Bahasa indonesia (pnj) 1
-
Upload
state-polytechnic-of-jakarta -
Category
Documents
-
view
432 -
download
4
Transcript of Bahasa indonesia (pnj) 1
II. EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan adalah kaidah atau aturan tentang cara menggambarkan bunyi bahasa (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf dan lambang) serta penggu-
naan tanda baca.
Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia
Perubahan Ejaan
. . . –-1901 digunakan huruf Arab (Jawi) dan berbagai huruf daerah
(Batak, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, dan sebagainya)
1901—1947 Ejaan van Ophuysen
1947—1972 Ejaan Suwandi (Republik)
1972—kini Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Ejaan van Ophuysen Ejaan Suwandi
oe boekoe, itu
‘ ana’, ma’loem
‘ ma’af, Joem’at
u buku, itu
k anak, maklum
maaf, Jum’at
di, ke, dari tidak ada kaidah yang
mengaturnya
dirumah, diambil
di Bandung
kepasar, ke Bali
dari rumah, dari Bandung
Tanda baca (tidak ada aturannya) Tanda baca (tidak ada aturannya)
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Perubahan ejaan dari Ejaan Suwandi ke Ejaan yang Disempurnakan menyangkut
perubahan huruf (lambang bunyi), perubahan morfologi, dan penggunaan tanda
baca.
Perubahan huruf:
Penggunaan huruf:
tj → c
dj → j
j → y
nj → ny
ch → kh
sj → sy
Pelengkapan abjad: mengakui huruf f, v, x, dan z
Perubahan nama huruf: meliputi perubahan nama huruf c /ce/, j /je/, y /ye/,
dan q /ki/
Perubahan morfologi:
di, ke, dari (ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya)
di- , me-, ke- (ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya)
di kantor ke kantor dari kantor
di mana ke mana dari mana
di Bali ke Bali dari Bali
dikasihi mengasihi kekasih
diketuai mengetuai ketua
dikehendaki menghendaki kehendak
2.2 PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdiri
atas huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
1
HurufNama PengucapanKapital Kecil
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
a
bé
cé
dé
é
éf
gé
ha
i
jé
ka
él
ém
én
o
pé
ki
ér
és
té
u
vé
wé
éks
yé
zét
B. Huruf Vokal
Huruf vokal dalam bahasa Indonesia ada lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
2
HurufVokal
Contoh Pemakaian Vokal dalam KataPosisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
aéeiou
apienakemasituolehulang
padipetakkenalimakotabumi
lusasoretipemurniradioibu
C. Huruf Konsonan
Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia berjumlah 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
HurufKonsonan
Contoh Pemakaian Konsonan dalam KataPosisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
bcdfghjklmnpqrstvwxyz
badancakapdasifakirgunaharijalankamilekasmatanamapapanqariahraihsaputalivariasiwaktuxenonyakinzakat
sebutkacabedakafantigasahammanjapakaialaszamantanahkapaniqrabaramisalmatalavajiwa-payunglazim
adab-abadmaafgudegsawahmikrajbatikakaldiamdaunsiap-pintartangkasrapatmolotovtakraw--Juz
3
D. Huruf Diftong
Dalam bahasa Indonesia ada tiga diftong, yaitu ai, au, dan oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Dalam bahasa Indonesia ada empat gabungan huruf konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan
sy yang melambangkan satu bunyi.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian Gabungan Konsonan
dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh
ng
ny
sy
Khusus
ngarai
nyata
syarat
akhir
bangun
banyak
musyawarah
tarikh
senang
-
Arasy
F. HURUF KAPITAL
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Mereka belajar bersama.
Mahasiswa Tingkat I berjumlah 65 orang.
Kita harus bekerja keras.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya:
Muhammad Yunus Sajamin
Amir Hamzah
Halim Perdanakusumah
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian Diftong dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai
au
oi
ainulyakin
audit
oi
balairung
taufik
boikot
pandai
harimau
amboi
4
Alessandro Volta
André-Marie Ampere
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
dipakai sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, dan van.
Misalnya:
Abdul Aziz bin Rahman
Siti Salamah binti Salim
Charles Andriaan van Ophuysen
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat petikan langsung.
Misalnya:
Bu Guru bertanya, “Mengapa kamu terlambat?”
“Mengapa kamu terlambat?” tanya Bu Guru.
“Warga kami,” kata Bu Nani, “ada yang terjangkit demam berdarah.”
“Warga kami ada yang terjangkit demam berdarah,” kata Bu Nani.
Kata Bu Nani, ”Warga kami ada yang terjangkit demam berdarah.”
