BEDIKER DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/23827/3/3. SKRIPSI FULL Tanpa Bab...
Transcript of BEDIKER DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG …digilib.unila.ac.id/23827/3/3. SKRIPSI FULL Tanpa Bab...
i
BEDIKER DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY REDAK
KECAMATAN PESISIR TENGAH
KABUPATEN PESISIR BARAT
(SKRIPSI)
Oleh
Heni Sepriyanti
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
BEDIKER DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY REDAK
KECAMATAN PESISIR TENGAH
KABUPATEN PESISIR BARAT
(abstrak)
Oleh
Heni sepriyanti
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti pelaksanaan bediker dalam
perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan
Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Bediker adalah menyanyi atau
melantunkan lagu sambil memukul rebana secara bersama-sama. Di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, bediker ini
dilantunkan oleh dua orang pria berpakaian rapi, bersarung dan memakai peci.
Peserta bediker bersimpuh di atas kasur berhadapan dengan kedua mempelai yang
duduk bersanding di atas kasur yang berlapis (seorang pangeran) dengan
berpakaian adat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanakan
bediker dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way Redak
Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Tujuan dalam penelitian ini
untuk mengetahui proses pelaksanaan bediker dalam perkawinan masyarakat
Lampung Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kecamatan
Pesisir Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
menggunakan analisis data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan tinjauan pustaka.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi bediker masih dilaksanakan oleh
masyarakat Lampung. Tradisi ini dilaksanakan pada dua hari menjelang acara
akad nikah pada suatu perkawinan masyarakat Lampung Saibatin, acara ini pada
dasarnya dilaksanakan sejak zaman belanda, tradisi ini telah ada sejak dulu kala
hingga sekarang dan masih dilaksanakan oleh masyarakat Lampung Saibatin di
Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
Pelaksanakan bediker dilakukan beberapa cara diantaranya 1. Himpung
(musyawarah) para raja-raja dan tetua adat. 2. Menyampaikan undangan melalui
cawa (omongan) kepada marga yang akan diundang. 3. Tahap lagu turun syeh,
tahap awal dan tahap lagu turun akhir.
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa bediker
masih dilaksanakan dengan baik dan menjadi salah satu tahapan yang penting
sebelum sebuah upacara perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat akan dilaksanakan.
iv
BEDIKER DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY REDAK
KECAMATAN PESISIR TENGAH
KABUPATEN PESISIR BARAT
Oleh
Heni Sepriyanti
0643033018
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
Judul Slaipsi
Nama Mahasiswa
No. Pokok Mahasiswa
Jurusan
Program Studi
Fakultas
Pembimbing I
Drs. H. A Imron, M. HumNIP. 195 17 198503 I 002
Ketua Jurusan PendidikanI lmu Pengetahuan Sosial
BEDII(ER DALAM .PERKAWINAIYMASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DT
PEKON WAY REDAK KECAMATAI\I PESISIRTENGAH KABTJPATEN PESISIR BARAT
: Ifeni Sepriyanti
:0643033018
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
: Pendidikan Sejarah
: Keguruan'dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
fr
r
i!iiI
f
II
ttIIt
I
il
i
;tf
1l'
i,
il;
i
2. Mengetahui
NIP. 19591228 198503 t 005
Ketua Program StudiPendidikan Sejarah
askun, M.H.
O.r. Zulkarnain, NI.Si
[Nn. rxoorll 198703 I oolDrs. Sfaiful M, M.Si.NIP. 19610703 198503 1004
,;1:u':..i',I|i-;;f1*1:'.*:i= i:l.lf i:,r^:iilii:ijt ',;;i:1';,i:i.;'; t-,.11;.;ji.;;I'l: ,.
:.. :
.1':l'.'j1tr';,'1.ili;:l::.':.F;i,iX|li,,;$i;,;l;liif.;;:,:.i;;1.;;1: rj':'ll;,;;r1,1,",'.
. ,
t '
tt11,:,:; 11,,'-i ;:'r1t, -- 1':: l!:1;j i !i
',I Tim peneuii.r. t ' ,.-,
',';,,1-.-': 1,1i,,,'.;'' ,'.1rl i.h.it;1r,,| '1:::';--ri:,,'i*'::'.',i::: ::r1.i'1r,";.;'r:I'l:',t,'o, ,, r,,.,,,',;',,1:-,1 rri, ..'-':l;'i.i'.'.
.:ii,.:::rr;:: .,,,.,,- .,.,..,..,r,)i;;;:i'::jla'.rl'1:-i1 ii'-tt,.',r,r.,r '',
-r,,:-:,.,i;-.... ,,:rr':
iil'i,:.r,.,,'.,, .'.:".::r.- :',.: Iji';::j: i,._-
1 :.:: : ;' r' : :- t : :'; : i r.--l i i l ;l r' I i :.,1;.1:- ll';i!.: " i li l:,:::j. :'::
'.,'r: : :, j ;: . ! i:iiit:i.:-=l:: ., . . .:-,, :r,,:lt ! 1. tir ...i' .i. . l i! ,.." , :..,,.',,,;:..;i j.,r.r'r:.,.: ,-,1:.t,:;:H:..,r,,, ::,..1 :,_;.:.':-..:rji:l:li :::
lj'-;;;;;;;i;iLi,i i .lli'lxl ,';,,.:;'.l:;i;:il':.:,.r ,|':ttt':::.)',',:;i .jl..l': .il.r:t
Kctua..1..'1tr-'*o='j'l-'#....l..,.;:,;;;=r'i.'i.,;i-....
i\ " --.rengrJ{ _. j
:.i.1ir. .: ,i;: j i:i*"ll{*:il 1$**0a3.i!
Lulus Ujian Skripsi :77 Jani 2
t-u?€' M-Hum l
ffi 1'.:.' :,;,' ;, : :::ri i,r:1:,r.'iir-i:. -.-
jt;.,:j!it r rlr,:,,,.j;t,.i:j
.r,...,,:'].r.i,;,',, ',.-{,ffts€xfqung -1urs,1f,,,s,,.,f1nua{'9J,.,?-1?,r.r1n1,-'..-'.: r1 't',:..r,r,,,..,,;l:
.' ,.I -aFi^l;^; E^l-;l$^- Ilo^'lmir rl* fl*r" foir{irliLo-
ffi;.'i;;: ,,,i'llf l,i ,,1.:-'-r-.-.;,;1. '"',.',.t,'r ',',, '".:.,11'.ii.,'' . .,..,,t,,1.,;t:, ",',,.1i,',r'ri,,
,
..'-. ,,r.,, . :':t-.:,-l'.,:,-,,t',..-.a.,,,,,:,,,.:,,;,-,,.. itr,-4.1.r:.'-':" :itr:ii:lr:i,,,,'t-:.::!:.;,,: ri:i'i.:;ri":.!r,:J
r1;1;t,.,.-. t:rr'li.r:r,. :ill.:ii:l
--flrrvJvu t zl rv6ouj tNvJ/l..;1'.i,'.1';1....i';*;iiji:;r'l...I..i,.i':'.;|."-1..:.,.'.i..,....'.;.i"',':.'i:...i
,'tt,.:r;,ill:::;r,,;ili:ii;;'if',;lr;'1;.1.';,;'.'.;;i,..;,.i:;,'.t';i:;ii.,',,;,f;-,i;..',: ''';r;;r,ll..'...'-Tanggal Lulus'Ujian skripsi : 77 Jani 2016
z.G\ DEPARTEMENPENDIDIKAN NASIONALArul^.]a\ F'AI(ULTAS KEcURUAN DAI\I ILMU PENDIDIKAI\{
\=g$Hl'l.runus,tN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAII sosIAL
W rh'Pror T;fftrllg#1x"i3l'"iili,1?f#?""-n'*
1. Nama
2. No. PokokMahasiswa
3. Program Studi
4. Jurusan
5. Alamat
SIIRAT PERNYATAAN
Y ang bertanda tangan di bawah ini adalah
Heni Sepriyanti
0643033018
Pendidikan Sejarah
Pendidikan IPS - FKIP Unila
'Jln. Raden Saleh, Gang Sakai No. 71 Tanjung
Seneng, Bandar Lampung*1,
Dengan ini membuat pernyataan, bahwa skripsi penulis yang berjudul "Bediker
Dutim Perkqwinan Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon lV'ay Reduk
Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Borat" adalah karya original
penulis dan bukan merupaka karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
tesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
ditemukan kecurangan dalam pembuatan skripsi tersebut diatas, maka saya
bersedia menerima sanksi (ge lar akademik yang telah saya peroleh, bersedia untuk
dicabut).
