bahan skripsi

11

Click here to load reader

Transcript of bahan skripsi

Page 1: bahan skripsi

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistemkepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8pulau yang belum memiliki nama. Secara geografis Kabupaten Kupang terletakantara 09° 19'-10° 57' LS dan 121 ° 31'-124° ll' BT. Kawasan pesisir dan lautKabupaten Kupang mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat kayaseperti hutan mangrove, padang lamun, rumput laut, berbagai jenis terumbukarang, perikanan dan biota laut lainnya (Temu et al, 1999).Pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya perairan pantai diwilayah Kabupaten Kupang diarahkan secara optimal untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek kelestariansumberdaya secara efektif, efisien, optimal dan berkelanjutan. Berkaitan denganitu secara konseptual kegiatan budidaya rumput laut harus dikembangkanberdasarkan unsur-unsur yang mendukung meliputi lingkungan, teknologi,infrastruktur, asset sosial budaya masyarakat dan sumberdaya masyarakat.Wilayah pesisir pantai Kecamatan Kupang Barat yang adalah salah satuKecamatan dari Kabupaten Kupang memiliki potensi sumberdaya perairan untukpengembangan usaha di bidang perikanan (budidaya dan tangkap). Salah satupotensi yang sementara dikembangkan adalah budidaya rumput laut.Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya laut yang memilikimanfaat untuk industri makanan, farmasi, dan lain-lain karena rumput lautmenghasilkan agar, karaginan dan alginat. Rumput laut juga memiliki kandungankarbohidrat, protein dan sedikit lemak yang merupakan senyawa garam natriumdan kalium.Menurut Rahman (1999) bahwa potensi rumput laut serta permintaanpasar domestik dan luar negeri yang terus meningkat maka memberikan peluangyang sangat besar untuk mengembangkan budidaya rumput laut. Selanjutnyakebutuhan rumput laut dunia terus meningkat, oleh Zatnika (1993) bahwa dalammenghadapi pangsa pasar tersebut Indonesia belum mampu memanfaatkannyasecara optimal.

Page 2Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput lautdan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan KupangBarat. Selama ini masyarakat nelayan memanfaatkan rumput laut terbatas padaalam dan sangat sedikit membudidayakannya. Jenis rumput laut yangdibudiayakan dan dimanfaatkan di wilayah ini adalah jenis rumput laut Eucheumasp.Dalam rangka pemanfaatan potensi lahan yang tersedia guna memenuhikebutuhan masyarakat pada umumnya dan khususnya pembudidaya melaluipeningkatan produksi dan pendapatan. Potensi budidaya laut dengan luas areal14.000 ha yang baru dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya rumput lautadalah 1. 410 ha. Produksi rumput laut pada tahun 2001 adalah 5.406 ton denganluas lahan 1.802 ha sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan produksimenjadi 3.400 ton dengan luas lahan 1. 410 ha (Anonim, 2006)Menurunya produksi rumput laut disebabkan karena serangan penyakitice-ice sebagai akibat dari masuknya limbah pemukiman, pertanian, limbahpabrik dan lalu lintas pelayaran kapal serta limbah dari kegiatan perikananlainnya (budidaya mutiara dan pelabuhan) ke perairan sehingga mempengaruhikondisi ekologis perairan seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut dimana akanmenimbulkan penyakit pada rumput laut. Hal ini akan menghambat pertumbuhanrumput laut yang pada akhirnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas rumput laut.Oleh karena itu untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya perairanpantai secara berkelanjutan bagi pengembangan budidaya rumput laut, maka perludilakukan penelitian tentang kajian ekologis dan biologi untuk pengembanganbudidaya rumput laut Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang.

