Bahan Identifikasi Jenis Mangrove.doc
-
Upload
ria-ariana -
Category
Documents
-
view
242 -
download
0
Transcript of Bahan Identifikasi Jenis Mangrove.doc
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan
bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh didaerah jangkauan pasang surut maupun
untuk individu–individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut,
sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan
individu jenis tumbuhan dan kata mangue untuk menyatakan komunitas tumbuhan
tersebut.
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai sub–tropis yang memiliki fungsi istimewa di
suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai
dengan reaksi tanah an–aerob. Hutan mangrove adalah tumbuhan yang halofit
yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi
sampai daerah mendekati ketinggian rata–rata air laut yang tumbuh di daerah
tropis dan sub–tropis (Ningsih, 2008).
2.2 Vegetasi Mangrove
Struktur dalam ekosistem mangrove memiliki dua komponen, yakni
komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik terdiri dari substansi
anorganik dan substansi organik. Selain itu, bagian komponen abiotik yang juga
sangat penting adalah kondisi iklim seperti hujan, suhu, serta kelembaban.
Komponen biotik, terdiri dari 3 kelompok sesuai dengan fungsinya dalam suatu
ekosistem, antara lain adalah kelompok organisme produser, kelompok organisme
konsumer (herbivora, karnivora, omnivora dan kelompok pemakan detritus), serta
kelompok organisme dekomposer (kelompok pengurai).
Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem pesisir yang
merupakan peralihan antara darat dan laut yang memiliki peran dan fungsi yang
sangat besar, karena secara biologis hutan mangrove ikut berperan dalam
mengatur perputaran mata rantai makanan di suatu perairan. Serasah mangrove
yang jatuh ke lantai hutan akan menjadi habitat yang baik bagi mikroorganisme
5
(bakteri dan fungi), sekaligus membantu dalam proses dekomposisi, dimana pada
akhirnya menjadi sumber makanan bagi Amphiphoda, Mysidaceae dan pemakan
detritus lainnya dan selanjutnya menjadi makanan bagi larva ikan, kepiting dan
udang (Heald & Odum, 1972 dalam Pramudji, 2011).
2.3 Karakteristik Tumbuhan Mangrove
Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai
baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah tropis
dan sub tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan
lautan. Pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif
dan produktif. Secara karakteristik hutan mangrove mempunyai habitat dekat
pantai. Hutan mangrove merupakan jenis maupun komunitas tumbuhan yang
tumbuh di daerah pasang surut. Mangrove mempunyai kecenderungan
membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan sebagai
perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan
biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan
berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan. Disamping itu memiliki
kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut
ke daratan (Kapludin, 2012).
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Jenis
vegetasi yang tumbuh merupakan jenis vegetasi yang sanggup beradaptasi dengan
perubahan kondisi yang berubah-ubah. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi
sebagai daerah pemijahan dan daerah pembesaran berbagai jenis ikan, udang,
kerang-kerangan, dan spesies lainnya. Selain itu serasah mangrove yang jatuh di
perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat
menentukan produktivitas perikanan di perairan pesisir dan laut. Hutan mangrove
dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh berfungsi sebagai
pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan
air laut dan gaya-gaya kelautan yang ganas lainnya
(Bengen, 2000 dalam Supardjo, 2008).
6
2.4 Zonasi Mangrove
Ekosistem mangrove secara umum tersusun atas zonasi-zonasi vegetasi
mulai dari pantai menuju ke arah daratan. Pola zonasi tersebut erat kaitannya
dengan kondisi ekologi terutama yang berhubungan dengan kemampuan hidup
jenis tumbuhan penyusunnya terhadap berbagai tingkat salinitas, suhu,
sedimentasi, terjangan ombak, lamanya periode pasang surut air laut dan pasokan
air tawar dari darat. Oleh karena itu karakteristiknya bervariasi pada lokasi yang
berbeda, dapat saling tumpang tindih antar zona atau bahkan dapat terjadi
pengurangan zona akibat kondisi ketidak normalan beberapa faktor penunjang
pertumbuhan. Pada umumnya tebal atau lebar zona mangrove jarang melebihi 4
km, kecuali pada beberapa daerah sekitar muara serta teluk yang dangkal dan
tertutup (Noor et al. 2006).