Demikianlah surat pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 30 Juli 2016buat pemyataan
Ieni SepriyantiNPM. 0643033018
vll
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Heny Sepriyanti dilahirkan di Desa Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah, Krui Kabupaten Pesisir
Barat pada tanggal 2 September 1988. Anak pertama (1) dari
empat (4) bersaudara dari pasangan bapak Akmal Husin dan
ibu Lela Nuryati.
Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :
1. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri Way Redak Krui
Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2000.
2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Negeri 2 Krui
Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2003.
3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Krui
Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Program Studi Pendidikan Sejarah. Pada Tahun 2008
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kemudian pada tahun 2010
penulis melaksanakan program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Budaya
Kemiling Bandar Lampung.
ix
PERSEMBAHAN
Dengan Syukur kehadirat Allah SWT, Ku persembahkan karya ini kepada :
BAK DAN EMAK TERCINTA Yang telah merawatku dengan penuh kasih sayang,
Tuan dan Incik serta Datuk dan Andung Terimakasih untuk doa dan nasehatnya yang tak kenal henti dan lelah
Adik-adikku Tercinta Selvia, Ican dan Evi yang telah memberi ku kebahagian dan semangat hidup
selama ini
Saudara-saudaraku dan Teman-temanku
Seseorang yang kusayangi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
Para pendidikku tercinta, yang dengan keikhlasan dan kesabaran
mengajariku tanpa pamrih..
Almamater tercinta yang kubanggakan Universitas Lampung
x
MOTTO
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan
pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan
sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai
dirinya dikala ia marah.
- (Nabi Muhammad SAW)
Tanyakan kepada orang yang lebih berpengalaman
karena hal itu akan menambah wawasan serta
informasi yang kita butuhkan
dalam memulai satu pekerjaan
(Heni Sepriyanti)
xi
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur khadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Bediker Dalam Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin Di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat”. Shalawat serta
salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang selalu kita nantikan syafa’at-Nya di hari akhir kelak.
Dalam proses penyelesaiannya penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung;
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan Bidang Umum
Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
xii
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Ketua Prodi Pendidikan Sejarah Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung;
7. Bapak Drs. Hi. Ali Imron, M.Hum selaku pembimbing I dan
Pembimbing Akademik penulis yang banyak memberikan saran,
masukan, nasehat yang sangat bermanfaat bagi penulis demi
terselesaikannya skripsi ini;
8. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasehat
yang sangat berarti dan berguna untuk penulis;
9. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, sebagai dosen pembahas utama
terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini;
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Drs. Hi. Maskun, M.H., Drs. Syaiful M,M.Si, Drs.
Hi. Ali Imran, M.Hum., Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Hi. Iskandar Syah,
M.H., Drs. Tontowi Amsia, M.Si., Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum., M.
xiii
Basri, S.Pd. M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S. Pd., M.Hum, Suparman
Arif, S.Pd. M.Pd dan Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd.
11. Bapak Drs. A.E. Wardana Kusuma, gelar Suntan Kesuma Ningrat
(Raja Adat Saibatin Marga Pugung Tampak), Bapak Haryadi (Tokoh
Masyarakat), Bapak Musradin (Tokoh Adat) dan semua narasumber
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;
12. Bapak Merah Bangsawan, A.M selaku Peratin di Pekon Way Redak
Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat atas bantuannya
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;
13. Rekan-rekan satu angkatan di Program Studi Pendidikan Sejarah
angkatan NR 2006, kakak tingkat dan adik tingkat yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan yang
indah pada masa-masa perkuliahan;
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas semua
kebaikan dan pengorbanan semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Bandar Lampung, 27 Juni 2016
Penulis
Heni Sepriyanti
NPM. 0643033018
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Analisi Masalah ............................................................................ 5
B.1. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
B.2. Batasan Masalah ................................................................... 5
B.3. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ........................ 5
C.1. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
C.2. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
C.3. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
A.1. Konsep Bediker ................................................................... 8
A.2. Konsep Budaya ................................................................... 9
A.3. Konsep Seni ......................................................................... 11
A.4. Konsep Masyarakat Lampung ............................................. 14
A.5. Konsep Masyarakat Lampung Saibatin .............................. 15
A.5. Konsep Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin .......... 17
B. Kerangka Pikir ............................................................................ 20
C. Paradigma ................................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................ 23
A. Metode Yang Digunakan .......................................................... 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 25
B.1. Variabel Penelitian ............................................................ 25
B.2. Definisi Operasional .......................................................... 25
C. Informan .................................................................................... 26
D. Sumber Data .............................................................................. 26
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 27
E.1. Teknik Observasi ............................................................... 27
E.2. Teknik Wawancara ............................................................ 28
A. Wawancara Berstruktur ................................................ 28
B. Wawancara Tidak Berstruktur ....................................... 29
E.3. Teknik Kepustakaan .......................................................... 29
F. Teknik Analisi Data ................................................................... 30
xv
F.1. Reduksi Data ...................................................................... 31
F.2. Display (Penyajian Data) ................................................... 32
F.3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi............................ 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 34
A. Hasil .......................................................................................... 34
A.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................ 34
A.1.1. Deskripsi Kabupaten Pesisir Barat ......................... 34
A.1.2. Deskripsi Kecamatan Pesisir Tengah ..................... 43
A.1.3. Deskripsi Pekon Way Redak ................................... 46
A. Mata Pencaharian ............................................... 47
B. Sosial dan Budaya .............................................. 47
C. Agama ............................................................... 48
D. Struktur Pemerintahan ........................................ 49
A.2. Sistem Perkawinan Pada Masyarakat
Lampung saibatin .............................................................. 50
A.2.1. Sistem Perkawinan Nyakak Atau Matudau ............. 50
A.2.2. Sistem Perkawinan Cambokh Sumbay/Semanda... 54
A.3. Tahap-Tahap Prosesi dalam Perkawinan
Masyarakat Lampung saibatin .......................................... 57
A.3.1. Perkenalan dan Tempat Bertemu (Berpacaran) ...... 57
A.3.2. Pembatasan Jodoh dalam Perkawinan..................... 59
A.3.3. Melamar atau Nyakakok Kicek An ........................ 60