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Kristen Allah
Yang Mahakuasa Yang Mahaadil Yang Maha Pengasih
Ya, Allah, berilah hamba-Mu ini kekuatan dalam menghadapi musibah yang
Engkau cobakan kepadaku!
Kami percaya akan adanya kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Quran (Alquran).
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, gelar
keturunan, gelar keagamaan, dan gelar akademik yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai sapaan.
5
Misalnya:
Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin
Haji Makmun Imam Syafei
Raden Ajeng Kartini Doktor Mohammad Hatta
Daeng Buya
Profesor Dokter
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Kepala SMA Negeri 8 Jakarta
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Sulawesi Barat
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Bupati Mesuji mengadakan rapat mendadak. Dalam rapat itu Bupati
menginstruksikan kepada aparatnya untuk tetap waspada.
Dalam penelitiannya Prof. Dr. Mien A. Rifai berhasil merumuskan klasifikasi
jamur. Rumusan Profesor tentang klasifikasi jamur itu telah diakui dunia.
Catatan:
Nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk pada nama orang dan tidak
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu tidak ditulis dengan huruf awal
kapital.
Misalnya:
Para gubernur sedang mengikuti rapat di Istana Bogor.
Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Dalam setiap kementerian ada seorang inspektur jenderal.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo suku Dani bahasa Bugis
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga memiliki bahasa Indonesia.
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
6
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keingris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
Tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Dia lahir hari Jumat, 11 Safar 1369 Hijriah.
Hari Raya Idulfitri tahun ini jatuh pada hari Ahad.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Benua Amerika
Provinsi Jambi Kabupaten Pandeglang
Catatan:
(1) Huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Mereka berlayar ke teluk.
Anak-anak itu mandi di sungai.
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
kacang dieng (Vicia faba)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi yang juga merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompok-
nya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula
aren, gula tebu, dan gula anggur.
7
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang
berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik
Yogyakarta, dan batik Madura.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film
Jepang.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 434/102/SJ Tanggal 18 April
1996 tentang Gerakan Penertiban Penggunaan Bahasa Asing
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta
nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Kami telah membaca novel Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.Pd. sarjana pendidikan
M.A. master of art
M.Hum. magister humaniora
M.H. magister hukum
8
Dr. doktor
Prof. profesor
Sdr. saudara
Bpk. Bapak
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, adik, dan
saudara yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, kami ucapkan terima kasih.
“Di mana Paman bertugas?” tanya gadis kecil itu.
Surat Adik sudah Kakak terima.
“Besok Paman akan datang,” kata Bibi.
Buku ini punya Ayah bukan punya Ibu.
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan penyapaan atau pengacuan.
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda yang dipakai sebagai sapaan ditulis dengan huruf awal
kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda selesaikan tugas Anda?
Usul Anda akan kami pertimbangkan.
Bagaimana pendapat Anda tentang musibah longsornya tanggul itu?
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata seperti keterangan,
catatan, dan misalnya, yang didahului oleh dan/atau diikuti pernyataan lengkap
dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan tersebut. (Lihat
contoh pada IB, IF, dan IIF15.)
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku dan nama majalah atau surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalya:
9
Saya sudah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Info Bisnis diminati masyarakat.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Karya.
Soewandi, Marianti C.M. Bimbingan dan Penyuluhan Klien
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Bacalah buku Hakikat Sufi dalam Al-Quran & As-Sunnah karangan Dr.
Muhammad bin Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, kelompok kata, atau kalimat yang sedang dibicarakan
atau dibahas.
Misalnya:
Huruf pertama kata masyarakat ialah m.
Dia tidak menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata pemasyarakatan.
Telah saya katakan bahwa saya tidak sekali pun menyentuh barang bukti itu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung bermakna ’pandangan dunia’.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Catatan:
(1) Nama diri yang ditulis dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis
dengan huruf miring.
(2) Dalam naskah tulisan tangan atau ketikan (bukan komputer), bagian yang
akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul bab, subbab, sub-subbab, dan
judul tabel dalam buku.
10
Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Ruang Lingkup
2. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
Misalnya:
Huruf dh seperti pada kata dharma tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
2.3 PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan kalimat tanya atau kalimat
seru.
Misalnya:
Ayahku guru agama.
Hari Buruh Sedunia jatuh pada tanggal 1 Mei.
Marilah kita berdoa kepada Tuhan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar
B. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
C. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
D. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.1.1 Pendahuluan
1.1.2 Analisis
1.1.3 Simpulan
11
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 9.24.35 (pukul 9 lewat 24 menit 35 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
5.20.35 jam (5 jam, 20 menit, 35 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.25 jam (25 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat penerbit.
