Batik Solo
-
Upload
reita-ryuzaki -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Batik Solo
Nama : Anggita Dian Puspita
NPM : 1406570884
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Hari dan Jam : Jumat pukul 16:00 WIB
Keberagaman Budaya Batik Solo
BAB I
PENDAHULUAN
Batik Solo atau Surakarta dikenal dengan motif sogan (coklat) di atas kain berwarna
kuning pucat. Solo merupakan daerah dengan tradisi adat istiadat keraton yang kuat dan
dahulu merupakan pusat kebudayaan Hindu Jawa. Hal tersebut mempengaruhi seni batik di
Solo. Ragam hiasnya seperti meru, Naga dan burung bersifat simbolis, diterapkan pada kain
sesuai artinya dalam falsafah Hindu Jawa. Ragam hias atau motif tersebut diciptakan bukan
saja untuk keindahan, tapi juga dengan pesan dan harapan yang tulus akan kebaikan dan
kebahagian bagi pemakainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Batik Solo
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan,
pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada
masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik
mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman
kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung
Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik
kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar
hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan
selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagangan.
Universitas Indonesia Page 1
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap
maupun dalam batik tulisnya. Salah satu ciri penting dari batik Solo adalah penerapan Soga,
bahan cat berwarna cokelat yang dibuat dari kulit pohon. Bila soga ini diterapkan dengan cara
tradisional maka diperlukan paling sedikit 40 pencelupan sebelum hasil sebenarnya tercapai.
Selain warna cokelat, warna biru juga dipakai dalam batik tradisional. Batik Solo dan
Yogyakarta banyak persamaannya. Perbedaaannya adalah bahwa batik Solo dasarnya
biasanya berwarna kuning emas sedangkan batik Yogyakarta pada umumnya kuning keabu-
abuan. Di Solo warna hitam (yang terjadi karena dicat warna cokelat dahulu dan sesudah itu
baru hitam) kelihatan warna birunya lebih tua.
B. Makna Motif Batik Solo
Batik solo umumnya mengikuti tata cara atau peraturan yang antara lain menyangkut
kedudukan sosial si pemakai dan untuk acara atau peristiwa apa batik tersebut digunakan agar
sesuai dengan arti dan harapan yang terkandung dalam ragam hias tersebut. Berikut adalah
beberapa contoh makna dalam batik dari daerah Solo sesuai yang diungkapkan Nian S.
Djoemena dalam bukunya "Ungkapan Sehelai Batik":
a. Ragam hias slobog yang berarti agak besar, longgar atau lancar, dipakai untuk
melayat, dengan harapan arwah yang meninggal diterima Tuhan YME tanpa
kesukaran dan keluarganya penuh kesabaran. Motif ini juga kadang digunakan
pamong dengan harapan semua tugasnya berjalan lancar.
b. Motif parang rusak barong, sawat dan kawung yang termasuk motif-motif Larangan
dianggap sakral, karenanya dulu hanya boleh digunakan oleh raja-raja serta keluarga
dekatnya. Walau motif ini telah menjadi milik masyarakat namun tata cara
pemakaiannya masih diperhatikan dalam upacara adat resmi di kalangan keraton.
c. Motif satria manah digunakan oleh wali pria saat meminang, karena satria memanah
tentunya selalu mengenai sasarannya, sehingga makna pemakaian motif ini adalah
sebagai harapan lamaran sang pria diterima dengan baik oleh pihak wanita. Sementara
dalam acara lamaran ini pihak wanita biasanya mengenakan ragam hias semen rante,
dimana rante yang berarti rantai yang bermakna ikatan yang kokoh dan kuat. Ini
dianggap sebagai keinginan pihak wanita agar hubungan mereka tidak terputus, kokoh
dan kuat.
Universitas Indonesia Page 2
d. Motif madu bronto diserahkan sang pria pada acara seserahan untuk menyatakan isi
hati serta perasaannya, dimana bronto berarti asmara, sehingga dapat diartikan asmara
yang manis bagai madu.
e. Ragam hias parang kusuma dikenakan si gadis pada acara tukar cincin atau
pertunangan, dimana kusuma berarti bunga yang telah
mekar. Masih dalam acara yang sama ibu si gadis
mengenakan batik motif pamilito yang berasal dari kata
pulut atau ketan yang lengket, bermakna harapan ibu agar
pasangan tersebut tidak terpisahkan lagi. Atau orang tua juga bisa mengenakan motif
sekar jagad, sekar berarti kembang, sedangkan Jagad berarti alam semesta, yang
melambangkan hati yang gembira karena putri atau putranya telah mendapat jodoh.
