BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti...

133

Transcript of BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti...

Page 1: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata
Page 2: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

BASTIAN TITO

Serial BOMA GENDENK

TRIPPING

MUNCULNYA PANGERAN MATAHARI

1

MENGHAJAR SI BODONG

RONNY Celepuk memperlambat motornya,memberi jalan pada dua pejalan kaki yangmenyeberang. Vino yang membonceng dibelakang memandang ke kiri, lalu menoleh kekanan. Ketika memperhatikan ke gedungpertokoan, tak sengaja matanya melihatseseorang di depan toko. Langsung Vinomenepuk bahu Ronny dengan tangan kiri.

"Ron, gue liat Si Bodong."

Mendengar ucapan Vino, Ronny batalmenyentak gas motor. Dengan gerakan melejit dia membawa kendaraan itu ke tepi jalan danberhenti. Helm di atas kepalanya didorong keatas.

"Si Bodong? Di mana?"

Vino menunjuk ke arah gedung pertokoan.

"Sana di Atrium."

"Kamu nggak salah liat?"

Page 3: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Nggak...."

"Sendirian?"

"Sama cewek. Aku nggak ngenalin ceweknya.

Keliatannya sih bukan anak NusantaraTiga...."

"Kebetulan kalau gitu!" kata Ronny. Gas motordisentak-sentakkannya hingga kendaraan itumengaum keras.

"Kebetulan gimana?" tanya Vino di antarabising deru suara gas Honda Tiger.

Ronny memperkecil tarikan gas motor.

"Apa lu udah lupa peristiwa waktu acaraperpisahan minggu lalu? Kamu sendiri yang bilang ngeliat dia ngelemparin aku dan Bomasama te-lor busuk! Ini kesempatan Vin! Aku maubikin dia tau rasa!"

"Selama ini Si Bodong nggak suka rese' sama kita-kita. Gua rasa dia ada yang nyuruh," kataVino.

"Apa lagi lu bilang gitu! Kita musti nyelidikin siapa yang nyuruh dia! Biar ketauan dalangnya.Aku sikat sekalian!"

"Ala, udahlah Ron. Nanti aja kita beresinurusan sama si Jumhadi itu. Kita masih ada urusan lain."

"Nggak bisa. Aku memang sudah lama nya-riin

Page 4: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

ytu anak!" jawab Ronny. Gas motor disentakkan.Kendaraan itu melesat lurus ke depan lalumembelok melewati pintu masuk Atrium Plaza dipusat pertokoan Senen.

Siang itu pengunjung Atrium Plaza cukup ramai. Mungkin karena masih bulan muda jadibanyak yang belanja. Ronny dan Vino mencari dilantai dasar pertokoan. Jumhadi alias Si Bodong tidak kelihatan. Naik ke lantai satu, terus lantaidua, Si Bodong masih belum ditemukan. Ketika mereka menuju tangga jalan mau naik ke tingkattiga, Vino menggamit pundak Ronny.

"Ron, itu.... Di depan foto studio." Vino hanyamenggoyangkan kepala, tak mau menunjuk.

Ronny Celepuk mengikuti arah pandangantemannya. Benar, di depan sebuah foto studiotampak Si Bodong tegak berdampingan denganseorang anak perempuan. Tengah asyik melihatfoto-foto yang dipajang di belakang kaca.

Ronny monyongkan mulutnya.

"Kemon Vin," kata Ronny dengan gaya koboi.

Dua anak itu melangkah cepat-cepat. Ronnysebelah depan. Karena itu dia yang sampai lebih dulu di depan foto studio. Langsung saja Ronnymemegang bahu kiri Jumhadi lalu diremas.Membuat Jumhadi terkejut dan kesakitan. Diamenoleh. Jumhadi lebih terkejut ketika melihatsiapa yang meremas bahunya. Wajahnya

Page 5: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

berubah pucat. Matanya memperhatikan tampang garang Ronny Celepuk. Jumhadi melirikke samping, ke arah Vino yang berdiri di sebelahRonny.

"Bodong, gua mau ngomong!" kata Ronny.Tangan kanannya menarik lengan Jumhadi ketoko sebelah lalu dengan tangan yang sama diamendorong dada Jumhadi hingga anak lelaki initersandar ke kaca etalase.

"Ada apa Ron. Kau mau ngomong apa-an?" tanya Jumhadi alias Si Bodong.

"Jangan banyak bacot!" sentak Ronny. "Lu jawab pertanyaan gua! Lu yang ngelemparin guasama Boma pakai telor busuk!"

"Eh, gua kagak ngarti. Maksudmu apa Ron?Kapan gua ngelemparin kamu?"

"Bukkkk!"

Jotosan tangan kanan Ronny tiba-tiba mendarat di perut Jumhadi, tepat di pusarnyayang bodong. Anak ini seperti mau melintir.Tampangnya jadi merah keriput. Anakperempuan temannya keluarkan seruan tertahan.

"Hai, apa-apaan 'nih! Kok main pukul?!" Anakperempuan itu berteriak. Dia hendak melangkahmendekati Ronny tapi Vino cepat mencegatsambil berkata.

Page 6: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Tenang aja. Nggak ada apa-apa. Udah, jauh-jauh sana...."

Orang mulai berdatangan, mau tahu apa yang terjadi di depan toko. Ronny tidak perduli. Diacekal kerah baju kaos Jumhadi dengan tangankiri.

"Kalau lu nggak mau ngaku, gua permakmuka lu!" Ronny mengancam. Jari-jari tangan kanannya dikepal kencang.

"Nggak Ron, gua.... Bukan gua yangngelempar...."

"Oo gitu?! Lalu siapa? Ayo bilang, siapa?!"

Cekalan Ronny makin keras dan makin naikhingga sosok Jumhadi yang kalah besar denganRonny terbembeng ke atas.

"Nggak tau Ron. Gua nggak tau," kataJumhadi. Dengan ke dua tangannya diaberusaha melepaskan cekalan Ronny.

"Vino ngeliat! Dia nyaksi-in lu yang ngelem-par! Dasar Bodong! Gede bohong!"

"Gua... gua nggak bohong Ron. Lepasin Ron...."

"Hai! Lepasin!" Teman perempuan si Bodongberusaha menarik tangan Ronny tapi lagi-lagi dihalangi oleh Vino.

Orang makin banyak berkerumun. Pemilik

Page 7: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

toko begitu melihat ada ribut-ribut di dekat pintu tokonya segera keluar.

"Hei! Kalau mau ribut jangan di sini! Pergisana!" Si pemilik toko berteriak. Matanyadipelototkan pada Ronny Celepuk.

Saat itu Ronny sedang marah besar. Ditegur orang dia jadi tambah beringas. Tampangnyajadi angker. Benar-benar seperti burung celepuk.

"Jangan ikut campur! Mau ikutan mintadigebuk?"

Ronny dan pemilik toko saling berperangpandang. Lama-lama pemilik toko keder juga.Dia masuk kembali ke dalam toko tapi diam-diam mengangkat pesawat tilpon di dekat mejakasir.

"Ron, lepasin Ron...." Si Bodong berusahamenarik lepas tangan Ronny yang mencekalkerah baju kaosnya.

"Lu nggak mau ngaku ya?!" Ronny membentak. Tinju kanannya diangkat ke atas, ditarik ke belakang. Siap dihunjamkan ke mukasi Bodong.

"Jangan Ron. Jangan pukul...."

"Lu mau ngaku nggak?!"

"Ron, aku...."

Ronny habis sabarnya. Tinju kanannya

Page 8: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

menderu, menghantam mulut Si Bodong tepat dibawah hidung. Bibir anak ini pecah. Darahmengucur. Si Bodong terduduk di lantai.Mengerang menahan sakit sambil pegangimulutnya yang jontor berdarah. Temanperempuannya menjerit histeris melihat darahyang mengucur di sela-sela jari tangan Si Bodong.

Ronny masih belum puas. Dia jambak rambutSi Bodong. Ketika lututnya mau dihantamkan kemuka anak itu Si Bodong cepat merangkul kakiRonny.

"Udah Ron.... Udah," kata Si Bodong. Lalumeluncur ucapan pengakuan dari mulutnya yangberdarah. "Memang aku yang ngelemparin telorbusuk. Tapi aku cuma disuruh Ron...."

"Siapa yang nyuruh?!" Ronny perkerasjambakannya di rambut Si Bodong.

"Si... si...." Si Bodong tidak meneruskanucapan. Seolah takut mau memberi tahu. Dia seka darah di mulutnya dengan belakangtelapak tangan kiri.

"Siapa?!" bentak Ronny. Lututnya ditempelkanke jidat Si Bodong.

"Si Anton.... Dia yang nyuruh...."

"Sialan!" Ronny memaki. Jambakannyadilepas. Bodong terduduk nanar di lantai

Page 9: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

pertokoan.

Di tangga jalan Vino melihat dua orangSatpam naik ke tingkat atas. Vino cepatmembisiki Ronny.

"Cabut Ron."

Ronny juga sudah melihat dua Satpam itu.Anak ini tidak langsung cemas. Cepat dia memperhatikan keadaan, membaca situasi. Laluberkata. "Ikutin gua."

Dua anak itu bergegas, menyeruak di antaraorang banyak. Di belakang sana ada suaraperempuan berteriak.

"Copet! Copet!"

Yang berteriak teman perempuan Si Bodongsambil menunjuk ke arah Ronny dan Vino.

"Bahaya Ron. Kita diteriakin copet," kata Vino.Dia membuat gerakan hendak lari.

"Jangan lari Vin, jalan biasa! Jalan biasa!" kataRonny. Kalau sampai temannya itu lari kemungkinan besar orang banyak akanmenduga mereka benar-benar copet dan akan mengejar lalu menggebuki. Ronny melirik ke kiri.Dia melihat pintu lift terbuka. Tiba-tiba Ronny menarik tangan Vino. Kedua anak ini lenyapmasuk ke dalam lift.

Di dalam lift Vino masih tampak pucat.

Page 10: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Berkali-kali dia menarik nafas panjang.

"Hampir celaka Ron. Kamu benar Ron.

Untung kita nggak lari.Kalau orang-orang nyangka kita copet benaran, bisa bonyok kitaberdua digebukin orang!"

Ronny cuma nyengir mendengar ucapan Vino.

--oo0dw0oo--

2

PRAKTEK HOMO DALAM TOILET

GITA PARWATI menyantap hamburger dimulutnya dengan lahap. Saos tomat campursambal meleleh di sudut bibirnya, turun ke dagu.Boma dan Firman senyum-senyum memperhatikan. Saat itu ke tiganya berada dimini restoran di lantai atas toko buku Gramedia."Git, makannya lahap banget," kata Boma. "Lagilapar, apa doyan apa memang rakus?" Gita diamsaja. Dengan kertas tisu disekanya saos tomatdan sambal yang meleleh di dagunya.

"Bukan lapar, bukan doyan bukan rakus. Tapi lagi ada yang dikeselin. Orang yang ditunggunggak nongol. Balas dendamnya samahamburger," kata Firman.

"Allan oh Allan. Di mana gerangan engkau...?"Boma berkata dengan gaya nada seorangpembaca puisi membuat Firman cekikikan. Allanadalah anak baru di Nusantara III, yang dikenal

Page 11: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Gita sewaktu mendaftar di kantor sekolah. Sejak pertemuan pertama kali itu keduanya jadi akrabsatu sama lain.

Gita masih diam. Tangannya bergerakmenjangkau teh botol dingin di atas meja.Meneguk minuman itu sampai setengahnya lalu bersandar ke tembok.

"Kalian ngeledek terus dari tadi...."

"Ini udah siang Git. Aku sama Firman mau kerumah Ronny," kata Boma. "Pacar lu datengnggak?"

"Pacar... pacar. Emangnya gua pacaran samaAllan."

"Jangan suka begitul Git. Belon masuksekolah kamu sudah lengket sama dia. Kayak lem Uhu. Apa lagi nanti kalau sudah masuk.Terus-terusan ketemu. Wah, aku nggak bisangebayangin deh!" Firman senyum-senyum.

"Kalau nggak sabaran udah, pergi aja sana.Tapi gue nggak mau ngebayarin. Kalian keluarin doku sendiri-sendiri."

Boma menowel hidungnya. "Tuh, ngancem-nye jelek banget. Kamu janjinya sama Allangimana?"

"Kemaren aku ketemu dia. Bilang hari ini aku mau ke Gramedia. Jam sepuluh. Dia bilang maudatang, ketemu di sini."

Page 12: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Firman melirik ke arloji di pergelangan tangan Gita.

"Sekarang hampir jam sebelas. Si Allanmemang keliwatan...." Firman geleng-geleng kepala.

"Bukan Si Allan keliwatan, tapi si Allanmemang Sialan," kata Boma pula.

Gita langsung tendang kaki Boma denganujung sepatunya hingga Boma menyeringai kesakitan.

Firman tiba-tiba keluarkan suara bersiul. "Git,kamu boleh girang deh sekarang. Lihat tuh siapayang lagi naik di tangga jalan."

Gita Parwati dan Boma berpaling ke arahtangga jalan. Saat itu seorang anak lelaki cekingtinggi, mengenakan jins warna hitam, t-shirt putih tengah meluncur di tangga jalan. Rambutcoklat setengah gondrong, menjulai di sebelahdepan. Wajahnya tidak bisa dikatakan tampan.Jerawat besar kemerah-merahan menutupi hampir seluruh wajahnya. Matanya besar tapitidak bercahaya. Pandangannya kosong. InilahAllan, anak lelaki yang ditunggu-tunggu Gita.Allan tertawa lebar dan lambaikan tangan begitumelihat Gita, Boma dan Firman.

"Sorry Git. Sorry teman-teman. Aku terlambat." Allan keluarkan ucapan begitu sampai di depan meja.

Page 13: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kamu sih kira-kira dong. Gita hampir nangisnungguin kamu. Air matanya sampai masuk kedalam." Boma berkata sambil berdiri. Gitacemberut Di bawah meja kakinya bergerak lagimau menendang tapi Boma sudah menjauh.Firman juga ikut-ikutan bangkit dari kursi.

"Git, Allan, aku sama Firman cabut duluan,"kata Boma.

"Eh, pada mau ke mana?" tanya Allanpurapura heran, padahal hatinya senangditinggal berdua dengan Gita. Allan berpaling pada Gita lalu bertanya. "Udah bilang samaBoma?" Gita menggeleng.

Boma dan Firman yang hendak beranjak pergijadi hentikan langkah di samping meja.

"Bilang apa-an?" tanya Boma.

"Ah udah. Nanti aja," jawab Gita. "Soal Si Bodong dihajar sama Ronny?"

Gita menggeleng.

"Lalu?"

"Nanti aja Bom. Nanti di sekolah. Hari Senindepan kita 'kan mulai masuk...."

"Kamu bikin hati gua jadi nggak enak Git.Memang ada apa-an sih?" tanya Boma.

"Udah Git, kasih tau aja," kata Allan.

Gita Parwati merubah duduknya. "Oke deh.

Page 14: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Soal Dwita...."

"Dwita?" ujar Boma.

"Aku dengar kabar bokapnya dapat tugas baru di luar negeri. Katanya di New York. MarkasBesar PBB. Paling cepat empat bulan lagi sudahharus berangkat."

Tiga pasang mata memperhatikan Boma.Gita, Allan dan Firman tidak melihat perubahanpada wajah Boma. Padahal apa yang barusandidengar Boma membuat jantung anak ini jadiberdebar keras.

Boma tidak berkata apa-apa. Dipegangnya bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga.Firman mengikuti di belakang.

"Seharusnya tadi kamu nggak usah maksaaku bilang soal Dwita," kata Gita begitu Bomadan Firman berlalu.

"Lebih cepat dikasih tau lebih bagus. KasihanBoma kalau dia tahu cuma tinggal beberapahari." Jawab Allan.

"Bagusnya sih biar Dwita aja yang ngasih tau.Saat ini Boma pasti ngerasa nggak enak...." Gitamenatap Allan sebentar, tersenyum. "Matamukok merah?"

"Aku kurang tidur Git."

"Kurang tidur atau kebanyakan tidur?"

Page 15: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kurang tidur." Jawab Allan.

"Begadang?"

"Nggak juga. Aku haus. Mau pesan minumandulu." Allan melambaikan tangan, memanggilpelayan.

--oo0dw0oo--

TURUN dari tangga jalan Boma berkata. "Man, aku mau ke toilet dulu."

"Aku juga pengen kencing," kata Firman.

Sambil melangkah ke toilet yang terletak dibawah tangga Boma bertanya. "Man, kamu tadimeratiin nggak tampangnya Si Allan?" "Maksudkamu jerawat batunya yang tambah numpuk?"balik bertanya Firman. "Pasti otak kotormu lagijalan. Pasti kamu niikir begini. Tu muka yangpenuh jerawat disenggol tangan aja sakitnyabukan main. Gimana kalau lagi main gusel-guselan sama Si Gita...."

"Otak lu yang bau comberan, bilang otak guekotor!" Tukas Boma Sambil menowel hidung."Aku liat mata Si Allan merah. Tapi aku yakin itubukan karena kurang tidur. Bukan akibat banyakbegadang. Pandangannya kosong. Gerakantangan agak gemetaran. Bahunya sesekalisempoyongan kayak layangan singit."

"Udah, bilang aja 'tu anak kayak habis teller.Iya kan?" ujar Firman. "Tapi kalau habis nenggak

Page 16: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

miras biasanya musti ada bau-bau alkohol."

"Bukan miras Man. Bukan alkohol...." kataBoma. Seorang lelaki gemuk dan anak lelakikecil keluar dari dalam toilet. Boma dan Firmanmasuk.

Di dalam toilet kecuali Boma dan Firman saatitu tidak ada orang lain. Tiba-tiba dua orang bertubuh kekar masuk. Dua-duanya berambut gondrong. Yang satu berewokan. Di luar sanaada orang ketiga menutup pintu, menjaga jalanmasuk. Tidak itu saja. Orang ini menempelkan sehelai kertas di pintu. Di atas kertas itu tertulis"Maaf toilet rusak."

Boma kencing di sudut kiri. Firman satu klosetterpisah di sebelah kanan. Dua orang berbadantegap tahu-tahu sudah berdiri di kiri-kanan Boma. Keduanya tidak kencing. Merasa dipandangi dari samping, Boma jadi tidak enak.Kencingnya tersendat tidak lampias. Diaberpaling pada lelaki di sebelah kanan.

"Kamu anak Nusantara Tiga?" Tiba-tiba si kekar berewok bertanya dengan suara garang.Nafasnya menebar bau alkohol.

Mendengar Boma ditanyai Firman menolehtapi giliran dia yang dibentak oleh teman siberewok.

"Mau apa lu liat-liat?!"

Firman yang berbadan kecil jadi terdiam. Tapi

Page 17: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

anak ini tidak merasa jerih atau takut. Disekolah dia sering disebut sebagai anakkelotokan. Artinya tidak takut sama siapa saja,kadang-kadang berlaku aneh. Cuma untukmelawan lelaki berbadan kekar ini Firmanmemang harus berpikir lebih dari dua kali. Lagipula dia tidak tahu apa yang tengah terjadi danmau apa kedua orang itu. Mau ngompasl Maumalakl

Ditegur kasar Boma tidak menjawab.Restluiting celana jinsnya ditarik ke atas. Diamerasa sesuatu yang tidak benar bahkan membahayakan dirinya dan Firman akan terjadi.Ketika Boma tengah mengancingkan ikatpinggang, orang di sampingnya mendorongbahunya dengan kasar.

"Kamu budek?! Ditanya diam aja!"

Boma tetap tak menjawab. Dia menatapwajah orang itu sesaat, melirik ke arah Firmanlalu sambil memberi isyarat dia berkata. "AyoMan, kita keluar."

Begitu Boma melangkah ke pintu yangtertutup, si berewok ulurkan tangan mencekalkerah kemejanya.

"Mana temen lu Ronny Celepuk?" Orang yangmencekal bertanya sambil menyentakkancekatannya.

"Nggak ada. Nggak tau...." Jawab Boma.

Page 18: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"jangan ngibul! Kamu Boma 'kan? Anak SMANusantara Tiga! Kalau ada kamu pasti juga ada Ronny Celepuk!"

"Nggak ngibul tuh! Liat aja sendiri! Apa ada Ronny Celepuk di tempat ini!" kata Boma. Suaradan sikapnya kalem-kalem saja. Padahal saat itujantungnya dag-dig-dug juga.

"Anak gendenk! Lu mau nantang gua hah?!"Dengan tangan kirinya orang itu dorong kening Boma hingga kepala Boma terdongak kebelakang.

"Nantang? Siapa yang nantang?!" sahutBoma. Orang yang mencekal kerah kemejanya memang besar kekar dan seram tapi sealis lebih pendek dan dirinya tak kenal orang ini

Sebaliknya, agaknya orang ini tahu siapa dia.

"Wah, berani juga nih kunyuk!"

"Memang dia sok jadi jagoan!" Lelaki kekarsatunya bicara. "Katanya dia punya ilmu. Mulaiaja Fred! Aku mau liat ilmu apa sih yang diapunya! Aku biar jagain monyet yang satu ini."

Si berewok menyeringai. Boma didorong hingga tersandar ke dinding ruangan. Lalu laksana kilat tangan kanannya bergerak.

"Plaaakk!"

