bahan bangunan
-
Upload
wigunawijayaox -
Category
Documents
-
view
47 -
download
4
description
Transcript of bahan bangunan
TUGAS BAHAN BANGUNAN
MATERI BAHAN BANGUNAN
Oleh :
I Komang Wisnu Putra Wikananda
1415124025
PROGRAM STUDI DIV MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BALI
2014
1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmatnya saya dapat membuat tugas dasar computer yang
bermateri bahan bangunan. Dari berbagai sumber yang saya kumpulkan
dari sumber internet saya dapat menyimpulkan berbagai materi. Saya
mengharapkan tugas saya ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi
yang membaca tugas saya ini.
Saya sangat sadari bahwa tugas saya ini jauh dari sempurna, untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
membaca tugas saya ini yang berguna untuk saya koreksi agar menjadi
lebih baik kedepannya.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
I.SEMEN....................................................................................................................................................4
1.1 KANDUNGAN KIMIA...................................................................................................................4
1.2 LANGKAH UTAMA PROSES PRODUKSI SEMEN...................................................................4
1.3 JENIS SEMEN.................................................................................................................................5
II.AGREGAT...........................................................................................................................................11
2.1 PERANAN AGREGAT PADA BETON......................................................................................11
2.2 JENIS-JENIS AGREGAT.............................................................................................................12
2.3 JENIS AGREGAT BERDASARKAN SUMBER.........................................................................15
2.4 UKURAN BUTIR.........................................................................................................................16
2.5 GRADASI......................................................................................................................................17
2.6 KEBERSIHAN AGREGAT..........................................................................................................19
2.7 KEKERASAN (TOUGHNESS)....................................................................................................19
2.8 BENTUK BUTIR AGREGAT......................................................................................................20
2.9 TEKSTUR PERMUKAAN AGREGAT.......................................................................................20
2.10 DAYA SERAP AGREGAT........................................................................................................21
III.AIR .....................................................................................................................................................21
IV.ASPAL................................................................................................................................................23
4.1 Karakteristik Campuran Aspal Beton............................................................................................24
3
4.2 Sumber Aspal.................................................................................................................................25
4.3 Klasifikasi Aspal............................................................................................................................29
4.4 Sifat-Sifat Kimia Aspal..................................................................................................................30
4.5 Sifat – Sifat Fisik Aspal.................................................................................................................31
4.6 Macam – macam Aspal..................................................................................................................32
V.KAYU..................................................................................................................................................34
5.1 Memilih Jenis Kayu.......................................................................................................................35
5.2 Sifat Sifat Kayu..............................................................................................................................35
5.3 Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi.............................................................................40
VI.BAMBU..............................................................................................................................................47
6.1 Perlakuan terhadap bahan bambu.................................................................................................47
6.2 Jenis Bambu...................................................................................................................................48
6.3 Kelebihan dan Kekurangan Bambu...............................................................................................49
SUMBER PUSTAKA
4
I. SEMENSemen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan
bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin),
yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer
pada zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep
ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran
1.1 KANDUNGAN KIMIA
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gipsum
1.2 LANGKAH UTAMA PROSES PRODUKSI SEMEN
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang
pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika
atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping
5
dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi
material yang digali.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan
yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai
kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata
diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas
panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan
berlanjut dalam kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti
semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin
klinker, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin
penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam
penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan
dengan pipa menuju silo semen.
1.3 JENIS SEMEN
Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen berusaha untuk
memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan berbagai jenis semen.
6
1. Semen Portland
2. Water proofed cement
3. Semen Putih
4. High Alumina Cement
5. Semen Anti Bakteri
6. Oil Well Cement (OWC)
7. Semen Campur
SEMENT PORTLAND (OPC)
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti
yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.
Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau
panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding
semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk
mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan)
yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini
disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat
yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
7
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap
permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang
tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang
dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai
kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari,
dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan
menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan
semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan
volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur
dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding
semen portland tipe I
5 Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan
airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau
dsb
WATER PROOFED CEMENT
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan
“Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam
8
stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan
tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.
WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)
Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif. Pembuatan
semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti
misalnya bahan mentahnya mengandung oksidabesi dan oksida manganese yang sangat
rendah (dibawah 1 %).
HIGH ALUMINA CEMENT
High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan yang cepat
dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali.
Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai
kecepatan pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen
ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :
Rafractory Concrette
Heat resistance concrete
Corrosion resistance concrete
SEMEN ANTI BAKTERI
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “anti
bacterial agent” sepertigermicide. Bahan tersebut ditambahkan pada semen Portland
untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh.
Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I.
Penggunaan semen anti bakteri antara lain :
Kamar mandi
Kolam-kolam
Lantai industri makanan
9
Keramik
Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
OIL WELL CEMENT
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus
seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini
adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan
dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan
semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka semen yang mengental
dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam.
Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai denganAPI Spesification 10
1986, yaitu :
KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila sifat-sifat
khusus tidak dipersyaratkan
KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi
membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi
membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi
KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan kedalaman 2440
10
meter, akan tetapi dengan penambahan accelerator atauretarder. Dapat digunakan
untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E
BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh
semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai
pencampur.Jenis semen campur :
1. Semen Portland Pozzolan (SPP)
2. Portland Pozzolan Cement (PPC)
3. Portland Blast Furnace Slag Cement
4. Semen Mosonry
5. Semen Portland Campur (SPC)
6. Portland Composite Cement (PCC)
Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC)
adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen
Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan
menggiling klinker semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur
secara merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan
mencampur.
Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur dengan kerak
dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk halus semen Portland dengan
bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran slag.
Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 +
11
Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut
saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
1. Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan semen
portland.
2. Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
3. Mempunyai permebility yang rendah
Semen Masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang kebeberapa
negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan kapur padam,
kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur
padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .
Portland Composite Cement (Semen Portland Campur)PCC -SPC
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat hidrolisis hasil
penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih
bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan
bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace
slag), pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 – 35
%dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland
Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah
Aditive material aktif
1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif
2. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif
Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang digunakan
hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari 1
jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada TERNARY CEMENT.
12
II. AGREGATAggregat adalah batuan mineral murni yang berfungsi sebagai bahan
pengisi beton atau mortar. Sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat beton atau mortar,
karena agregat menempati kira-kira sekitar 70% dari volume beton atau mortar.
2.1 PERANAN AGREGAT PADA BETON
Mengingat bahwa agregat menempati 70 – 75 % dari total volume beton maka kualitas
agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton, Dengan agregat yang baik , beton dapat
dikerjakan (workability) kuat dan tahan lama (duarability) dan ekonomis. Pengaruhnya dapat
dilihat pada tabel 7.1 berikut ini.
Tabel 7.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton
Sifat Agregat Pengaruh Pada Sifat Beton
Bentuk, Tekstur,
Gradasi
Beton Cair Kelecakan, Pengikatan
dan Pengerasan
Sifat fisik, sifat kimia,
mineral
Beton Keras Kekuatan, kekerasan,
ketahanan(durability)
2.2 JENIS-JENIS AGREGAT
Agregat dapat diklassifikasi menurut kriteria dibawah ini :
a. Ukuran dan Produksi
Perbedaan antara agregat kasar dan agregat halus adalah ayakan 6.35 mm atau 3/16 ‘.
Agregat halus adalah agregat yang lebih kecil dari ukuran 6.35 mm dan agregat kasar adalah
agregat yang berukuran lebih dari 6.35 mm.
b. Kepadatan
13
Tidak ada batasan yang jelas antara agregat biasa dengan agregat ringan atau agregat berat.
Pengelompokan umum dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Jenis Agregat berdasarkan kepadatannya.