Misalnya:
Aliana, Zainul Arifin et al. 1997. Ekspresi Semiotik: Tokoh Mitos dan
Legendaris dalam Tutur Sastra Nusantara di Sumatra Selatan. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Gempa di Yogyakarta menewaskan 1.235 jiwa.
Penduduk Indonesia sekarang lebih dari 220.000.000 jiwa.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1948 di kota Bengkulu.
Nomor rekening perusahaannya 4566487.
12
Nomor telepon kantornya (021)-4896558.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Presiden ke Eropa dan Amerika
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD Negara RI Tahun 1945)
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Daksinapati Barat IV(tanpa titik)
Jakarta Timur (tanpa titik)
4 Mei 2007 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Nunung Nurhayati (tanpa titik)
Jalan Sekip Ujung 45 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Kami memerlukan uang, pakaian, air bersih, dan makanan.
Surat biasa, surat dinas, ataupun surat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, … tiga.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dan kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi dan melainkan.
Misalnya:
Saya sudah berangkat pagi-pagi, tetapi jalan macet.
Mereka bukan siswa sekolah dasar, melainkan siswa sekolah menengah
pertama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
13
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus rajin membaca.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus rajin membaca agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, dengan demikian, sehubungan dengan itu, meskipun demikian,
walaupun begitu, akan tetapi, dan namun.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar terus.
Dia anak orang berada. Meskipun demikian, dia tidak pernah berlaku
sombong kepada siapa pun.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru--seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan, atau hai—dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, Pak, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu ceritanya!
Wah, bukan main hebatnya!
Hati-hati, ya, jalannya licin.
Nak, kapan kuliahmu selesai?
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik.)
Misalnya:
Kata mereka, ”Kami akan menuntut hak kami.”
”Saya gembira sekali,” kata Pak Rahmat, ”karena kamu lulus.”
14
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa
kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang
mengikutinya.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Bacalah halaman 25!” perintah Bu Guru.
“Amboi, indahnya pantai itu!” seru Meri.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, serta (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Paket ini harap dikirimkan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Sastra, Universitas Negeri Jakarta, Jalan Daksinapati Timur, Jakarta
13220.
Yth. Sdr. Siti Maesaroh, Jalan Radin Inten 76, Jakarta Timur
Lahat, 4 Mei 2007
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.
Tulalessy, Daniel; Ambo Endre; dan Akundani Wawengkang. 2005.
Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN
Balai Pustaka, 1976), halaman 80.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1977), halaman 12.
15
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
Ny. Siti Marhamah, S.E., M.E.
Drs. S.R.H. Sitanggang, M.A.
Dra. Siti Zahra Yundiafi, M.Hum.
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,75 m
27,32 kg
Rp2.750.000,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan aposisi.
Misalnya:
Guru kami, Pak Samsu, pandai menari dan menyanyi.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Di daerah pedalaman Jambi, misalnya, masih banyak orang laki-laki
makan sirih.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit tanda koma!
Semua siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan
tinggi ternama itu.
13. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca/salah pengertian—
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, kita memerlukan perhatian
dan sikap yang sungguh-sungguh.
Atas bantuan Saudara, Kardi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan susunan kalimat berikut!
Kita memerlukan perhatian dan sikap yang sungguh-sungguh dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan.
Kardi mengucapkan terima kasih atas bantuan Saudara.
16
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Ke mana mereka berlibur?” tanya Nani.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin petang; mereka belum pulang juga.
Hari mulai malam; burung-burung pulang ke sarangnya.
2. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; apel, duku,
pisang, dan pepaya.
Agenda rapat ini meliputi:
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program
kerja; serta
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
3. Tanda titik koma dipakai pada akhir pemerincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga itu ialah:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana, sekurang-kurangnya S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerian atau penjelasan.
17
Misalnya:
Kita memerlukan alat tulis kantor: kertas, pensil, penghapus, spidol, dan
white board.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan saat itu: hidup
atau mati.
Fakultas itu terdiri atas dua jurusan: Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan
Ekonomi Perusahaan.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika pemerian atau penjelasan itu ditulis
menyamping dan merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kertas, pensil, penghapus, spidol, dan white board.
Fakultas itu terdiri atas Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi
Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian atau penjelasan yang disusun ke bawah.
Misalnya:
Kegiatan penelitian yang harus dilakukan meliputi:
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Maulana
Sekretaris : Ny. Aini Mansur
Bendahara: Budi Hartawan
Tempat : Ruang Sidang Nusantara II
Moderator: Muslimin
Pukul : 08.00—09.30
18
4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa piring) ”Cuci piring ini, Tut!”
Tuti: ”Baik, Bu.”