A.3.4. Penenentuan Maskawin ........................................... 61
A.3.5. Himpun ................................................................... 64
A.4. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................... 65
A.4.1. Tahap Awal Pelaksanaan Bediker .......................... 65
A. Memberikan Undangan Bediker......................... 65
B. Penerima Undangan Bediker .............................. 66
A.4.2. Kegiatan Inti Pelaksanaan Bediker .......................... 66
A. Pembuka Acara Bediker .................................... 66
B. Kegiatan Utama Acara Bediker ......................... 67
C. Penutup Acara Bediker ...................................... 72
A.5. Fungsi dan Manfaat Pelaksanaan acara Bediker ............... 72
B. Pembahasan ................................................................................ 73
B.1. Pelaksanaan Bediker Dalam Perkawinan Masyarakat
Lampung Saibatin ............................................................. 73
B.1.1. Tahap Awal Pelaksanaan Bediker ........................... 73
B.1.2. Kegiatan Inti Pelaksanaan Bediker .......................... 74
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 77
A. Kesimpulan .............................................................................. 77
B. Saran ........................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Halaman
Tabel 1: Jumlah kecamatan di wilayah
Kabupaten Pesisir Barat.................................................................... 35
Tabel 2: Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pencarian
Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat..................................................................... 48
Tabel 3: Keadaan Penduduk Menurut Agama yang dianut
di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat..................................................................... 48
Tabel 4: Doa-doa yang dilafaskan dengan nada dan ketukan
Lagu turun Syeh................................................................................. 69
Tabel 5: Doa-doa yang dilafaskan dengan nada dan ketukan
Lagu turun Awal................................................................................ 70
Tabel 6: Doa-doa yang dilafaskan dengan nada dan ketukan
Lagu turun Akhir................................................................................ 71
Bagan 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Pekon Way Redak
Kecamatan Pesisir Tengah Periode Tahun 2016/2017...................... 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar I : Peta Kabupaten Pesisir Barat
Gambar 2 : Peta Kecamatan Pesisir Tengah
Gambar 3 : Sketsa Wilayah Kecamatan Pesisir Tengah
Gambar 4 : Logo Pemerintah Daerah Pesisir Barat
Gambar 5. A : Jenang Membuka Acara Bediker Sebelum Memulai Acara Inti
Gambar 5. B : Acara Inti Berdiker Dipimpin Oleh Seorang Jenang Yang
Memandu Melafaskan Doa-Doa dan Lagu Bediker
Gambar 6. A : Para Undangan Marga dan Anak Marga Sedang Melantunkan
Lagu dan doa Bediker
Gambar 6. B : Para Undangan Sedang Beristirahat Sebelum Melanjutkan
Acara Bediker
Gambar 7. A : Para Undangan Sedang Beristirahat Sambil Bermusyawarah
Gambar 7. B : Sebelum Acara Bediker Ditutup Para undangan Membaca Do’a
Penutup Yang Dipimpin Oleh Seorang Jenang
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman dan kebudayaan yang telah
memberikan identitas suatu bangsa. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi
manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan alam dan sosial budayanya.
Kebudayaan sangat berfungsi untuk membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan dan mempertahankan budayanya. Kebudayaan merupakan sebagai
sarana dan bagi manusia dan lingkungannya.
Kebudayaan pada dasarnya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
menjanjikan milik dari manusia yang diperoleh dengan cara belajar.
Sedangkan kebudayan nasional, menurut Soerjono Soerkanto adalah
kebudayaan yang timbul sebagai usaha budayanya rakyat Indonesia
seluruhnya. (Koentjaraningrat, 1990;180).
Oleh karena itu pengembangan kebudayaan nasional tersebut diarahkan untuk
memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan dalam segenap
dimensi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Keanekaragaman dan
perbedaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, salah satunya yaitu
adanya tradisi salam, suatu upacara yang dilaksanakan antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain.
2
Perkembangan adat yang lama merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan pada dasarnya juga terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 32 merupakan usaha dalam memajukan bangsa adalah kebudayaan yang
timbul sebagai buah budidaya rakyat Indonesia seluruhnya kebudayaan yang lama
dan asli yang terdapat sebagai puncak kebudayaan. Kebudayaan daerah yang ada
diseluruh Indonesia terhitung sebagai adat budaya dan persatuan dengan tidak
menolak bahan baru dari kebudayaan asing dapat mengembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa itu sendiri serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia (BP 7 pusat : 1991: 91).
Ditinjau dari seni dan budayanya, Lampung memiliki budaya dan adat istiadat
yang sangat unik. Hal ini dapat ditemui pada upacara perkawinan, upacara
pemberian gelar adat, seni pertunjukan dan seni kerajinan. Bukan itu saja,
Lampung juga dikenal dengan seni kerajinan tapisnya. Hanya saja masyarakat
Lampung belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari pemerintah Lampung,
khususnya dibidang seni dan budaya Lampung. Dengan demikian, budaya dan
adat istiadat masyarakat Lampung kurang berkembang.
Usaha melestarikan nilai-nilai adat dan tradisi acara adat Lampung yang
merupakan bagian nasional memerlukan dukungan dan uluran tangan dari
masyarakat Lampung itu sendiri, bahkan pihak pemerintah daerah Lampung.
Dalam hal ini, keterbukaan para pemuka-pemuka adat untuk berpikir dan
bertindak lebih maju. Hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan
pembangunan kebudayaan di daerah Lampung. Masyarakat Lampung merupakan
masyarakat yang memiliki tata cara tersendiri yang berbeda dengan suku-suku
3
lain dalam melaksanakan kegiatan yang memiliki arti penting dalam setiap hidup
seperti upacara acara perkawinan akikah dan masih banyak lainnya. Di dalam
Lampung kebudayan masyarakat di bagi menjadi dua yaitu Kebudayaan
masyarakat Lampung Saibatin dan kebudayaan masyarakat Lampung Pepadun.
Perkembangan adat budaya yang lama dan asli merupakan bagian dari
kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara Indonesia kita harus
menjaga dan mempertahankan keasliannya. Oleh karena itu, penulis akan
membahas salah satu budaya yang sangat unik dari masyarakat Lampung Saibatin
Di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat yaitu
tradisi bediker.
Masyarakat Saibatin mempunyai tradisi dan cara tersendiri dalam melaksanakan
acara perkawinanya di masyarakat Saibatin acara perkawinannya adalah acara
yang tergolong sakral dan memiliki arti penting. Dalam pelaksanaan perkawinan
masyarakat Lampung Saibatin memiliki rangkaian tata cara tersendiri, misalnya
pada masyarakat di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Krui,
mempunyai acara yang dilakukan oleh Mekhanai dan bapak-bapak. Acara
Mekhanai dan bapak-bapak ini di sebut bediker.
Bediker adalah menyanyi atau melantunkan lagu sambil memukul rebana secara
bersama-sama. Biasanya ada 3 (tiga) orang yang dijadikan pedoman (diikuti) oleh
peserta untuk berlagu secara bersama-sama. Peserta bediker menggunkan jas,
peci, dan sarung gantung. Peserta merupakan utusan dari tiap-tiap marga. Peserta
bediker sangat dihargai jika dilihat dari penempatan duduknya di atas kasur
berlapis tiga. Lirik bediker menggunakan huruf Arab yang bermakna puji-pujian
4
terhadap Rosul yang bernafaskan Islam. Acara dilaksanakan di dalam rumah
pengantin semalam suntuk dimulai pukul 18.00 WIB sampai pagi pukul 06.00
WIB yang diatur oleh seorang Jenang. (Imron Ali, 2005:43)
Jika dilihat dari proses pelaksanaan, maka tradisi bediker wajib untuk
dipertahankan karena mengandung nilai-nilai budaya. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut terdiri dari :
1. Sistem religi
2. Sistem kekerabatan
3. Sistem mata pencaharian
4. Sistem teknologi
5. Bahasa
6. Kesenian
7. Sistem pengetahuan (Koentjaraningrat, 1990 : 200).
Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi bersifat universal, jadi
unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua
bangsa di manapun di dunia (Koentjaraningrat, 1990 : 203).