Salah satu bentuk zonasi hutan mangrove yang umum dijumpai di
Indonesia disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Salah satu contoh zonasi hutan mangrove (Bengen, 2002)
Dalam hubungannya dengan zonasi pada hutan mangrove, Noor et al.
(2006) membaginya menjadi 4 zona yaitu:
1. Mangrove terbuka, yaitu kawasan mangrove yang berhadapan langsung dengan
laut. Di sini pada tempat-tempat yang tanahnya berpasir dan agak keras
didominasi oleh Sonneratia alba, sedangkan pada tanah berlumpur cenderung
7
didominasi oleh Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Disebutkan
pula bahwa Avicennia alba seringkali mendominasi vegetasi mangrove pada
tanah yang berlumpur. Avicennia marina merupakan salah satu jenis penyusun
mangrove yang dapat bertahan pada tempat-tempat yang bersalinitas hingga
lebih dari 90o/oo.
2. Mangrove tengah, adalah kawasan mangrove yang berada di belakang
mangrove terbuka dan terhindar dari hempasan gelombang. Di sini Rhizophora
masih mendominasi tempat-tempat yang berlumpur dengan perakaran
terendam saat air laut pasang. Di bagian dalam dari zona ini didominasi oleh
jenis dari marga Bruguiera yang dapat berkembang dengan baik pada salinitas
kurang dari 25 o/oo. Jenis pohon lain yang juga sering dijumpai di sini adalah
Excoecaria agallocha dan Xylocarpus granatum.
3. Mangrove payau, terdapat di sepanjang tepi sungai yang berair payau sampai
hampir tawar. Jenis-jenis tumbuhan yang biasanya mendominasi vegetasi di
daerah ini antara lain adalah nipah (Nypa fruticans) dan jenis-jenis dari marga
Sonneratia. Jenis-jenis pohon lainnya adalah Cerbera manghas, Gluta velutina
dan Xylocarpus granatum.
4. Mangrove daratan, terletak di perairan payau (hampir tawar) di belakang jalur
hijau mangrove. Zona ini memiliki keanekaragaman lebih tinggi dari zona
yang lain karena berbatasan langsung dengan ekosistem darat. Jenis-jenis
pohon yang umum dijumpai antara lain adalah Lumnitzera racemosa, Intsia
bijuga, Ficus microcarpus, Heritiera littoralis, Nypa fruticans dan Pandanus
spp.
2.5 Peranan Mangrove
Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan
lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk
berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove
bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak
merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove. Mangrove
merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove
dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya kayu
8
bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas, kulit, obat-obatan dan
perikanan (Noor et al. 2006).
Hutan mangrove secara umum mampu mempertahankan keberadaan
daratan di tepi pantai. Batang mangrove yang rapat dengan banyak akar nafas
disekitarnya mampu menahan tanah di daerah pantai dari kikisan air laut. Pada
tegakan yang sudah mapan sistem perakaran bakau memperlambat arus air yang
mengandung lumpur dan memungkinkan pengendapan partikel lumpur dalam
suatu proses pembentukan endapan di sisi daratan. Pembentukan endapan ini
memungkinkan bagi jenis perintis untuk tumbuh maju ke arah laut, mempercepat
pembentukan pantai dan menjamin kemantapan daerah pesisir. Penambahan
daratan atau pantai tersebut bisa mencapai lebih dari 100. Kerapatan pohon
mangrove mampu meredam atau menetralisir peningkatan salinitas, karena
perakaran yang rapat akan menyerap unsur-unsur yang mengakibatkan
meningkatnya salinitas tersebut (Atmoko dan Sidiyasa, 2007).
