Bangsa Arab Pra Islam
-
Upload
fadmi-nanda-putri-hardi -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
description
Transcript of Bangsa Arab Pra Islam
Tugas Kelompok Dosen PengampuSejarah Peradaban Islam Darusman, M.Ag.
ARAB PRA ISLAM
Kelompok I
1. Arizal Ramadhan2. Fadmi Nanda3. Pharid Raida4. Yolanda Adriana
PUBLIC RELATIONS IV BJURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARURIAU
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul: Arab Pra Islam.
Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya dengan hati terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Teriring doa, semoga amalan yang diberikan mendapatkan ridho dan berkah dari Allah
SWT. Amin. Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Akhirul kalam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5
2.1 Asal Usul Keturunan Bangsa Arab...........................................................................5
2.2 Sosial Budaya Bangsa Arab Pra Islam......................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................16
BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan
tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah
Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada kaum yang disesuaikan dengan daerah
tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Jazirah Arab dibatasi oleh laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah timur
dibatasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan, di sebelah selatan
dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India, di sebelah utara dibatasi negeri
Syam dan sebagian kecil dari negara Iraq, sekalipun mungkin ada sedikit perbedaan
dalam penentuan batasan ini. Luasnya membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga
ratus ribu mil.
Jazirah Arab memiliki peran yang sangat besar karena letak geografisnya. Sedangkan
dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala
sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat jazirah Arab seperti benteng
pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah,
mencaplok, dan menguasai Bangsa Arab. Oleh karena itu kita bisa melihat penduduk
jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dalam segala urusan semenjak zaman -
dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul keturunan bangsa Arab?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya bangsa Arab Pra Islam?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah Arab Pra Islam ialah untuk memahami asal usul keturunan bangsa Arab
dan mengetahui bagaimana kondisi sosial budaya bangsa Arab sebelum masuknya Islam.
4
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Keturunan Bangsa Arab
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal-bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum
bangsa Arab menjadi tiga bagian1, yaitu:
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak
secara rinci dan komplit. Kaum-kaum ini merupakan kaum Arab kuno yang sudah
punah dan tidak mungkin untuk melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka,
seperti Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Amlaq, dan lain-lain.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin
Yasyjub bin Qathnan, atau disebut pula Arab Qathniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il,
yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh segenap para ulama ahli tarikh, bangsa Arab itu
terbagi atas tiga bangsa yaitu bangsa al-’Arabaa’, bangsa al-’Aaribah, dan bangsa al-
Musta’rabah. Keterangan mengenai bangsa-bangsa tersebut itu dengan singkat adalah
sebagai berikut2 :
A. Bangsa Arab Ba’idah
Yang disebut juga bangsa Arab al-‘Arabaa’. Mereka adalah bangsa Arab yang
mula-mula sekali atau yang asli. Mereka adalah keturunan Iram bin Sam bin Nuh,
yang banyaknya ada sembilan bangsa: ‘Aad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis,
Imliq, Jurhum Ula, dan Wabaar.
Bangsa Arab tersebut adalah umat yang tertua, sesudah kaum Nabi Nuh dan mereka
tinggal di negeri Babilon. Menurut riwayat, mereka adalah umat yang paling kuat
dan sentosa pada masa itu dan mempunyai peninggalan-peninggalan yang tidak
sedikit di muka bumi ini. Akan tetapi, masa umat itu telah lewat sehingga riwayat
1 Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999) hlm. 26.2 K.H. Moenawar Chalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 17.
5
mereka tidak dapat diuraikan dengan jelas. Dari Babilon, mereka pindah ke Jazirah
Arab.
Kemudian setiap golongan itu, setelah diam di Jazirah Arab, mendirikan beberapa
kerajaan dan benteng di segenap Jazirah Arap sampai pada masa mereka dikalahkan
oleh bangsa Arab keturunan Ya’rib bin Qahthan. Keturunan Ya’rib ini bertempat
tinggal di daerah Arab yang berpusat di negeri Yamamah.