f. Pada acara siraman calon pengantin wanita mengenakan kain cita kembang atau
polos, sedangkan orang tuanya mengenakan batik dengan motif cakar yang bermakna
harapan akan calon penganti mampu berdikari.
g. Pada malam midodareni, calon penganti wanita dengan kain cita kembang atau polos,
sedangkan orang tuanya mengenakan kain batik denagn ragam hias bondet, kata yang
berasal dari kata bundet yang berarti saling mengikat menjadi satu, tentunya
merupakan harapan terhadap pernikahan putrinya.
h. Ragam hias sido mukti, digunakan pengantin pria dan wanita dalam upacara
perkawinan, karena Sido berarti terus menerus, sedangkan
mukti berarti hidup bahagia dan berkecukupan. Ragam hias
lain yang juga digunakan sepasang pengantin adalah sido
asih yang bermakna agar hidup berumah tangga dalam kasih
sayang, sido mulyo dimana mulya berarti mulia, dan sido luhur, dimana luhur berarti
berbudi luhur. Masih untuk kehidupan perkawinan ada motif ratu ratih dan semen
rama yang melambangkan kesetiaan seorang istri.
i. Sedangkan orang tua pengantin dalam upacara perkawinan menggunakan motif
truntum yang artinya menuntun, dengan makna orang tua berniat menuntun kedua
mempelai memasuki hidup baru berumah tangga. Ada juga motif sido wirasat, wirasat
berarti nasihat, dengan makna orang tua akan memberi nasihat pada mempelai dalam
menjalani hidup barunya.
Universitas Indonesia Page 3
j. Selesai upacara pernikahan, pasangan pengantin mengenakan kain batik dengan motif
semen gendong yang merupakan perlambang harapan akan lekas dapat menggendong
bayi. Ada juga motif babon angrem yang merupakan simbol ayam betina mengeram,
yang bermakna harapan sang pengantin lekas mengandung.
k. Ragam hias truntum juga memiliki makna cinta yang bersemi, dan ada sebuah kisah
yang melatarbelakangi kisah ini. Kisah tersebut adalah tentang
sang ratu yang sedih karena merasa dilupakan sang raja yang
memiliki kekasih baru, untuk melupakan kesedihannya sang ratu
membatik dan secara tidak sadar membuat ragam hias berbentuk
bintang-bintang di langit yang kelam yang menemaninya dalam
kesepian. Ketekunan Sang Ratu menarik perhatian sang raja, dan kemudian raja terus
mengikuti perkembangan pembatikan sang ratu, sehingga sedikit demi sedikit cinta
dan kasih sayang sang raja kepada sang ratu bersemi kembali atau tum-tum kembali.
l. Ragam hias alas-alasan berarti hutan adalah lambang kesuburan atau kemakmuran.
Motif ini biasanya digunakan pada upacara adat dan acara resmi.
m. Ragam hias pari seuli yang berarti padi setangkai, yang bermakna harapan si pemakai
mendapat limpahan rejeki serta makmur.
Di samping batik-batik bermotif simbolik tersebut di atas, Solo juga memiliki ragam
hias yang bersifat naturalistik mengambil motif tentang alam pedesaan, seperti sekar suruh
atau kembang sirih, dan Piring Sedapur yang berarti bambu serumpun.
Universitas Indonesia Page 4
Truntum
BAB III
PENUTUP
Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa kerjaan Solo yang tampak dari
perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak
batik Solo. Batik solo umumnya mengikuti tata cara atau peraturan menyangkut kedudukan
sosial pemakai dan untuk peristiwa apa batik tersebut digunakan seperti motif sido mukti.
Motif ini sering digunakan pengantin pria dan wanita dalam upacara perkawinan agar hidup
bahagia dan berkecukupan selamanya. Karena keberagaman batik solo, untuk itu kita sebagai
generasi muda sudah seharusnya melestarikan budaya tersebut.
Universitas Indonesia Page 5
DAFTAR PUSTAKA
Batik Solo. (n.d.). http://artscraftindonesia.com/ind/index.php?option=com_content&task=
view&id=43&Itemid=29 Diakses pada tanggal 30 November 2014, pukul 17.12 WIB.
Motif Batik Solo Arti Dan Maknanya. (2014). http://pusatgrosirsolo.com/artikel-batik/motif-
batik-solo-arti-dan-maknanya/ Diakses pada tanggal 30 November 2014, pukul 17.38
WIB.
Sejarah Batik. (n.d.). http://solobatik.athost.net/sejarah.php Diakses pada tanggal 30
November 2014, pukul 17.54 WIB.
Sejarah Batik. (n.d.). http://interfc-id.tripod.com/html/sej_batik.html Diakses pada tanggal 30
November 2014, pukul 17.26 WIB.
Universitas Indonesia Page 6