Page 2: bahan skripsi

Dalam pengembangan budidaya rumput laut salah satu syarat utama yangsangat penting adalah kesesuaian lokasi budidaya. Untuk menentukan suatu lokasisesuai dengan syarat ekologis maka pemanfaatan data satelit dan Sistem InformasiGeografis (SIG) merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh informasimengenai sumberdaya pesisir dan laut. Berbagai informasi yang diperoleh dapatdimanfaatkan sebagai bahan penyusun rencana, pendukung pelaksanaan dan untukevaluasi dalam kegiatan budidaya rumput laut. Dalam rangka pengembanganbudidaya rumput laut di Kecamatan Kupang Barat maka diperlukan pemetaan

Page 3perairan yang sesuai syarat ekologis untuk budidaya rumput laut denganmenggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) dan daya dukung lingkungan.1.2 Perumusan MasalahProduksi rumput laut makin menurun disebabkan karena pemanfaatanlahan untuk budidaya belum optimal dan pemanfaatan sumberdaya pesisir yangtidak ramah lingkungan akan menyebabkan menurunnya kondisi ekologis perairanseperti suhu, salinitas, oksigen terlarut dan lain-lain diantaranya dapatmenimbulkan penyakit ice-ice yang menghambat pertumbuhan rumput laut sertaakan berpengaruh terhadap mutu akhir dari rumput laut. Selain itu juga teknikbudidaya secara tradisional dengan tidak mempertimbangkan daya dukunglingkungan sehingga produksi rumput laut tidak menentu.Dalam upaya memaksimalkan produksi rumput laut maka diperlukansuatu kajian dari aspek ekologis untuk kesesuaian lahan, daya dukung hinggastrategi pengelolaannya yang dapat meminimalkan kerusakan dan tekanan ekologiperairan untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut di wilayah perairanKecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.Sehubungan dengan itu maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :a) Belum adanya informasi pemetaan kawasan yang sesuai dan tidak sesuaiuntuk pengembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Kupang Baratb) Belum adanya penataan kawasan untuk masing-masing kegiatan sehinggaberpengaruh terhadap daya dukung lahan dalam pengembangan budidayarumput laut.c) Belum adanya strategi dalam mengembangkan budidaya rumput laut diKecamatan Kupang Barat.1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalaha) Menganalisis kesesuaian ekologis wilayah perairan untuk pengembanganbudidaya rumput laut secara berkelanjutan di Kecamatan Kupang Barat.b) Menganalisis daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya rumputlaut dalam suatu kawasan.c) Menyusun strategi pengembangan budidaya rumput laut

Page 41.4 Manfaat PenelitianHasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi tentangkawasan yang sesuai untuk budidaya rumput laut, daya dukung lingkungan danstrategi yang perlu untuk pengembangan budidaya rumput laut serta teknologibudidaya rumput laut yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat di KecamatanKupang Barat, Kabupaten Kupang, dan juga sebagai bahan masukan bagi pihakterkait terutama pemerintah daerah dalam uapaya menetapkan kebijakan sertabermanfaat tentang masalah pemberdayaan masyarakat pesisir.1.5 Kerangka PemikiranBudidaya merupakan peranan dan potensi cukup penting untuk peningkatankesejahteraan masyarakat maupun pengembangan ekonomi wilayah karena selainmudah dilaksanakan, rumput laut juga merupakan komoditi yang mempunyaikegunaan sangat beragam seperti untuk bahan pangan, bahan industri farmasi dan

Page 3: bahan skripsi

kosmetik, industri kecil serta industri kulit.Dalam pengembangan budidaya rumput laut di pesisir Kecamatan KupangBarat Kabupaten Kupang perlu diperhatikan kecenderungan masyarakatpembudidaya untuk memanfaatkan sumberdaya perairan pantai secara maksimaldalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, maka perlu memperhatikan kondisiperairan agar tidak terjadi degredasi lingkungan yang mengalami tekanan ekologisehingga menurun kualitasnya. Untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatanrumput laut maka perlu menerapkan pola usaha tani yang tepat dan meperhatikankesesuaian lahan serta mencegah penurunan kualitas lingkungan perairan pantaiyang selanjutnya akan meningkatkan produktifitas usaha budidaya.Selanjutnya setelah diketahui lokasi yang sesuai dengan kondisi ekologis,maka akan dilakukan analisis terhadap laju pertumbuhan dan analisis kualitas(karaginan) rumput laut dan juga penetuan lokasi dengan mengunakan SistemInformasi Geografis (GIS). Selain itu perlu diketahui daya dukung/tampung untukbudidaya rumput laut dalam lokasi/kawasan yang telah ditentukan atau sesuaidengan syarat tumbuhnya rumput lautBerdasarkan permasalahan yang ada dan potensi sumberdaya yang dimilikimaka dalam pengembangan budidaya rumput laut secara optimal perlu adanyapenentuan pemanfaatan berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan dan daya