Jenis Agregat Kepadatan (Kg/m3)
Ringan 300-1800
Sedang 2400-3000
Berat >4000
c. Peterologi
Klasifikasi menurut BS 812 yang membaginya kedalam kelompok artifisial, basalt, flint,
gabbro, granit, batu kapur.
d. Minerologi
Menurut ASTM C294, klasifikasi komposisi mineral semen portland adalah demikian :
felspars, mineral silika, karbon, sulfat, besi sulfida, besi magnesia, oksida besi dan mineral
tanah liat.
14
Gambar 7.1. Batuan / Agregat
Dua jenis utama dari agregat alam yang digunakan untuk konstruksi adalah pasir dan kerikil.
Kerikil biasanya didefinisikan sebagai agregat yang berukuran lebih besar 6,35 mm. Pasir
didefinisikan sebagai partikel yang lebih kecil dari 6,35 mm tetapi lebih besar dari 0,075 mm.
Sedangkan partikel yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut sebagai mineral pengisi (filler).
Pasir dan kerikil selanjutnya diklasifikasikan menurut sumbernya. Material yang diambil dari
tambang terbuka (open pit) dan digunakan tanpa proses lebih lanjut disebut material dari
tambang terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari sungai (steam bank) disebut
material sungai (steam bank materials). Deposit batu koral memiliki komposisi yang
bervariasi tetapi biasanya mengandung pasir dan lempung. Pasir pantai terdiri atas partikel
yang agak seragam, sementara pasir sungai sering mengandung koral, lempung dan lanau
dalam jumlah yang lebih banyak.
Tabel 7.3 Klasifikasi umum batuan
Batuan Induk Kelompok Batuan Nama Batu
15
Batuan Sedimen Karbonat
Silika
Batu Gamping,Dolomit
Pasir kelempungan,
Batu Pasir, Kert /
Rijang, Konglomerat,
Breksi
Batuan Metamorpik Batuan Foliasi / berurat
Batuan Nonfoliasi atau
tidak berurat
Gneiss, Skista / Sekis,
Ampibolit, Batu Tulis /
Slit
Kwarsa, Pualam,
Serpentinit
Batuan Beku Batuan Beku Dalam
Batuan Beku Luar
Granit, Sienit, Diorit,
Gabro, Peridotit,
Pirokenit,
Hormoblende
Obsidian, Pumis, Tuffa,
Riolit, Trakit, Andesit,
Diabas, Basal.
16
2.3 JENIS AGREGAT BERDASARKAN SUMBER
a) Agregat yang diproses
Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan.
Pemecahan agregat dilakukan karena tiga alasan : untuk merubah tekstur permukaan partikel
dari licin ke kasar, untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan untuk
mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel. Untuk batuan krakal
yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah untuk mendapatkan ukuran batu yang
dapat dipakai, selain itu juga untuk merubah bentuk dan teksturnya.
Penyaringan yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan menghasilkan partikel
agregat dengan rentang gradasi tertentu. Mempertahankan gradasi agregat yang dihasilkan
adalah suatu faktor yang penting untuk menjamin homogenitas dan kualitas campuran
beraspal yang dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian agregat pecah yang diambil
langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau dengan sedikit penyaringan) dapat
dibenarkan. Kontrol yang baik dari operasional pemecahan menentukan apakah gradasi
agregat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi pekerjaan atau tidak. Batu pecah (baik yang
disaring atau tidak) disebut agregat pecah dan memberikan kualitas yang baik bila digunakan
untuk campuran beton.
b) Agregat buatan
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material sehingga
menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat.
Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri dan dari
proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai agregat atau sebagai
mineral pengisi (filler).
17
Slag adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi.
Batuan ini adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari pencairan / peleburan
biji besi selama proses peleburan. Pada saat menarik besi dari cetakan, slag ini akan pecah
menjadi partikel yang lebih kecil baik melalui perendaman ataupun memecahkanya setelah
dingin.