Bediker yang ada pada masyarakat Saibatin beanekaragam dan ada perbedaan,
oleh sebab itu maka penelitian akan dilakukan di daerah Krui. Banyak kegiatan
yang dilakukan oleh para bujang dan bapak-bapak dalam acara ini. Acara ini pada
dasarnya dilakukan selama semalam suntuk. Bediker ini merupakan tradisi yang
telah dilakukan sejak zaman Belanda. Berdasarkan latar belakang masalah diatas
penelitian bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pelaksanaan bediker
yang ada pada masyarakat Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir
Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
5
B. Analisis Masalah
B.I. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Makna bediker dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin
2) Tujuan bediker dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin
3) Pelaksanan bediker dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin
B.2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas maka penulis membatasi
masalah pada pelaksanaan bediker dalam perkawinan masyarakat Lampung
Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir
Barat.
B.3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah pelaksanaan bediker dalam perkawinan masyarakat
Lampung Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten
Pesisir Barat.
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana pelaksanan bediker di Pekon Way Redak
Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
6
C.2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memberikan kegunaan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
2) Sebagai salah satu usaha peneliti untuk melestarikan tradisi bediker
pada masyarakat Lampung khususnya Lampung Saibatin.
3) Menambah wawasan penulis tentang tradisi bediker pada masyarakat
Lampung Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
pada khususnya.
C.3. Ruang Lingkup Penelitian
a. Subyek Penelitian : Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat.
b. Obyek Penelitian : Pelaksanaan bediker dalam perkawinan
masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat.
c. Tempat Penelitian : Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat.
d. Waktu Penelitian : Tahun 2016
e. Ilmu : Antropologi Budaya
7
REFERENSI
Koentjaraningrat. 1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 180.
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas
Lampung. Halaman 43.
Koentjaraningrat.. Op.Cit. Halaman 200.
Koentjaraningrat. Ibid. Halaman 203
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1. Konsep Bediker
Bediker adalah menyanyi atau melantunkan lagu sambil memukul rebana secara
bersama-sama. Bediker berasal dari kata berzikir yang pada zaman Nabi, ketika
Nabi memomong anak nya sambil berzikir dengan irama lagu yang lagu nya
menyebut nama Allah (M.Basri: 2011:312). Di Krui bediker ini dilantunkan oleh
dua orang bujang dan satu orang dewasa. Para peserta bediker selalu mengenakan
pakaian kebaya, kerudung dan bersimpuh di atas kasur berhadapan dengan kedua
mempelai yang duduk bersanding di atas kasur yang berlapis (kalau pangeran)
dengan berpakaian adat. Di daerah Krui jika melakukan bediker harus
mengundang 8 marga, yaitu Tanumbang, Way Napal, Pasar Krui, Pedada,
Gunung Kemala, Bandar , Laay, dan Ulok pandan.
Bediker adalah menyanyi atau melantukan lagu sambil memukul rabanasecara
bersama-sama. Peserta bediker yang laki-lakinya menggunakan jas, peci dan
sarung gantung. Perserta merupakan utusan dari tiap-tiap marga. Peserta Bediker
sangat dihargai, dilihat dari penetapan duduknya di atas kasur berlapis tiga.
Bahasa bediker menggunakan bahasa arab yang bermakna puji-pujian terhadap
Rosul yang bernafaskan Islam.
9
Acara ini dilaksanakan di dalam rumah pengantin semalam suntuk dimulai pukul
18.00 WIB sampai pagi pukul 06.00 WIB yang diatur oleh seorang jenang.
Kesempatan ini digunakan oleh muli, mekhanai untuk berkenalan, saling mengikat
janji disela-sela waktu beristirahat. Setelah selesai upacara bediker orang yang
melakukannya berdiri berhadapan sambil melagukan lagu Solluala,
Salatunminallah, Maulid Nabi, Saililah haddat, Wapirduya, Alloh hulmalakul
hakkul mubin.
A.2. Konsep Budaya
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup,
mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala
keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada
disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan
manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian
diri mereka dengan lingkungan. Pendapat lain mengatakan :
kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan
kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta
menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi
sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu
yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya.
Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral,
yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup
dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz,
1973:80).
Di dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah Kebudayaan Indonesia jilid I dikatakan
bahwa kebudayaan adalah “segala ciptaan manusia yang sesungguhnya hanyalah
hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk dan susunan baru kepada
10
pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya” (R.
Soekmono, 1939:9). Kebudayaan adalah komplek yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan
serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari masyarakat
(Sarjono Soekanto, 1989:154). Sedangkan menurut Koentjaraningrat kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1990 : 180).
Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan
setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan
menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam
lingkungannya sehingga kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh
para warga masyarakat di mana dia hidup. Karena dalam kehidupan sosialnya dan
dalam kehidupan sosial warga masyarakat tersebut, selalu mewujudkan berbagai
kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami agar keteraturan
sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap mereka
pertahankan.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bediker
merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan karena di dalamnya terdapat unsur-
unsur dari kebudayaan itu sendiri. Bediker masih menjadi salah satu hasil dari
kebudyaan masyarakat lampung saibatin yang masih tetap dilakukan untuk
melengkapi dan sebagai bagian dari proses perkawinan masyarakat lampung
saibatin khususnya yang bermukim di Krui Kabupaten Pesisir Barat.
11
A.3. Konsep Seni
Seni merupakan hal yang sangat menyenangkan serta menarik untuk ditulis. Seni
tidak hanya dijumpai pada setiap petunjukan saja, tetapi semua hal yang ada
dalam kehidupan berkaitan dengan seni, seperti cara makan, cara berpakaian, cara
berbicara bahkan cara berjalan dan lain sebagainya memiliki unsur seni.
Istilah seni berasal dari kata sanskerta dari kata sani yang diartikan
pemujaan, persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara
keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita dimana seni
berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa latin disebut dengan
genius yang artinya kemampuan luar biasa dibawa sejak lahir. Sedangkan
menurut Ilmu Eropa bahwa seni berasal dari kata art yang berarti artivisual
yaitu suatu media yang melakukan kegiatan tertentu. Dari banyak arti seni,
dan semakin berkembangnya zaman membuat banyak para ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai definisi seni.
(http:artikelsiana//pengertiansenimenurutahli//2016.07.25)
Menurut Koentjaraningrat (1981 : 168) seni merupakan keahlian dan keterampilan
manusia untuk mengekspresikan dan menciptakan hal-hal yang indah serta
bernilai. Pernyataan didukung oleh Ariyono Suyono (1985:368) yang menyatakan
bahwa seni merupakan keahlian dan keterampilan manusia untuk
mengekspresikan dan menciptakan hal-hal yang indah serta bernilai bagi
kehidupan baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat umum.
Menurut Ensiklopedi Indonesia (1984 : 3080 ) Seni merupakan penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam jiwa orang yang terdapat ditangkap oleh indra
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau di laharkan dengan
perantaraan gerak (Seni tari, drama). Seni memiliki 5 cabang antara lain sebagai
berikut.