Dari golongan yang tersebut tadi itu, riwayat yang dapat diketahui dengan singkat
adalah bangsa Arab dari ‘Aad dan Tsamud karena kedua bangsa itu dalam kitab
suci Al-Qur’an disebutkan, sekalipun dengan singkat. Adapun yang tujuh golongan
lagi tidaklah disebutkan atau diceritakan sedikitpun. Menurut riwayat, dari mereka
(Arab Ba’idah) inilah Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim dapat belajar bahasa Arab.
Mereka disebut dengan istilah Arab al-Baa-idah karena mereka telah binasa atau
bangsa Arab yang terhapus dari muka bumi ini dan tidak ditemukan lagi kecuali
hanya peninggalan-peninggalan atau bekasnya saja, seperti golongan bangsa ‘Aad
dan Tsamud. Sementara itu, oleh sebagian ahli tarikh diriwayatkan bahwa kabilah
‘Aad berdiam di daerah Ahqaf, sedangkan kabilah Tsamud berdiam di daerah Hijr
dan Wadil Qura.
B. Bangsa Arab Al-‘Aaribah
Bangsa ini disebut pula Arab al-Muta’aaribah. Mereka adalah bangsa Arab yang
kedua, keturunan Jurhum bin Qathan, putra Aabir atau Albar. Menurut pendapat
seorang ahli tarikh Aabir atau Albar adalah nama Nabi Hud. Mereka berdiam di
daerah Hijaz dan terkenal pula dengan sebutan Arab al-Yamaniyah karena tumpah
darah mereka adalah daerah Yaman.3
Bangsa Arab al-Muta’aribah itu merupakan keturunan Saba’. Nama sebenarnya dari
Saba’ adalah Abdu Syamsin bin Syasjub bin Ya’rib bin Qahthan. Dia dinamakan
Saba’ karena keturunan mereka sering berperang dan memperoleh kemenangan dan
harta rampasan perang dari musuhnya. Oleh sebab itu, terkenal lah mereka itu
dengan nama Saba’ atau bangsa Saba’iyah.
3 K.H. Moenawar Chalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 18.6
Saba’ mempunyai beberapa anak laki-laki yang diantaranya bernama Himyar dan
Kahlan. Pada masa itu, kabilah di daerah Yaman seluruhnya ada di bawah perintah
kerajaan Tababi’ah, sementara Tababi’ah itu adalah anak laki-laki Saba’ juga.
Mereka itulah yang berhasil menjatuhkan beberapa kerajaan lain serta dapat
mendirikan beberapa kerajaan di seluruh Jazirah Arab. Mereka juga yang berhasil
menaklukkan kerajaan bangsa Arab al-‘Arabaa’ (bangsa Arab asli) yang disebutkan
tadi.
Setelah kaum ‘Aad dapat dikalahkan, kerajaan Yaman dipegang oleh Ya’rib bin
Qahthan. Adapun kaum Amaliqah (saudara kaum ‘Aad) di daerah Hijaz, juga
berhasil dijatuhkan lantas diserahkan kepada Jurhum bin Qahthan. Negeri Syihr
kepada ‘Aad bin Qahthan dan negeri Oman diserahkan kepada Oman bin Qahthan.
Demikian selanjutnya hingga masa daerah Yaman dihanyutkan oleh air bah dan
kerajaan mereka pecah menjadi tiga kerajaan. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun
129 sebelum Masehi.
Tempat kelahiran Arab Aribah atau Qaum Qathan adalah negeri Yaman, lalu
berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah4:
a. Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur,
Qadh’ah dan Sakasik.
b. Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Hamdan, Anmar,
Wathi’, Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Uzd, Aus, Khazraj, dan anak
cucu keturunan dari Jafnah yang merupakan Raja Syam.