Page 5Boks 2Potensi Rumput LautA. Kondisi usaha rumput laut di Provinsi Sulawesi TenggaraBudidaya rumput laut telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se ProvinsiSulawesi Tenggara. Luasan areal budidaya rumput Provinsi Sulawesi Tenggara yangdikelola ą9.825,9 ha dengan volume produksi rumput laut kering 73.247,1 ton. Potensiareal budidaya yang belum dikelola 36.428,2 ha yang diperkirakan dapat memproduksirumput laut 262.073,5 ton/tahun. Luasan pengembangan paling potensal berada diKabupaten Buton dan paling sempit Kota Kendari. Produktivitas rumput laut kering mencapai 1,3-3,84 ton/ha dimana budidayadapat dilakukan 3-5 siklus setiap tahun. Apabila areal potensial dikelola secara optimal,maka total produksi rumput laut di Provinsi Sulawesi Tenggara diperkirakan mampumencapai 335.320,7 ton setiap tahun. Tabel 1 Luasan areal budidaya rumput laut pada setiap kabupaten-1.000,02.000,03.000,04.000,05.000,06.000,07.000,08.000,09.000,010.000,0Total (potensi dandikelola) (ha)Dikelola (ha)Potensi Pengembangan(ha)WAKATOBIBUTONBAU-BAUBUTON UTARAMUNABOMBANAKONAWE SELATANKENDARIKONAWEKONAWE UTARAKOLAKAKOLAKA UTARA

Secara umum, salah satu metode budidaya rumput laut a adalah sistem longline atau tali bentangan yang terapung. Namun, pembudidayaan rumput laut diProvinsi Sulawesi Tenggara dilakukan dengan menggunakan rakit yang berkostruksi tali

Page 4: bahan skripsi

dan sebagian menggunakan tali bentangan langsung dipasangi tali jangkar atau patokpada kedua ujungnya. Penerapan metode tersebut sangat ditentukan oleh kondisiperairan, sumberdaya yang tersedia dan modal usaha serta kelaziman yang digunakanpada suatu kawasan.Dari sisi biaya produksi, satu kilogram rumput laut kering pada siklus pertamamemerlukan dana antara Rp8.782,00 sampai dengan Rp21.788,00 dan pada sikluskedua berkisar antara Rp 1.849,00 - Rp4.709,00dimana variasi biaya tersebutdipengaruhi oleh kawasan dan metode budidaya yang digunakan. Pada siklus keduadan selanjutnya, biaya produksi hanya biaya tenaga kerja dan biaya operasional, lain-

Page 2lain, media budidaya dapat digunakan berulang kali dan bibit rumput laut disisihkanuntuk ditanam pada periode berikutnya dan selebihnya dijemur.B.Permasalahan Pengembangan Usaha Rumput Laut Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), spektrum penggunaannya sangat luas, daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologibudidaya yang mudah, masa tanam yang pendek (hanya 45 hari) atau quick yield danbiaya unit per produksi sangat murah. Tetapi pada kenyataann tingkat kehidupanmasyarakat pembudidaya rumput laut masih dominan kurang baik jika dibandingkandengan tingkat pembudidaya tambak (ikan bandeng/udang windu) atau pertanianlainnya seperti pembudidaya kakao. Permasalahan yang diidentifikasi pada usaharumput laut di Sulawesi Tenggara adalah :1) Strategi pengembangan usaha rumput laut masih kurang terencana,pengembangan usaha dominan dipengaruhi oleh faktor harga rumput laut kering,ketika harga rumput laut tinggi maka usaha budidaya berkembang cepat dan begitusebaliknya. Strategi belum dirancang menjadi suatu struktur usaha dikelolah berorientasi pengembangan dari hulu sampai hilir dan turunannya, sehinggasangat rentang terhadap perubahan. 2) Posisi tawar pembudidaya kepada para pedagang masih rendah, disebabkan oleh masih kurang kesesuaian kebutuhan antara industri pengolah dengan parapembudidaya dan belum berfungsinya kelembagaan pada tingkat petani budidayarumput laut. Pelaku usaha kurang berperan sebagai pelaku pemasaran produksirumput laut pada tingkat lokal maupun antar pulau sehingga harga rumput lautberfluktuasi, sangat berpengaruh pada pembudidaya dalam mengembangkan usaharumput laut. 3) Pengembangan budidaya rumput laut masih dilaksanakan sendiri-sendiri secarasektoral. Masih ditemukan koordinasi yang kurang antar dinas/instansi dalam rangkapelaksanaan program pemberdayaan khususnya pada budidaya rumput laut danpenguatan modal serta peningkatan sistem monitoring, controlling dan survailanceuntuk memperoleh data kemajuan usaha budidaya rumput laut yang terpadu. 4) Analisa detail spesifikasi wilayah untuk pemanfaatan areal budidaya rumput lautyang dilakukan pembudidaya selama ini, umumnya tanpa diawali dengan penelitiantentang kondisi daya dukung lahan dan status lokasi, sehingga sangatmempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya rumput laut. 5) Keterbatasan penerapan dan alih teknologi budidaya rumput laut yang dibutuhkanuntuk meningkatkan produktivitas hasil panen yang berkualitas melalui penelitian,