12
A. Seni Rupa
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian dimana memiliki wujud pasti dan
memanfaatkan unsur rupa yang diklasifikasikan ke dalam bentuk gambar, lukis,
patung, grafis, kerajinan tangan, kriya, dan multimedia. Seni rupa meliputi
kemampuan memahami, dan berkarya lukis, kemampuan memahami dan
membuat patung, kemampuan memahami dan berkarya grafis, kemampuan
memahami dan membuat kerajinan tangan, serta kemampuan memahami dan
berkarya atau membuat sarana mulltimedia.
Seni rupa telah ada sejak dimulai zaman animisme dan dinamisme zaman
sekarang. Seni rupa secara performatif mempresentasikan wujud kasat mata yang
dipertimbangkan secara sinergis melalui media sebagai dasar perwujudan rupa.
B. Seni Teater
Seni teater pada dasarnya mencakup kemampuan memahami dan berkarya teater,
kemampuan memahami dan membuat naskah, kemampuan memahami berperan
di bidang casting kemampuan memahami dan membuat setting atau tata teknik
pentas panggung dan penciptaan suasananya sebagai perangkat tambahan dalam
membidangi seni teater.
Seni teater merupakan bagian dari integral kesenian bermedia ungkap suara dalam
wujud pemeranan. Cara atau teknik ini lebih mengutamakan terciptanya casting,
pembawaan, diksi, intonasi, pengaturan, laring, dan faring secara konsisten adalah
bagian penting dalam penjelmaan profesi yang harus dimiliki.
13
C. Seni Musik
Unsur bunyi merupakan unsur utama dari seni musik. Sedangkan unsur lain
adalah bentuk harmoni, melodi, dan notasi musik merupakan wujud sarana yang
diajarkan. Seni musik tumbuh dan berkembang sejak zaman Renaissance sampai
saat ini. Seni musik adalah hasil ciptaan manusia yang menghasilkan bunyi ritme
dan harmoni yang indah bagi pendengar.
D. Seni Tari
Seni tari adalah hasil ciptaan manusia yang menggunakan gerak tubuh sebagai
suatu keindahan. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media mengkomunikasikan
maksud-maksud tertentu dari koreogragfer. Keindahan tari terletak pada
kebahagian, kepuasaan, baik itu dari koreografer, peraga dan penikmat atau
penonton. Seni tari meliputi tari tradisional dan tari garapan.
E. Seni Sastra
Seni sastra adalah hasil daya kreasi manusia yang dinikmat segi visual dan dari
makna yang dimilikinya. Seni sastra menggambarkan keindahan dalam bentuk
kata-kata, baik itu dituliskan ataupun disuarakan. Contoh seni sastra adalah puisi,
tulisan, dan kaligrafi.
Dalam acara bediker sendiri terdapat beberapa unsur seni didalamnya yaitu:
1. Seni Suara
Pada saat bediker dilantunkan ayat-ayat suci dalam berbahasa arab yang diiringin
oleh suara tetabuhan.
14
2. Seni Musik
Musik yang hasilkan dari suara tetabuhan dari alat yang dinamakan rebana tanpa
ada instrument musik lain apalagi alat musik modern.
A.4. Konsep Masyarakat Lampung
Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari
ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi dan dataran tinggi
Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal mula suku Lampung. Ulun
Lampung adalah puncak tertinggi di tanah Lampung. Karena kebutuhan untuk
memenuhi hidup yang sudah tidak terpenuhi lagi di dataran tinggi Sekala Brak,
maka kelompok demi kelompok meninggalkan Sakala Berak menurun ke lembah
dengan mengikuti aliran sungai. Kelompok atau kaum tersebut kemudian
membentuk buwai.
Catatan lain menyebutkan bahwa perpindahan suku asli Lampung disebabkan
adanya penyerangan dari luar, sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Kuntara Raja
Niti, bahwa orang-orang Bajau (perompak laut) datang menyerang, akhirnya
Keratuan Pemanggilan menjadi pecah. Sedangkan warganya beralih tempat
meninggalkan Skala Berak menuju ke daerah dataran rendah Lampung sekarang.
Sejak saat itu, Ulun Lampung menjadi beberapa buwai yang kemudian menjadi
Sub-suku Lampung seperti sekarang ini, yaitu Komering, Peminggir Teluk/
Semangka/ Pemanggilan, Melinting/ Meninting, Way Kanan, Sungkai, Pubian,
Abung, dan Tulang bawang. Termasuk juga Ranau dan Lampung Cikoneng.
Catatan asal usul ini masih sangat perlu didukung data-data autentik dan tersurat
15
dalam catatan/ dokumen yang tertulis di kulit-kulit pohon yang mungkin banyak
tersimpan seantero kampung tua yang ada di Lampung. Termasuk di daerah
Ranau maupun Komering.
Masyarakat Lampung adalah sekelompok masyarakat yang bermukim dan
berinteraksi sosial di Propinsi Lampung. Mereka menganut sistem kekerabatan
yang berdasarkan pada prinsip keturunan patrilinieal. Masyarakat Lampung terdiri
dari dua kelompok masyarakat adat, yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan
masyarakat Lampung Saibati. Dalam menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat
adat Lampung Pepadun bahasa Lampung dengan dialek O (dialek nyow). Berbeda
dengan masyarakat Lampung Saibatin yang menggunakan bahasa Lampung
berdialek “A” (dialek A). Dalam sekelompok masyarakat adat Lampung Saibatin
dan Lampung Pepadun memiliki adat yang berbeda pula.
Adat istiadat Pepadun di anut oleh orang-orang Lampung yang bertempat
kediamannya dahulu meliputi Abung Way Kanan atau Sungkai Tulang Bawang
dan Pubian. Sedangkan adat istiadat Saibatin dianut oleh orang-orang Lampung
yang bertempat kediamannya dahulu meliputi daerah disepanjang pantai Pesisir
Teluk Lampung, Teluk Lampung, Teluk Semangka, Krui, Belalau (Depdikbud,
1945/1986;5).
A.5. Konsep Masyarakat Lampung Saibatin
Dalam masyarakat Lampung ada dua masyarakat yaitu masyarakat Lampung
Saibatin dan masyarakat Lampung Pepadun. Masyarakat Lampung Saibatin
mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga
16
barat. Wilayah persebaran Suku Saibatin mencakup Lampung Timur, Lampung
Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, dan Lampung Barat. Seperti
juga Suku Pepadun, Suku Saibatin atau Peminggir menganut sistem kekerabatan
patrilineal atau mengikuti garis keturunan ayah. Meski demikian, Masyarakat
Lampung Saibatin memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi.
“Saibatin” bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini sesuai
dengan tatanan sosial dalam masyarakat Lampung Saibatin, hanya ada satu raja
adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya masyarakat Lampung Saibatin,
cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat diwariskan
melalui garis keturunan. Tidak seperti masyarakat Lampung Pepadun, tidak ada
upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ali Imron berikut ini :
Saibatin merupakan sebutan kepada salah satu suku asli Lampung yang
berasal dari Sekala Berak. Kemudian menebar kewilayah pantai atau
Pesisir Barat ujung Pulau Sumatera. Di mana Sai artinya satu = jiwa, jadi
dapat diartikan Saibatin merupakan satu jiwa atau satu batin. Aplikasi satu
batin ini di dalam adat, bermakna kepemimpinan atau punyimbamg tidak
pernah berpindah kegenenerasi yang lain apalagi ke suku orang lain. (Ali
Imron, 2005:100).