Golongan Qathniyun pernah mendirikan kerajaan Saba’ dan kerajaan Himyar di
Yaman, bagian selatan Jazirah Arab. Kerajaan Saba’ inilah yang membangun
bendungan Ma’arib, sebuah bendungan raksasa yang menjadi sumber air untuk
seluruh wilayah kerajaan. Pada masa pemerintahan Saba’, bangsa Arab menjadi
penghubung perdagangan antara Eropa dan dunia Timur. Setelah kerajaan
mengalami kemunduran, muncul kerajaan Himyar menggantikannya. Kerajaan baru
ini terkenal dengan kekuatan armada niaga yang menjelajah mengarungi India,
Cina, Somalia, dan Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman.5
4 Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah.(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999) hlm. 26.
5 A. Syalabi, op. cit., hlm.37.7
Terutama setelah bendungan Ma’arib runtuh, masa gemilang kerajaan Himyar
sedikit demi sedikit memudar. Banyak bangunan roboh dibawa air dan sebagian
besar penduduk mengungsi ke bagian Utara Jazirah. Meskipun demikian, karena
daerahnya berada di jalur perdagangan yang strategis dan tanahnya subur, daerah
ini tetap menjadi incaran kerajaan besar Romawi dan Persia yang selalu bersaing
untuk menguasainya.
Anak-anak kabilah (marga) Kahlan banyak yang pergi meninggalkan Yaman, lalu
menyebar ke berbagai penjuru Jazirah. Ada yang mengatakan bahwa kepergian
mereka terjadi menjelang banjir besar saat mereka mengalami kegagalan
perdagangan akibat tekanan dari Bangsa Romawi dan dikuasainya jalur
perdagangan laut oleh mereka, dilumpuhkannya jalur darat serta keberhasilan
mereka menguasai Mesir dan Syam.6
Merupakan hal yang tidak dapat disangkal, bahwa telah terjadi persaingan antara
kabilah Kahlan dan kabilah Himyar, yang berujung pada hengkangnya kabilah
Kahlan. Hal ini terbukti bahwa kabilah Himyar masih tetap eksis di sana,
sedangkan kabilah Kahlan hengkang dari sana. Kabilah Kahlan yang
(meninggalkan Yaman) bisa di bagi menjadi empat golongan:
1. Azd
Mereka meninggalkan Yaman setelah mengikuti pendapat pemuka dan
sesepuh mereka, Imran bin Amr Muzaiqiya. Mereka berpindah-pindah dari
negeri Yaman dan mengirim para pemandu, lalu menempuh arah utara dan
timur. Tsa’labah bin Amr dari al-Azd pindah menuju Hijaz. Setelah anaknya
dewasa dan kekuasannya menguat. Ia menuju Madinah. Ia memiliki anak
keturunan yaitu Aus dan Khazraj.
Sedangkan Imran bin Amr singgah di Oman dan menetap bersama anak
keturunannya. Jafnah bin Amr berangkat menuju wilayah Syam dan menetap
bersama anak keturunanya. Dialah bapak para raja al-Ghassasina. Kata al-
6 Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad. (Jakarta:
Darussalam, 2008) hlm. 3.8
Ghassasinah merupakan sumber air di Hijaz yang dikenal dengan nama
Ghassan.
2. Lakhm dan Judzam
Mereka pindah ke bagian timur dan utara. Di kalangan Lakhm ini terdapat
seorang yang bernama Nashr bin Rabi’ah. Dia adalah bapak dari raja-raja al-
Manadzirah di Hirah.
3. Bani Thayyi’
Mereka pindah ke arah utara hingga singgah di kawah dua bukit, Aja dan
Salma. Lalu akhirnya tinggal di sana sehingga kedua gunung tersebut
kemudian dikenal dengan nama dua gunung Thayyi’.