Dengan beragamnya manfaat mangrove maka tingkat dan laju
perekonomian pedesaan yang berada di kawasan pesisir seringkali sangat
bergantung pada habitat mangrove yang ada di sekitarnya. Contohnya, perikanan
pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove, merupakan produk
yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan perekonomian desa-
desa nelayan. Ikan menjadikan areal mangrove sebagai tempat untuk pemijahan,
habitat permanen atau tempat berbiak. Sebagai tempat pemijahan, areal mangrove
berperan penting karena menyediakan tempat naungan serta mengurangi tekanan
predator, khususnya ikan predator. Dalam kaitannya dengan makanan, hutan
mangrove menyediakan makanan bagi ikan dalam bentuk material organik yang
terbentuk dari jatuhan daun serta berbagai jenis hewan invertebrata, seperti
kepiting dan serangga. Selain itu, mangrove juga merupakan tempat pembesaran
anak-anak ikan. Mangrove juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis
krustasea lainnya, termasuk berbagai jenis udang-udangan yang memiliki nilai
komersial penting (Noor et al. 2006).
Hutan mangrove memiliki produktifitas primer yang tinggi karena dapat
memberikan kontribusi yang besar berupa bahan organik. Kesuburan kawasan
mangrove dapat dilihat melalui pasokan bahan organik, terutama dari guguran
9
daun yang bisa mencapai 7-8 ton/ha/tahun. Guguran daun dan ranting akan
membusuk dan dimanfaatkan oleh jamur dan bakteri sebagai pengurai utama,
selanjutnya bakteri dan jamur dimakan oleh sebagian protozoa dan makrobentos.
Demikian seterusnya proses makan-memakan ini berlangsung sampai pada
tingkatan hewan yang lebih tinggi. Kecepatan dekomposisi daun dari masing-
masing jenis penyusun hutan mangrove berbeda-beda sesuai dengan
karakteristiknya. Dekomposisi daun Avicennia terjadi selama 20 hari atau 2 kali
lebih cepat dari jenis Rhizophora karena daun Rhizophora lebih tebal
(Atmoko dan Sidiyasa, 2007).
Secara ekologis, hutan mangrove juga mampu membantu dalam perluasan
tanah dengan membentuk teras-teras pantai di kawasan pesisir dan pulau-pulau
mangrove, karena perakaran mangrove yang khas mampu menahan sedimen yang
terbawa oleh aliran sungai. Oleh karena itu, mangrove juga dikenal sebagai ”land
building”. Kondisi tersebut dapat ditemukan pulau-pulau kecil yang ditumbuhi
mangrove yang nampak secara sporadic muncul kawasan pesisir Teluk Kotania
(Seram Barat), kawasan pesisir Teluk Penagi, Bunguran, (Kepulauan Natuna) dan
kawasan pesisir Teluk Lampung (Pramudji, 2011).
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari
gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman,
bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga
terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai.
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara
keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Noor et al. 2006).
2.6 Teknik Identifikasi Mangrove di Pulau Pari
2.6.1 Cara-cara Pengenalan Jenis-jenis Mangrove
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi
10
lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme
yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara
yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh
oksigen bagi sistem perakarannya. Dalam hal lain, beberapa jenis mangrove
berkembang dengan buah yang sudah berkecambah sewaktu masih di pohon
induknya (vivipar), seperti Kandelia, Bruguiera, Ceriops dan Rhizophora. Jenis-
jenis mangrove dapat diidentifikasi dengan beberapa cara yaitu, melihat bentuk
pohon/tanaman, bentuk akar, bentuk buah, bentuk dan susunan daun, rangkaian
bunga dan habitat tempat tumbuhnya (Noor et al. 2006).
A. Bentuk Tanaman Mangrove :
Belukar (Shrub) Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
Epifit (Epiphyte) Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau
hemi-parasit.
Paku-pakuan (Fern) Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut
keluar tangkai daun.
Palma (Palm) Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih
panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
Pemanjat (Climber) Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya
seperti kayu atau belukar.
Pohon (Tree) Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki
satu batang atau tangkai utama.
Terna (Herb) Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki
bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
11
B. Bentuk Akar Mangrove :
Secara umum mangrove mempunyai akar udara (aerial root): akar yang
terkena udara secara langsung selama beberapa saat dalam sehari atau bahkan
sepanjang hari yang berfungsi untuk menangkap carbon dan oksigen dari udara.