Page 3percontohan, pelatihan, magang dan penyuluhan.6) Perubahan budaya kerja, nelayan terbiasa mempunyai pola kerja yang dapat langsung mengambil hasil tanpa ada budidaya pemeliharaan sebelumnya, berubahmenjadi pembudidaya yang membutuhkan pemeliharaan dan investasi merupakankendala budaya. Namun dengan melihat kondisi nelayan yang berubah profesimejadi pembudidya tingkat kehidupannya lebih baik, dapat membantu prosesadaptasi perubahan budaya tersebut.

Page 5: bahan skripsi

7) Masalah yang menghambat terciptanya peningkatan daya saing dan produktivitasdalam pengembangan industri rumput laut di Sulawesi Tenggara adalahketersediaan bibit bermutu secara kontinyu, pengetahuan dan keterampilan parapembudidaya untuk menghasilkan produk dengan kualitas sesuai dengankebutuhan pasar global.8) Pada lokasi budidaya yang potensial, belum dikelola karena keterbatasan tenagakerja dan keterbatasan sarana penunjang untuk mencapai lokasi dan saranapendukungya.9) Prasarana dan sarana untuk mengembangkan rumput laut dari hulu sampai hilirmasih sangat terbatas, terutama yang mendukung industri pengolahan rumput lautdan turunannya.10) Potensi areal budidaya masih kurang optimal pengunaannya, pemanfaatan areal kawasan belum merata dan tertata, skala usaha pembudidaya sangat bervariasi dan masih diperlukan peningkatan jiwa entrepenur bagi pembudidaya. Penataandan kepastian status pemanfaatan pesisir merupakan salah satu masalah dalampengembangan usaha budidaya rumput laut.11) Keterbatasan modal usaha untuk pengadaan sarana media budidaya dan bibit rumput laut merupakan masalah saat pembudidaya akan mengembangkanusahanya.12) Masalah gagal panen masih sering terjadi pada suatu kawasan, budidaya rumputlaut terserang penyakit ice-ice, lumut, dan penyakit layu.C.Strategi pengelolaanBudidaya rumput laut sebagai salah satu teknik pemanfaatan kawasan pesisirberpeluang besar untuk dikembangkan bagi produksi perikanan yang berkelanjutan.Namun keberhasilan pengembangannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologiyang berorientasi ekonomis, dan sistem pengelolaan yang diterapkan, serta keterpaduanpemanfaatan kawasan pesisir dan laut dengan mempertimbangkan keberlanjutanmanfaat, sebagai konsekwensi kawasan pesisir dan laut bersifat common property dan