4. Kindah
Mereka singgah di Bahrain, kemudian mereka meninggalkannya dan singgah
di Hadhramaut. Agaknya mereka mengalami cobaan yang sama seperti di
Bahrain. Mereka kemudian mampir di Najd. Di sana, mereka membentuk
pemerintahan besar dan diperhitungkan. Namun pemerintahan itu demikian
cepat tumbang tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.
C. Bangsa Arab al-Musta’ribah
Bangsa Arab yang datang atau orang yang dijadikan/ditetapkan sebagai bangsa
Arab. Mereka itulah yang dikenal dengan sebutan bangsa Arab Ismailiyah yang
menurunkan Adnan. Adnan itulah yang menurunkan Nabi Muhammad saw.
Adapun asal mula keturunan mereka adalah dari Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim,
dan Ibrahim itu sebagaimana diketahui oleh ahli sejarah bukan berasal dari bangsa
Arab, melainkan dari negeri Kan’an pindah ke negeri Mekah, pusat daerah Hijaz.
Nabi Ibrahim pindah ke Mekkah bersama istrinya serta putra laki-lakinya, Ismail,
setelah dewasa, Ismail dikawinkan dengan seorang putri Mudhah bernama Halah
9
binti Haris bin Amr al-Jurhumiy. Mudhah itu adalah kepala kabilah dari keturunan
Jurhum, padahal Jurhum itu keturunan bangsa Al-‘Aribah seperti yang disebutkan
di atas.
Dari perkawinanya dengan putri Mudhah, Ismail dikaruniai oleh Allah sebanyak
dua belas orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu: Nabit atau Nabayuth, Qaidar,
Adba’il, Mibsyam, Misyma’, Duma, Misya, Hidad, Yutma, Yathur, Nafis, dan
Qaidaman. Dari mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah.
Mata pencaharian pokok mereka adalah berdagang dari negeri Yaman ke negeri
Syam dan Mesir. Kemudian secara bertahap kondisi mereka seakan tenggelam
dibawa zaman, kecuali anak cucu dari Nabit dan Qaidar.7
Peradaban kaum al-Anbath yaitu anak cucu dari Nabit mengalami kemajuan pesat
di bagian utara Hijaz. Mereka mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan
dipatuhi oleh para penduduk daerahnya. Tak seorang pun yang mampu melawan
mereka hingga datanglah pasukan Romawi yang kemudain berhasil menghancurkan
mereka.
Adapun anak keturunan Qaidar bin Ismail menetap di Makkah, beranak pinak di
sana hingga lahirlah darinya Adnan dan anaknya Ma’d. Dari dialah orang-orang
Arab Adnaniyah menisbatkan nasab mereka. Adnan adalah kakek kedua puluh satu
dalam silsilah keturunan Nabi. Setelah anak-anak Adnan beranak-pinak, mereka
berpencar di berbagai tempat di penjuru jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat
yang banyak curah hujannya dan ditumbuhi oleh rerumputan.
Setelah Nabi Ismail mempunyai beberapa orang putra (menurut riwayat 12 orang)
dan putra-putra beliau itu menurunkan beberapa turunan (beranak cucu), mereka
lalu mengembara ke mana-mana, sebagian tinggal di dusun-dusun dan sebagian
tinggal di kota-kota, seperti Mekah, Madinah, Jedah, dan sebagainya. Mereka itulah
yang disebut bangsa Arab al-Musta’rabah atau yang terkenal pula dengan Arab
Ismailiyah. Kemudian keturunan Ismail inilah yang menurunkan Adnan dan
keturunan Adnan inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Arab Adnaniyah.
Sebagian ahli tarikh mengatakan bahwa bangsa Arab yang ke-2 dan yang ke-3
(Al-‘Aribah dan al-Musta’rabah) itu adalah bangsa Arab al-Baaqiyah, artinya
7 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad. (Jakarta: Darussalam, 2008) hlm. 8.
10
bangsa Arab yang masih dapat ditemukan sampai sekarang ini, sebaliknya dari
bangsa Arab al-Baaidah.