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiriBoma. Seumur hidup baru sekali ini Boma

Page 19: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

ditampar orang seperti itu. Ayahnya saja yangterkenal galak sama anak tidak pernah menampar. Sudut kiri bibir Boma pecah. Darahmeleleh. Boma merasa seperti ada ledakandahsyat di telinga kirinya. Untuk beberapa lamaanak ini tertegak nanar, meringis menahan sakit,telinga mengiang, air mata meleleh dari sudutmata kiri. Bukan air mata menangis tapi air matasaking hebatnya dia berusaha menahan sakit.

"Katanya lu punya ilmu! Kok baru digamparaja udah ngulet kesakitan!" Lelaki di belakangBoma mengejek.

Si berewok yang barusan menampar ikutbicara. "Katanya jagoan! Nggak taunya cuma banci cengeng!"

"Hajar lagi Fred, biar dia tahu rasa!" kembaliteman si berewok berucap.

Firman tiba-tiba menerjang ke depan. Diaberusaha menendang orang yang barusanmenampar Boma. Tapi kawan si berewok cepatmenghadang. Bukan cuma menghadang, malah sekaligus melayangkan jotosan. Sosok kecilFirman terpental lalu terjengkang di lantai toiletbegitu tinju keras melanda dadanya. Anak inimelingkar di lantai, mengerang kesakitan sambilpegangi dadanya yang serasa amblas. Dasaranak kelotokan, meski menderita sakit bukanmain tapi dia gulingkan badan, menangkap kakiorang lalu mengigit pahanya. Blujins yang

Page 20: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dipakai orang itu cukup tebal tapi gigi-gigi runcing Firman masih bisa tembus lalumenghunjam di daging pahanya. Orang inimenjerit kesakitan. "Bangsat! Main gigit!"

Dijambaknya rambut Firman lalu kepala anakini disentakkannya. Begitu tubuh Firmanterangkat dia kembali daratkan jotosan. Firmanterpekik. Jotosan mendarat tepat di keningnya.Lutut anak ini langsung terlipat. Dalam keadaanseperti itu tubuhnya didorong kuat-kuat hinggaterpelanting, terkapar di lantai toilet yang kotor,mengerang kesakitan.

Sebenarnya Boma masih bisa menahan rasasakit tamparan lelaki berewok. Dia inginmenanyakan salah apa sampai dia ditamparseperti itu.

Tetapi ketika melihat Firman dijotos dandibanting amarah Boma Tri Sumitro yangmendapat cap Anak Geblek dan terakhir malahdijuluki Anak Baru Gendenk menggelegakseperti air mendidih. Ubun-ubunnya serasa mengepulkan hawa panas. Dadanya membara.Apa lagi saat itu di depan dilihatnya si berewokmengayunkan tangan hendak meninju mukanya.

"Bang, jangan Bang. Jangan pukul. Saya kan nggak punya salah apa-apa sama Abang."

Luar biasa. Dalam keadaan seperti itumendadak saja Boma mampu menindih hawa

Page 21: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

amarahnya dan keluarkan ucapan polos sabar.

"Jangan banyak bacot!" bentak si berewok.Tinju kanannya menderu.

"Bukkk!"

Jotosan si berewok mendarat. Bukan di wajahBoma, melainkan di atas telapak tangan kirianak lelaki itu. Boma berhasil menangkisserangan orang.

"Bangsat! Berani ngelawan!"

Si berewok pergunakan tangan kiri untukmeninju perut Boma dan tepat mengenaisasarannya dengan telak di ulu hati. Bomaterlipat ke depan. Perutnya seperti pecah.Sesaat Boma sulit bernafas. Lalu serasa maumuntah. Dalam keadaan seperti itu si berewok kembali mengangkat tangan kanan, siapmelayangkan tinju berikutnya. Yang diincarnyakali ini adalah hidung Boma.

Boma cepat mundur. Tapi punggungnya tertahan oleh papan pemisah kloset.

"Buukk!"

Tinju si berewok yang diarahkan ke hidungBoma mendarat di pipi kiri. Boma seperti melihatledakan bintang-bintang di pelupuk matanya. Dianyaris roboh kalau tidak cepat menggapai papanpemisah kloset. Boma baru bisa menarik nafasagak panjang ketika tiba-tiba dari samping

Page 22: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kawan si berewok melayangkan tinju ke arah rahang kirinya.

Rasa sakit yang amat sangat membuatamarah Boma yang tadi padam kembalimenggelegak, lebih dahsyat dari sebelumnya,memusnah kesabaran yang ada dalam dirinya.Satu hawa aneh tiba-tiba terasa di kuduknya.Hawa ini menjalar ke seluruh tubuh. Entah apa yang terjadi, di mata Boma dua orang lelakikekar yang memukuli dia dan Firman itu tampakkecil.

Rahang menggembung, geraham bergeme-letakan. Sepasang mata menyorot aneh. Tangankanan menowel hidung. Kepala dan pundakdimiringkan. Jotosan yang melayang ke arahrahang ditangkis dengan lengan kiri. Bersamaandengan itu tangan kanan melesat ke depan.

Kawan si berewok keluarkan suara sepertisapi melenguh ketika tinju kanan Bomamenyodok ulu hatinya. Tubuhnya terhempas kebelakang. Dua tangan menggapai udara. Firmanyang saat itu sudah berdiri dan tegak bersandarke dinding sambil pegangi keningnya yang benjolmerasa dapat kesempatan untuk memba-las. Sosok kekar yang terhuyung ke belakang itudidorongnya kuat-kuat hingga menghantampintu wc, terus masuk ke dalam wc. Malang,kepalanya membentur dinding dengan keras.Orang ini tergelimpang miring tak sadarkan diri

Page 23: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

di lantai wc, sebagian mukanya masuk ke dalamkloset jongkok!

Lelaki berewok tidak sempat melihat apayang terjadi dengan kawannya. Juga tidak melihat jotosan kilat yang dihantamkan Boma kehidungnya. Boma tidak tahu apakah hidung itupatah tulangnya. Yang jelas dia melihat adadarah mengucur dari dua lobang hidung dan siberewok megap-megap sukar bernafas. Rasasakit membuat orang ini jadi kalap. Dia berusaha mencekik leher Boma dengan dua tangannyayang kokoh. Tapi Boma tidak memberikesempatan. Sebelum cekikan sampai, tinjukanan Boma untuk kedua kalinya melesat. Kaliini menghantam mata kanan si berewok. Orangini menjerit keras, melintir sambil pegangi matanya. Ketika tubuh yang melintir berputarmenghadap ke arahnya, Boma sarangkan lagisatu tonjokan ke perut lawan. Si berewok terjajarkeras amblas masuk ke dalam wc. Jatuhtertelungkup, tepat di atas sosok kawannya.Melihat dua orang itu tidak bergerak, tidakbersuara Firman jadi takut. Kalau cuma pingsantidak jadi apa. Tapi kalau ternyata keduanyamati?

"Bom, kabur Bom...." bisik Firman.

Tapi Boma tidak punya pikiran untuk segerakabur.

"Tunggu Man, dua orang hutan ini musti

Page 24: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dikasih pelajaran," ucap Boma. Lalu anak inimelangkah ke pintu wc. Turunkan retsluitingcelana jinsnya. Kencingnya yang tadi tertundatidak lampias kini dikeluarkan habis-habisan! Dikucurkan mengguyur dua orang yangtergeletak pingsan di dalam wc. Mulai daribadan sampai kepala.

"Gila lu Bom!" kata Firman. "Dasar gendenk!"

Boma menyengir. Sekilas dia melihatwajahnya di dalam kaca. Bengkak besar merahkebiruan menghias pipi kirinya.

"Sial!" maki anak ini. Dia berpaling padaFirman yang juga tengah memperhatikan benjut besar di keningnya.

"Man, sekarang saatnya kabur! Sebentar lagipasti ada yang masuk ke sini," kata Boma.

Sementara itu di luar toilet, lelaki kawan duaorang tadi, yang sebelumnya menempelkankertas bertuliskan "Maaf toilet rusak" merasacuriga mendengar teriakan-teriakan di dalam sana. Apa lagi saat itu seorang Satpamdilihatnya terus-terusan memperhatikan kearahnya dari kejauhan. Takut ketahuan, orang inicepat tanggalkan kertas yang ditempel di pintulalu membuka pintu, masuk ke dalam toilet. Saatitulah Boma dan Firman menghambur keluar.

"Hai!" orang yang barusan masuk berteriak.Dia hendak mengejar Boma dan Firman. Tapi

Page 25: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

tidak jadi karena merasa heran tidak melihatdua temannya di dalam toilet.

"Cepetan Man!" kata Boma.

Ketika ke dua anak ini sampai di ujung tangga jalan, Satpam yang sejak tadi memperhatikansekitar toilet melangkah mendatangi.

"Ada apa?!" Petugas itu bertanya. "Siapa tadiyang teriak-teriak?"

Boma pura-pura mengusap pipinya untukmenutupi benjut lebam di pipi kiri. Firmanmemandang ke jurusan lain sambil turunkanrambut agar menutup benjut di kening.

Firman bingung, tak tahu mau menjawab apa.Boma cepat dapat akal, cepat pula menjawab.

"Pak, cepat masuk ke dalam toilet Pak. Ada dua orang melakukan praktek homo." KataBoma sambil menggeser langkah.

"Hah?! Apa?!" Si Satpam sulit mau percaya.

"Betul Pak. Kami berdua liat sendiri. Kami kabur ketakutan." ucap Firman. Dia bergerak mengikuti Boma.

"Teman saya ini hampir dikerjain juga!"menambahkan Boma.

"Gila!"

"Ketika Satpam itu melangkah menuju toilet,

Page 26: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Boma dan Firman langsung kabur.

--oo0dw0oo--

3

ALLAN PUNYA MASALAH

WARUNG bakso di ujung jalan riuh oleh suara gelak tawa tujuh orang anak termasuk Firmanyang menceritakan Peristiwa perkelahian ditoilet toko buku Gramedia itu.

"Untung belon masuk sekolah. Kalau nggakkalian berdua bisa jadi tontonan. Kayak anakondel-ondel...," kata Gita. Lalu anak perempuangemuk ini tertawa cekikikan.

"Mulai sekarang kau jangan dulu pergi-pergi ke Gramedia, Bom," kata Vino sambil mengusapmatanya yang berair karena tertawa terpingkal-pingkal. "Kalau Satpam Gramedia ngenalinkamu, pasti jadi urusan."

"Bukan cuma Satpam itu," kata Gita Parwati."Nggak mustahil dua orang yang mau ngerjainkamu datang ke sana. Menunggu kamu samaFirman muncul kembali."

Boma masih terus mengusap-usap hidungnya.

Firman lalu berkata. "Waktu kita lagi dipermakorang di dalam toilet, Si Gita malah lagi enak-enakan in the mood bersama Si Allan...."

Page 27: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Bom' kata Ronny. "Kejadian di Gramedia itujelas ada hubungannya dengan kejadian diAtrium. Buktinya sebelum mukuli kamu, orangitu nanyain aku. Sebetulnya aku yang diincar,tapi kalian berdua yang apes." Suara Ronnybernada sedih, juga menyesal. "Kalau waktu itugua nggak nonjokin Si Bodong...."

Boma pegang tangan Ronny Celepuk. "Kamunggak usah ngomong gitu Ron...."

"Mungkin kita semua sudah masuk dalamdaftar yang mau dikerjain," kata Vino.

"Kamu nggak ngenalin dua orang itu? Nggakpernah ngeliat sebelonnya?" tanya Andi.

Boma menggeleng. "Tapi kalau ketemu lagiaku pasti ngenalin tampang monyet-monyet itu."

"Aku ingat," kata Firman menyambung ucapanBoma. "Orang yang mau mukulin Boma dipanggilFred sama temannya. Mungkin namanyaFreddy."

"Gila juga Si Bodong. Bisa-bisanya nyuruh orang mukulin aku sama Firman." Boma berkatasambil mengusap-usap hidungnya dengan ujungjari.

"Belum tentu ini kerjaan Si Bodong sendirian,"Gita memberikan pendapat. "Mungkin Si Anton juga ikutan. Malah bisa saja tu anak yang jadi dalangnya. Ingat, dia yang nyuruh Si Bodong

Page 28: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

bego ngelempar kita sama telor busuk!"

Masih mengusap-usap ujung hidungnya

Boma memandang pada Ronny lalu berkata."Heran, sirik apa sih Si Anton sama aku dankamu Ron?"

"Sama aku sih mungkin kagak Bom. Tapisama kamu pasti iya," kata Ronny pula.

"Belangnya mulai keliatan waktu dia nyuruh SiBodong ngelempar telor busuk tempo hari."

"Pasti iyanya kenapa?" ujar Boma. "Walausatu sekolah aku, kita tidak satu kelas sama dia.Ketemu juga jarang. Pokoknya nggak ada yangkorslet antara aku, antara kita-kita dengan Si Anton."

"Aku juga nggak ngarti," kata Ronny dan ikut-ikutan mengusapi hidungnya yang seperti paruhburung kakak tua.

"Kalian semua budek en buta," kata Gita.

"Ajie Busyetl Maksud kamu apa non Gitacakep?" tanya Boma sambil mesem-mesem.

"Yang aku dengar, yang aku tau Si Anton ituudah lama ngebet sama Trini. Tapi kepentokkamu, den mas Boma yang ngganteng." Gitabalas meledek.

Semua mata memandang ke arah Boma."Nah, kok kepentok aku?" tanya Boma heran.

Page 29: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kepentoknya benjol nggak?!" menimpali Rio.

"Yang kepentok kepala bawah apa kepalaatas?" Vino menimpali.

Ronny dan Firman tertawa lebar. Gitacemberut. Boma dan yang lain-lainnya senyumsenyum mendengar ucapan Vino itu.

"Kalau dia memang demen sama Trini ambilaja," kata Boma. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama 'tu cewek kok."

"Jangan begitul Bom. Jangan takabur bo...."ujar Gita.

"Begitul begitil," Boma agak bersungut.

"Memangnya aku takabur gimana?"

"Trini itu naksir sama kamu. Jelas. Semuaorang tau. Tapi kamunya kayak ogah-ogahan...."

"Git, kamu ini kayak yang nggak tau historyaja. Nggak tau sejarah," Vino memotong ucapansi gendut Gita Parwati.

"Keren amat lu ngomong. Maksud kamuapa?" tanya Gita.

"Gue sih ngomong blak-blakan aja bo," kata Vino sambil melirik Boma. "Mau marah, marahdeh! Gue ngomong seadanya. Dulu pertama kalimemang Boma duluan yang naksir Trini...."

"Enak aja lu!" protes Boma.

Page 30: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Terusin Vin," kata Gita.

Vino meneruskan. "Tapi Trini jual mahal.Cuek. Mungkin kawan kita ini nggak masuknominasi karena sudah kebeken gebleknya.Rangkingnya lumayan bagus. Tiga sembilan dari empat satu...." Sampai di situ Vino berhentibicara, memperhatikan dulu teman-temannya yang pada nyengir, termasuk Boma sendiri."Mungkin Trini nggak mandang sebelah matakarena Boma bukan anak gedongan. Cuma anakseorang tukang...." Terusan ucapan Vino itu adalah seorang anak tukang sablon. Tapi ucapannya terputus. Boma ulurkan tangankanan ke arah jidat Vino. Jari-jari ditekuk ke dalam.

"Ayo. Terusin nyebut kerjaan bokap gue. Guejitak benjol lu!" Boma mengancam. Vino cepat-cepat jauhkan kepalanya.

"Sorry teman-teman, ada kerusakan teknis!"kata Vino membuat teman-temannya kembali tertawa. "Terusin nggak nih?"

"Terusin!" jawab Gita, Andi, Firman, Rio dan.Ronny berbarengan. Boma diam saja.

"Tapi waktu Dwita masuk...." Vinomenyambung jalan ceritanya. "Everything changes. Cia illah, keren banget gua." Vinotertawa geli sendiri. "Keadaan berobah. Trinimerasa mendapat saingan. Apa lagi Dwita

Page 31: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

keliatan akrab sama Boma. Lalu Trini pasangkuda-kuda baru. Deketin Boma. Saat itu Si Antonlagi ngebet-ngebetnya sama Trini. Tapi si cewek justru nguber Boma. Anton kesel en kalap. Kita-kita yang jadi korbannya. Nah, begitu jalanceritanya. Bener nggak penonton?"

"Bennneerrrrr!" Enam mulut menjawab lalusama-sama tertawa. Boma cuma bisa nyengir.

"Mungkin Si Anton nganggap kamu rakus Bom," kata Firman. Mauin dua cewek sekaligus."

"Kayak pangeran aja," kata Rio.

"Pangeran bandit." Sambung Gita.

"Ajie Gilel" Boma menyeringai lalu menowelhidungnya.

"Bom, kamu kalau sehari-hari nggak nowelin hidung, mungkin meriang kali ya?!" ujar Gitayang sejak tadi memperhatikan kebiasaan Bomainenowel hidung.

"Masih mending gua nowelin hidung sendiri.Kalau nowelin hidung kamu mau nggak?" tanyaBoma.

"Rasain lu, Dut!" kata Vino tertawa geli.

"Uh, si Boma paling bisa ngebalikin omonganorang!" kata Gita pula.

"Teman-teman, lupain dulu urusan cewek-cewek itu." Ronny mengalihkan pembicaraan.

Page 32: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Lebih penting kita, omongin bahaya yangmengancam kita. Pertama bahaya pembalasandari dua orang yang dikerjain Boma samaFirman di toilet. Kedua bahaya dari Si Anton sendiri. Saat ini dia pasti tambah nggak senangsama kita-kita. Terutama sama Boma."

"Dua orang itu punya itikad jahat Maumelakukan tindak kekerasan. Bagaimana kalaukita lapor Polisi?" kata Andi. "Mungkin bisa pakaijalur bokapnya Trini yang Letkol itu."

Boma gelengkan kepala. "Aku nggak setuju.Soalnya gara-gara urusan orang yang dirampokdi bajaj dulu saja, aku jadi bulak balik ke kantorpolisi. Ditanya ini itu. Diminta kesaksian. Belumlagi nanti sampai ke sidang pengadilan. Kalauditambah lagi dengan urusan yang satu ini,buntutnya pasti jadi makin panjang. Alamat bakal banyak bolos nantinya aku di sekolah."

"Soal perampokan itu Bom," kata Ronny. "Kaujuga harus hati-hati. Banyak yang bilang,biasanya teman-teman rampok yang ada diluaran suka balas dendam. Apalagi kalau siperampok yang nanti dihukum, keluar daripenjara. Nggak mustahil dia nyari kamu, Bom."

"Aku memang sudah mikirin itu," jawab Boma."Aku memang harus hati-hati. Tapi kalau kelewat dipikirin,. aku bisa stres sendiri. Akhirnya aku

Page 33: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

bersikap pasrah aja. Minta perlindungan Tuhan."

"Bom, banyak yang bilang kau sekarangsudah punya ilmu. Apa ilmu itu nggak bisadipakai buat jaga diri?" Bertanya Gita Parwati.

"Ilmu apa-an? Ilmu tai kucing?" ujar Bomapula.

"Tai kucing, tai anjing kek. Kalau kau memangpunya ilmu berarti nggak usah terlalu banyakpasrah. Kami teman-temanmu jadi nggak terlalukawatir." Gita diam sebentar lalu meneruskan."Waktu kau menghajar dua orang di Gramediaitu, apa kamu ngeluarin ilmu?"

"Memang aku ngeluarin ilmu. Tapi ilmu nekad!" jawab Boma.

Anak perempuan bertubuh gendut itu tertawalebar. Dia berdiri sambil berkata "Sorry teman-teman. Aku musti pergi dulu."

"Pergi ke mana Git?" tanya Andi. Yang lain-lain ikut heran.

"Nganterin nyokap ke dokter." Jawab Gita Parwati.

"Ala... Nganterin nyokap apa janji samanyongnyong?" meledek Ronny.

"Enak aja lu," sungut Gita. "Udah, aku pergidulu ya."

"Hati-hati Git. Kalau bisa perginya jangan

Page 34: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

lewat jalan Kramat Raya," kata Vino denganwajah serius.

"Memang kenapa?" tanya Gita juga serius.

"Ada razia," jawab Vino.

"Razia? Razia apa-an?" Gita tambah serius.

"Razia orang jelek en gendut!" jawab Vino.

"Sialan!" Gita angkat tinjunya tinggi-tinggi. Sebelum tangan itu diayun ke batok kepala Vino,anak lelaki ini cepat menghambur, berlindung di belakang Boma.

"Brengsek!" kata Gita Parwati lalu putartubuhnya yang gemuk, melangkah keluarwarung.

"Ee... Git! Baksonya bayar dulu!" teriakFirman.

"Sa' bodo!" jawab Gita tanpa berpaling.

"Wah, berabe deh kalau kasir kita diantukpenyakit ngambek," kata Ronny pula.

Tak lama setelah Gita Parwati meninggalkanmereka, Boma berkata. "Aku sama Firmanpernah ngomong-ngomong soal cowoknyaGita...."

"Si Allan, anak baru itu?" ujar Andi.

Boma mengangguk.

"Kayaknya Gita naksir berat sama Allani Allan

Page 35: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

juga suka sama Gita' ucap Rio.

"Ajie Busyet. Si Gita bukan cuman buta mata,tapi juga buta hidung. Dia betulan naksir samaSi Allan, anak baru itu?" Ronny Celepuk tepukjidatnya sendiri.