Pembuatan agregat buatan secara langsung adalah suatu yang relatif baru. Agregat ini dibuat
dengan membakar tanah liat dan material lainnya. Produk akhir yang dihasilkan biasanya
agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan yang tinggi. Agregat buatan
dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk perkerasan jalan dengan mutu sebaik lapisan
permukaan yang mensyaratkan ketahanan gesek maksimum.
2.4 UKURAN BUTIR
Ukuran agregat dalam suatu campuran beton terdistribusi dari yang berukuran besar sampai
ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai semakin banyak
variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua istilah yang biasanya digunakan
berkenaan dengan ukuran butir agregat, yaitu :
- Ukuran maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terkecil yang meloloskan
100 % agregat.
- Ukuran nominal maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terbesar yang
masih menahan maksimum dari 10 % agregat.
Contoh berikut ini mengilustrasikan perbedaan keduanya : Hasil analisa saringan
menunjukan bahwa 100 % lolos saringan 25 mm. Agregat paling kasar tertahan pada
saringan 19 mm. Dalam hal ini ukuran maksimum agregat adalah 25 mm dan ukuran nominal
maksimumnya adalah 19 mm.
Istilah-istilah lainnya yang biasa digunakan sehubungan dengan ukuran agregat yaitu :
- Agregat kasar : Agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm).
- Agregat halus : Agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).
18
- Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,36 mm) mimimum
75% terhadap berat total agregat.
- Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
Mineral pengisi dan mineral abu dapat terjadi secara alamiah atau dapat juga dihasilkan dari
proses pemecahan batuan atau dari proses buatan. Mineral ini penting artinya untuk
mendapatkan campuran yang padat, berdaya tahan dan kedap air. Walaupun begitu,
kelebihan atau kekurangan sedikit saja dari mineral ini akan menyebabkan campuran terlalu
kering atau terlalu basah. Perubahan sifat campuran ini bisa terjadi hanya karena sedikit
perubahan dalam jumlah atau sifat dari bahan pengisi atau mineral debu yang digunakan.
Oleh karena itu, jenis dan jumlah mineral pengisi atau debu yang digunakan dalam campuran
haruslah dikontrol dengan seksama.
2.5 GRADASI
Seluruh spesifikasi campuran beton mensyaratkan bahwa partikel agregat harus berada dalam
rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus dalam proporsi
tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini disebut gradasi agregat. Gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas (sifat
mudah dikerjakan) dan stabilitas campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat
memenuhi spesifikasi atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel
dan gradasi agregat diukur.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui satu
set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawatnya dan nomor
saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi persegi dari saringan
tersebut.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang lolos pada
saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang lolos atau
tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
19
a) Gradasi seragam (uniform graded) / gradasi terbuka (open graded)
Adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi seragam disebut juga
gradasi terbuka (open graded) karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga
terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan
gradasi ini bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah dan
memiliki berat isi yang kecil.
b) Gradasi sapat (dense graded)
Adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai halus, sehingga
sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well graded).
Suatu campuran agregat beton dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos dari
masing-masing saringan memenuhi persamaan berikut:
P = 100 ( D/d) n
Dengan pengertian :
d = Ukuran saringan yang ditinjau
D= Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n = 0,35 – 0,45
Campuran dengan gradasi ini memiliki kuat tekan yang tinggi, agak kedap terhadap air dan
memiliki berat isi yang besar.
2.6 KEBERSIHAN AGREGAT
Dalam spesifikasi biasanya memasukan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan memberikan
suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan (seperti tanaman, partikel
lunak, lumpur dan lain sebagainya) berada dalam atau melekat pada agregat. Agregat yang
20
kotor akan memberikan pengaruh yang jelek pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya
ikatan antara aspal dengan agregat yang disebabkan karena banyaknya kandungan lempung
pada agregat tersebut.
Di lapangan, kebersihan agregat sering ditentukan secara visual.
Kebersihan agregat dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah, yaitu dengan
menimbang agregat sebelum dan sesudah dicuci lalu membandingkannya.