2.2 Kondisi Sosial Budaya Bangsa Arab Pra Islam
Kondisi Sosial Masyarakat Arab pada Masa Jahiliyah
Bangsa Arab terdapat beberapa lapisan yang beragam seperti hubungan seorang
laki-laki dengan istrinya dilapisan kaum bangsawan yang mengalami kemajuan.
Yang dimana seorang istri mempunyai porsi yang sangat besar dalam kebebasan
berkehendak dan mengambil kebijakan. Demikianlah kondisi kaum bangsawan,
sementara pada lapisan masyarakat lainya terdapat jenis dari percampurbauran
antara laki-laki dan wanita. Imam al-Bukhori dan periwayat hadis lainnya
meriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa pernikahan di masa jahiliyah terdiri dari
empat macam8:
1. Pernikahan seperti saat sekarang ini dimana seorang laki-laki datang kepada
wali laki-laki untuk melamar wanita yang di bawah perwaliannya atau anak
perempuannya, lalu ia menentuan maharnya, kemudian menikahkannya.
2. Seorang laki-laki berkata kepada istrinya manakala ia sudah suci dari
haidnya, ”Pergilah kepada si Fulan dan bersenggama dengannya.” Hal
tersebut dilakukan hanyalah lantaran ingin mendapatkan anak yang pintar.
Pernikahan semacam ini dinamakan nikah al-istibdha’.
3. Sekelompok laki-laki yang jumlahnya lebih kurang dari sepuluh dan
kemudian mendatangi seorang wanita dan menggaulinya. Jika wanita ini
hamil dan melahirkan, maka wanita ini berhak menyebutkan nama laki-laki
yang disenanginya dari mereka sebagai ayah dari anak tersebut.
8 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad. (Jakarta: Darussalam, 2008) hlm. 44.
11
4. Laki-laki dalam jumlah banyak mendatangi seorang wanita sementara ia tidak
menolak siapapun yang mendatanginya tersebut (pelacur). Yang mereka
lakukan adalah menancapkan bendera-bendera di pintu-pintu rumah mereka
yang menjadi simbol.
Pada masa jahiliyah juga dikenal suka beristri banyak (poligami) tanpa batas
tertentu. Seperti dalam surat An-Nisa ayat 22-23. Pada masa itu perzinahan sudah
marak dilapisan masyarakat Arab. Sehingga tidak dapat mengkhususkannya kepada
suatu lapisan tanpa melihat lapisan lainnya atau sekelompok tanpa melihat
kelompok yang lain. Tidak hanya itu diantara mereka, ada pula yang mengubur
hidup-hidup anak perempuan mereka karena takut malu dan enggan menafkahinya,
demikian juga membunuh anak-anak lantaran takut menjadi fakir dan melarat.
Kondisi sosial mereka berada dalam sangkar kelemahan dan kebutaan.Kebodohan
mencapai puncaknya dan khurafat merajalela dimana-mana sementara kehidupan
manusia tak ubah seperti binatang ternak. Wanita diperjual belikan dan bahkan
terkadang diperlakukan seperti benda mati. Hubungan antar umat sangat lemah,
sementara pemerintahan yang ada perhatian utamanya hanyalah untuk mengisi
gudang kekayaan mereka yang diambil dari rakyat untuk mengiring mereka
melawan musuh-musuh yang mengancam kekuasaan.
Kondisi Ekonomi Bangsa Arab sebelum Islam
Pada masa itu, bangsa Arab yang tinggal di Jazirah terdiri atas dua golongan, yaitu
golongan penduduk kota dan golongan penduduk desa. Akan tetapi, penduduk yang
terbesar jumlahnya adalah golongan yang ada di desa-desa atau yang ada di padang
pasir, dekat gunung-gunung atau di lereng-lereng bukit. Golongan yang besar itulah
dinamakan Arab Badui. Bangsa Arab Badui itulah yang memelihara binatang-
binatang ternak, terutama unta. Unta itu dipelihara baik-baik oleh mereka karena
dapat digunakan untuk keperluan mengembara atau untuk kendaraan padang pasir
yang luas dan lebar serta panas itu, untuk mencari penghidupan dan mata pencarian.