"Soal sama-sama naksir sih itu urusanmereka," kata Firman. "Justru ada hal lain yang bisa jadi masalah. Bukan cuma buat Gita, tapijuga buat kita-kita semua. Malah bisa-bisa masalah buat satu sekolah."

"Ajie Gombali" Ronny lagi yang buka mulut"Memangnya Si Allan ngelakuin apa? Makar terhadap Pemerintah yang syah? Atau kudeta pimpinan SMA Nusantara Tiga?!"

"Ceritain aja Bom," kata Firman.

"Kalian pernah nggak meratiin wajah samajgerak-geriknya 'tu anak." Boma pandangi wajahteman-temannya.

Tak ada yang segera menjawab. Lalu Riomembuka mulut. "Kalau wajahnya sih jelas.

Banyak jerawat. Kalau gerak geriknya...."

"Memangnya kenapa Bom?" Andi bertanya. ;

"Kita-kita memang baru beberapa kali ketemudia. Soalnya masih belum masuk sekolah. Tapibeberapa kali ketemu aku sering ngeliatmatanya merah...."

Page 36: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Mungkin aja dia tukang begadang...." kata Ronny.

Boma menggeleng. "Mata merahnya Si Allanbukan karena bergadang. Kayaknya adapenyebab lain. Lalu, kadang-kadang aku liat dia duduk atau berdiri seperti orang kehilangankeseimbangan. Tangannya suka gemetaran.

Pandangannya kosong. Terus terang aja aku kawatir dia suka nenggak obat terlarang."

"Ah, kamu nggak-nggak aja Bom. Kalau Gitatau kamu ngomong begitu habis kamudidamprat si gendut itu," kata Ronny.

"Aku serius Ron. Kalau Allan suka yangbegituan, cepat atau lambat pasti bakal ada teman-teman yang ketularan. Pertama sekaliGita tentunya."

"Bom, kalau dugaanmu nggak benarbuntutnya bisa jadi jelek," kata Ronny Celepukpula. "Kalau bener?" ujar Boma. Semua terdiam.

"Ada satu lagi," kata Firman. "Kalau di tempat-tempat keliwat ramai Si Allan kadang-kadang seperti orang sesak nafas. Muka pucat keringat-an...."

"Jangan-jangan 'tu anak punya penyakitbengek," kata Rio.

"Bukan bengek, tapi asma," celetuk Vino."Asma asmara. Asmara sama Gita."

Page 37: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Gini aja," kata Boma. "Di antara kita harus ada yang nyelidik. Kalau perlu nanti waktu sudahsekolah ada yang meriksa tasnya."

"Mana mungkin segala obat terlarang adayang berani bawa ke sekolahan," kata Rio.

"Mungkin aja Ron. Karena kalau ditarok dirumah takut digeledah orang tua...." kata Firman.

"Lalu kita mau bikin apa, bo?" tanya Ronny.

Boma memandang pada Andi. "Di, kamu 'kanlebih dekat sama Gita dibanding kita-kita. Apa lagi rumah kalian masih satu komplek. Allanpasti sering datang ke rumah Gita. Kamu bisanggak ngawasin 'tu anak berdua. Terutama Si Allan."

"Yah, aku coba deh," jawab Andi sambil garuk-garuk kepala.

"Nanya-nanya atau cari keterangan juga bisa,"kata Firman

"Nanya-nanya gimana?" tanya Andi padaFirman.

"Misal dia pindah sekolah. Lantaran apa?

Minta pindah sendiri atau dikeluarin. Kalaudikeluarin sebab apa? Berantem, tawuran atausuka nenggak obat setan."

"Tapi kamu musti hati-hati, Di," kata Boma pula. "Jangan sampai ketauan sama Si Allan

Page 38: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

atau Gita kamu nyelidikan dia. Apa lagi kalausampai kejebak. Ikut-ikutan nenggak obat setan."

"Amit-amit jabang babu...." kata Andi.Disambut gelak tawa semua anak yang ada disitu.

---oo0dw0oo---

4.

BATU PENYUSUP BATIN

DALAM gelapnya malam, di bawah terpaanangin laut serta deru gelombang ombak pantaiselatan, satu bayangan biru laksana terbang berkelebat ke arah timur. Rambutnya yangpanjang sekaki seperti mengambang di udara. Diatas bahu kanannya orang ini memanggulseseorang yang tiada hentinya keluarkan suaramenggerang.

"Jahanam Muka Bangkai Berhentilah merintih! Atau kuputus urat besar di lehermu hingga kau jadi gagu seumur-umur!" Orang yang memanggul membentak.

"Eyang...." Orang yang dipanggul keluarkansuara perlahan. "Daging tubuhku seperti leleh,tulang-tulangku laksana hancur. Satu tangankuamblas buntung. Kalau aku tidak boleh merintih menanggung sakit mengapa kau tidak bunuhsaja diriku saat ini? Kau mau bawa aku kemana? Aku memilih mati dari pada hidup cacat

Page 39: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

seumur-umur.

"Murid keparat! Jangan berani bicara takkaruan padaku! Kematian terlalu enak bagimu!Aku perlu minta pertanggungan jawabmu lebihdulu! Kau telah melakukan satu kegagalanbesar! Kegagalan yang akan membuatcelakanya kita para tokoh golongan hitam. Dasarmurid tolol tidak berguna!"

"Eyang.... Eyang Kunti Api. Aku mohon, bunuhsaja aku sekarang juga!" Sang murid yang berjuluk si Muka Bangkai kembali keluarkanucapan.

Sosok berjubah biru, yakni seorang- nenek bertampang angker keluarkan suaramenggembor marah. Sepasang matanya yangmerah keluarkan cahaya menggidikkan.Mulutnya yang perot dan pencong ke kirilesatkan pekik dahsyat. Begitu dua kakinyadijejakkan ke tanah, tubuhnya melayang keudara setinggi lima tombak. Dari atas, sambilmelayang turun nenek ini, yang dikenal denganpanggilan Eyang Kunti Api, lemparkan sosokmurid yang sejak tadi dipanggulnya.

Tak ampun lagi sosok Si Muka Bangkaiamblas tenggelam sampai sebatas leher dalampasir lunak dan becek di tepi pantai. Tampangkakek ini pucat laksana darahnya disedot setan.Matanya yang besar mendelik tinggal putihnya.Dia merasa sekujur tubuhnya remuk. Dari mulut

Page 40: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dan hidungnya mengucur darah kental. Duatangannya terkulai di atas pasir. Yang kiri buntung sebatas siku. Dia coba bersitekandengan tangan kanan dan mengangkat tubuhagar bisa keluar dari dalam pasir. Tapi tidakmampu. Dia hanya bisa menatap putus asa ke arah sang guru sambil sesekali keluarkan suaramengerang panjang.

Eyang Kunti Api melayang turun. Tegak dualangkah di depan muridnya, berkacak pinggang.Dongakkan kepala lalu tertawa bergelak. Tiba-tiba nenek ini hentikan tawanya lalumembentak.

"Muka Bangkai!"

Sang murid angkat sedikit kepalanya. "Kau tahu kesalahan apa yang telah kau perbuat?!"

"Eyang.... Kau boleh menyebut segala apa.Aku pasrah," jawab Si Muka Bangkai. Darimulutnya kembali mengucur darah kental.

Dalam serial Boma Gendenk sebelumnya (ABG = Anak Baru Gendenk) telah dituturkanbahwa Si Muka Bangkai mendapat tugas dariEyang Kunti Api untuk mencari tahu rencanaSinto Gendeng yang hendak menghadirkanseorang pendekar sakti mandraguna dalamrimba persilatan. Konon pendekar itu diberijulukan "Pendekar Tahun 2000". Bagi para tokohgolongan hitam, rencana ini merupakan satu

Page 41: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

malapetaka besar. Karena itulah selain mencaritahu siapa adanya sang pendekar, Si MukaBangkai juga ditugaskan untuk membunuh SintoGendeng. Ternyata Si Muka Bangkai yang juga dikenal sebagai guru Pangeran Matahari tidakberhasil dalam tugasnya. Bukan saja dia gagalmencari keterangan dan membunuh SintoGendeng, nenek sakti di puncak Gunung Gedeitu, dia sendiri malah harus kehilangan tangankirinya, putus sebatas siku dihantam serangan Sinto Gendeng. Dan kini gurunya, Eyang KuntiApi hendak meminta pertanggung jawaban darikegagalannya. Dia tidak tahu mau bertanggungjawab bagaimana. Karena itu dia lebih sukamemilih mati saja.

"Enaknya mulutmu berucap pasrah! Kau tahu! Kegagalanmu ini akan terasa sampai puluhantahun mendatang. Akan menjadi bencana bagikita orang-orang golongan hitam!" Kunti Apimeludah ke tanah. Matanya garang mendelik takberkesip pandangi muridnya yang terkubursebatas leher.

"Saya siap menerima hukuman Eyang. Saya sudah bilang, matipun saya terima...." kata SiMuka Bangkai.

"Kakek geblek!" maki Kunti Api dengan matalaksana kobaran api menyala. "Soalmenghukummu mampus semudah akumeludahi kepalamu! Kau dengar?!"

Page 42: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Si Muka Bangkai tak menyahut. Kepalanya terkulai.

"Jahanam! Angkat kepalamu. Jawab! Kaudengar?!"

Kakek yang terkubur di pasir becek ituterpaksa angkat kepalanya. "Saya dengarEyang...."

"Kesalahanmu pertama! Kau gagal mengorekketerangan siapa adanya orang yang diambilSin-to Gendeng dan dijadikan Pendekar Tahun2000. Kesalahan kedua! Kau tidak berhasilmembunuh nenek keparat bau pesing SintoGendeng itu. Bahkan mengorek dua matasumber segala kesaktiannya tidak mampu kaulakukan!"

"Eyang.... Saya sudah berusaha. Sayamengaku salah, mengaku gagal.Mungkin karenailmu saya masih jauh di bawah Sinto Gendeng.Bahkan saya sampai-sampai mengorbankantangan kiri. Eyang saksikan sendiri. Tangan kirisaya yang buntung...."

"Murid tak berguna! Masih untung tangankirimu yang buntung! Seharusnya jantungmu yang amblas!" Damprat Eyanfo Kunti Api. Nenekberjubah biru dengan rambut panjang sekaki inimerutuk habis-habisan sambil melangkahmundar mandir di depan kepala muridnya.

"Dengar, aku akan memberi kesempatan satu

Page 43: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kali lagi padamu. Satu kali dan terakhir kali!"

Perlahan-lahan Si Muka Bangkai angkatkepalanya, menatap tak percaya pada sangguru. Kakek ini menunggu. Apa yang akandikatakan selanjutnya oleh si nenek.

"Muridmu yang putera Surokerto bernamaPangeran Anom berjuluk Pangeran Matahari itu!Di mana dia sekarang?!" Tiba-tiba Eyang Kunti Api bertanya.

"Saya... saya tidak dapat memastikan. Sudahlama anak itu tidak menyambangi saya. Tetapijika Eyang menghendaki, saya akan berusahamencarinya...."

"Itu yang aku inginkan!" kata Kunti Api. Habisberucap begitu dia hantamkan kaki kanannya ketanah di depan kepala Si Muka Bangkai. Luarbiasa sekali. Tanah itu terkuak sedikit.Bersamaan dengan itu sosok Si Muka Bangkaiyang sejak tadi terpendam sebatas lehermencelat ke udara setinggi satu tombak lalujatuh bergedebukan, mengerang di atas pasirbecek.

Eyang Kunti Api berkacak pinggang, dongak-kan kepala dan umbar tawa bergelak.

"Muka Bangkai, dengar baik-baik." Berucap Kunti Api. "Cari muridmu itu sampai dapat. Kalaubertemu serahkan benda ini padanya."

Dari balik jubah birunya si nenek keluarkan

Page 44: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

sebuah benda yang ternyata adalah batusebesar dan sebentuk telur burung merpati,berwarna biru, terang berkilau. "Denganberbekal Batu Penyusup Batin ini, muridmu akansanggup menyusup ke mana saja yangdikehendakinya. Dengan cara menyusup diaakan mampu mencari tahu siapa adanya orangyang bakal dijadikan Pendekar Tahun 2000 itu.Jika dia sudah tahu siapa orangnya, berartimudah saja baginya untuk menghabisi orang itu.Namun perlu kau ketahui dan ingat baik-baik. Batu Penyusup Batin ini kuserahkan hanyaselama satu purnama. Berhasil atau tidakmuridmu melakukan tugasnya dalam waktu duapurnama, batu ini harus dikembalikan padaku.Muka Bangkai, kau dengar semua ucapanku?!"

"Saya dengar Eyang...."

"Kau paham, mengerti?!"

"Paham dan mengerti Eyang," jawab Si MukaBangkai yang saat itu masih melingkar di ataspasir pantai becek.

Si nenek berjongkok di tanah. Batu PenyusupBatin sesaat ditimang-timangnya. Lalu "batu itudigelindingkan di atas pasir. Batu aneh bergulirmembentuk cahaya terang biru dalam gelapnyamalam. Beberapa jengkal di hadapan si kakekbatu itu berhenti bergulir.

"Ulurkan tanganmu. Ambil batu itu!" perintah

Page 45: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Eyang Kunti Api.

Si Muka Bangkai ulurkan tangan kanannya.Pada saat jari-jarinya menyentuh Batu Penyusup Batin, tiba-tiba wusss! Satu cahaya terangmemancar. Si Muka Bangkai terpekik dan tariktangannya. Ketika dia memperhatikan ternyatabeberapa jari dan kuku-kukunya yang panjang hitam telah hangus kepulkan asap.

Eyang Kunti Api tertawa bergelak.

"Tua bangka itu. Apakah dia hendak menipuatau mencelakai diriku...." pikir Si Muka Bangkai.Ada rasa gusar dan juga sikap curiga terhadapsang guru. Bukan sekali ini dia diperlakukanseperti itu. Dulu ketika Eyang Kunti Api hendakmemberikan ilmu Sepuluh Cakar Iblis yang juga dikenal dengan nama Sepuluh Jari Iblis, dirinyasempat dibuat leleh babak belur seolahdipanggang di atas bara api. (Baca serial BomaGendenk berjudul "ABG- Anak Baru Gendenk").

"Muka Bangkai, Batu Penyusup Batin bukanbatu sembarangan. Batu itu mempunyai rasadan perasaan seperti manusia. Dia tahu kalaukau saat ini punya satu rasa dan maksud tidakbaik...."

Si Muka Bangkai diam-diam melengak kaget.

"Bukankah dalam hatimu saat ini ada maksudkeji hendak memiliki batu sakti itu seumur-umur?"

Page 46: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Dalam hati Si Muka Bangkai membatin. "Luarbiasa, manusia satu ini bisa tahu apa yang adadi hatiku." Lalu pada sang guru si kakek berkata.

"Eyang, maafkan saya kalau kau mendugabegitu...."

"Aku bukan menduga. Tapi dalam hatimumemang ada maksud jahat itu!" bentak Kunti Api dan dua larik sinar merah menyambar dari kedua matanya.

"Maafkan saya Eyang. Saya hanya inginmengikuti apa petunjuk dan perintah Eyang,"kata Si Muka Bangkai pula.

"Bagus! Jadi jangan berani berhati culasterhadapku dan terhadap Batu Penyusup Batin. Kau bisa celaka sendiri, kalau sekarang niatbusuk di hatimu sudah hapus, kau bolehmengambil batu itu!"

Si Muka Bangkai tarik nafas panjang lebihdulu baru ulurkan tangan. Kali ini tak terjadiletusan. Tak terjadi apa-apa. Batu berwarna biru itu terasa sejuk tersentuh ujung jarinya. Cepat-cepat Si Muka Bangkai menggenggam batu saktiitu. Dengan susah payah dia lalu mencobabangkit. Ketika dia berhasil duduk di pasir danmemandang ke depan, sang guru Eyang KuntiApi tak ada lagi di hadapannya. Si Muka Bangkaitimang-timang batu sakti itu beberapa saat lalususupkan ke balik pakaian rombengnya yang

Page 47: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kotor berselemotan tanah dan pasir. Di mulutnya tersungging seringai yang sulit diketahui artinya.

--oo0dw0oo--

5.

KOPI DANGDUT

SOSOK samar itu mendekam di atas talangair bangunan toko. Pakaiannya baju dan celanaringkas hitam, di sebelah luar dilapisi sehelai mantel yang juga berwarna hitam. Di dada baju terpampang gambar gunung berwarna ? biru,dilatari gambar surya lengkap dengan garis-garis cahaya berwarna merah. Di kening terikatsecarik kain merah. Rambut hitam panjangmenjulai sampai ke bahu.

Sedari tadi sosok samar ini memperhatikanorang-orang yang lalu lalang di ujung kawasanpusat perbelanjaan Pasar Baru. Pandangannyakemudian diarahkan pada tukang cendolgerobak yang asyik membaca potongan-potongan koran bekas sambil sesekali mengorekhidung.

Sosok berpakaian serba hitam di atas atapmenyeringai.

"Mengorek hidung, melayani orang. Cendol yang dijual bisa-bisa campur tahi hidung. Ha... ha... ha." Orang berpenampilan aneh, sulitterlihat oleh mata biasa ini memandangberkeliling. Lalu pandangannya kembali

Page 48: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

ditujukan pada tukang cendol yang saat itu masih asyik membaca koran-koran bekas. "Aku punya firasat, berita yang dibaca tukang cendol itu ada sangkut paut dengan tugas dari guru.Saatnya aku menyusup." Mahluk di atas ataptoko berucap sendiri. Tangan kanannyadimasukkan ke dalam saku jubah sebelah kanandi mana tersimpan Batu Penyusup Batin. Sesaatbatu sakti itu diusapnya berulang-ulang. Sosok yang samar berubah lenyap, menjadi satudengan cahaya matahari siang. Sosok itukemudian terjun ke bawah. Seperti hembusanangin mahluk transparan aneh itu menyusupmasuk kedalam tubuh tukang cendol yangmasih asyik membaca.

Begitu sosok aneh masuk dan jadi satu dengan si tukang cendol, si abang merasakantengkuknya dingin. Rasa dingin ini terusmenjalar ke seluruh tubuh. Ada hawa anehmenggerayangi badannya. Kulitnya seolahmerinding. Dia terus membaca. Tanpa sadarkalau saat itu ada mahluk tumpangan dalamdirinya ikut membaca apa yang dibacanya.

Boma Bantu Menangkap Penodong.

Boma Tri Sumitro (sekarang dijuluki BomaGendenk), yang belum lama berselangmengalami musibah di gunung Gede bersamateman-teman para pelajar SMU Nusantara IIIlagi-lagi membuat berita. Kali ini dengan

Page 49: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

keberanian seorang anak muda dia berhasilmembantu meringkus penodong bajaj di KiamatRaya, Jakarta Pusat. Berdasarkan keterangan Boma sewaktu diwawancara, pelajar ini mengatakan....

Bacaan si tukang cendol terhenti sampai disitu karena ada seorang pembeli. Seorangperempuan muda yang tengah hamil besar.Rupanya karena panas dan haus, perempuan iningiler melihat cendol. Tukang cendol letakkanpotongan surat kabar di samping gerobak, siapmelayani si pembeli.

Entah perasaan apa yang masuk danmenguasai dirinya, si tukang cendol mendadakberperilaku aneh. Senyum-senyum memperhatikan perempuan muda hamil yangduduk menyantap cendolnya.

Selesai minum, ketika hendak membayar,tukang cendol itu berkata. "Udah, nggak usahdibayar." Tukang cendol ini tidak menyadari,seperti tidak mendengar kalau saat itu suaranyamendadak berubah. Dia bicara tapi bukansuaranya.

"Lho..,?" tentu saja perempuan hamil itumerasa heran. "Kok? Bener nih nggak usahbayar?"

"Bener," jawab tukang cendol. Lagi-lagi sambil senyum. Kali irii malah sambil kedip-kedipkan

Page 50: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

mata, membuat perempuan muda yang tadinyaheran kini jadi merasa tidak enak.

"Ganjen! jangan, jangan ini abang adamaunya," pikir perempuan hamil. Lalu cepat-cepat dia hendak tinggalkan tempat itu. Tapi entah bagaimana tahu-tahu tangan kanan tukang cendol itu mengusap pipinya.

"Eh, Abang kok jadi kurang ajar!" Perempuanhamil jadi marah. Disekanya pipinya yangbarusan diusap dengan perasaan jijik.

"Ala cuma pegang pipi aja masa' sih marah.Habis situ. cakep banget deh!"

"Jadi kamu nggak mau dibayar tapi gantinyapengen nyolek orang seenaknya! Songong!Kurang ajar!" perempuan hamil tambah marah.Suaranya yang keras membuat orang banyakyang ada di sekitar situ jadi palingkan kepala,lalu mendekat ingin tahu apa yang terjadi.

"Lagi hamil besar jangan suka marah. Nantianaknya kaya saya lho," si tukang cendolberkata, tak ketinggalan senyum dan kedipanmata yang membuat jijik perempuan hamil.

"Amit-amit punya anak kayak kamu! Jelek!Bau!" kata perempuan itu lalu tendang rodagerobak cendol yang terbuat dari ban sepeda.

Didamprat seperti itu si tukang cendolbukannya kapok malah maju mendekat lalubenar-benar kurang ajar, tangan kirinya

Page 51: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

diusapkan ke perut hamil si ibu seraya berkata.

"Orangnya dibilang jelek. Bau. Tapi cendolnyadiminum habis. Enak ya cendolnya?"