Di sini dijelaskan yang dimaksud dengan Saibatin adalah yang memimpin dengan
ciri-ciri:
a) Martabat kedudukan Adat tetap, tidak ada upacara peralihan Adat.
b) Jenjang kedudukan Saibatin tanpa tahta .
c) Bentuk perkawinanJujor dan Semanda.
d) Pakaian Adat hanya di miliki dan di kuasai Saibatin siger (Mahkota)
sebelah.
e) Kebanggaan keturanan hanya terbatas pada kekerabatan Saibatin.
f) Hubungan kekerabatan kurang akrab.
g) Belum diketahui kitab-kitab pegangan-pegangan adat.
h) Pengaruh islam kebih kuat.
i) Peradilan adat mulai lemah (Hilman Hadikusuma,1989;119).
17
Untuk poin pada huruf g, telah dilakukan penelitian oleh Ali Imron dan Riza
Arifin yang dipublikasikan dalam Jurnal Pengembangan Lahan Kering
Universitas lampung Buletin Ilmiah,Volume 3 Maret 1993.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam
ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota pengantin
Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk
ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak,
kimas, dan mas. Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh)
yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat, diantaranya dalam
prosesi pernikahan.
A.6. Konsep Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang dimaksud Pernikahan
atau Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa (ABD. Shomad, 2010:12). Dalam Kompilasi Hukum Islam No. 1
Tahun 1991 mengartikan perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat
kuat atau miitsaaqa ghaliidhan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
Dari pengertian pernikahan atau perkawinan yang diungkapkan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Pernikahan atau Perkawinan adalah
18
perjanjian antara calon suami dan calon isteri untuk membolehkan bergaul sebagai
suami isteri guna membentuk suatu keluarga.
Menurut ketentuan-ketentuan adat sistem perkawian masyarakat Lampung
Saibatin menganut 2 sistem pokok yaitu :
1. Sistem Perkawian Nyakak Atau Matudau
Sistem ini disebut juga sistem perkawina jujur karena lelaki mengeluarkan uang
untuk membayar jujur/Jojokh (Bandi Lunik) kepada pihak keluarga gadis (calon
istri). Sistem nyakak atau mantudau dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu :
1) cara Sabambangan : cara ini si Gadis dilarikan oleh bujang dari
rumahnya dibawa ke rumah adat atau rumah si bujang. Biasanya pertama
kali sampai si gadis ditempat sibujang dinaikan kerumah kepala adat atau
jukhagan baru di bawa pulang kerumahnya oleh keluarga si bujang. 2) cara
tekahang (sakicik Betik) : cara ini dilakukan terang-terangan. Keluarga
bujang melamar langsung si gadis setelah mendapat laporan dari pihak
bujang bahwa dia dan si gadis saling setuju untuk mendirikan rumah
tangga pertemuan lamaran antara pihak bujang dan si gadis apabila telah
mendapat kecocokan menentukan tanggal pernikahan, tempat pernikahan ,
uang jujur, uang pengeni jama hulun tuha bandi balak (Mas Kawin),
bagaimana caranya penjemputan, kapan di jempu dan lain-lain. Yang
berhungan dengan kelancaran upacara pernikahan (Hilman Hadi
kusuma,1990:80)
2. Sistem perkawina Cambokh Sumbay
Sistem perkawinan Cambokh Sumbay disebut juga Perkawinan semanda, yang
sebenarnya adalah bentuk perkawinan yang calon suami tidak mengeluarkan jujur
(Bandi lunik) kepada pihak isteri, sang pria setelah melaksanakan akad nikah
melepaskan hak dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya sendiri dia
bertanggung jawab dan berkewajiban mengurus dan melaksankan tugas-tugas di
19
pihak isteri. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan Prof. Hi. Hilman Hadi
kusuma. Perkawinan semanda adalah “bentuk perkawinan tanpa membayar jujur
dari pihak pria kepad pihak wanita, setelah perkawinan harus menetap dipihak
kerabat istri atau bertanggung jawab meneruskan keturunan wanita di pihak isteri”
(Hilman Hadi kusuma,1990:82). Di masyarakat Lampung saibatin kawin semanda
(Cambokh Sumbay) ini ada beberapa macam sesuai dengan perjanjian sewaktu
akad nikah antara calon suami dan calon isteri atau pihak keluarga pengantin
wanita.
Selain dari kedua sistem perkawinan diatas ada satu sistem perkawinan yang
sering dilakukan pada era sekarang. Akan tetapi bukan yang diakui oleh adat
justru menentang atau berlawanan dengan adat sistem ini adalah “Sistem Kawin
Lari atau kawin Mid Naib” Sistem perkawinan ini maksudnya adalah lari
menghindari adat, Lari dimaksud disini bukan dengan Sebambangan.
Jika sebambangan maka akan lari ke badan hukum adat atau penyimbang,
sedangkan kawin lari ini si gadis melarikan bujang ke badan hukum agama islam
yaitu Naib (KUA) untuk meminta di nikahi. Masalah adat tidak disinggung-
singgung, penyelesaian kawin seperti ini tidak ada yang bertanggung jawab secara
adat, sebab kadang-kadang keluarga tidak tahu menahu, penyelesaian secara adat
biasanya setelah akad nikah berlangsung apabila kedua belah pihak.
Dalam penelitian ini sistem perkawinan yang dikaji adalah sistem perkawinan
Nyakak atau matudau. Dimana dalam sistem perkawinan ini terdapat prosesi acara
bediker yang merupakan objek penelitian.
20
B. Kerangka Pikir
Pada masyarakat Lampung Saibatin khususnya di Pekon Way Redak Kecamatan
Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat terdapat suatu tradisi bediker yang
dilaksanakan dalam perkawinan Lampung Saibatin maupun hitanan. Bediker ini
masih dilakukan sampai saat ini. Bediker merupakan bagian terpenting dalam
tahapan acara perkawinan Lampung Saibatin. Oleh karena itu diharapkan tidak
hanya mengetahui tata caranya saja, tetapi juga harus mengetahui pelaksanaan
bediker tersebut. Secara umum bediker pada Lampung Saibatin merupakan salah
satu tradisi dalam perkawinan Lampung yang memiliki arti cukup penting bagi
masyarakat Lampung Saibatin itu itu sendiri.
Dalam pelaksanaanya acara bediker ini dilakukan oleh sejumlah orang yang telah
diundang dan dipimpin oleh seorang Jenang. Proses pelaksanaannya pun tidak
sembarangan karena harus dengan proses dan tahapan yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa tahap yaitu tahap awal pelaksanaan
bediker dimana dalam tahap ini akan diundang sejumlah marga. Selanjutnya
adalah tahap kegiatan inti pelaksanaan bediker dimana dalam tahap ini ada
beberapa hal yang dilakukan seperti pembukaan, kegiatan utama, sebelum
akhirnya diakhiri dengan penutup acara bediker.
Mengingat cukup pentingnya acara bediker dan adanya proses yang telah menjadi
budaya dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin maka kiranya penulis
merasa perlu melakukan kajian lebih dalam terhadap topik pelaksanaan Bediker
dalam perkawinan masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way Redak
Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat.
21
C. Paradigma
Keterangan :
: Garis Pelaksanaan
: Garis Tahapan
Pelaksanaan Berdiker
Dalam Perkawinan Masyarakat
Lampung Saibatin
Tahapan Pelaksanaan Berdiker Dalam
Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin
Tahap Awal Pelaksanaan Berdiker
Kegiatan Inti Pelaksanaan Berdiker
A. Pembuka Acara Berdiker
B. Kegiatan Utama Acara Berdiker
C. Penutup Acara Berdiker
22
REFERENSI
R. Soekmono. 1993. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Jakarta:
Kanisius. Halaman 9
Sarjono Soekanto.1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Halaman 154
Koentjaraningrat. 1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 180
http:artikelsiana//pengertiansenimenurutahli//2016.07.25
Koentjaraningrat.. Op.Cit. Halaman 168.