Macam-macam akarnya antara lain sebagai berikut:
Akar udara (Aerial root) Struktur yang menyerupai akar, keluar dari
batang, menggantung di udara dan bila sampai ke tanah dapat tumbuh
seperti akar biasa. Beberapa kadang-kadang menyerupai struktur akar yang
dimiliki oleh famili Rhizophoraceae.
Akar banir/papan (Buttress) Akar berbentuk seperti papan miring yang
tumbuh pada bagian bawah batang dan berfungsi sebagai penunjang
pohon.
Akar lutut (Knee root) Akar yang muncul dari tanah kemudian
melengkung ke bawah sehingga bentuknya menyerupai lutut.
Akar nafas (Pneumatophore) Akar yang tumbuhnya tegak, muncul dari
dalam tanah, pada kulitnya terdapat celah-celah kecil yang berguna untuk
pernafasan.
Akar Tunjang (Stilt-root) Akar yang tumbuh dari batang diatas
permukaan dan kemudian memasuki tanah, biasanya berfungsi untuk
penunjang mekanis.
Akar Udara Akar Banir Akar Lutut Akar Nafas Akar Tunjang
C. Bentuk dan Susunan Daun Mangrove :
a. Bentuk Daun :
- Lancip : panjang helai daun beberapa kali dari lebarnya, melebar
kearah pangkal daun dan meruncing pada ujung daun.
12
- Ellips : melebar pada bagian tengah daun, bagian pangkal dan
ujung daun mempunyai bentuk yang hampir sama, panjang daun
minimal 2 kali lebarnya.
- Oval: ukuran lebar daun dari pangkal ke ujung hampir sejajar.
- Bulat telur sungsang : bentuk seperti telur, pangkal daun
menyempit.
- Hati : bentuk seperti, pangkal daun melebar.
- Tumpul : ujung daun membentuk sudut yang tumpul.
Ellips Oval Lancip Hati Tumpul Bulat Telur
b. Susunan Daun :
- Daun Tunggal : hanya terdapat satu helai daun yang terlihat nyata
pada tangkai daun.
- Daun Majemuk : terdiri dari dua atau lebih helai daun yang terlihat
nyata dan jelas pada tangkai daun.
c. Tata Letak :
- Bersilangan : dua daun terletak berlawanan satu sama lain pada
setiap buku batang pada ranting yang sama.
- Berseling : hanya satu daun yg terdapat pada buku batang pada
setiap ranting.
2.6.2 Pengenalan Masing-masing Jenis Mangrove :
- Rhizophora : akar tunjang, buah silinder
- Bruguiera : akar lutut, buah silinder
- Sonneratia : buah seperti apel, akar nafas
- Avicennia : buah seperti kacang, akar nafas
- Ceriops: akar lutut/tanpa akar udara, buah silinder
13
- Xylocarpus : akar papan/banir, buah seperti bola
- Aegiceras : buah seperti cabe kecil
a. Genus Rhizophora:
Rhizophora mucronata
- Jumlah rangkaian bunga 4-8
- Daun lebih lebar
- Buah lebih panjang
- Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m
- Memiliki diameter 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga
hitam
- Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bawah
Rhizophora stylosa
- Jumlah rangkaian bunga 9-16
14
- Pohon dengan ketinggian mencapai 6 m
- Kulit kayu berwarna abu-abu sampai hitam, relative halus, beralur
- Akar tunjang yang tumbuh dari percabangan bawah
Rhizophora apiculata
- Jumlah rangkaian bunga 2
- Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang
50 cm
- Kulit kayu berwarna abu–abu cabang
b. Genus Bruguiera:
Bruguiera gymnorrhiza
- Rangkaian bunga 1
- Warna kelopak merah
- Pohon selalu hijau dengan ketinggian mencapai 30 m
15
- Kulit kayu memilki lentisel berwarna abu-abu tua hingga coklat
- Akar lutut / kadang–kadang papan
Bruguiera parviflora
- Rangkaian bunga 3-4
- Warna kelopak putih
- Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang–kadang
mencapai 30 m
- Kulit kayu coklat muda abu-abu halus hingga kasar, lentisel