Karuan saja perempuan hamil itu jadi tambahmenggelegak amarahnya. Terlebih lagi ketika si

tukang cendol tiba-tiba membungkuk, ulurkankepala hendak mencium perutnya. Perempuanitu menjerit keras sambil meninju punggungtukang cendol.

Orang banyak berdatangan. Salah seorang diantaranya adalah suami perempuan hamil ituyang tadi rupanya pisah belanja dengan sangistri. Melihat perut istrinya dipegang-pegang malah mau dicium orang langsung dia lempar belanjaannya dan bak buk-bak buk. Tukang cendol terpaksa menerima hadiah bogemmentah suami perempuan hamil itu hinggababak belur. Urusan akhirnya sampai pada pihakberwajib. Sebelum sampai di kantor polisi,mahluk transparan yang mendekam didalamtubuh tukang cendol melesat keluar sambiltertawa-tawa tanpa suara.

Di kantor polisi anehnya tukang cendol tidakmau mengaku salah. Dia merasa tidak berbuatapa-apa. Apalagi melakukan hal-hal kurang ajar terhadap perempuan hamil itu.

"Sumpah pak, saya nggak berbuat kurang ajar sama ibu ini. Saya...." Suara tukang cendol telah

Page 52: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

berubah kembali ke suara aslinya.

Aneh, suara tukang cendol kurang ajar ini kokjadi lain?"kata perempuan hamil dalam hati yangduduk di seberang meja pemeriksaan.

Perempuan hamil dan suaminya diperbolehkan pulang. Si tukang cendol ditahan.Malam hari, setelah dicatat nama danalamatnya, diberi nasehat dan pengarahan barudilepas. Petugas menganggap dirinya kurangwaras. Bagaimana mau inemproses orang sakitingatan. Jadi lebih baik dilepas saja.

Siflrig itu, hanya beberapa saat setelahtukang cendol diamankan dan dibawa ke kantorpolisi, seoraflg lelaki yang masih berdiri di dekatgerobak cendol melihat potongan surat kabaryang tadi ada di samping gerobak tiba-tiba bergerak, melayang di udara.

"Eh... eh...!" saking heran dan kagetnya orangitu hanya bisa berseru eh-eh sambil menunjuk-nunjuk. Beberapa orang yang memperhatikantapi tidak melihat potongan surat kabar yangmelayang di udara jadi geleng-geleng kepala. Salah seorang di antara mereka berkata. "Tadi tukang cendol, sekarang ada lagi orang geblekminta digebukin."

Sementara itu di atas atap toko, sosok samarbermantel hitam membuka lipatan potongansuratkabar yang diambilnya dari gerobak tukang

Page 53: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

cendol. Melanjutkan membaca berita yang tadi sempat dibacanya lewat tukang cendol.

Belum habis bacaannya tiba-tiba dia mendengar orang menyanyi diiringi suarakerirfingan. Orang di atas atap angkatkepalanya, memandang berkeliling. Disana, dibawah jembatan penyeberangan, dekat deretanpenjual buah dia melihat orang berkerumunmembentuk lingkaran. Ingin tahu apa yangterjadi mahluk bermantel hitam ini segeramelesat turun lalu ikut berkerubung di antaraorang banyk.

Di tengah lingkaran orang ramai, seorangkakek berpakaian kumal, asyik menyanyi sambil menari. Di tangan kirinya ada sebuahkerincingan sedang di tangan kanan diamemegang satu tongkat yang dipukulkan kegendang kecil yang tergantung di pinggangsebelah depan. Di atas kepala ada payungterbuka. Apapun gerakan yang dibuat kakek inidalam menari, payung itu tidak jatuh-jatuh. Yang lucu dipandang adalah muka dan mimik sikakek. Pipinya keriput kempot. Hidung pesek,mata belok. Gigi tonggos berat hingga bibir atasdan bibir bawah jarang saling ketemu. Kelucuanlainnya ialah kakek ini memakai celana agakgombrong kedodoran hingga sebagian pantatnyasebelah atas kelihatan tersingkap hitam.

Seorang kakek mengamen sambil menari dan

Page 54: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

sekaligus melakukan akrobat jarang kejadian.

Karenanya banyak orang yang lalu lalangmenyempatkan diri, berhenti sekedar melihat.Apa lagi si kakek lincah sekali melantunkan lagiKopi Dangdut walau lidahnya agak pelomenyebut huruf er.

Kala kupandang kelip bintang jauh di sanaSayup teldengal melodi cinta yang menggemaTelasa kembali gelola jiwa mudaku Kalenatelsentuh alunan lagu semeldu kopi dangdut

Na... na... na Ni... ni... ni

Api asmala yang dahulu pelnah membalaSemakin hangat bagai ciuman yang peltama

Detak jantungku seakan ikut Hama

Aku tellena oleh pesona alunan kopi dangdut

Na... na... na

Ni... ni... ni

Ilama kopi dangdut yang celia

Menyengat hati menjadi gailah

Membuat aku lupa akan cintaku yang telah

lalu

Na... na... na Ni... ni... ni

Api asmala yang dahulu pelnah membalaSemakin hangat bagai ciuman yang peltamaDetak jantungku seakan ikut ilama Aku tellena

Page 55: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

oleh pesona alunan kopi dangdut

Orang banyak tertawa bergelak. Seorang anakmuda berteriak.

"Kek, apa bener bisa ciuman? Paling-paling kepentok gigi duluan!"

Orang ramai tertawa riuh. Si pengamen mencibir sambil goyangkan pantatnya.

Sehabis bernyanyi dan menari si kakek lalu . mendatangi orang-orang yang berkerumun,Gendangnya dibalik.

"Seikhlasnya, Bos, Pak, Bu, Oom, Tante, anakmuda...."

Banyak yang memberi uang, dimasukkan kedalam gendang. Tapi banyak pula yang mundurmenjauh lalu pergi. Ketika dia sampai di hadapan sosok bermantel hitam, mahluktransparan ini jadi tersentak kaget.

"Kakek pengamen ini bukan manusia biasa.Dia mampu melihat diriku.... Jangan-jangan." Orang bermantel gelengkan kepala. "Seikhlasnyaanak muda, seikhlasnya...." kata kakek pengamen.

Seorang anak lelaki berteriak. "Kek, kakekminta duit sama siapa? Kok ngomong samatempat kosong?!"

"Seikhlasnya anak muda. Seikhlasnya...." si

Page 56: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kakek berucap kembali pada si mantel hitam.

Yang dimintai uang tetap gelengkan kepala.Lalu dengan perasaan tidak enak dia melangkahmundur. Si kakek buru-buru mengusap pinggangmantelnya dan berkata. "Terima kasih anakmuda, terima kasih...."

Si kakek balikkan badan. Sambilmenggoyang-goyang kerincingan dan bernyanyina. na... na... ni... ni... ni dia melangkah pergi hingga akhirnya lenyap di balik seng sebuahgedung yang tengah dibangun. Orang yang tadiramai berkerumun telah lama pergi. Sosokbermantel tegak termangu di bawah jembatanpertokoan. Kemudian dia menyadari bagaimanamata orang-orang yang lalu lalang memperhatikan dengan pandangan aneh kearahnya.

"Orang-orang itu melihat diriku. Melihattubuhku secara nyata.... Ada yang tidak beres!" Dia susupkan tangan kanan ke satu mantel.

Darahnya berdesir. Mukanya mengelam,rahang menggembung. Batu Penyusup Batin yang dibawa dan disimpannya di dalam sakumantel lenyap! "Celaka! bagaimana bisa lenyap!"Dia memeriksa semua saku, memeriksa setiapsudut dan lipatan pakaian. Benda yang dicari tetap tidak ditemukan. "Kurang ajar! Jangan-jangan...." Dia ingat bagaimana tangan kakek pengamen tadi mengusap pinggang mantelnya.

Page 57: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Orang tua itu! Jahanam betul! Pasti dia yangmencuri batu sakti." Matanya memandang kearah lenyapnya si pengamen. Cepat diamengejar. Orang banyak menghindar memberijalan dengan pandangan heran. Dia tidak perduli. Setengah berlari dia mengejar kearahujung pagar seng gedung yang sedang dibangun.Namun dia tidak menemukan orang yang dicari.Jalan di balik pagar seng itu hanya dipenuhi olehmobil-mobil parkir. Kakek pengamen tidakkelihatan sama sekali.

Beberapa orang petugas Kamtib yang sejaktadi memperhatikan gerak gerik orangberpakaian aneh ini salah seorang diantaranyaberkata pda teman-temannya.

"Siang bolong kok pakai mantel. Rambutgondrong, kepala diikat kain merah." petugas inilalu mengajak teman-temannya mendatangi orang itu.

Melihat gelagat yang tidak baik orangbermantel cepat menyelinap ke balik pagarseng. Ketika dua orang petugas Kamtib sampaidi tempat itu, orang bermantel tela,h menghilangdi antara alat-alat besar bangunan gedung.

--oo0dw0oo--

Page 58: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

6

HARI PERTAMA SEKOLAH

HARI pertama masuk sekolah suasana ramaidan hangat. Seperti biasa para pelajarberebutan mencari dan memilih bangku ma-ma-masing. karenanya banyak di antara merekasengaja datang sepagi mungkin agar bisamendapatkan tempat duduk atau bangku yangsip.

Di Kelas II-9 seperti waktu di Kelas I Bomaduduk di baris kanan, ujung belakang. Disebelahnya Firman. Trini yang datang agakkesiangan berusaha mendapatkan tempatduduk di dekat bangku Boma. Namun sejak pagiRonny dan kelompoknya sudah lebih dulumenduduki semua bangku sekitar Boma. Ronnydi sebelah depan bangku Boma bersama Andi.Di baris samping kiri duduk Rio bersama Vino.

Yang membuat kesal Trini, di depan bangkuVino dan Rio duduk seorang anak perempuan,murid baru, pindahan dari Semarang. Wajahcakep, kulit hitam manis. Rambut sepinggang,bodi padat sintal. Namanya Sulastri. Trinimendekati anak ini lalu membujuk agar mautukar tempat dengan bangkunya di barisan kedua sebelah depan. Tapi Sulastri menolak.Caranya menolak tidak dengan membuka mulutmenjawab melainkan dengan menggelengkan

Page 59: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kepala berulang-ulang.

"Eh, kamu anak baru jangan belagu yauiv,"gertak Trini sambil pelototkan mata.

Sulastri tidak menyahuti. Seperti tadi diahanya gelengkan kepala. Cuma sekali ini mulutnya yang berbibir tebal bagusdimonyongkan sedikit. Vino dan Rio tertawa gelimelihat kelakuan anak baru ini. yang membuatTrini tambah gondok Sulastri kelihatan ngobrolakrab dengan Boma dan teman-teman. Mau tak mau Trini jadi panas dan cemburu.

Ketika Trini kembali ke bangkunya di barisandepan Sulastri berkata. Suranya medok, khasJawa Tengah. "Pasti di antara kalian ada yangditaksir sama cewek tadi. Masa' ngotot mau duduk di sini kalau nggak ada apa-apanya."

Mata Sulastri yang bulat besar memandangi Boma dan kawan-kawan satu persatu.

"Menurut kamu siapa dari kita-kita yang ditaksir sama dia?" tanya Vino.

Mata bulat Sulastri kembali menatapi wajahenam cowok di sekitarnya. "Dia, pasti dia yangditaksir," kata Sulastri sambil menunjuk denganibu jari tangan kanannya ke arah Boma.

"Hebat! Bukan cuma mata yang tajem,perasaannya juga tajem. Buktinya bisa nebak!"kata Ronny.

Page 60: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kalau kamu naksir nggak sama dia?" tanyaVino ajukan pertanyaan konyol.

Sulastri runcingkan bibir tebalnya. Lalumenggeleng.

"Kok nggak naksir sama cowok begini kece?"Andi yang bertanya.

"Aku nggak suka sama cowok jangkung,"jawab Sulastri.

"Kenapa?' tanya Ronny.

"Takut medel!"

Gelak tawa memenuhi sudut kelas.

"Di antara kita-kita ada nggak yang kamutaksir?" Vino bertanya sambil kedipkan matanya pada Boma.

"Hemm...." Mata bulat Sulastri memandangberputar. Dia mengerling sekilas ke arah Vinolalu berkata. "Aii ah! Gelap!"

Kembali Boma dan kawan-kawannya tertawa riuh.

"Hebat," puji Ronny. "Anak Semarang udahtau istilah Prokem anak Jakarta."

"Sulastri, bol" kata Sulastri sambil runcingkanmulut dan busungkan dada lalu senyum-senyum membuat anak-anak itu jadi tambah suka samacewek baru ini.

Page 61: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Jadi di antara kita nggak ada yang ditaksir,nih?" ujar Vino.

Didesak begitu Sulastri tidak kehabisan jawab. "Gimana kalau kuaammuu saja."

"Mati gua!" kata Vino sambil tekap kepalanya.

"Rasain lu Vin!" kata Ronny. Kembali sudutkelas riuh oleh gelak tawa Boma dan kawan-kawannya.

Trini kembali ke bangkunya tapi tidaklangsung duduk. Dengan muka asem dia memandang ke sudut kelas di mana Boma dankawan-kawan duduk tidak habis-habisnya tertawa.

Saat itu masih ada satu lagi kekesalan Trini.Entah bagaimana Gita Parwati yang tidakdisukainya itu duduk tepat di belakangnya.Padahal waktu di kelas satu dia dan Gita duduk berjauhan. Trini merasa diawasi dan dicibiri daribelakang oleh si gendut ini.

"Kayaknya si gendut ini sengaja mau nyarigara-gara. Nanti gua kerjain lu," gerendeng Trinidalam hati.

Allan, yang juga anak baru di SMU NusantaraIII satu kelas dengan Boma dan teman-temannya. Bangkunya baris paling kiri, keduadari depan. Sesekali anak ini melirik ke arahGita. Kalau kebetulan bertemu pandang Gita

Page 62: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

melemparkan senyum.

"Eh, lu liatin Si Allan," bisik Vino pada Rio."Baru hari pertama penyakit asma-nya sudah kambuh. Bentar-bentar ngelirik Gita."

Mendengar ucapan Vino, Sulastri anak baruberkata.

"Pasti yang icu sama yang icu punyahubungan icu-icu."

Rio dan Vino senyum-senyum.

"Wah, mata temen kita ini bener-bener tajem,"kata Rio.

"Kamu punya icu-icu nggak di Semarang?"tanya Vino.

Sulastri mencibir. Lalu seperti tadi dia geleng-geleng kepala.

"Kalau gitu kamu mau dong jadi icu-icunya Vino?" tanya Rio enak saja. Vino langsungmenyikut iga temannya itu. Sulastri mencibir.Senyum-senyum. Laki geleng-geleng kepala.

Vino berbisik ke telinga Rio. "Ni anakkebanyakan ngegelengnya. Tapi gua yakin kalaudicipok pasti kepalanya dipanteng diem...."

Vino dan Rio sama-sama tertawa.

"Situ berdua ketawain aku, ya," ujar Sulastri.

"Nggak, kami ngetawain icu-icu," jawab Vino.

Page 63: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Sulastri tertawa lepas tapi sadar lalu cepat-cepat menutupkan tangannya di atas mulut. Laludia menunjuk dengan ibu jarinya ke arah Boma."Yang itu namanya Boma ya?"

Rio mengangguk.

"Boma. Lucu ya namanya.... Boma singkatan Bom Atom?" ujar Sulastri.

Boma cuma senyum. Sebaliknya Vinobertanya. "Lastri, kamu mau nggak di Bom Atomsama Boma?"

"Walah, ya tambah medel aku! Wong akutakut sama cowok jangkung kok!" jawab Sulastri.

Boma dan kawan-kawannya tertawa cekikikan. Jawaban Sulastri bukan cuma polos tapi aksen logatnya kedengaran lucu.

Gita bangkit dari bangkunya. Dia melangkahke belakang kelas. "Ada apa sih dari tadi. Ributbanget. Boleh ikutan nimbrung nggak?"

"Gita, kenalin dulu dong. Temen baru dari Semarang. Namanya Sulastri," kata Ronny.

"Hallo teman," sapa Gita.

"Hallo juga," jawab Sulastri. Dua anakperempuan itu saling bersalaman. "Gita,makannya apa sih?" Sulastri tiba-tiba bertanya.

"Emangnya kenapa?" tanya Gita Parwati yangsudah menduga kalau dirinya bakal dijadikan

Page 64: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

bahan jahilan.

"Kok badannya subur banget," jawab Sulastri."Aku jadi kepingin iri."

Gita Parwati tertawa lebar.

"Gita, boleh tanya lagi nggak?" ujar Sulastri.Matanya yang bulat memandang nakal ke dadaGita Parwati yang gembrot.

"Nanya apa?" Gita Parwati tahu kalau dia mau dijahilin lagi.

"Bvha kamu nomor berapa sih?"

"Eh, gila 'lu!" kata Gita Parwati setengahterpekik karena tidak menyangka Sulastri akanbertanya sejahil itu. Anak perempuan gemuk inikelihatan mau marah, tapi tidak jadi. Malahtertawa cekikikan.

"Sableng juga kamu Lastri," kata Vino.

"Segala perabotan orang ditanyain."

Tangan Gita Parwati meluncur mencubit pipiSulastri.

"Kamu antik deh," ucap cewek gendut ini."Mulain hari ini aku kasih julukan mau nggak?""Asal julukannya bagus aja."

"Si Centil. Julukan kamu Si Centil," kata GitaParwati pula.

Sulastri terdiam. Anak-anak yang lain sudah

Page 65: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

pada tertawa. Sulastri akhirnya ikutan tertawalalu manggut-manggut. "Julukannya nggak jelekkok. Aku nrimo aja."

"Tapi ada syaratnya lho. Biar julukannya afdol'kata Gita.

"Syarat apa?" tanya Sulastri. "Traktir di warungbaksonya Mang Asep." "Setuju!" kata Rio danAndi berbarengan. Sulastri bengong. Gita peganglengan Sulastri. Anak baru ini lalu direndengkeluar kelas. Boma dan kawan-kawannya mengikuti sambil tertawa-tawa. Sambil merendeng Sulastri Gita memberi isyarat padaAllan. Melihat isyarat Gita, Allan langsungbergabung.

Ketika melewati Trini, anak perempuan initiba-tiba pegang tangan Boma. "Bom, aku maungomong." "Rin, ayo ikutan. Kita ngomong diwarung Mang Asep. Cewek baru itu mau traktir,"ajak Boma

Uh.... Nggak usah deh. Nanti aja ngomong-nya, jawab Trini sambil pasang wajah cemberut i! m^buan8 muka- memandang ke arah Su-lastn Baru neraktir delapan orang -aja kayak

--oo0dw0oo--

7

BAKU HANTAM DI WARUNG BAKSO MANG

Page 66: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

ASEP

KETIKA Boma dan kawan-kawan sampai di warung bakso Mang Asep, tempat itu sudahdipenuhi oleh anak-anak kelas lain. Di antara mereka terdapat Jumhadi alias Si Bodong danAnton dari Kelas II-6. Jumhadi membuang mukabegitu melihat rombongan Boma lalu membisikkan sesuatu pada Anton. Dua anak iniseperti menghindar, pindah ke pintu belakangwarung. Tapi Ronny sudah sempat melihatAnton. "Ron, kau mau kemana?" tanya Bomaketika melihat Ronny Celepuk memisahkan diri,ber-balik melangkah ke pintu keluar warung. Boma sudah punya firasat apa yang mau dibuattemannya ini.

"Tenang aja Bom," jawab Ronny. "Kamu samateman-teman terus aja ngebakso. Aku mau beresin urusan sama Si Anton. Dicari-cari baru sekarang nongol."

"Ron, sabar dikit. Baru juga masuk sekolah. Yang udah lupain aja," kata Boma membujuk.

"Enak aja kamu Bom. Kita dilemparin telorbusuk. Dibikin malu di depan orang banyak.Kamu sama Firman dipukulin orang. Udah gitudia belagak bodoh, kayak yang nggak punyasalah. Nyuruh orang. Pengecut!"

Boma masih berusaha menahan Ronny. TapiRonny agaknya sudah tak bisa dibujuk. Anak ini

Page 67: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

melangkah ke pintu keluar warung. Bomamerasa heran. Anton dan Jumhadi berada dipintu belakang warung, mengapa Ronny bukanlangsung saja mendatangi tapi malah keluarwarung.

"Ron, 'tu anak ada dekat pintu belakangwarung. Kok kamu malah jalan ke pintu keluar?"tanya Boma.

"Taktik Bom. Taktik. Liat aja..." Ronny keluardari warung, mengambil jalan berputar. Bomamelirik ke pintu belakang.

Dilihatnya Si Bodong dan Anton tergesa-gesa meletakkan mangkok kosong di meja dapur lalucepat-cepat keluar dari pintu belakang. Bomabaru mengerti apa maksud taktik Ronny. Kalaudidatangi dari depan Si Bodong dan Anton pastimenghindar atau kabur lewat pintu belakang.Tapi sebelum sempat keluar, sosok Ronny Celepuk sudah menghadang di pintu hingga duaanak itu tak mungkin meneruskan langkah.

Si Bodong jadi pucat. Tak berani bergerak takberani bersuara. Anton yang lebih tegap tapikalah pendek dari Ronny usap kuduknya yangtertutup rambut gondrong.

"Eh, apa-apaan lu Ron ngalangin jalan gua?"Anton meradang.

"Lu yang apa-apaan!" bentak Ronny.

