHA pada wanita hamil menurun tajam, terutama pada kelompok muda. Ini adalah fenomena yang khusus, karena umumnya jumlah ODHA meningkat pada kelompok muda. Sejak tahun 1991 sampai tahun 1998, jumlah ODHA pada wanita hamil menurut drastis dari 21.1% menjadi 9.7%. Dan pada tahun 2000 menurun lagi menjadi 6%. Dengan kata lain terjadi 71.6% penurunan. Jika dilihat dari kelas umur, 75% penurunan terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun.Kondisi ini hanya terjadi di Uganda, tidak di negara-negara sekitarnya seperti Kenya, Malawi dan Zambia. Dari hasil analisis komparatif tahun 1995 dan 1989 ada beberapa perubahan penting yang berhubungan dengan penurunan jumlah ODHA di Uganda, yaitu (1) peningkatan umur mulai melakukan hubungan seks (peningkatan persentase anak muda (15-19 tahun) yang belum pernah berhubungan seks), (2) bertambahnya pemakaian kondom, (3) pengurangan jumlah partner seks yang tidak tetap. Mereka menemukan bahwa terjadi 60% penurunan hubungan

seks dengan partner yang tidak tetap.Walaupun ada tiga perubahan yang diperkirakan berpengaruh, Stoneburner dan Low-Beer dari Cambridge University ini, berkesimpulan bahwa pengurangan 60% hubungan seks dengan partner yang tidak tetap inilah yang menjadi faktor utama penurunan ODHA di Uganda. Hal ini disebabkan karena pengurangan hubungan seks dengan partner yang tidak tetap ini tidak terjadi di Kenya, Malawi dan Zambia, sehingga penurunan jumlah ODHA tidak terjadi di negara-negara ini.Begitu juga dengan efek penggunaan kondom. Sama seperti di Uganda, penggunaan kondom juga meningkat di Kenya, Malawi dan Zambia, tapi tidak memberikan perubahan jumlah ODHA yang berarti.Dari hasil ini, Stoneburner dan Low-Beer menyimpulkan bahwa penyebab menurunkan jumlah ODHA di Uganda adalah berkurangnya hubungan seks, terutama dengan partner yang tidak tetap. Penurunan 70% jumlah ODHA di Uganda ini seimbang dengan 80% efektivitas vaksin.

Apa kuncinya?Kenapa Uganda berhasil? Ada beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan Uganda ini. Pertama adalah pengetahuan masyarakat terhadap AIDS/HIV, tidak hanya masyarakat kota tapi juga masyarakat desa. Ini merupakan hasil penyuluhan pemerintah dengan bantuan masyarakat itu sendiri. Data menunjukkan bahwa 82% wanita Uganda mengenal AIDS/HIV.Kunci keberhasilan yang kedua adalah pengetahuan masyarakat tentang siapa yang tengah mengidap AIDS/HIV. Diketahuinya seseorang mengidap AIDS bukan berarti orang tersebut akan didiskriminasikan. Namun tidak lebih dari peringatan terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal ini tentunya menuntut jiwa ìmembuka diriî dari ODHA sendiri, serta jaringan komunitas masyarakat yang akan melindungi ODHA dari diskriminasi lingkungannya.Melalui pendidikan dan penyuluhan, Uganda telah berhasil menekan jumlah ODHA secara drastis. Melalui upaya ini, kita memberikan pengetahuan tentang AIDS/HIV, bahayanya, kondisi terapi dan vaksinasi saat ini, serta cara penanggulangannya. Untuk memperingati warganya akan bahaya AIDS/HIV, pemerintah Uganda mengeluarkan slogan dan peringatan yang berbunyi ìAIDS was fatal and required an immediate population response based on zero grazingî. ìZero grazingî artinya tidak seperti ternak liar.Memang harus disadari bahwa cara penanggulangan AIDS/HIV yang efektif saat ini adalah pencegahan. Ini bisa kita lakukan karena kita telah mengetahui mekanisme penyebaran virus HIV ini. Faktor yang utama adalah hubungan seks. Sehingga jika kita ingin bebas dari ancaman AIDS/HIV, janganlah melakukan hubungan seks selain isteri.(*)

Penulis adalah peneliti Puslit Bioteknologi LIPI dan Pemerhati Masalah Kesehatan 

     

Copyright © Sinar Harapan 2003