Depdikbud. 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Bandar Lampung:
Kanwil Propinsi Lampung.
Imron, Ali. 2005. PolaPerkawinanSaibatin. Bandar Lampung:
Universitas Lampung. Halaman 100.
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung:
Mandar Maju. Halaman 119.
ABD. Shomad, 2010. Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia).Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Halaman 12
Hilman Hadi kusuma. Op.Cit. Halaman 80
Hilman Hadi kusuma. Ibid.. Halaman 82
23
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Digunakan
Dalam suatu penelitian, metode salah satu faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan peneliti. Beberapa pendapat yang mengemukan tentang pengertian
metode antara lain menurut Maryaini metode adalah cara yang ditempuh oleh
peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang
ditetapkan. (Maryean: 58). Sedangkan menutut Husin Sayuti mengenai metode
(Yunan =Methodhes) adalah cara atau jalan sehubungan dngan upaya ilmiah maka
metode menyangkut masalah kerja,yaitu cara untuk dapat memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti,1989,32).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka metode penelitian adalah sesuatu
cara yang teliti dengan menggunakan teknik, guna mencapai tujuan yang
diharapkan dengan kebenaran ilmiah. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Husin Sayuti, metode deskriptif
adalah gambaran secermat mungkin mengenai individu, gejala atau kelompok
tertentu (Husin Sayuti,1989:33). Sedangkan menurut Mohammad Ali metode
deskriptif adalah suatu penelitian yang berupaya untuk memecahkan atau
menjawab permasalah yang hendak dihadapi pada situasi sekarang (Mohammad
Ali,2006:59).
24
Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode
deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, memberikan gambaran yang jelas
tentang situasi-situasi dan berusaha memaparkannya secara objektif dengan
maksud untuk mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada. Tujuan dari
metode ini adalah untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.
Berdasarkan tujuan di atas maka metode deskriptif ini digunakan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan acara bediker dalam perkawinan masyarakat
Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan masalah dalam ruang lingkup.
2. Mendifinisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang dicapai, fakta-
fakta dan sifat yang ditemukan.
3. Merencanakan cara pendekatanya, bagaimana cara pengumpulan data,
penenuan responden, alat dan teknik observasi yang perlu dibuat.
4. Pengumpulan data.
5. Pengolahan data.
6. Menarik kesimpulan data-data yang yang telah terkumpul.
7. Menyusun laporan
25
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
B.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian.
(Sumadi Suryabrata,1993;126). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto bahwa
yang dimaksud dengan variabel adalah obyek penelitian yang menjadi titik
perhatian status penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas maka variabel adalah kondisi atau karakteristik yang
menjadi obyek penelatian.Variabel dalam penelitan ini adalah makna dari bediker
pada perkawinan adat Lampung Saibatin di Desa Way Redak Kecamatan Pesisir
Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
B.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah suatu difinisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konsep dengan cara memberikan arti atau dengan menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tertentu (Muhammad Nasir. 1988;152). Sedangkan Masri Singaribun
menjelaskan bahwa difinisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara yang mengatur suatu variable (Masri
Singaribun,1981; 46).
Berdasarkan pendapat di atas, maka difinisi operasional variabel merupakan statu
petunjuk yang memberitahukan cara pengukuran suatu variabel dengan cara
memberikan arti atau menspesifikan suatu kegiatan agar mudah diteliti bagi
peneliti.
26
C. Informan
Informan adalah sejumlah orang yang merima respon atau tanggapan terhadap apa
yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Informan adalah pelaku yang ikut
menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang
diberikan (Iman Prayoga.2001). Informan dalam penelitan ini adalah orang yang
memiliki kaitan lansung dengan dan mengerti tentang bediker. Informan diambil
dari desa-desa yang ada di Kecamatan Pesisir Tengah Krui dan dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria informan tersebut adalah;
1) Orang yang bersangkutan merupakan tokoh masyarakat dan merupakan
penduduk asli setempat.
2) Orang yang bersangkutan memiliki pemgetahuan yang luas mengenai
objek permasalahan yang akan diteliti.
3) Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti.
4) Informan memiliki kesediaan waktu dan tenaga yang cukup.
5) Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang amat penting dalam setiap penelitian. Sumber
data dapat berasal dari mana saja, baik itu sumber tertulis maupun lisan. Dan
karena penelitian ini memerlukan sumber data yang berasal dari warga
masyarakat maka peneliti memerlukan tanggapan responden. Suharsimi Arikunto
menyatakan bahwa :
27
“ Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti
menggunakan teknik observasi maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak, atau proses sesuatu ” (Suharsimi Arikunto, 1986 : 102).
Berdasarkan pendapat di atas, sumber data pada penelitian ini diperoleh dari
wawancara terhadap tokoh adat dan masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Way
Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis
memakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:
E.1. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti atau daerah lokasi yang
menjadi pokok permasalahan dalam yang dihadapi. Adapun teknik observasi yang
digunakan adalah partisipan yang artinya peneliti merupakan bagian dari
kelompok yang diteliti (Nasution.1996:62). Sedangkan menurut P. Joko Subagyo,
observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,sistematis mengenai
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan
(P. Joko Subagyo.1997:62).
Dengan demikian teknik observasi ini dilakukan adalah untuk memperoleh data
yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap kejadian-kejadian
28
pada obyek yang akan diteliti dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam
mengamati secara langsung obyek yang akan diteliti mengenai bediker dalam
perkawinan Lampung Saibatin di Desa Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat.
E.2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan seseorang
untuk tujuan suatu tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari
seorang responden, dengan cara bercakap-cakapan berhadapan muka dengan
orang itu atau responden (Koenjaraningrat.1997:162). Sedangkan menurut Hadi,
wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak
yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan penyelidik. Pada umumnya
dua atau lebih orang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-
masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar (Hadi
.1984:50). Bentuk wawancara yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur dan tidak berstruktur. Berikut ini penjelasannya.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaanyang akan
diajukan pada informan. Jawaban yang akan muncul biasanya telah dibatasi. Hal
ini dilakukan agar ketika imforman memberikan keterangan tidak melantur
kemana-mana.
29
b. Wawancara tidak Berstruktur
Wawancara tidak berstuktur biasanya dilakukan pada awal penelitian,karena
terkadang informan menberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak
terduga yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal
ini biasa menambah informasi yang ingin diperoleh terkait dengan obyek yang
akan diteliti.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam peneliti ini penulis menggunakan
teknik wawancara untuk berkomunikas secara langsung dengan responden tokoh-
tokoh adat yang ada di Desa Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Krui
Kabupaten Pesisir Barat mengenai pelaksanaan bediker. Dengan menggunakan
teknik wawancara penulis mendapatkan informasi secara langsung melalaui tanya
jawab dan tatap muka dengan responden, sehingga informasi menjadi lebih jelas.
E.3. Teknik Kepustakaan
Menurut Koenjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
diruangan perpustakaan misalkan koran, majalah, naskah, catatan-catatan, kisah
sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian
(Koenjaraningrat, 1997:8).
Sedangkan menurut Hadari Nawawi, teknik studi kepustakaan dilaksanakan
dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan
yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti (Hadari Nawawi, (1993:133).
30
Terdapat empat ciri utama dalam studi kepustakaan yakni :
1) Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau angka bukan
pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian-
kejadian atau benda-benda lainnya.