Mukanya berubah kelam, angker. "Ngapain lu

Page 68: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

nyuruh Si Bodong ngelemparin aku sama Bomapake telor busuk?!"

"Ngelemparin? Ngacok aja lu! Siapa yangnyuruh!" tangkis Anton.

"Itu, monyetnya masih hidup. Si Bodong udahngaku!"

"Lu kroyok terang aja dia ketakutan. Siapajuga kalau digebukin bakal ngaku yang nggak-nggak!"

"Jadi lu nggak ngaku nyuruh Si Bodongngelemparin telor busuk?!"

"Mau lu apa sih. Jangan sok! Kalau mau selamat minggir aja!"

"Oo begitu," Ronny menyeringai. Dia memba-' likkan badan, seolah mau menghindar pergi darihadapan Anton. Tapi tiba-tiba tidak terduga setengah jalan sosok Ronny Celepuk berbalikkembali dan tinju kanannya melayang ke depan,mendarat tepat di dagu Anton. Anton hanyasempat keluarkan keluhan pendek. Tubuhnyatersandar ke pintu warung lalu merosot ambruk.K.O. alias pingsan.

Beberapa orang anak Kelas II-6 teman-teman Anton begitu melihat teman mereka terkaparserta merta menyerbu ke belakang. Boma daniteman-teman tidak tinggal diam. Mereka cepaBbergerak. Tapi lebih cepat dari itu, tidakdisangka-sangka Allan yang selama ini kelihatan

Page 69: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

rada-rada bloon sudah lebih dulu melompatmenghadang enam orang anak Kelas II-6 yang mau mengeroyok Ronny.

"Jangan main keroyok! Anton sama Ronnyberantem satu lawan satu!" Allan berdiri dengandua kaki merenggang. Mukanya yang jerawatankelihatan merah angker. Dua tangan di sisi dengan jari-jari ditekuk.

Boma, Ronny dan teman-temannya yang lain terkesiap. Tidak mengira Allan punya keberanianseperti itu serta punya sifat membela temanyang begitu hebat.

Isman, salah seorang anak Kelas II-6 teman Anton tidak pandang sebelah mata. Anak inimenerjang sambil menendang ke arah Allan.agaknya Isman menguasai salah satu ilmu beladiri. Mungkin taekwondo. Karena tendangannyatinggi keras dan lurus membeset ke arah kepalaAllan. Kalau sampai tendangannya itu mengenaisasaran, Allan pasti luka parah, bisa-bisa sema-put.

Diserang orang, Allan menghadapi tenangsekali. Dia hanya menggeser kaki kiri sedikit.Kepala dimiringkan ke kiri. Tangan kiri mencekalbetis lalu tangan kanan kirimkan tiga kali jotosankilat ke paha Isman. Anak kelas II-6 itu menjeritkesakitan. Allan dorong kuat-kuat kaki yang dipegangnya hingga lawan hampir jatuhterjengkang di tanah kalau tidak cepat ditahan

Page 70: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

teman-temannya.

Halaman belakang warung jadi ramai. Mang .Asep muncul tapi bingung sendiri tak tahu mau Iberbuat apa. Gita menyeruak di antara kerumun-1 an para pelajar, memegang lengan Allan terusmenarik anak ini. Anak-anak Kelas II-6 menolong Anton yang saat itu sudah setengah siuman.Lalu membawa Anton ke dekat pagar sampingsekolah. Yang lain lain memapah Isman yangtepin-cang-pincang kesakitan.

"Gile, gue nggak nyangka Si Allan punyai maenan juga," kata Vino pada Boma.

Ronny melangkah disamping Allan sambiltepuk-tepuk bahu anak itu.

Trini muncul dari samping kelas. Dialtunjukkan wajah sebal melihat Gita dan AllanJTanpa menegur Ronny, Vino, Andi, Firman daniRio yang dipapasinya anak perempuan ini menemui Boma, memegang lengan Boma,berusaha menarik anak laki-laki ini ke dekat bangki batu di pinggir lapangan basket.

"Ada apaan sih Bom. Kok pada main gebuisama-sama satu sekolah? Tawuran sama satuse kolah! Kalau pada jago sana tawuran sama seko lah lain."

"Rin, jangan ngomel sama aku. Semua pastada sebabnya," jawab Boma.

"Aku sudah tahu. Pasti gara-gara kamu sam

Page 71: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Ronny dilemparin telor busuk waktu main bedulu."

"Itu baru sebagian..."

"Maksud kamu?" tanya Trini.

"Kamu tau nggak. Dua hari lalu waktu aku keGramedia sama Firman, ada dua orang suruhanngegebukin aku..."

"Apa?" Trini terkejut. Dia hendak bertanya lagi.Tapi saat itu dilihatnya Dwita berdiri di depanpintu kias II-3, memandang ke arah mereka.Trini buru-buru menarik tangan Boma meninggalkan tempat itu. Boma hentikanlangkahnya. Di depan sana dilihatnya seorangPegawai Tata usaha Sekolah mendatangi Ronnydan Allan.

"Bom, kita pulang aja. Hari ini juga belum adapelajaran," ajak Trini. Boma menggeleng.

"Aku mau kumpul sama teman-teman dulu,Rin."

Trini kelihatan agak kesal. "Terserah kamu.Kalau mau berantem lagi silahkan aja!" Anakperempuan ini lalu masuk ke dalam kelas.Maksudnya mau mengambil tasnya lalu pergi.Tapi dia terkejut ketika mendapatkan tasnyatidak ada lagi di bangku. Dicari-cari sekitar situ tetap tidak bertemu. Ditanyakan pada teman-temannya yang kebetulan ada dalam kelas,mereka semua menjawab tidak tahu. Trini ingin

Page 72: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

marah, tapi tidak tahu mau marah sama siapa.

Trini keluar dari kelas. Saat itulah dia melihat tas miliknya tergeletak di pinggir taman yangmemisahkan dua bangunan sekolah. Sebagiandari tas itu terapung di atas got.

Anak perempuan ini memaki sendiri dalamhati. "Pasti ada yang sengaja nyemplungin tas inike got." Trini mengambil tasnya yang basah, memandang berkeliling. Menduga-duga siapayang berlaku jahat membuang tasnya ke dalamgot. Marah dan kejengkelan Trini semakinmenjadi-jadi ketika dia melangkah ke kamarmandi sekolah untuk mencuci tasnya yang kotor,kena air got, di ujung taman sana dilihatnya Dwita sudah berkumpul dengan Boma, Ronnydan yang lain-lainnya. Hanya ada satu cewek lainbersama mereka. Gita Parwati. Dimana Sulastri,anak baru itu?

Entah siapa yang melapor, peristiwa bakuhantam di belakang warung Mang Asep itusampai pada Kepala Sekolah. Empat anak yanglangsung terlibat Ronny, Allan, Anton dan Ismandipanggil ke Kantor. Mereka diberi peringatankeras. Diancam akan dikeluarkan dari sekolahjika kejadian seperti itu terulang kembali,keempat anak itu disuruh saling bersalaman.

Tadinya Ronny hendak menerangkan sebabmusabab terjadinya perkelahian itu. Tapi setelahdipikir dia merasa tidak ada gunanya. Satu hal

Page 73: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dia yakin, persoalan ini tidak akan selesaisampai di situ. Peristiwa Boma menghajar duaorang di toilet toko buku Gramedia pasti akan ada buntutnya. Berat dugaannya bahwa Antonjuga punya peranan di balik kejadian itu. Dandirinya sendiri jelas akan terlibat karena duaorang tak dikenal itu sebenarnya mencaridirinya.

Sewaktu keluar dari kantor kepala sekolahRonny dan Allan malah sempat mendengarAnton berkata pada Isman.

"Gue abisin! Pokoknya nggak ada cerita. Mustigue abisin!"

--oo0dw0oo--

8

TRIPPING

SEJAK tadi Gita memperhatikan Allan. Anaklelaki itu sebentar-sebentar kelihatan memegangi kepala. Sapu tangannya sudahbasah dipergunakan untuk menyeka muka,tengkuk dan kedua lengan. Begitu bel istirahatberdentang dan guru Matematika keluar darikelas Gita langsung mendatangi Allan. "Lan,kamu sakit?' tanya Gita. "Nggak, cuman kurangtidur. Sedikit pusing." "Muka kamu kok pucat?" Gita memegang lengan anak lelaki itu. "Ih,keringatmu dingin amat."

"Iya tu Git, dari tadi dia nyekain keringat

Page 74: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

terus." Kawan sebangku Allan berkata lalu keluardari kelas.

"Kamu pulang aja Lan. Aku anterin sampaidepan. Naik bajaj."

"Nggak usah, nanti juga sembuh," jawab Allan.

Ronny, Boma dan yang lain-lainnya mendatangi Allan. Mereka juga menyuruh agarAllan pulang saja.

"Nanti aku yang lapor sama Wali Kelas," kataAndi.

Allan menggeleng. Dia coba berdiri. Tapi agaksempoyongan. Anak ini berusaha menarik nafas panjang.

"Lan, kalau sakit jangan dipaksa. Pulang aja."Kata Boma.

Allan duduk kembali. Menyeka dua lengannyadengan sapu tangan yang sudah basah. Gita mengambil sapu tangan bersih dari dalam tas,lalu diberikan pada Allan.

"Kamu benaran nggak mau pulang?"

Allan diam. Seolah dia tengah berpikir untukmengambil keputusan. Ketika lonceng masukberdentang anak itu akhirnya berdiri.

"Baiknya aku memang pulang aja," katanya.

"Buruan, sebelum guru Biologi masuk," kata

Page 75: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Gita. "Ayo aku anterin."

"Nggak usah Git. Aku masih kuat jalan sendiri.Teman-teman, aku pulang. Di, tolong bi-langin Wali Kelas."

"Beres, nanti aku lapor. Hati-hati Lan," kata Andi.

Allan mengambil tasnya. "Aku kawatir," kataGita. Dia memandang pada Boma.

Saat itu guru Biologi sudah keluar dari Kantor

Sekolah, tengah berjalan menuju Kelas II-9.

"Vin," kata Boma pada Vino. "Cepetan kamususul Si Allan. Anterin sampai dia naik bajaj."

Vino segera keluar. Setengah berlari diamenyusul Allan. Tapi sampai di lapangan basketAllan sama sekali tidak kelihatan. Padahal kalauanak itu pulang oasti melewati lapangan itu. Vinoberhenti, diam bersender di dinding bangunansekolah. Memandang ke arah pintu gerbang.

"Heran, cepet banget ngilangnya 'tu anak.Kalau beneran lagi sakit nggak mungkin jalannya bisa cepet. Mungkin dia cuma pura-pura sakit. Tapi nggak mungkin. Dia keringatan gitu kok.Mukanya pucat..."

Tidak puas Vino pergi menemui penjaga pintugerbang sekolah, tapi nggak ada yang keluar.Memangnya ada apa?"

Page 76: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Nggak, nggak ada apa-apa," jawab Vino lalu kembali ke arah sekolah. Di lapangan basket dia berhenti. Memandang berkeliling. Di ujunglapangan basket ada sederet pohon besar. Dibelakang deretan pohon ini ada satu bangunantua yang dipergunakan sekolah sebagai gudang.Para pelajar jarang berada di sekitar tempat inikarena tempatnya selain kotor tidak terurus jugakabarnya pernah ada ular. Tetapi tidak semuapelajar takut berada di tempat itu. Kalau diantara mereka ada yang berani berada di sekitarbangunan tua itu pasti ada apa-apanya.

Vino ingat kisah Ronny dan Sarah. Waktu itu masih sama-sama di Kelas I. Ronny Kelas 1-4 Sarah Kelas 1-2. Waktu itu hari Sabtu, hariterakhir sekolah sebelum liburan panjang.Karena terdesak ingin kencing sekali Vinoterpaksa membuang hajat di balik deretai pohonbesar di ujung lapangan basket. Selain sudahjauh "sore, sekolah sudah sepi dan hari agakgerimis pula, Vino merasa tidak ada yang akanmelihat dia kencing di balik pohon itu. Diamemang tidak dilihat orang tetapi sebaliknyatidak terduga dia justru melihat orang.

Rasa kepingin kencing anak lelaki itulangsung terhenti mandek ketika dilihatnyaRonny dan Sarah saling berpeluk dan berciumandi balik bangunan gudang.

"Brengsek Si Ronny," kata Vino dalam hati.

Page 77: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kesambet setan gudang baru nyahok!" Anak ini cepat-cepat pergi dari tempat itu.

Waktu menjagai Boma di Rumah Sakit PMIBogor (baca serial Boma Gendeng berjudul"Suka Suka Cinta") Vino pernah mengatakanpada Ronny bahwa ada anak yang melihatRonny ciuman dengan Sarah di gudang. Vinotidak mengatakan bahwa dia sendiri yangmenyaksikan kejadian itu. Mula-mula Ronnyhendak menyangkal. Tapi kemudian dia malahbilang. "Kalau cuma ciuman nggak bakalketularan AIDS Vin. Percaya gue!"

Ronny lalu tertawa cekikikan.

DI UJUNG lapangan basket Vino hentikanlangkah. Dia merasa bimbang, apa terusmenyelidik ke arah pepohonan atau kembalisaja ke kelas. Akhirnya dia memutuskanmelangkah ke arah deretan pohon-pohon. Belumlima langkah bergerak, Vino berhenti. Dadanyaberdebar. Matanya tak berkesip memandang kedepan. Di antara celah dua pohon dia melihatpunggung mengenakan kemeja putih seragamsekolah. Vino miringkan kepalanya sedikit. Diabisa melihat jelas kini. Yang dilihatnya di balikbangunan gudang tua itu memang Allan.

Saat itu Allan tengah berdiri di samping gudang. Tangan kiri bersitekan ke dindingbangunan. Bahu dan dadanya kelihatan turunnaik. Kepala mendongak ke atas seperti sedang

Page 78: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

melihat sesuatu di atas sana. Lalu kepala itudigoyang-goyangkan beberapa kali.

"Lan, kamu lagi ngapain?" ujar Vino dalam hati. Matanya terus memperhatikan.

Allan kemudian kelihatan membungkuk.Mengambil sesuatu dari dalam tas sekolahnya.Vino tidak dapat melihat benda apa yang diambilAllan. Yang jelas benda yang diambil itukemudian dimasukkan ke dalam mulut. Lalu daridalam tas Allan mengeluarkan Aqua gelasplastik.

Merobek pinggiran gelas, meneguk habisseluruh isinya.

Bahu dan dadanya masih bergoyang. Allanbersandar ke dinding gudang. Kepala digoyang-goyang. Mulut mendesah tiada henti. Laluperlahan-lahan tubuh anak itu meluncur ke bawah. Sepasang kakinya melejang-lejang. Goyangan kepalanya semakin keras/'Gila! Yaampun. Si Allan ngepritl" kata Vino. Timbul rasatakut. Dia memutar tubuh, tinggalkan tempat itudengan tengkuk terasa dingin. Tapi setengahjalan dia bingung sendiri. Apakah dia kembali kekelas atau ke mana? Seandainya dia masukkelas bagaimana kalau guru Biologi bertanya diadari mana. Apa jawabnya. Dia tidak mungkin,tidak akan mau menceritakan apa yangdilihatnya pada guru kelas. Lalu bagaimanasebaiknya? kembali ke tempat Allan tripping?

Page 79: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Dia ngeri. Sampai berapa lama Allan akanberada dalam keadaan seperti itu?

"Ah, Si Allan itu bikin perkara aja!"

Vino akhirnya pergi ke warung bakso MangAsep. Untungnya Mang Asep menutupwarungnya lebih siang karena ada urusan. Vinoterduduk di bangku, mengusap rambut berulangkali. Kepalanya diletakkan di atas dua lenganyang disilangkan. Vino tidak tahu entah berapalama dia berada di warung itu. Baru sadar dankaget ketika lonceng sekolah berdentang.

Vino tidak segera kembali ke Kelas II-9. Dia berdiri dulu di sudut luar kelas. Menunggu sam- j pai guru Biologi keluar baru dia melangkahmenuju kelas. Itupun tidak masuk. Dari luaranak ini melambaikan tangannya, memberitanda pada Boma, Ronny dan yang lain-lainnya. Melihat Vino muncul sambil melambaikantangan, anak-anak itu segera bergegas keluarkelas.

"Kamu disuruh ngantar Allan malah ikutanngilang!" ujar Ronny.

"Vin, kamu nganterin Allan sampai kelrumahnya?" tanya Gita yang tiba-tiba muncul.

"Aa... Iyya.... Sampe rumahnya," jawab Vino. "Duh, perut gue mules. Tunggu, aku ke wc dulu,"kata Vino sambil pegangi perutnya. Tanpa dilihatGita Vino kedipkan matanya pada Boma. Boma

Page 80: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

segera mengikuti Vino ke wc. Ronnymemperhatikan. Lalu menyusul. Andi, Rio danFirman segera pula angkat kaki mengikuti.

"Heran, masa sih semuanya pada mules,"kata Gita Parwati yang ditinggal sendirian.

Begitu berada di dekat wc, belum ditanya Vinosudah berkata.

"Malapetaka Bom, malapetaka."

"Kenapa lu Vin," tanya Boma.

"Apa yang kamu duga bener. Teman baru kita itu...."

"Siapa? Si Allan?" tanya Boma.

"Kenapa dia? Di mana dia sekarang? Betulkamu anterin sampe rumah?" tanya Andi.

"Aku... aku ngeliat dia. Lagi tripping di dekatgudang sekolah."

"Tripping di sekolahan? Apa gue bilang! Gueudah nyangka ada yang nggak bener samacowoknya Si Gita itu. Tapi kalau sampai ngepritdi sekolahan sih keliwatan banget. Gila 'tu anak!"Boma menowel hidungnya.

"Katanya sakit. Kok malah ngeprit!" Andimengomel tapi setengah tidak percaya. "Kalau ketauan pasti dikeluarin!" kata Ronny.

"Si Allan... kenapa sih lu dikasih nama begitu.

Page 81: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Si Allan jadi Sialan!" ucap Rio.

"Di mana 'tu anak sekarang?" tanya Ronny.

"Aku rasa masih di gudang," jawab Vino.

"Ayo kita samperin ke sana. Paling nggak diajangan sampai ketauan orang lain," kata Boma.

"Kita nggak masuk kelas?" tanya Vino.

"Pelajaran apa sekarang?" ujar Rio.

"Bahasa Inggris. Ibu Renata nggak ada.Kabarnya udah berapa hari sakit. Kelas kosong.Nggak tau kalau ada guru pengganti," rnenjelas-kan Firman.

"Kita ke gudang aja!" kata Boma.

Enam anak kelas II-9 itu, Vino di depan sekalibergegas menuju bangunan gudang tua. Sampaidi sana keadaannya sepi-sepi saja.

"Mana Si Allannya?" tanya Boma pada Vino.

"Tadi... tadi dia berdiri di situ, lalu duduk...."Vino menunjuk ke arah gudang.

"Lu becanda apa gimana Vin," tanya „Ronny.

"Kamu ngibulin kita-kita?!" ujar Rio.

"Sumpah! Tadi dia ada di sini. Aku ngeliatsendiri dia nenggak sesuatu, lalu tripping...."

"Tadi kapan? Udah berapa lama?" tanyaBoma.

Page 82: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Setengah jam lebih. Mungkin sekitar empat puluh menit. Pokoknya nggak lama sesudah akukeluar ngikutin dia. Waktu dia ngeprit akuketakutan sendiri. Aku pergi ke warungnya MangAsep...."

Boma, Ronny dan yang lain-lainnya jadi saling pandang.

"Mungkin dia pulang. Kabur...." kata Vino.

"Orang tripping mana bisa kabur...." ujarBoma.

"Mungkin aja Bom. Tergantung jenis obatyang ditelan," ucap Ronny.

"Tanya sama penjaga pintu. Kalau dia pulangpasti penjaga liat," kata Vino pula.

Tapi di pintu gerbang sekolah Pak Saud sipenjaga pintu tidak ditemukan. Anak-anak itu kembali ke Kelas II-9.

"Gimana kalau Gita nanya?" tanya Rio.

"Bilang aja Allan memang sudah pulang,"jawab Ronny.

Boma menyambung. "Awas, jangan ada yangngebocorin. Kalau guru apa lagi Kepala Sekolahsampai tau, kita bisa rusak semua."

"Aku masih nggak bisa percaya Si Allan itubener-bener ngeprit," kata Ronny.

"Vino jelas-jelas ngeliat dia nenggak sesuatu

Page 83: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

pakai minum Aqua," sahut Boma. "Kau taunggak Ron. Obat setan sebangsanya ecstasykata orang emang musti diminum sama Aquabaru bisa on."

"Aku baru inget' kata Andi. "Tetangganya SiAllan pernah bilang kalau 'tu anak sering pergike Ancol. Jangan-jangan dia juga tripping disana."

"Gua sih cuman kasian sama Gita. Menurutkalian, perlu nggak dikasih tau sama si gendutitu?"

"Nanti Ron, biar aku yang ngomong," jawabBoma. "Urusan ini kita musti hati-hati. Gimana-pun juga Allan teman kita. Ingat, dia pasangbadan waktu ngebelain kita berantem sama siAnton."

--ooo0dw0ooo-

9

JANJI KAWIN SINTO GENDENG

PUNCAK Gunung Gede. Sejak fajarmenyingsing Sinto Gendeng melangkah gelisah.Saat itu sang surya telah menerangi jagat dansinarnya mulai terasa terik.