Ibu : ”Hati-hati nanti pecah!” (sambil bergegas ke ruang depan)
5. Tanda titik dua dipakai di antara (i) jilid atau nomor dan halaman, (ii) bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan, serta (v) alamat laman
(homepage).
Misalnya:
Media Pendidikan, I, 1984:10
Surah Yasin:14
Hak dan Kewajiban Istri/Suami: Studi Kasus terhadap Syair Haris Fadilah
http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/
E. Tanda Hubung
1. Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah
oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara penyeleksian yang lama, dipakai juga cara penye-
leksian baru.
Masyarakat Nusa Tenggara Barat berhasil membudidayakan rum-
put laut.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata
yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya
pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara baru untuk meng-
ukur panas. (kata dasar ukur)
Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa. (kata dasar kukur)
19
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan
mengorek-ngorek disebut-sebut bermaaf-maafan
4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau untuk menyambung huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
Misalnya:
20-5-2012
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk (i) memperjelas hubungan bagian kata
atau ungkapan dan (ii) menghilangkan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi dan be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
dua-puluh seribuan (20 x 1.000)
27/8 (dua-puluh-tujuh perdelapan)
20⅞ (dua-puluh tujuh perdelapan)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan –an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang ditulis dengan huruf kapital,
e. kata ganti Tuhan,
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan
g. angka dan huruf,
h. kata ganti –ku, -mu, -nya dengan singkatan yang ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an
hari-H ber-KTP ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta D-3
S-1 SIM-nya STNK-mu
20
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
di-mark up
F. Tanda Pisah (--)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau
berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
Keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi
nama bandar udara internasional di Jakarta.
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom
—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda
—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan yang menunjukkan tahun, tanggal
atau di antara nama tempat yang beararti ‘sampai dengan’ atau sampai ke’.
Misalnya:
tahun 1928—1945
tanggal 5—12 April 2012
Jakarta—Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan atau tulisan tangan, tanda pisah dinyatakan dengan
dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum atau sesudahnya.
21
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional (Monas) dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 726 (?) bahasa daerah.
Kakek lahir tahun 1900 (?).
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken itu!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat waktu!
Merdeka! Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., penanaman pohon mangrove di pantai perlu kita
galakkan.
Jika Saudara setuju ..., surat perjanjian itu akan segera kita buat.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah ....
22
Catatan:
(1) Tanda elipsis (3 buah tanda titik) di tengah kalimat didahului dan
diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (tanpa spasi,
jumlah titik menjadi 4 buah).
J. Tanda Petik (“...”)
(1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Selesaikan tugas ini sekarang,” perintah atasannya, “karena
besok akan dibahas dalam rapat.”
(2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, lagu, artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 10 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Padamu Negeri”!
Saya akan menulis artikel “Ajaran Islam dalam Naskah Melayu”.
Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik
perhatian peserta seminar.
(3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang belum dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!
K. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di
dalam petikan lain.
Misalnya:
Dia bertanya, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
Kudengar teriak anakku, ‘Bapak pulang!’ dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Pak Hamdan.
23
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan bahasa Indonesia, bahasa daerah,
ataupun bahasa asing.
Misalnya:
tergugat ‘yang digugat’
retina ‘dinding mata sebelah dalam’
noken ‘tas khas Papua’
tadulako ‘panglima’
tuah sakato ‘sepakat melaksanakan hasil musyawarah
untuk manfaat bersama’
policy ‘kebijakan’
wisdom ‘kebijaksanaan’
money politics ‘politik uang’
L. Tanda Kurung
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia sedang memperpanjang SIM (surat izin mengemudi).
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru
pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dimunlkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dapat dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang
digunakan sebagai penanda pemerincian.
24
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan
(1) fotokopi akta kelahiran,
(2) fotokopi ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
M. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat sebagai
tanda adanya kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik dari arah hutan.
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah
bahasa Indonesia.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan
secara khidmat.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II
[lihat halaman 35—38]) perlu dipaparkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat,
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau
tahun ajaran, dan nama alamat pada laman.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2012
Jalan Kramat III/10
Tahun ajaran 2011/2012
http://bahasa.kemdiknas.go.id/glosarium/
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta tiap.
25
Misalnya:
mahasiswa/masasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
kirim lewat darat/laut ‘kirim lewat darat atau lewat laut’
Harganya Rp7.800,00/lembar. ‘Harganya Rp7.800,00 tiap lembar.’
buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah atau buku atau
majalah’
Catatan:
Tanda garis miring dapat digunakan untuk menandai pergantian baris
pada transliterasian naskah dan tanda garis miring ganda (//) untuk
menandai pergantian nomor halaman pada transliterasian naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Mereka sudah datang ‘kan? (‘kan = bukan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
26