Di antara mereka yang terbesar pencariannya adalah bangsa Arab Hijaz dan Najd.9
9 K.H. Moenawar Chalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 19.12
Telah menjadi sifat manusia untuk selalu merasa kekurangan atau merasa kalau
penghasilan dari mata pencarian mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehingga sering sekali terjadi perselisihan atau pertengkaran yang akhirnya
menimbulkan peperangan. Karena itu tidak aneh jika sebagian dari mereka itu
mengerjakan pekerjaan yang berbahaya bagi ketentraman umum, seperti merampas,
merampok, menyamun siapa saja, dan apa saja.
Masyarakat Badui sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau
solidaritas kelompok menjadi sumber kekuasaan bagi suatu kabilah atau suku.
Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku seiring sekali terjadi.
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang
Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat
rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir.10
Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.
Karena itu, bahan-bahan sejarah Arab pra-Islam sangat langka didapatkan. Ahmad
Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira
150 tahun menjelang lahirnya agama Islam.11 Pengetahuan itu diperoleh dari syair-
syair sejarah dan sifat masyarakat Badui Arab dapat diketahui, antara lain,
bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan
juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar terdiri dari Padang Sahara, ekonomi
mereka yang terpenting itu perdagangan. Di musim dingin mereka mengirim
kafilah dagang ke Yaman, sedangkan di musim panas kafilah dagang mereka
menuju ke Syiria. Perdagangan yang paling ramai di kota Mekah yaitu selama
musim Pasar Ukaz, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram. Adapun
keadaan sosial mereka terdapat beberapa segi yang baik dan adapula yang buruk.12
Lain halnya dengan masyarakat kota yang telah berbudaya dan mendiami pesisir
jazirah Arab, sejarah mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka
mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan.
10 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hlm. 29. 11 A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, 1, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm. 29.12 Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Penerbit Amzah, 2013) hlm. 59.
13
Kondisi Moral Bangsa Arab sebelum Islam
1. Minum Arak
Ini adalah salah satu adat kebiasaan bangsa Arab pada masa itu. Hampir rata-
rata diantara mereka adalah peminum, kecuali hanya beberapa orang yang
dapat dihitung yang tidak tertarik untuk meminum arak. Di antara salah satu
cara mereka meminum arak ialah sambil berjudi. Siapa yang menang, dia
segera memotong unta dalam taruhan judinya. Demikianlah sampai beberapa
puluh unta yang dipotong dalam sekali main dan minum.
2. Perjudian
Perjudian adalah salah satu permainan yang sangat disukai oleh bangsa Arab
pada masa sebelum Islam. Cara berjudi yang biasa mereka lakukan
bermacam-macam, diantaranya adalah berjudi dengan bertaruh seperti yang
biasa dilakukan orang sekarang. Ada pula dengan cara berlotre unta di antara
beberapa orang. Kemudian setiap orang yang telah mendapat giliran undi
yang berisi bagian, mengambil bagiannya masing-masing, lalu orang-orang
yang kebetulan mendapat undian yang kosong, mereka itulah yang membayar
harga unta yang telah disembelih tadi. Mereka yang mendapat kemenangan
tidaklah mengambil bagiannya, tetapi diberikan kepada fakir miskin.
Judi yang serupa itu paling digemari oleh mereka, dan orang yang tidak suka
ikut berjudi yang serupa itu dipandang sebagai orang yang kikir serta biasa
dinamakan barm. Dengan demikian dia dipandang rendah oleh masyarakat
mereka, sehingga orang yang kawin dengan dia (barm) dipandang hina pula.