"Tua bangka geblek!" Si nenek tiba-tiba semprotkan makian. "Sudah hampir dua mingguberlalu. Masih belum kelihatan mata hidungnya!

Page 84: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Jangan-jangan dia memang tidak mampumelakukan! Tapi sesumbar minta kawin segala!

Padahal anunya pasti tidak lebih bagus dariterong busuk! Hik...hik... hik...! Kawin saja samakambing! Hik... hik... hik...!"

Sambil mengomel dan tertawa cekikikanSinto Gendeng terus melangkah. Ternyata diabukan melangkah sembarangan, bukanmelangkah di atas tanah.

Saat itu di pedataran kecil tak jauh daripondok kayu kediamannya menancap dua lusinbatang bambu setinggi satu setengah tombak.Batangan-batangan bambu ini ditancapdemikian rupa hingga membentuk empatpersegi, enam memanjang, empat melebar.Setiap ujung bambu sengaja dipotong runcing,mencuat ke langit. Dan di atas ujung-ujung bambu runcing inilah si nenek perot melangkahseenaknya. Sesekali masih saja mengomel,sesekali tertawa cekikikan. Kalau saja dia tidakmemiliki ilmu kesaktian, sudah sejak tadi duakaki Sinto Gendeng yang tinggal kulit pembaluttulang itu amblas luka parah dimakan ujungbambu runcing. Kalaupun dia kebal tapi tidakmemiliki ilmu mengimbangi dan meringankan tubuh yang tinggi, baru bergerak tiga empatlangkah niscaya sudah jatuh bergedebukan ditanah!

"Matahari makin panas, aku kepingin kencing!

Page 85: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Kakek geblek itu masih belum muncul! Sial!"Kembali Sinto Gendeng memaki. Perlahan-lahan dia angkat ke atas kain panjang yang melilittubuhnya. Enak saja dia hendak kencing sambilberjalan di atas bambu itu. Tapi maksudnyatertahan ketika tiba-tiba dikejauhan -terdengar suara kerincingan keras sekali. Ditimpai tabuhangendang. Lalu disusul suara Orang bernyanyi.

Na... na... na Ni... ni.... ni

Kala kupandang kelip bintang jauh di sanaSayup teldengar melodi cinta yang menggemaTelasa kembali gelola jizva mudaku Kalenatelsentuh alunan lagu semeldu kopi dangdut.

Na... na... na Ni... ni... ni

Tak lama kemudian dari balik deretan pepohonan, diujung pedataran kecil munculsosok seorang kakek bermuka cekung, muluttonggos. Dia berjalan sambil menari. Tangankanan menabuh gendang kecil yang tergantungdi pinggang. Tangan kiri menggoyangkerincingan. Di atas kepalanya terkembang payung kecil terbuat dari kertas. Celananya yanggombrong dekil kedodoran hingga sebagianpantatnya yang hitam tersingkap. Lucunyapantat yang setengah tersingkap itu diogel-ogel kian kemari.

Di atas bambu runcing Sinto Gendenghentikan langkahnya. Nenek ini geleng-geleng

Page 86: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kepala.

"Dasar geblek!" maki guru Pendekar 212 WiroSableng ini. Lalu dia berteriak. "Pelawak Sinting!Hentikan nyanyianmu! Bising tidak enak!Kupingku pengang!" Habis berteriak SintoGendeng kembali melangkah dari bambu satuke bambu lain.

Kakek aneh yang barusan muncul dongakkankepala. Lalu tertawa gelak-gelak. Tangan kanan masih terus menabuh gendang, tangan kirimenggoyang kerincingan.

"Sinto yang geblek aku atau kau! Apa yangkau lakukan? Apa tidak ada tempat beljalanyang lebih baik! Dasal nenek konyol!" «t

"Ngomong saja tidak becus! Berani memaki!"

"Ha... ha... ha!" Si kakek yang dipanggildengan nama Pelazvak Sinting kembali tertawagelak-gelak. (Jika pembaca ingin tahu lebihlanjut siapa adanya kakek berjuluk PelawakSinting ini harap baca serial Wiro Sableng diNegeri Latanahsilam berjudul "Hantu TanganEmpat" dan"Rahasia Mawar Beracun". Sepertidiceritakan dalam Episode "Istana Kebahagiaan"ketika istana milik Hantu Muka Dua itu meledakhancur, semua orang yang ada di dalamnya melesat bermentalan ke langit, lalu terpesat keberbagai tempat di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya. Dalam kejadian ini rupanya kakek

Page 87: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Pelawak Sinting terpesat di Tanah Jawa sebelahbarat).

Puas tertawa Pelawak Sinting kembalilantunkan nyanyian.

Na., na... na Ni.. ni... ni

Kala kupandang kelip bintang jauh di sanaSayup telde'ngal melodi cinta yang menggema...

Baru sempat melantunkan dua bait nyanyian,Sinto Gendeng membentak lantang.

"Tua bagka edan! Apa kau tuli?! Hentikannyanyimu!"

"Ah, Sinto, kau tidak tahu kemajuan jaman.Lagu yang aku nyanyikan ini sedang digandrungiolang di dunia sana. Namanya Kopi Dangdut..."

"Perduli setan Kopi Dangdut, Kopi Tubruk,*Kopi Pahit! Aku tidak sudi mendengar. Lekas kauberi tahu apa kau berhasil mendapatkan benda yang aku minta?!"

Si kakek menyeberangi lapangan kecil,!menyusup diantara barisan batangan bambu,lalu berhenti tepat di bawah dua bambu di atasmana Sinto Gendeng berdiri tegak dengan kakiterkembang. Melihat orang berdiri di bawah danmemandang ke atas, Si nenek cepat rapatkandua kakinya. Dua batang bambu sampai meliukakibat gerakan sepasang kaki itu.

"Jahanam! Kau sengaja berdiri di bawah sana!

Page 88: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Kau mau ngintip auratku! Kakek ganjen sialan!Kutusuk buta nanti dua mata mesummu!"

Pelawak Sinting tertawa gelak-gelak.

"Sinto aku berdiri di bawah sini, mengapa!musti takut? Jangan-jangan kabal yang aku silapbenal adanya."

"Kabal? Kabal apa?!" bentak Sinto Gendenglsambil delikkan mata dan sengaja bicara cadelmeniru pelonya si kakek.

"Kabal bahwa seumul hidup kau tidak pelnahl pakai"celana dalam. Ha... ha...ha!"

"Jahanam setan alas. Biar kusumpal mulutkurang ajarmu!"

Sinto Gendeng cabut sebatang bambu. Lalusecepat kilat bambu runcing itu dilemparkannya!ke arah kepala kakek Pelawak Sinting.

Berdiri di atas bambu runcing, mencabut!

sebatang bambu, lalu membuat gerakanmenyerang dengan bambu yang*sama bukanlahsatu hal mudah. Semua itu dilakukan neneksakti dari puncak Gunung Gede ini dalam satugerakan kilat dan tak terduga.

Pelawak Sinting berteriak kaget.

"Sinto! Kau mau membunuh calon suamimusendili!"

Si kakek sambar payung kertas yang sejak

Page 89: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

tadi ada di atas kepalanya lalu cepat melompatke samping kiri selamatkan muka dari tusukanbambu runcing. Bambu besar itu lewat hanyasatu jengkal di samping pipinya. Di atas sanaSinto Gendeng angkat tangan kanan ke udara,lengan diputar. Secara aneh bambu yang gagalmenghantam Pelawak Sinting kini berbalik.Laksana petir menyambar batang bambu itumembabat ke arah pinggang Pelawak Sinting.Untuk kedua kalinya sambil berteriak tegang si kakek selamatkan diri. Kali ini dengan jatuhnyatubuh lalu bergulingan di tanah.

"Praakk! Praakk!"

Dua bambu runcing di atas mana SintoGendeng berdiri hancur berantakan dihantamPelawak Sinting. Sebelum tubuhnya terperosokjatuh si nenek cepat melesat berpindah ke ujungbambu lainnya sambil berteriak.

"Kakek buduk! Siapa sudi kawin denganmu!Terong busuk bau comberan!"

"Eit Sinto! Jangan belani bicala begitu!:" balas

berteriak si Pelawak Sinting. "Ingat! Kausudah beljanji!"

Sinto Gendeng terdiam. Muka cekung dankeriputnya mendadak berubah. Dadanyaberdebar. "Tua bangka geblek ini. Jika dia beraniberkata begitu apakah berarti dia benar-benari berhasil mendapatkan benda yang aku minta itu.

Page 90: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Celaka. Mati aku! bagaimana aku mungkinberlaku takabur sampai sempat-sempatnya berjanji segala!"

"Sinto mengapa kau mendadak diam? Apasedang menghitung hali baik bulan baikpelkawinan kita? Ha... ha... ha!"

Di atas bambu runcing Sinto Gendeng ke-i luarkan teriakan melengking tinggi. Lalu nenekini melayang terjun ke bawah. Di lain kejap diasudah berada dua langkah di hadapan PelawakSinting.

Si nenek, ulurkan tangan kirinya. Matanya yang cekung angker menatap Pelawak Sintingtak berkesip.

"Lekas serahkan benda itu!"

Pelawak Sinting menyeringai.

"Kau keliwat kesusu. Telbulu-bulu. Tapi takl jadi apa. Makin cepat kita kawin bukankahmakin enak? Ha... ha...ha!"

"Jahanam! Jangan membuat aku benar-benari marah!" bentak Sinto Gendeng.

"Aih, jadi tadi-tadi itu kau cuma malahbohong-bohongan!"

Sinto Gendeng berteriak panjang sakingmarahnya. Seumur hidup belum pernah diaberhadapan dengan orang yang pandai bersilat

Page 91: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

lidah seperti kakek satu ini.

"Serahkan! Atau aku benar-benar akanmembunuhmu! Kakek geblek! Jangan kira akumain-main!"

Pelawak Sinting goyangkan tangannya yang memegang kerincing. Sambil manggut-manggut dan ogel-ogelkan pantat dia masukkan tangankanan ke balik pinggang celana sebelah depandimana terletak satu kantong kain. Dari dalamkantong ini dia keluarkan sebuah benda lonjongsebesar telur burung dara, berwarna biru. InilahBatu Penyusup batin. Pelawak Sinting tidaksegera serahkan batu itu pada Sinto Gendeng.Sambil digosok-gosok dalam genggaman tangankanannya, dia berkata.

"Ucapanmu tempo hali telnyata betul. Pa-ngelan Matahali, mulid Si Muka Bangkai telnyata memang muncul didunia sana. Keadaan bisagawat. Anak yang kau katakan akan kau jadikanFendekal Tahun 2000 itu bisa dihabisinyasebelum maksudmu kesampaian. Selain itu diajuga akan mampu mengoblak ablik segala apasaja sekehendak otak kejinya. Tapi kau tak usahka-watil. Aku belhasil menculi batu ini dali sakumantelnya. Nah, kau inginkan batu. Aku selah-kan padamu. Tapi halap ingat janji."

Sepasang mata Sinto Gendeng berkilat-kilat. Tidak menunggu lebih lama dia segeramenyambar batu biru itu dari tangan Pelawak

Page 92: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Sinting lalu melesat ke atas bambu-bambu runcing. Di atas sana ia perhatikan batu itu dekat-dekat di depan matanya. Tiba-tiba si nenek berteriak keras.

"Kurang ajar!"

Di bawanya Pelawak Sinting mendongakkeheranan.

"Eh, ada apa Sinto? Mengapa kau memaki?Siapa yang kulang ajal!"

Sinto Gendeng keluarkan suara menggerunglalu melesat turun. Batu Penyusup Batindiacung-kannya tepat-tepat didepan muluttonggos Pelawak Sinting.

"Palsu! Batu ini palsu!" teriak si nenek-

"Apa?" Pelawak sinting terkejut dan mendelik.

"Kau menipu aku! Kau pasti menculi batuyang asli. Memberikan yang palsu ini padaku!Untuk itu akan aku korek isi perutmu!"

"Tunggu!" Pelawak sinting cepat bersuratketika Sinto Gendeng gerakan tangannya kearah perutnya dalam jurus Kepala NagaMenyusup Awan. "Aku belsumpah, batu itu yangaku culi dali Pangelan Matahali. Aku ambilsendili dali saku mantelnya sehabis diamenyaksikan mengamen."

"Siapa percaya pada ucapanmu!"

Page 93: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Jangan-jangan kau yang sengaja berdalih!!Batu itu asli tapi pula-pula kau bilang palsu. Akal bulusmu untuk menghindali janji kawin denganaku!"

"Batu ini tidak ada gunanya bagiku! Lihat apa yang aku lakukan! Habis berkata begitu SintoGendeng remaskan telapak dan jari-jari tangan kanannya. Terdengar suara berkeratakan. Ketika genggaman dibuka Batu Penyusup Batin telah berubah menjadi bubuk halus.

"Bukan sulap bukan tipuan! Eh, kau tidaktengah menyiasati aku bukan Sinto?"

"Setan kurap! Siapa menyiasatimu! Kalau itubatu asli masakan, aku memusnahkannya!"

"Kau betul juga," kata Pelawak Sintingterperangah lalu jatuh terduduk di tanah.Rambutnya yang awut-awutan dijambak-jambak. Mulutnya ternganga tonggos sementara matanyadipejamkan.

"Tua bangka jelek! Apa yang kau lakukan?"hardik Sinto Gendeng. "Aku tengah belpikil!"

"Hemm... aku juga tengah berpikir!" sahutSinto Gendeng.

"Apa yang kau pikilkan kalau aku boleh tahu,"tanya Pelawak Sinting.

"Yang kupikirkan saat ini bagaimana carayang paling enak membunuh sekaligus mem-

Page 94: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

pesiangimu!"

Pelawak Sinting terlonjak saking kagetnya. Tapi kakek konyol ini segera saja dapat akal. Diakembangkan payung, letakkan di atas kepala.Goyang kerincingan dan pukul gendang sambilpantat setengah ditunggingkan. Orang lain akanmengira ini adalah gaya si kakek yang senangmenyanyi dan menari. Tapi sebenarnya inimerupakan satu pasangan kuda-kuda yang hebat. Salah-salah lawan menyerang akanterjebak dalam satu benteng pertahanan dansecepat kilat bisa berubah mengirimkanserangan balik yang dahsyat.

"Sinto Gendeng, kalau kau memang puya maksud jahat telhadapku, tak jadi apa. Kautidak mau menepati janji kawin denganku kaubakal f kualat sendili! Tapi yang aku minta saatini, ? sebelum kau membunuh aku, kembalikandulu Batu Penyusup Batin padaku dalamkeadaan utuh!"

"Apa katamu?!" ucap Sinto Gendeng setenga!berteriak. "Dasar tua bagka edan! Apa kau buta'Kau melihat sendiri batu palsu itu sudalkuhancurkan!"

"Perduli setan tujuh tulunan!ri sahut PelawakSinting. "Palsu atau asli, aku mau batu itukembalikan. Dalam keadaan utuh!"

"Kakek Sinting! Kau mencari perkara!" teriak

Page 95: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Sinto Gendeng. Habis berteriak nenek inilangsung menerjang kirimkan serangan ganas.1Tangan kiri lancarkan satu pukulan sakti dalamijurus Kunyuk Melempar Buah sedang tangamkanan menyambar dua buah tusuk konde perak! di kepalanya lalu dilemparkan ke arah PelawakSinting.

Pada saat Sinto Gendeng mulai lancarkanserangan, kakek yang terpesat dari Negeri LaJtanahsilam ini goyangkan kerincinghya demikian

rupa hingga menimbulkan suara bising luarbiasa mencucuk telinga Sinto Gendeng. Bersamaan dengan itu Pelawak Sinting jugapukul gendangnya. Suara tabuhan gendangbukan saja tambah memekakkan telinga tapijuga membuat dada orang bergetar.

Ketika dua tusuk konde melesat dan pukulansakti menderu, payung di atas kepala si kakek tiba-tiba berputar deras lalu melayang ke bawah.Payung kertas itu berputar menebar anginkencang. Dan yang membuat Sinto Gendeng jadimelengak kaget ialah payung yang tadinya kecilmakin lama makin besar. Membuat sosok sikakek terlindung dibelakangnya.

"Wuuuttt!"

"Braakk!"

"settt! Settt!"

Page 96: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kraakk! Kraaak!"

Pukulan Kunyuk Melempar Buah membuathancur besar pinggiran payung. Tapi putarannyayang hebat menggulung pukulan sakti yangdilepaskan si nenek lalu melontarkannya keudara.

Dua tusuk konde menancap dan merobek bagian lain dari payung. Namun tidak sanggupmenembus!

Sepasang mata Sinto Gendeng yang selamaini mendekam di dalam rqnngga cekung seolahmau melompat keluar. Saking tidak percayamelihat kejadian itu. Bagaimana mungkin hanyasebuah payung kertas sanggup menahanpukulan saktinya yang bisa memporakporandakan sebuah bangunan. Bagaimanamungkin sebuah payung kertas tidak bisaditembus dua tusuk kondenya padahal tusukkonde itu mampu menembus danmenghancurkan sebuah batu besar?!

Perlahan-lahan payung berhenti berputar.Lalu jatuh ke tanah. Bersamaan dengan itubentuknya kembali berubah mengecil. Ketikapandangan si nenek lepas tak terhalang lagi,mulutnya keluarkan seruan tertahan.

"Hah?!"

Pelawak Sinting tak ada lagi di depannya!

Selagi Sinto Gendeng memandang kian

Page 97: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kemari mencari-cari, di kejauhan terdengarsuara kerincingan dan bunyi gendang. Lalumenyusul suara orang bernyanyi.

Na... na... na Ni...ni... ni

Kau yang minta tolong kau yang mau

menggolong

Kau yang butuh, kau yang mau membunuh

Kau yang beljanji, kau yang mengingkali

Apakah nyawaku lebih buluk dali batu yang

dihanculkan

Apa kematian cukup pantas untuk satu kega

galan

Mulutmu sudah mengucap janji

Aku menganggap kau sudah menjadi istli

Belpikillah supaya mengelti

Na...na...na

Ni...ni...ni

Sinto Gendeng terkesiap mendengar nyanyianitu. Sesaat dia merenung lalu menghela nafaspanjang. Hatinya membatin.

"Mungkin aku telah berlaku keliru. Mungkindia memang tidak tahu kalau batu itu palsu. Adayang tidak beres. Siapa yang punya pekerjaan?"

Page 98: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Sinto Gendeng melangkah mendekati payungkertas yang tergeletak di tanah. Mengambil duabuah tusuk kondenya yang menancap di payungitu. "Kakek konyol itu. Ilmunya boleh juga.Payung butut begini mampu menahan lemparandua tusuk kondeku. Hemmm...sebenarnya aku masih bisa minta tolong padanya. Namun saatini agaknya hatinya telah terluka." Si nenekpencongkan mulut. "Apakah aku perlumencarinya? Ah, biar nanti saja. Paling penting saat ini aku harus mencari anak setan itu! Kalautidak bertemu terpaksa ku harus bekerja sendiri.Anak setan satunya jelas berada dalam keadaanbahaya." Sinto Gendeng ambil payung di tanah,dielus-elus diluruskan bagian-bagian yang robek, dilipat lalu disisipkan di punggung pakaian.

--oo0dw0oo--

10

SINTO GENDENG KELUAR SARANG

GUDANG besar penyimpanan berbagai m£terial bangunan dalam keadaan sepi. Saati itusemua pekerja sedang istirahat makan. Di pintugudang memang ada seorang penjaga tapi asyikmembaca buku porno hingga tidak menyadarikalau seorang berpakaian aneh telahmenyelinap masuk ke dalam gudang.

Pangeran Matahari duduk di atas susunan;

Page 99: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kaleng-kaleng besar berisi cat tembok,terlindung di balik timbunan kantong semen. Diatak habis pikir atas kejadian yang barusandialami. Begitu mudah orang mencuri sebuahbenda yang disimpannya dalam saku mantel.Apakah dia telafl kehilangan ilmu kesaktian?Rahangnya menJ gembung. Seharusnya diamerasa malu bahkai) terpukul oleh kejadian itu.Tapi dasar manusia dijuluki "Pangeran segalacerdik segala akal, segala ilmu, segala licik,segala congkak," walau kesal namun sikapnyatenang-tenang saja. Hanya dalam hati diaberkata.

"Tua bangka keparat pengamen itu. Dia pasti bukan manusia biasa. Siapa dia sebenarnya?Tokoh berkepandaian tinggi yang menyamar?Bukan mustahil kemunculannya ada sangkut paut dengan Pendekar Tahun 2000 yangdikatakan guru. Jangan-jangan dia kaki tanganSinto Gendeng."

Dalam soal berpikir, kecerdikan danpenggunaan akal Pangeran Matahari memanghebat. Dia sudah bisa menduga kalau kakekpengamen punya hubungan dengan. Sinto Gendeng.

Baru saja Pangeran Matahari berkata dalamhati tiba-tiba seorang bertangan kiri buntung,bungkuk, berpakaian rombeng dengan wajahsepucat kain kafan, muncul di hadapannya. Dua

Page 100: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

mata yang terpuruk angker pada rongga dalammemandang penuh marah pada sang Pangeran.

"Guru!" kaget Pangeran Matahari bukankepalang ketika dia mengangkat kepala danmelihat siapa adanya orang tua itu. Buru-buru dia berdiri lalu membungkuk memberi hormat.