berukuran besar
- Akar lutut / kadang–kadang papan
Bruguiera cylindrica
- Rangkaian bunga 3
- Warna kelopak putih
16
c. Genus Ceriops:
Ceriops tagal
- Buah menghadap kebawah
- Kotiledon berwarna kuning
- Pohon atau semak kecil dengan ketinggian mencapai 25 m
- Kulit kayu berwarna coklat kadang–kadang berwarna abu–abu
- Memiliki akar tunjang yang kecil
Ceriops decandra
- Buah menghadap keatas
- Kotiledon berwarna merah
- Pohon atau perdu dengan tinggi 3 m
- Kulit kayu berwarna abu–abu kekuningan muda dengan tambalan
coklat gelap
- Memiliki akar banir berasal dari akar tunjang
17
d. Genus Kandelia:
- Buah hijau terang
- Tanpa kotiledon
- Akar banir / papan
- Semak atau Pohon kecil, tinggi hingga 7 m dengan pangkal lebih
tebal
- Umumnya tanpa akar nafas
- Kulit kayu berwarna keabu–abuan hingga coklat kemerahan
- Permukaan halus dan memiliki lentisel
e. Genus Sonneratia:
Sonneratia alba
- Benang sari berwarna putih
- Tangkai buah pendek
- Kelopak buah kebawah
- Pohon berukuran kecil atau sedang biasanya ketinggian mencapai
5 m - 20 m
- Memiliki akar nafas
18
Sonneratia caseolaris
- Benang sari merah
- Tangkai buah panjang
- Kelopak buah keatas
- Pohon dengan tinggi mencapai 16 m
- Kulit kayu halus
- Memiliki akar napas
- Berbentuk kerucut
- Tinggi akar dapat mencapai 1 m
f. Genus Avicennia:
Avicennia marina
- Ujung daun agak membulat, bentuk oval
- Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar
- Ketinggian mencapai 30 m
- Memiliki akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel
- Kulit kayu halus dan terkelupas dalam bagian–bagian kecil
- Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu
19
Avicennia alba
- Ujung daun lancip, bentuk lanset
- Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar, ketinggian mencapai
25 m
- Memilki akar nafas biasanya tipis yang ditutupi oleh lentisel
- Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan
- Beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, permukaan daun halus
Avicennia lanata
- Daun tebal, berbulu, oval, bagian bawah agak terang
g. Genus Xylocarpus:
Xylocarpus granatum
20
- Bentuk daun oval
- Pohon dapat mencapai ketinggian 10 m – 20 m
- Memiliki akar papan
- Batang sering berlubang berwarna coklat muda kekuningan, tipis
dan mengelupas
- Sementara pada cabang yang muda kulit kayu berkeriput
Xylocarpus mollucensis
- Bentuk daun lansat
- Pohon tingginya antara 5 m – 20 m
- Memiliki akar nafas mengerucut berbentuk cawan
- Kulit kayu halus, semetara pada batang utama memiliki guratan–
guratan permukaan yang tergores dalam
h. Genus Aegiceras:
Aegiceras corniculatum
- Susunan bunga / buah seperti payung
- Bentuk buah curve / melengkung
21
- Pohon/perdu dengan tinggi 6 m
- Daun memiliki kelenjar garam
- Tidak ada akar udara yang mencolok
Aegiceras floridum
- Susunan bunga / buah tandan
- Bentuk buah lurus
- Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5 m
- Tidak memiliki akar udara yang mencolok
i. Genus Lumnitcera:
Lumnitcera racemosa
- Warna bunga putih
- Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5 m
- Kulit kayu abu–abu, memiliki celah longitudinal, terutama pada
batang pohon tua
- Tidak ada akar udara
22
Lumnitcera littorea
- Warna bunga merah
- Pohon dengan tinggi mencapai 10 m
- Kulit kayu abu-abu kecoklatan, beralur dan terdapat cela
sepanjang sumbu batang pohon
- Akar banir kecil dan akar napas, kadang–kadang tidak tampak
adanya akar udara