Sehingga akan memberikan persentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm (No. 200).
Pengujian setara pasir (Sand Equivalent Test) adalah satu metoda lainnya yang biasanya
digunakan untuk mengetahui proporsi relatif dari material lempung yang terdapat dalam
agregat yang lolos saringan No. 4,75 mm
2.7 KEKERASAN (TOUGHNESS)
Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi selama
proses produksi dan operasionalnya dilapangan. Agregat yang akan digunakan harus lebih
keras (lebih tahan). Untuk itu, kekuatan agregat terhadap beban merupakan suatu persyaratan
yang mutlak harus dipenuhi oleh agregat yang akan digunakan sebagai bahan beton
Uji kekuatan agregat di laboratorium biasanya dilakukan dengan uji abrasi
(Los Angeles Abration Test), uji beban kejut (Impact test) dan uji ketahanan terhadap pecah
(Crushing test) . Dengan pengujian-pengujian ini kekuatan relatif agregat dapat diketahui.
2.8 BENTUK BUTIR AGREGAT
Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular), seperti yang
diilustrasikan pada gambar 2. Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi workabilitas
campuran beton selama pencampuran yaitu dalam hal energi pemadatan yang dibutuhkan
untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur beton selama umur pelayanannya.
Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat
interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan atau displasemen agregat yang
21
mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat yang memiliki
lebih dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik.
Dalam campuran beton penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat saja tidak akan
menghasilkan campuran beton yang baik. Kombinasi penggunaan kedua bentuk partikel
agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada struktur beton dan
workabilitas yang baik dari campuran tersebut.
2.9 TEKSTUR PERMUKAAN AGREGAT
Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada permukaan
perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun mikro) juga merupakan faktor
lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan durabilitas campuran beton
Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran beton karena
kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari pergereran atau
perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan memberikan tahanan gesek yang kuat
sehingga akan meningkatkan keamanan.
Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek yang tinggi
yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat sehingga akan menurunkan
workabilitasnya. Oleh sebab itu penggunaan agregat bertekstur halus dengan proporsi
tertentu kadang-kadang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan workabilitasnya.
Agregat yang berasal dari sungai (bankrun agregat) biasanya memiliki permukaan yang halus
dan berbentuk bulat, oleh sebab itu agar dapat menghasilkan campuran beton dengan sifat-
sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih dahulu. Pemecahan ini
dimaksudkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang kasar pada bidang pecahnya dan
mengubah bentuk butir agregat.
Tidak ada metoda standar untuk mengevaluasi tekstur permukaan secara langsung.
Seperti halnya bentuk partikel, tekstur permukaan adalah suatu sifat yang direfleksikan dalam
uji kekuatan campuran dan dalam workabilitas dari campuran selama masa konstruksinya.
22
2.10 DAYA SERAP AGREGAT
Keporusan agregat menentukan banyaknya zat cair yang dapat diserap agregat. Kemampuan
agregat untuk menyerap air. Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus
menyerap semen lebih baik pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan
aspal di unit pencampur beton (Batching plant.
Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus memerlukan
aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Agregat dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak digunakan, tetapi
untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat dibenarkan asalkan sifat lainnya
dapat terpenuhi. Contoh-contoh material seperti batu apung yang memiliki keporusan tinggi
digunakan karena ringan dan tahan terhadap abrasi. Meskipun demikian perbedaan berat
jenis harus dikoreksi mengingat semua perhitungan didasarkan pada prosentase berat bukan
volume.
III. AIR
Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan konstruksi bahan
bangunan dengan struktur beton bertulang.
Pada konstruksi beton, Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga dapat menjadi
bahan perekat antara agregat halus ( pasir), agregat kasar (kerikil) serta bahan campuran
beton lainya
Sedangkan pada konstruksi baja, air digunakan sebagai bahan pencuci profil baja dari
kotorran yang timbul akibat penyimpanan maupun pada saat distribusi baja.