"Murid tolol! Kecongkakanmu hari ini amblasdalam comberan!" Begitu membuka mulut orangtua yang bukan lain adalah Si Muka Bangkaialias Si Muka Mayat menyemprot kasar.

Pangeran Matahari tentu saja sudah tahusebab apa si orang tua mendampratnya begiturupa. Tapi dasar licik panjdng akal dia berpura-pura terkejut dan heran.

"Guru, gerangan apa sampai membuatmumarah besar seperti ini? Murid menduga jangan-jangan...."

Dari tenggorokan Si Muka Bangkai keluarsuara menggembor pertanda dia benar-benar marah sekali.

"Pangeran goblok! Tutup mulutmu!”

Dibentak atau dihardik bagi Pangeran Matahari bukan soal.. Tapi dimaki Pangerangoblok membuatnya sakit hati. Kalau yangmemaki bukan gurunya saat itu juga pasti sudahdirobek mulut atau dipecahkannya kepalanya.Rahang menggembung, pelipis bergerak-gerak. Pangeran Matahari menatap tajam wajah sang

Page 101: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

guru.

"Untung aku berlaku waspada. Kalau tidakBatu Penyusup Batin itu akan lenyap selamalamanya."

"Guru, maafkan diriku. Apakah guru telahmenemukan kembali batu sakti itu? Batu itu akutaruh dalam saku mantel. Tapi lenyap dicuri seorang kakek pengamen."

"Selama ini kau terlalu sombong, terlalucongkak...."

"Guru, tunggu dulu!" tiba-tiba PangeranMatahari berkata.

"Murid kurang ajar! Beraninya kau memotongucapanku!" hardik Si Muka Bangkai.

Pangeran Matahari tidak perduli. "Apa kaulupa, guru? Bukankah kau sendiri ikut menanamkan semua sifat itu di dalam diriku ketika kaumenggembleng aku di puncak Merapi?"

Dua mata Si Muka Bangkai yang ada dalamrongga cekung seperti mau melompat keluar."Dasar kampret!"

"Kampret?!" Pangeran Matahari melotot heran.

"Waktu dulu kau kutemukan di desa Sleman,itu sebutan yang aku berikan padamu. Setelah puluhan tahun berlalu ternyata kau masih saja

Page 102: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

manusia kampret!"

Pangeran Matahari menatap muka pucatsang guru, melirik pada tangan kirinya yangbuntung lalu tertawa gelak-gelak. (Untuk mengetahui riwayat Pangeran Matahari harapbaca serial Wiro Sableng berjudul "PangeranMatahari")

Di pintu gudang, penjaga asyik membacabuku porno turunkan buku yang dipegangnya,memandang ke dalam gudang.

"Siapa yang tertawa...?" tanyanya dalam hati.Dia turun dari tumpukan balok kayu, masuksampai beberapa langkah ke dalam gudang,memperhatikan ke segala penjuru. Dia tidakmelihat siapa-siapa. Bulu kuduknya mendadakmerinding. "Jangan-jangan setannya si Tukijan,"katanya dalam hati. Lalu cepat-cepat dia keluar dari dalam gudang. Tukijan adalah buruh ba-ngunan yang mati akibat kecelakaan sebulanlalu. Jatuh dari tingkat empat gedung yangtengah dibangun.

"Pangeran Matahari, kau dengar baik-baik. Sejak kecil sifat segala licik, congkak sombong bahkan kejam telah ada dalam dirimu! Mungkinkarena kau merasa diri sebagai seorangPangeran.

Mungkin juga itu sudah warisan darah dagingdari. orang tuamu!"

Page 103: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Aku tidak pernah ingat siapa orang tuaku.Aku tidak pernah kenal mereka sejelas aku melihat dua telapak tanganku!" kata PangeranMatahari sambil memandang ke atas ke arahatap seng gudang.

"Tidak heran! Tidak heran kalau kau jugatidak tahu siapa dirimu sendiri!" tukas Si MukaBangkai yang membuat merah padam tampangPangeran Matahari. "Kecongkakan dankesombonganmu semakin berlipat gandasetelah kau mewarisi semua ilmu kepandaiandariku! Tapi hari ini semua akal licik,kesombongan dan kecongkakanmu, sepertikataku tadi, amblas dalam comberan ketololan!Batu biru yang kuberikan padamu lenyap dicuri orang. Dan tololmu lagi, kau menganggap sipencuri adalah manusia biasa, pengamen tuabangka! Kau tahu siapa orang itu?"

Tenang saja Pangeran Matahari gelengkankepala.

"Dia adalah mahluk berkepandaian tinggi,tersesat dari negeri seribu dua ratus tahun silam. Di negeri sana dia dikenal dengan namaSi Pelawak Sinting. Di dunia sini dia munculsebagai kaki tangan Sinto Gendeng! Nenekkeparat dari Gunung Gede itulah yang telahmemperalatnya untuk mencuri Batu PenyusupBatin yang ada dalam saku mantelmu!"

"Aku memang sudah menduga," kata

Page 104: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Pangeran Matahari sambil rangkapkan duatangan di depan dada. "Tapi tadi guru berkatabahwa berkat kewaspadaan guru, batu sakti itutidak...."

"Batu yang asli! Batu Penyusup Batin yang aslimemang masih ada padaku! Yang kuberikan padamu hanya batu tiruan. Batu kaivinanl Kalausaja aku tidak berlaku cerdik melakukan hal itu,batu yang asli sudah amblas dibawa kabur."

"Batu kawinan, aku tidak mengerti maksudguru," kata Pangeran Matahari pula.

"Dalam keadaan seperti sekarang ini, membawa batu asli tanpa mampu menjaganyaadalah sangat berbahaya. Banyak mata bisamelihat, banyak tangan jahat bisa mengambil.Itu sebabnya, batu yang asli aku ikatkan ke batutiruan. Selama satu minggu aku bersamadi.Kesaktian yang ada dalam Batu Penyusup Batinyang asli mengalir ke dalam batu tiruan. Namunkekuatannya hanya dua tiga hari saja. Batutiruan itulah yang aku berikan padamu."

"Kalau begitu, guru, apakah kau masih punyabanyak batu tiruan?" tanya Pangeran Matahari.

"Kampret besar!" maki Si Muka Bangkai.

"Syukur...." ujar Pangeran Matahari.

"Eh, apa maksudmu berkata syukur?!" tanyasang guru.

Page 105: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Dulu aku dibilang kampret kecil. Sekarang sudah jadi kampret besar. Salahkah kalau akubersyukur?"

Si Muka Bangkai mendelik besar lalu tertawa gelak-gelak.

Di depan pintu gudang kembali si penjagatersentak kaget.

"Suara tertawa," katanya dalam hati. "Tapisuaranya berbeda dengan yang pertama tadi...."Untuk memeriksa kembali ke dalam gudang dia merasa takut. Penjaga ini tinggalkan tempat itu mencari teman-temannya.

"Pangeran Matahari, aku tidak membawabatu tiruan. Aku punya cara lain untukmembuatmu bisa menyusup ke dalam tubuhseseorang.

Kekuatan dan kemampuannya lebih lamadibanding batu kawinan. Mendekat ke sini."

Pangeran Matahari melangkah maju mendekati sang guru. Kakek bungkuk masukkantangan kanannya ke balik baju rombeng. Sesaatkemudian di tangan kanan itu tampak sebuahbenda memancarkan cahaya biru. Itulah BatuPenyusup Batin asli yang diterimanya darigurunya Eyang Kunti Api. Dengan mulut berkomat-kamit membaca mantera Si MukaBangkai usapkan Batu Penyusup Batin ke kepaladan muka muridnya. Usapan turun ke leher,

Page 106: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dada, perut, dua paha dan dua kaki.

"Pejamkan matamu," perintah si kakek.

Pangeran Matahari pejamkan dua mata. SiMuka Bangkai tempelkan batu sakti di keningmuridnya, di bawah ikat kepala kain merah.Kembali dia berkomat kamit membaca mantera.Saat itulah sang murid berkata.

"Guru, apakah kau mencium bau sesuatu?"Tadinya Si Muka Bangkai hendak membentak

marah karena ucapan Pangeran Mataharimembuyarkan pemusatan perhatiannya. Tapiketika mengendus, dia memang membauisesuatu. Bau yang membuat jantungnyaberdetak keras dan tampangnya berubahmembesi. Bau pesing!

Karena sang guru tidak keluarkan jawaban,Pangeran Matahari perlahan-lahan bukasepasang matanya. Begitu mata dibuka, padasaat itulah dari atas tumpukan kantong-kantong semen di ujung kiri gudang, berkelebat satubayangan disertai menebarnya bau pesing yangamat santar. Mendahului kelebatan bayanganyang laksana terbang, melesat dua buah senjatarahasia memancarkan cahaya putih.

"Guru! Awas serangan!" teriak PangeranMatahari. Cepat dia dorong dada Si MukaBangkai hingga kakek ini terjengkang jatuh.

Dalam kejutnya Batu Penyusup Batin yang

Page 107: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

tadi ditempelkan di kening Pangeran Matahari,tidak sempat digenggam kembali oleh Si MukaBangkai. Bersamaan dengan terjengkangnyatubuhnya, batu yang terlepas dari pegangannyaitu ikut mental ke udara. Selagi PangeranMatahari membungkuk selamatkan diri dariserangan dua senjata rahasia, sosok yangmelayang membuat gerakan berjumpalitan duakali berturut-turut, lalu menukik turun. Sambil turun orang ini hantamkan kaki kirinya kepunggung Si Muka Bangkai. Bersamaan dengan itu tangan kanannya menyambar Batu PenyusupBatin yang mental ke udara!

"Batu Penyusup Batin!" teriak Si MukaBangkai yang saat itu terkapar di lantai gudang.Dia berusaha bangkit tapi roboh kembali.Tendangan orang telah meremukkan tulangpunggungnya hingga selain menahan sakit luarbiasa kakek muka mayat ini juga kehilangan keseimbangan.

Cepat sekali, begitu berhasil menangkap BatuPenyusup Batin orang di atas sana kembalimembuat gerakan kilat, melesat ke arah celahbesar di dinding atas ujung kiri gudang.

"Bangsat berani mati!" teriak PangeranMatahari. Dalam keadaan setengah terduduk dilantai dia hantamkan tangan kanannya. Sesaatudara terasa redup. Lalu tiba-tiba berkiblat sinar kuning, hitam dan merah. Menderu panas dan

Page 108: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

ganas ke arah orang yang berkelebat di atassana. Jangankan tubuh manusia, tembokbajapun akan hancur dihantam pukulan saktiitu. Karena pukulan yang dilepaskan PangeranMatahari adala salah satu pukulan sakti palingditakuti dalam rimba persilatan yaitu PukulanGerhana Matahari

Namun sasaran yang dihantam telah lebihdulu lolos di balik celah dinding gudang. BegituPukulan Gerhana Matahari melabrak dindinggudang yang terbuat dari seng, tak ampun lagidinding itu hancur berantakan. Kepingan-kepingan seng melesat tinggi ke udaraterbungkus nyala api. Bukan itu saja. Hawapanas pukulan sakti membakar seluruh dindinggudang yang masih utuh. Api merambat dengancepat, berkobar ganas karena dalam gudang itutersimpan berbagai bahan mengandung kimiaantara lain cat. Lalu di salah satu sudut terdapatbeberapa tabung gas yang biasanyadipergunakan untuk mengelas. Kebakaran besarserta merta menggegerkan kawasan itu.

Pangeran Matahari cepat menolong gurunya.

"Kita harus pergi sebelum api lebih besar.Sebelum orang-orang masuk ke tempat ini!" katasang murid.

"Tunggu," jawab Si Muka Bangkai. Diamelompat ke lantai di depan tumpukan tinggikayu triplek. Di lantai itu menancap dua buah

Page 109: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

senjata rahasia yang tadi menyerang PangeranMatahari. Si Muka Bangkai mencabut dua bendaitu. Ketika diperhatikan, mukanya berubahkelam. Ternyata benda itu adalah dua buahtusuk konde perak.

"Tusuk konde perak! Siapa lagi pemiliknyakalau bukan keparat Sinto Gendeng!"

Si kakek keluarkan suara menggerung.Amarahnya bukan kepalang. Lebih lagi begitudia ingat bahwa si nenek itu juga yang tadi telahmerampas Batu Penyusup Batin.

"Nenek keparat itu. Dia keluar dari sarangnya.. Kalau tidak segera dicegah, bahaya besar akanmengancam diriku dan para tokoh golonganhitam."

--oo0dw0oo--

11

BUKAN TRIPING BUKAN NGEPRIT

PULANG sekolah hari itu Boma dan teman-temannya kecuali Gita Parwati kumpul di warung bakso Mang Asep. "Heran” kata Boma. "Siapa yang usil punya mulut kayak kompor dua belassumbu. Hampir semua anak Nusantara Tigaudah pada tau kejadian Allan tripping. Malahkatanya ada guru yang juga udah tau. Gila banget!"

Page 110: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Ronny langsung memandang pada Vino. "Vin,kau yang liat Allan tripping. Kamu yang ceritain sama kita-kita. Kamu ceritain sama anak lainnggak."

"Sumpah Ron! Aku nggak cerita sama siapa-siapa," jawab Vino.

"Mungkin kita perlu ngomong lagi sama Gita,"berkata Rio sambil memperhatikan Ronnymengeluarkan bungkusan rokok dari tasnya.

"Ron, lu jangan gila. Emang sih udah bubaransekolah. Tapi jangan ngacok berani ngerokok disini." Andi mengingatkan.

"Mulut gue asem banget!" jawab Ronny.

"Kalau asem kumur-kumur sono sama air cucian mangkok baksonya Mang Asep." kataBoma.

"Sial!" Ronny masukkan kembali rokoknya kedalam tas. Lalu bertanya. 'Bom, waktu kamuketemu Gita, 'tu anak bilang apa?",

"Katanya Allan bukan bangsa anak begituan.Jangan kan tripping, nenggak minuman keras aja nggak, ngerokok juga nggak. Malah diabilang Vino ngarang."

"Wah, kalau gitu gua musti ikutan ngomongsama dia," kata Vino. "Buktinya sekarang kokudah dua hari si Allan nggak masuk-masuk."

"Aku rasa dia pindah sekolah gara-raga yang

Page 111: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

beginian juga. Ketauan ngeprit." Ucap Firman.

"Bisa jadi," menyahuti Andi.

"Besok kalau Si Allan masih belon masuk, akumau ngomong lagi sama Gita. Di, kau sama Vinomusti ngelacak. Siapa yang punya mulut jahilsampai kejadian ini bocor. Bukan cuma anak-anak kelas lain yang tau, tapi juga guru."

"Kalau ngomong sama Gita, kamu musti hati-hati Bom," kata Ronny.

"hati-hatinya?"

"Belakangan aku liat 'tu anak sering ngela-mun. Nggak mau gabung sama kita-kita.

Kelihatannya jadi sensitip. Gampangtersinggung..."

"Mungkin lagi mens 'kali," kata Vino.

"Perempuan kalau lagi dateng bulan sifatnyakadang-kadang 'kan aneh-aneh!"

"Sok tahu lu Vin!" sembur Andi. "Kayak luudah pernah ngalamin mens aja!"

"Sialan! Emangnya gue cewek!" jawab Vino.

Semua anak tertawa riuh.

SIANG itu, waktu jam istirahat, Kelas II-9 sepi. Di dalam kelas hanya ada Gita Parwati duduksendirian. Asyik membaca majalah. Boma berdiridi sudut pintu, memperhatikan. Dia menduga

Page 112: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Gita tahu kalau dia berdiri di situmemperhatikan, tapi pura-pura terus membaca. Ronny dan teman-teman yang berdiri di ujungkelas sebelah luar memberi isyarat agar Bomasegera masuk dan bicara dengan Gita. Bomaakhirnya masuk ke dalam kelas.

"Asyik banget Git, pasti majalah porno," Bomamenegur. Sengaja memancing dengan ucapanseperti itu untuk melihat reaksi Gita.

"Enak aja lu," jawab Gita. "Liat dulu!" Gitamengangkat majalah yang dibacanya,memperlihatkan cover depan. Ternyata sebuahmajalah pelajar bahasa Inggris.

"Git, aku mau ngomong," kata Boma.

"Aku udah tahu. Ngomong aja..."

"Gimana kabarnya Allan?"

"Baik."

"Baik? Kok masih nggak masuk?"

"Baik bukan berarti sehat 'tau."

"Beneran sakitnya apa sih?" tanya Boma lagi.

"Mana aku tau Bom. Tanya sama dokternyaatau sama ortunya."

"Kamu 'kan sering kesana."

"Siapa bilang?" Gita angkat kepala darimajalah yang dibacanya, menatap Boma

Page 113: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

sebentar lalu kembali memandang ke majalah diatas meja.

Boma merapatkan badannya ke sampingmeja. Lalu pegang lengan Gita. Dia merasakandenyutan cepat sekali pada urat nadi di lengantemannya ini.

"Git,, jujur aja. Kau tau si Allan itu ngeprit?".

"Itu lagi yang diomongin. Kemarin aku udahbilang. Dia bukan bangsa cowok gituan Bom."Gita menjawab, tapi melengos, tidak beranimemandang mata Boma.

"Aku nggak ada maksud apa-apa Git. Kita 'kan teman. Aku kasian sama kamu, sama Allan."

"Buat apa ngasianin orang kayak aku Bom?Tapi ya makasih untuk pengasianannya," jawabGita.

"Git, keadaan mungkin tidak seperti yangkami duga. Tadi pagi aku liat orang tua Allanmenemui Kepala Sekolah."

"Biar aja. Biar jelas semuanya..."

"Kamu ngebelain Allan nggak tanggung-tanggung. Memangnya kamu cintrong bangetsama dia?" tanya Boma.

Gita diam. Tatapannya ke wajah Boma sepertiingin menyampaikan suara hatinya. Ketikaakhirnya anak perempuan ini menjawab,

Page 114: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

suaranya terdengar perlahan.

"Habis, siapa sih yang suka sama aku Bom?Gendut, item. Jelek begini. Allan selalu meratiinaku. Memang sih dia nggak pernah bilangsayang sama aku. Tapi aku tau perasaan kamisama."

Boma terdiam. Hatinya sangat tersentuh.Perasaan haru biru merenyuh lubuk kalbunya Ditowelnya hidungnya. Lalu dilihatnya ada airmata meggelinding jatuh dari tanggul kelopakmata anak perempuan itu. Kalau sudah beginiBoma jadi tidak tahan.

"Bom...."

"Udah Git, nanti kita ngomong lagi. Kalauketemu Allan bilang salam dari teman-teman."

"Aku tau kamu dan teman-teman semua baik..." Gita menyeka air matanya. "Bom..."

Tapi Boma sudah keluar dari dalam kelas.

--oo0dw0oo--

KETIKA lonceng tanda jam pelajaranberikutnya dimulai, yang masuk ke dalam KelasII-9 bukannya guru Fisika, tetapi guru bahasa Inggris Ibu Renata.

"Selamat siang Bu," anak-anak satu kelas memberi salam.

"Selamat siang," jawab Ibu Renata. Sejak

Page 115: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

sakit ini kali pertama dia masuk ke Kelas II-9. Badannya agak susut sedikit namun tidakmengurangi kecantikannya. Sesaat diamemandang berkeliling, memperhatikan bangkuyang kosong, bangkunya Allan. Lalu melirik kesudut kelas sebelah kiri di mana Boma duduk.Firman yang duduk di sebelah Boma langsungberbisik.

"Boma, kamu dilirik sama Ibu Renata..."

"Kamu 'kali yang dilirik, bukan aku." Jawab Boma. Dua anak ini sama-sama menutupi mulut menahan tertawa.

"Sudah sembuh 'Bu?" Tiba-tiba seorang anak bertanya.

Ibu Renata anggukkan kepala, tersenyumsedikit dan sekilas kembali melirik ke sudut kirikelas.

"Sakitnya apa sih Bu?" seorang anak lain bertanya.

Yang menjawab teman di belakangnya. "Ah, mau tau aja sakitnya Ibu Renata. Emangnyakamu dokter?"

"Dukun, kali!" menimpali suara anakperempuan. Yang bicara ternyata adalah SiCentil Sulastri, anak baru pindahan dariSemarang. Suara tawa terdengar di mana-mana. Ibu Renata juga tertawa walau kelihatan agak

Page 116: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

dipaksakan.

"Anak-anak, saya mewakili Wali Kelas II-9 yang hari ini berhalangan hadir. Sayameneruskan permintaan dari Bapak KepalaSekolah, Bapak Nugroho, untuk menyampaikanpesan atau pemberitahuan. Hal ini sehubungandengan sakitnya teman kalian Allan."

Sampai di situ Ibu Renata berhenti sebentar.Apa yang barusan dikatakannya menimbulkanberbagai dugaan di hati dan benak anak-anak Kelas II-9. Banyak dari anak-anak itu mengira^ setelah diketahui tripping di sekolah Allan akandikeluarkan atau minta keluar. Itu sebabnya pagitadi ayah Allan datang menemui Kepala Sekolah.Hampir semua mata ditujukan pada Gita. Anakperempuan ini hanya bisa tundukkan kepalasambil mencungkil-cungkil kuku jari tangannya.

"Anak-anak..." Ibu Renata meneruskanucapannya. "Sebelumnya pada Kepala Sekolahtelah masuk laporan bahwa Allan diketahuitripping di sekolah..."

"Siapa yang melapor Bu?" Tiba-tiba ada yangi bertanya. Boma.