3. Pelacuran
Pelacuran yang terjadi di bangsa Arab merupakan suatu perbuatan yang biasa
saja, tidak menjadikan rendahnya derajat orang yang mengerjakannya.
Pelacuran dengan cara terang-terangan tidak dibolehkan, tetapi orang boleh
mengerjakannya secara tertutup. Anak yang dilahirkan dari perempuan yang 14
tidak halal, pada masa itu dipandang sebagai anak sah, sebagaimana anak
yang diperoleh dari perkawinan yang sah.
4. Pencurian dan Perampokan
Perbuatan mencuri dan perampokan dari satu suku kepada suku yang lain,
biasa terjadi barang yang dirampok itu bukan saja harta benda, melainkan
segala apa yang didapat. Hingga orang yang mempunyai harta itupun
dirampok juga (diculik/ditawan). Orang tawanan/culikan dari hasil
perampokan itu biasanya dijadikan hamba sahaya, budak belian, dan kalau
perempuan dijadikan gundik atau dijual kepada orang lain.
5. Kekejaman
Kekejaman yang dilakukan bangsa Arab pada masa itu sangat melewati batas
perikemanusiaan. Sebagaimana telah diriwayatkan, mereka tega mengubur
hidup-hidup anak perempuannya dan adakalanya ditaruh di dalam satu tempat
seperti tong, lalu dihancurkan dari tempat yang tinggi.
Tradisi Bangsa Arab dalam Penyembahan Berhala
Berdiam lama di hadapan berhala, berlindung kepadanya, menyebut-nyebut
namanya dan meminta pertolongan tatkala mengahadapi kesulitan serta berdoa
15
kepadanya agar ia memenuhi hajat mereka dengan keyakinan bahwa berhala-
berhala itu bisa mewujudkannya.
Menunaikan haji dan thawaf di sekeliling berhala seraya menghinakan diri di
sisinya dan bersimpuh sujud kepadanya.
Melakukan taqarrub kepada berhala mereka dengan berbagai bentuk
persembahan seperti menyembelih dan berkorban untuknya dengan menyebut
namanya pada saat menyembelih.
Jenis taqarrub yang lain khususnya sesuatu dari makanan dan minuman yang
mereka pilih untuk disajikan kepada berhala dan mengkhususkan bagian
tertentu dari hasil panen dan binatang ternak mereka. Diantara jenis taqarrub
lainnya adalah dengan bernadzar menyajikan sebagian hasil tanaman dan
ternak untuk berhala-berhala tersebut.
16
BAB IIIKESIMPULAN
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal-bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum
bangsa Arab menjadi tiga bagian13, yaitu:
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak
secara rinci dan komplit. Kaum-kaum ini merupakan kaum Arab kuno yang sudah
punah dan tidak mungkin untuk melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka,
seperti Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Amlaq, dan lain-lain.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin
Yasyjub bin Qathnan, atau disebut pula Arab Qathniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il,
yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Adapun kondisi sosial mereka berada dalam sangkar kelemahan dan kebutaan.Kebodohan
mencapai puncaknya dan khurafat merajalela dimana-mana sementara kehidupan
manusia tak ubah seperti binatang ternak. Wanita diperjual belikan dan bahkan terkadang
diperlakukan seperti benda mati. Hubungan antar umat sangat lemah, sementara
pemerintahan yang ada perhatian utamanya hanyalah untuk mengisi gudang kekayaan
mereka yang diambil dari rakyat untuk mengiring mereka melawan musuh-musuh yang
mengancam kekuasaan.
13 Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999) hlm. 26.17
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi. Sejarah Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna. Jakarta. 1983.
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
2008.
K.H. Moenawar Chalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Gema Insani. Jakarta. 2001.
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. Penebit Amzah. Jakarta. 2013.
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
1999.
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad.
Darussalam. Jakarta. 2008.
18