Page 4open acces namun limited entry. Sehingga diperlukan suatu konsep pengembanganbudidaya laut terpadu berorientasi akuabisnis sebagai suatu alternatif pemanfaatan danpengelolaan kawasan pesisir dan laut secara rasional dan bertanggung jawab.Sesuai dengan kebijakan pembangunan perikanan budidaya, maka disusunstrategi pengembangan budidaya yang diarahkan pada upaya untuk : (a) pemantapanketahanan pangan, (b) pemberdayaan ekonomi masyarakat petani pembudidaya,dan (c) peningkatan ekspor hasil perikanan. Pada pengembangan budidaya rumput laut dapat lebih optimal, berhasil dikawasan pengambangan Provisnis Sulawesi Tenggara, pendekatan strategi yang dapatdipertimbangkan adalah budidaya rumput laut berbasis akuaindustri yang dapatdilakukan dengan model pendekatan sebagai berikut:

Pemkab Bantaeng - Unifa Kerjasama Budidaya Jamur Merang

Page 6: bahan skripsi

Selasa, 1 Februari 2011 03:28 WIB | 1492 Views

Ilustrasi Petani Jamur (ANTARA/Anis Efizudin)

Berita Terkait

Prof Sadly: Sangat Kurang Pejabat Enterpreneur

Astrie Ivo: "Imunisasi Jiwa" Cegah Kecanduan Games

Pelajar SMA Unggulan Tunisia Belajar Demokrasi Indonesia

Universitas Brawijaya - LKBN Antara Didik Calon Jurnalis

Eh Ada Pancasila Online

Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menjalin kerjasama dengan Universitas Fajar (Unifa) untuk pengembangan budidaya jamur merang.

Penandatanganan naskah kerjasama kedua belah pihak dilakukan Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah dan Rektor Unifa Prof Drs Sadly AD, MPA di Bantaeng, Senin.

Melalui kerjasama tersebut Unifa akan membantu budidaya, pengawetan hingga pemasaran tanaman khas tersebut. Kerjasama dengan Pemkab Bantaeng itu juga dilakukan usai civitas akademika Unifa melakukan rapat kerja (Raker) selama dua hari di daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini.

Rektor Unifa Sadly Abdul Djabbar mengatakan, kerjasama saling menguntungkan ini diharapkan mendukung Unifa menjadi Kampus Enterpreneur. Karena itu, kurikulum yang memberi gambaran teori dan praktek dibahas habis dalam Raker tersebut.

Unifa akan menerapkan teori 60 persen dan 40 persen praktek. Dalam praktek belajar mengajar, Unifa akan mengundang para entrepreneur ke kampus untuk menceritakan kisah sukses (success story) yang dapat memotivasi mahasiswa hingga kelak berusaha dalam dunia realistis.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah menyambut baik kerjasama pengembangan jamur merang tersebut. Menurutnya, kerjasama ini merupakan peluang untuk daerah memacu dan mengembangkan berbagai potensi.

Ia kemudian mengemukakan kondisi daerah berjuluk Butta Toa ini beberapa tahun silam yang masuk dalam katagori daerah tertinggal di Indonesia. "Ini ironi sebab Bantaeng yang merupakan Kabupaten terkecil di Sulsel memiliki potensi dari pesisir hingga ke gunung," katanya.

"Saya merasa, dengan kondisi seperti itu, pasti ada yang salah. Dan, Alhamdulillah dalam 2,5 tahun menjadi pemimpin daerah, Bantaeng sudah keluar dari catatan Kementerian Daerah Tertinggal (PDT). Kita bahkan berhasil meraih predikat Adipura," urainya.

Page 7: bahan skripsi

Wilayah pesisir sepanjang 22 kilometer, kini sudah dipenuhi rumput laut, sedang di dataran rendah dikembangkan berbagai komoditas unggulan, termasuk penyediaan bibit padi unggul dan hybrida.

Dari pengembangan bibit unggul tersebut, Bantaeng berhasil meningkatkan produksi hingga 17 persen. Surplus tersebut diraih berkat pemanfaatan benih berkualitas yang ditangkar sendiri. Pemkab juga kini sedang mengembangkan tanaman talas yang berbasis ekspor.

Tanaman pangan alternatif yang mengandung kolagen tinggi serta zat anti kanker dan diabetes ini akan dijadikan ikon daerah.

Di wilayah dataran tinggi dikembangkan tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti apel dan strowberi serta bunga untuk memenuhi kebutuhan pengusaha kembang di Makassar, urainya.  (AAT/F003/K004)

Editor: B Kunto WibisonoCOPYRIGHT © 2011