2) Data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peneliti tidak pergi kemana-
mana melainkan berhadapan langsung dengan sumber yang telah ada
3) Data pustaka umumnya adalah data sekunder
4) Kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu.
(Hadari Nawawi, (1993:134)
Jadi teknik kepustakaan adalah suatu teknik yang mempelajari dan memahami
literature atau buku-buku yang memperoleh data-data berupa teori-teori atau
argumen-argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini teknik kepustakaan di lakukan peneliti
untuk mencari dan mengkaji berbagai buku yang berisi literatur tentang objek
penelitian yaitu pelaksanaan bediker dalam perkawinan Lampung Saibatin di
Desa Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Zasir “teknik analisis data merupakan suatu teknik yang
mengelompokkan, membuat suatu manipulasi serta menyikat data sehingga
mudah dicerna”. Dalam mengadakan analisis data yang perlu diingat bahwa data
yang diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin
dipecahkan dan informasi merupakan data yang dapat menjawab sebagian ataupun
seluruh dari masalah yang hendak diteliti (Zasir.1998:190). Karena data yang di
dapat dalam penelitian tidak berupa angka-angka tetepi fenomena-fenomena,
sehingga penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif.
31
Sebelum data dianalisis terlebih dahulu data diseleksi dan diolah dengan cara
menginterpretasikan atau menafsirkan hasil pengamatan dan hasil wawancara
serta mengklarifikasikan hasil pengamatan dan hasil wawancara sejenis dan
memisahkan hasil pengamatan dan hasil pengamatan yang tidak sejenis yang
diperoleh di lapangan serta membuat suatu kesimpulan.
Menurut Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Bikklen, analisis data merupakan
proses penemuan yang sistematis dari catatan interview, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap data tersebut, sehingga penemuan itu dapat disajikan (Didi Tahyudin,
1998 : 1974).
Pada penelitian ini, data yang dioleh kemudian dianalisa, kemudian dilanjutkan
dengan menarik suatu kesimpulan induktif yaitu cara berfikir didasarkan pada
fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil satu kesimpulan secara
umum dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Sedangkan analisis data menurut
Moloeng (1998:103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka langkah-langkah yang dilakukan
dalam menganalisis data menurut Moloeng adalah sebagai berikut:
F.1. Reduksi Data
Data dari lapangan berupa sumber lisan maupun tulisan yang kemudian ditulis,
direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang berhubungan dengan objek
32
yang akan diteliti yaitu proses pelaksanaan tradisi bediker lalu disusun secara
sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil
pengamatan peneliti dalam mencari kembali data yang diperlukan. Dalam
penelitian, data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif tentang keadaan
sosial masyarakat dari berbagai aspek baik ekonomi, ideologi, politik, dan budaya
masyarakat di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir
Barat.
F.2. Display (Penyajian Data)
Display atau penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat deskripsi secara
naratif disertai dengan label dan gambar atau photo tentang kondisi objek
penelitian baik berupa kondisi Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
maupun proses pelaksanaan bediker.
F.3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari penjelasan alur
sebab akibat melalui penambahan data baru yang berkaitan dengan objek
penelitian tentang proses pelaksanaan tradisi bediker. Data yang ditambahkan
adalah data yang relevan dari berbagai sumber buku-buku yang berkaitan dengan
proses pelaksanaan bediker. Setelah data-data diperoleh dari berbagai sumber baik
tulisan maupun lisan dilakukan pengecekan kembali, kemudian dianalisis serta
ditafsirkan untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang lengkap dan jelas.
33
REFERENSI
Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.
Halaman 32.
Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung
Halaman 33.
Muhammad Ali, 2006, Penelitian Diskriptif. Bandung: Angkasa. Halaman 59
Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Halaman 131
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1981. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES. Halaman 46
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Survey.
Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 102
Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Halaman 62
Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia. Halaman 162
Sutrisno Hadi. 1984. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Halaman 50
Koentjaraningrat.1997. Metode- Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia. Halaman 8.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta:
Gajah Mada Press. Halaman 133.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. Op.Cit. Halaman 134.
77
V. KESIMPULAAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang di lakukan penulis mengenai upacara bediker pada
Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin di Desa Way Redak Kecamatan
Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut;
1) Bahwa upacara bediker merupakan suatu tradisi dan budaya orang
Lampung beradat pesisir dalam pelaksanaan perkawinan Masyarakat
Lampung Saibatin.
2) Tradisi ini dilaksanakan pada dua hari menjelang acara akad nikah
dalam suatu perkawinan masyarakat Lampung Saibatin, acara ini pada
dasarnya dilakukan sejak zaman Belanda, tradisi ini telah ada sejak
dulu kala hingga sekarang dan masih dilaksanakan oleh masyarakat
Lampung Saibatin di Pekon Way Redak Kecamatan Pesisir Tengah
Kabupaten Pesisir Barat.
3) Dalam persiapan sebelum pelaksanaan upacara bediker dilakukan
beberapa acara yaitu (1) Himpun (musyawarah) para raja-raja dan
tetuha adat (2) Menyampaikan undangan melalui cawa (omongan)
kepada marga yang akan di undang.
78
4) Proses pelaksanaan bediker meliputi 3 (tiga) tahap yaitu tahap lagu
turun syeh, tahap turun awal dan tahap lagu turun akhir.
5) Tahap pelaksanaan bediker meliputi waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan.
6) Tradisi bediker masih dilakukan hingga saat ini dan terus mengalami
perkembangan.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan maka ada beberapa
saran yang penulis sampaikan diantaranya sebagai berikut :
1. Bediker merupakan salah satu budaya pada masyarakat Lampung
Saibatin khususnyaa masyarakat Way Redak Kecamatan Pesisir
Tengah Kabupaaten Pesisir Barat, jadi sudah selayaknya bagi
masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikan budaya tersebut.
2. Tradisi bediker berisikan shalawat, maka kepada masyarakat setempat
untuk dapat melaksanakan bediker sampai kapanpun agar generasi
berikutnya dapat mengetahui adat dan budayanya.
3. Bediker adalah salah satu bentuk dari keunikan budaya Indonesia,
maka sudah selayaknya kita sebagai bangsa yang beradat untuk tetap
menjaga dan mempertahankannya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Survey.
Jakarta: Rineka Cipta.
________________ . 1986. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta: Bina Aksara.
Depdikbud. 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Bandar Lampung:
Kanwil Prov. Lampung
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung.
Bandung.: Mandar Maju.
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung.
Universitas Lampung:
J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas.
Koentjaraningrat. 1973. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia
_____________ . 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Raden Jaya Offset.
_____________ . 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Lexi, J Moloeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Resdakarta:
Mardalis. 2004. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Monografi Kecamatan Pesisir TengahTahun 2011
Monografi Pekon Way Redak Tahun 2011
80
Musa, Mohammad dan Titi Nurfitri. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Fajar Agung.
Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Hadari. Nawawi dan Nartini. 1995. Insterumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gajah Mada Universitas.
Hadari, Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada Press.
R. Soekmono. 1993. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Indonesia I.
Jakarta: Kanisius.
Robert C. Bogdan, Sari Knopp Bikklen dan Didi Tahyudin. 1998. Metode
Penelitian. Palembang : UNSRI.
Sarjono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutrisno Hadi. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Winarno Surachmad. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodelogi.
Bandung. Ilmiah.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Sumber Internet :
http:/www.djpp.depkumham.go.id/files/Id/2008/lampung
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Barat