Ibu Renata memandang ke sudut kiri Kelas; II-9. Dia menatap ke arah Boma sebentar lalumengalihkan pandangan ke jurusan lain serayaberkata. "Siapa yang melapor tidak perlu kalianketahui. Yang penting kalian ketahui adalah

Page 117: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

bahwa Allan sama sekali tidak melakukantripping. Dia tidak minum obat terlarang..."

Kelas II-9 sesaat dicekam kesunyian. Semuaanak seperti tidak percaya mendengar kata-kata Ibu Renata itu. Ketika banyak mata diarahkankembali pada Gita Parwati, anak-anak di bangku terdekat saling berbisik.

"Liat, si Gita nangis..."

Saat itu Gita Parwati duduk menundukkankepala. Sehelai sapu tangan dipergunakanmenutupi sebagian wajah, terutama sepasangmatanya.

"Memang ada yang melihat Allan menelansesuatu, minum segelas Aqua lalu goyang-goyang kepala di sekolah. Tapi saat itusebenarnya dia bukan sedang tripping. Bukanmenelan ecstasy. Melainkan minum obat. Obatdari dokter. Di dapat berdasarkan resep dokter.Anak-anak, Kepala Sekolah minta sayamenyampaikan, memberi tahu pada kamubahwa Allan sejak lama menderita penyakitepilepsi..."

Epilepsi apa-an sih Di," tanya Rio yang dudukdi sampingnya. "Sipilis ya?"

Andi menutupi mulutnya menahan ketawa.

"Epilepsi aja nggak tau. Anak sekolah malu-maluin. Ngakunya kelas dua lagi..."

Page 118: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Gue 'kan bukannya dokter!" Rio jadi sengit.

"Epilepsi sama dengan ayan. Tau nggak?!"

Diberi tahu Rio cuma ngangguk sambilmonyongkan mulut.

"Kalian mungkin banyak yang tidak tahupenyakit ini. Sebab dan jenisnya bermacam-macam. Allan rentan terhadap udara pengap,terutama di tempat-tempat ramai, rentanterhadap stres. Penyakitnya bisa kambuh tidakterduga. Ketika ada yang melihat dia menelansesuatu dan meneguk Aqua, sebenarnya diatengah minum obat dokter. Jadi anak-anak, sekali lagi saya menyampaikan pesan KepalaSekolah. Allan bukan pecandu obat terlarang.Dia tidak pecandu ecstasy atau obat apapun.Sekarang dia masih istirahat di rumah. Kitadoakan agar dia segera masuk sekolah lagi..."

"Amin!" beberapa anak mengamini.

Saat itulah Boma, Firman dan Andi, disusul,Ronny dan Rio mendatangi Gita yang seseng-*1 gukan di bangkunya. Anak-anak lain melakukah hal yang sama. Gita dikerubungi. Anak-anak perempuan menciumnya. Termasuk Sulastri.Trini satu-satunya anak perempuan yang hanyategak tertegun dan tak beranjak di bangkunya.

Boma pegang tangan Gita dengan tangankanan. Tangan kiri mengusap punggung anakperempuan itu.

Page 119: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Git maapin aku Git. Maapin juga teman-teman. Tadinya kami udah nyangka yang nggak-nggak sama Allan..."

Sesenggukan Gita berubah jadi tangismengharukan. Dia mengangkat kepalanya,menurunkan sapu tangan yang menutupi duamatanya sedikit. Diantara isakannya anakperempuan ini berkata.

"Bom, sebenarnya aku sudah tau lamasakitnya Allan. Tapi aku mau bilang sama kaliannggak tega. Akibatnya dia dituduh tripping..."

"Sekarang udah nggak lagi Git," kata Ronny.

Ibu Renata sesaat masih berdiri di depankelas memperhatikan semua simpati yangdiberikan anak-anak pada Gita. Kemudian diamemberi isyarat pada Boma. Melihat isyarat iniBoma datang mendekat.

"Ibu manggil saya?" tanya Boma.

"Selesai sekolah, kamu Ibu tunggu di kantor."

"Baik Bu."

"Jangan lupa."

"Iyya Bu."

Ketika anak-anak yang' mengerumuni Gitabubar dan Boma kembali ke bangkunya, kiniBoma yang mereka kerumuni.

Page 120: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Ronny bertanya.

"Ibu Renata ngomongin apa sama kamu?"

"Pulang sekolah dia suruh aku datang kekantor."

"Ngapain?" tanya Firman.

"Nggak tau," jawab Boma sambil menowelhidung. "Yang jelas sikapnya dingin. Belumpernah aku liat Ibu Renata seperti itu."

"Jangan-jangan dia tau kita pada kasak-kusuk curiga sama si Allan," kata Vino.

"Kalau memang begitu berarti kamu yang dipanggil Vin, bukan Boma. Kamu yang pertamakali ngeliat Allan, nyangka dia lagi tripping," kataAndi pula.

Boma menowel hidungnya. "Kayaknya adasoal lain yang mau diomongin Ibu Renata. Tapiaku nggak tau soal apa."

Semua anak memandang pada Boma. Ronny hendak mengatakan sesuatu tapi saat itu guruFisika sudah masuk ke dalam kelas.

--oo0dw0oo--

12

SUMPAH BOMA - AIR MATA IBU RENATA

HUJAN turun rintik-rintik ketika Boma melangkah seorang diri menuju Kantor Sekolah.

Page 121: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Di Ruang Tamu Kepala Sekolah beberapa orang guru duduk bercakap-cakap. Mereka kemudian meninggalkan tempat itu sebelum hujanberubah lebat. Ketika berpapasan, Boma segeramemberi hormat.

Di Ruang Guru Ibu Renata duduk seoran diridi belakang meja sambil menulis. Dia ber hentimenulis ketika melihat Boma muncul di ambangpintu.

"Selamat siang Bu," Boma memberi salam.Ibu Renata menjawab dengan anggukan kepala.Wajahnya tidak cerah seperti biasa mungkinkarena habis sakit. Sikapnya masih kelihatandingin. Guru Bahasa Inggris ini menunjuk ke bangku di depan mejanya, memberi isyarat agarBoma duduk di situ.

Boma duduk.

Ibu Renata meneruskan menulis sesuatu lalumeletakkan bolpen di atas meja, melipat kertasyang barusan ditulis, memasukkan ke dai amtas.

"Boma."

"Ya Bu."

"Kamu masih ingat. Waktu di kelas satu sayapernah ngajak kamu sama-sama nonton film...."

"Ya Bu, saya ingat," jawab Boma.

Page 122: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Saat itu kamu menolak."

Boma mengangguk. "Benar Bu," katanya kemudian.

Ibu Renata diam.

Boma memberanikan diri bertanya. "Ibumarah saya menolak?"

"Film yang saya mau lihat itu bukan cumabagus. Tapi banyak kesamaannya dengankehidupan saya...." Guru Bahasa Inggris itu diamkembali. Lalu gelengkan kepala. "Tidak, sayatidak marah kamu menolak. Yang saya tidakmenduga dan benar-benar marah, mengapakamu menyebarkan, memberi tahu orang lainbahwa saya pernah mengajakmu nonton."

Boma tercengang. Ditatapnya wajah cantikGuru Bahasa Inggris itu.

"Bu, saya nggak pernah cerita sama siapa-siapa kalau Ibu ngajak saya nonton."

"Jangan dusta Boma. Kamu menyebaromongan...."

"Sumpah Bu. Saya nggak pernah nyebar-nyebar omongan begitu...."

Dalam wajah yang tetap dingin Ibu Renatatunjukkan air muka tidak percaya. Matanya mulai merah. Dia berusaha keras membendungtangis. Tapi isakannya tak tertahankan lagi. Duatelapak tangannya ditutupkan ke mukanya.

Page 123: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Bahunya bergoncang turun naik.

"Saya tidak menyangka seburuk itu budipekertimu. Kalau kau tidak suka. sama Ibu,jangan ceritanya disampaikan sama orang lain.""Sumpah Bu," kata Boma. "Jangan bersumpahBoma. Saya paling benci pada orang yang sukamengangkat sumpah tapi ternyata palsu...." "Bu,saya...." "Tidak mungkin Boma. Tidak mungkin.Waktu kita bicara pada akhir jam pelajaran hariSabtu itu, hanya kita berdua di dalam kelas.Tidak ada orang lain. Tidak ada siapa-siapa. Lalu bagaimana ceritanya jadi tersebar kalau bukankamu sendiri yang melakukan? Saya malusekali. Malu sekali Boma. Mungkin, mungkinsaya terpaksa minta berhenti mengajar disekolah ini. Saya akan keluar...."

"Jangan Bu. Jangan minta berhenti. Jangankeluar," kata Boma.

Ucapan polos anak ini membuat air matayang sejak tadi terbendung menggelinding jatuhke pipi putih Ibu Renata. Isak tangis perempuanini semakin keras. Boma memandang ke arahpintu.

Dia takut saat itu ada guru atau orang lainyang melihat.

"Bu, bagaimana Ibu tau kalau saya menyebarcerita itu? Ada yang melapor?" Boma tiba-tiba ajukan pertanyaan.

Page 124: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Kamu tidak perlu tau siapa yang memberitahu, siapa yang melapor. Pak Nugroho KepalaSekolah tadi pagi memanggil saya. Dia tau ceritaitu karena katanya sudah tersebar di antaraanak-anak sekolah, di antara para guru. Kamutahu apa yang Pak Nugroho bilang?"

Boma menggeleng.

"Kamu mau tahu?"

Boma tak berani menjawab.

"Pak Nugroho bilang apa yang saya lakukansangat tidak pantas. Seorang guru perempuan mengajak muridnya menonton! Bukan sajamerupakan satu tindakan yang keliru, tapi jugamerusak image guru."

Ibu Renata menyeka air mata yang semakinbanyak bercucuran.

Boma mulai bingung. Dia bangkit dari bangku.Hendak dipegangnya tangan Ibu Renata. Diatakut. Akhirnya ditowelnya hidungnya sendiri lalumelangkah keluar Ruangan Guru. Di pintu anakini hentikan langkahnya dan membalik. Untukbeberapa lamanya dipan-danginya Guru Bahasa Inggris itu. Sikap dingin masih belum pupus dariwajah perempuan muda itu.

"Pergi Boma, pergilah...." kata Ibu Renatasambil melambaikan tangan menyuruh Bomapergi.

Page 125: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Tapi Boma tidak beranjak dari tempatnyaberdiri.

"Ibu Renata, sekali lagi saya sumpah. Saya tidak berbuat sejahat itu."

Ibu Renata geleng-gelengkan kepala.

"Kalau sumpah saya palsu, biar saya nggakselamat."

Habis berkata begitu Boma menowelhidungnya sampai tiga kali lalu membalikkanbadan, melangkah cepat-cepat meninggalkan Ruang Guru.

Setelah Boma keluar dari ruangan guru, IbuRenata masih tertegak di belakang meja. Ucapan Boma terngiang di telinganya.

"Kalau sumpah saya palsu, biar saya nggakselamat."

"Berani sekali. Seberani itu dia bersumpah,"kata Ibu Renata dalam hati.

--oo0dw0oo--

BOMA berjalan sambil memukul-mukulkan tinju kanannya ke dalam telapak tangan kiri.

"Ajie Gilel" Kenapa jadi begini urusannya?Musti gua selidikin siapa yang punya kerjaan!"

Saat itu Boma ingin sekali ada kawan-kawannya yang masih belum pulang. Ingin sekalidia menceritakan apa yang barusan dibicara-

Page 126: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kannya dengan Ibu Renata. Mungkin dengan menyampaikan hal itu dadanya bisa lega,perasaannya bisa tenang. Namun baik Ronny,Firman, Vino, maupun Andi dan Rio, tak satupunyang ada di sekolah. Semua sudah pulang.

Boma berdiri di pintu gerbang sekolah. Suaraderu motor yang bising membuat dia berpaling. Guru Olahraga Bapak Sanyoto lewat dengansepeda motor yang bocor kenalpotnya.

"Siang Pak," kata Boma sambil anggukkankepala.

Mungkin tidak melihat, mungkin juga tidakmendengar salam anak muridnya, GuruOlahraga itu lewat saja tanpa menjawab hormat Boma.

"Nggak denger sih mungkin," kata Boma jadikesal karena penghormatannya seolah tidakdiacuhkan. "Budek sih mungkin. Soalnya 'tuhmotor udah kayak suara speed boat aja. Tapibuta jelas nggak. Rugi gua ngasih hormat.Sialan! Tapi udahlah. Buat apa aku pikirin." Borna menowel hidungnya.

Langit semakin gelap. Hujan rintik-rintik berubah lebat. Boma tutupi kepalanya dengantas, melangkah tinggalkan pintu gerbangsekolah. Tapi langkahnya tertahan ketika dibelakangnya ada suara deru mobil. Menoleh kebelakang sebuah Suzuki Katana putih meluncur

Page 127: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

perlahan. Di belakang kemudi duduk Ibu Renata.

Hujan lebat turun mendera. Boma masihtegak di pintu gerbang berpayung tas sekolah.Suzuki

Katana lewat di sampingnya. Saat itu inginsekali Boma melihat Ibu Renata menurunkan kaca jendela kiri Suzuki Katana, ingin sekalimendengar Guru Bahasa Inggris itumenyapanya.

"Boma, ayo ikutan sama saya...."

Namun harapan itu hanyalah suara hati BomaTri Sumitro sendiri. Suzuki Katana meluncurmelewatinya. Boma baru sadar dan beranjak dari pintu gerbang sekolah setelah sekujur tubuhdan pakaiannya basah kuyup.

HONDA Tiger merah berhenti di ujung gang

"Di sini aja Ron. Nggak usah masuk," kataBoma. Begitu motor berhenti Boma segeraturun.

"Aku juga males masuk Bom. Takut didamprat kakek tetangga kamu itu. Dikit-dikit mau ngeguyur kepala gua sama air kencing. Padahalgue rasa 'tu kakek boro-boro kencing, kentut ajaudah nggak bisa!"

Boma tertawa lebar mendengar ucapanRonny Celepuk.

"Besok hari Minggu gimana?" tanya Ronny

Page 128: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

"Jadi ke rumah Allan?"

"Boleh, tapi awas lu, jangan keliwat siang Janjipagi dateng siang, siang dateng sore. janjimalem bisa-bisa lu dateng subuh."

Ronny menyengir. Boma lambaikan tangan.Anak ini tengah berjalan ke tukang rokokdiseberang jalan untuk membeli Gudang Garam Filter pesanan ayahnya ketika tiba-tiba dari arahbelakang sebuah Toyota Hardtop berhenti. Dua orang keluar dari sebelah depan, tiga lainnyamelompat dari bagian belakang kendaraan.

Boma yang mendadak mendapat firasat tidakenak, cepat menyeberang, melangkah ke arahtembok tinggi sebuah bangunan. Karena mauberbalik dan masuk ke gang. Di mulut gangsudah dihadang dua dari lima orang yangbarusan turun dari jip. Anak lelaki ini sekarangingat. Toyota jip itu sebelumnya mengikuti diadan Ronny lalu lenyap di satu tikungan jalan.Tahu-tahu kini muncul di belakangnya. DugaanBoma tidak keliru. Dia mendengar ada suaraseseorang berkata.

"Bener dia Fred! Sayang temannya udahpergi!"

Fred. Boma ingat. Itu nama lelaki berewokyang memukulinya di toilet Gramedia. Dan suara orang yang barusan bicara sama dengan suaratemannya si berewok. Boma mencapai tembok,

Page 129: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

membalik. Lima orang berdiri di hadapannya. Siberewok di tengah-tengah.

"Jagoan tengik! Gua mau liat kehebatan lusekali lagi!" si berewok membuka mulut. Dia memberi isyarat dengan gerakan tangan. Empatorang temannya, dua di kiri dua di kanan tanpabanyak bicara langsung menyerbu Boma.

Perkelahian tidak seimbang segera terjadi.

Walau mampu melayangkan tinjunyabeberapa kali dengan telak ke arah lawannamun dengan cepat Boma terdesak. Lebih-lebih setelah si berewok ikut membantu empattemannya.

Pedagang rokok yang melihat kejadian ituberteriak kaget. Tapi kembali masuk ke dalamkios rokoknya dengan ketakutan ketika duaorang penyerang mengancam.

"Berani macem-macem gua bakar kios lu!"ancam salah seorang pengeroyok.

Darah mengucur dari hidung dan mulutBoma. Kakinya mulai goyah. Ketika satu jotosanmelanda perutnya dan satu tendanganmenghajar tulang kering kaki kirinya, anak inilangsung roboh.

"Abisin! Bikin mampus!"

"Jangan dibunuh Fred! Nanti jadi urusan!"

"Bunuh! Urusan belakangan!" kata si berewok.

Page 130: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

Lalu dia mengeluarkan sebilah belati daripinggangnya, diserahkan pada salah seorangtemannya.

Pada saat itulah -seperti kejadian di toilettoko buku Gramedia- Boma tiba-tiba merasakan ada hawa dingin di tengkuknya. Tubuhnyabergeletar panas. Nafasnya seperti membara.Bersamaan dengan itu tubuhnya melesat keatas. Lima orang yang mengeroyoknya samaterkejut. Dua orang berlaku lengah. Tinju Bomabersarang di hidung lelaki sebelah kanan.

"Praakk!"

Orang ini meraung keras. Tulang hidungnyapecah. Darah mengucur deras.

Korban kedua muntah darah ketikatendangan Boma mendarat di dadanya. Orangini langsung jatuh terduduk, mengerangkesakitan beberapa lamanya lalu susah payah berusaha berdiri.

Lelaki yang memegang belati tusukkansenjata di tangan kanannya ke perut Boma.Nasibnya tak kalah jelek dari dua temannya.Tinju kanan Boma menyodok ulu hatinya. Orangini megap-megap sambil pegangi perut.Belatinya jatuh entah ke mana. Boma melompat.Tangan kiri dihantamkan ke kening orang.Seekor burung putih, entah dari manadatangnya, terbang di atas tempat terjadinya

Page 131: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

perkelahian lalu hinggap di cabang pohon dekatkios rokok.

Sesaat lagi tangan kiri Boma akanmenghantam batok kepala orang yang tadihendak menikamnya dengan belati, tiba-tiba Boma merasa ada yang mencekal lengan kirinya.Bersamaan dengan itu ada suara berkata.

"Anak setan! Kau membunuh orang dengantangan mautmu? Apa kau lupa telapak tangankirimu ada tanda silang, tanda kematian? Apakau lupa tangan kirimu sudah kuisi ilmukesaktian?!"

Boma terkejut. Dia memandang ke kiri dankanan. Dia tak melihat orang yang bicara. Anakini mencium bau pesing. Dia coba berontak. Tapitak mampu lepaskan diri dari cekalan tangan yang tak kelihatan.

Boma kemudian mendengar seseorangberteriak.

"Fred! Cabut Fred!"

Lima orang pengeroyok berhamburan naik keatas Toyota Hardtop. Kendaraan itu tancap gas,lenyap dalam beberapa detik saja.

Boma tersurut mundur ketika di depannyakelihatan satu sosok samar bungkuk sementarabau pesing tercium makin santar. Sosok samarperlahan-lahan kelihatan semakin nyata. Boma

Page 132: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

tambah tersurut.

"Nek...." Boma mengenali. Nenek hitambermuka kulit pembungkus tulang dengan limatusuk konde di atas batok kepalanya. Nenek inilah yang menolongnya sewaktu ditimpamalapetaka di Gunung Gede. Nenek ini pulayang memberikan ilmu secara aneh padanya.

Saat itu beberapa orang berdatangan ketempat kejadian itu, termasuk tukang rokok dipinggir jalan. Si nenek menggerendeng.

"Anak setan, nanti aku datang lagi menemuimu. Sekarang kau telan ini...." Begituberucap si nenek sumpalkan satu benda hitamsebesar ujung ibu jari. Empuk-empuk pahit.

"Nek, kau menjejali aku tai kambing aparacun?"

Si nenek tertawa cekikian. "Itu obat yan akan menyembuhkan seluruh luka yang kau alami.Sudah, jangan banyak tanya. Telan saja!Namanya saja obat. Mana ada obat semanisgulanya cendol! Hik... hik... hik!"

Si nenek cabut sesuatu dari pinggangnya.

"Ini satu lagi aku berikan padamu!"

Boma kerenyitkan keningnya.

"Apa ini Nek?" tanya Boma.

"Mana tahu aku apa ini namanya! Di

Page 133: BASTIAN TITO - storage.googleapis.com · bahu Gita lalu melangkah ke arah tangga. Firman mengikuti di belakang. "Seharusnya tadi kamu nggak usah maksa aku bilang soal Dwita," kata

kampungku di puncak Gunung Gede tak pernahada benda beginian. Ambil. Pasti nanti adagunanya bagimu!"

Boma mengambil benda yang diberikan sinenek. Ternyata benda itu adalah kaleng tipis plat nomor mobil. Plat nomor polisi sebelahbelakang Toyota jip yang dikendarai limapengeroyok.

Ketika Boma masih bingung dan maubertanya, si nenek bau pesing telah lenyap darihadapannya.

TAMAT

Pembuat Ebook :

Scan djvu oleh : Abu Keisel

Convert & Edit oleh : Dewo KZ

Pdf Ebook oleh : Dewi KZ

http://kangzusi.com/

http://kang-zusi.info/

http://dewikz.byethost22.com/

http://ebook-dewikz.com/