Dalam pembuatan konstruksi beton harus digunakan air yang baik sehingga dapat tercipta
beton yang kuat serta tahan lama.
23
Air yang baik untuk campuran beton bertulang sebaiknya harus memenuhi persyaratan
standar nasional indonesia
( SK-SNI – S – 04 – 1989 – F) yaitu sebagai berikut :
Air harus bersih
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /liter.
Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa dilihat secara visual.
Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organik) lebih
dari 15 gram / liter.
Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.
Tidak mengandung chlorida (cl) lebih dari 0,5 gram / liter.
Air yang digunakan sebaiknya dari jenis air tawar karena air asin/air laut mempunyai kadar
garam yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan besi tulangan berkarat dan konstruksi
beton tidak mempunyai kekuatan optimal karena pemilihan air yang salah pada saat
pelaksanaan.
24
dengan demikian sebuah konstruksi bangunan yang kuat diawali dari pemilihan air yang baik
sebagai bahan bangunan.
IV. ASPAL
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan
lapisperkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak
(aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat
diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam
perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang
dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara
kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen,
oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal
adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta
sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar).
Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.
25
Gambar lapisan Aspal.
4.1 Karakteristik Campuran Aspal Beton
Aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan
agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua
material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena
dicampur dalam keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan
pencampuran hot mix dilakukan di pabrik pencampur yang disebut sebagai Asphalt Mixing
Plant(AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course, Base
Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga terdiri
dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. Untuk
mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus
memperhatikan karakteristik campuran aspal beton, yang meliputi:
1.Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu lintas
tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari bgaya gesekan antar
partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara
batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran
gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
26
2.Durabilitas
Aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap cuaca dan beban
lalulintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang
tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3.Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi lendutan
akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami perubahan bentuk.
Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan
penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan
4.2 Sumber Aspal
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses
penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Aspal juga terdapat di alam
secara alamiah, aspal ini aspal alam. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah
kedalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi safat rheologinya
sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi
1. Aspal Hasil Destilasi
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana berbagai fraksi
dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan
temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari
proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak.
a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan
dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama
27
aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses
destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC. Temperatur ini bervariasi tergantung
pada sumber minyak mentah yang disulaing atau tingkat aspal keras yang akan
dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses penyulingan
harus ditangani sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol sifat-sifat aspal keras yang
dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan mencampur berbagai variasi minyak mentah
bersama-sama sebelum proses destilasi dilakukan. Pencampuran ini nantinya agar
dihasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Cara lainnya yang sering dilakukan untuk mendapatkan aspal keras adalah
dengan viskositas menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras dengan
proporsi tertentu dimana aspal keras yang sangat encer dicampur dengan aspal lainnya
yang kurang encer sehingga menghasilkan aspal dengna viskositas menengah. Selain
melalui proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak mentah dengan
pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan melalui proses ekstraksi
zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak ( bensin, solar, dan minyak tanah) yang
terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan sehingga meninggalkan aspal sebagai
residu.
b. Aspal Cair
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis
minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana
dalam proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya
dikeluarkan. Kecepatan menguap dari minyak yang digunakan sebagai pelarut atau
minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu pada proses destilasi akan menentukan
jenis aspal cair yang dihasilkan. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
-Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya
adalah bensin
28
·Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curing), yaituaspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya adalah minyak tanah
·Aspal Cair Lambar Mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini adalah
solar.
Tingkat kekentalan aspal cair sanagat ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan pelarut
yang digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada aspal cair tersebut.
Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi dari MC-200.
c. Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini
partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam airyang mengandung
emulsifer (emulgator). Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan
sebagian besar berukuran sangat kecil bahkansebagian besar berukuran koloid. Jenis
emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan aspal
emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yang digunakan,
Aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi:
· Aspalemulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
· Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
· Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion (netral)
2. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
Aspal Danau (Lake Asphalt) Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad,
Venezuella dan lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organik
lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek
sangat tinggi. Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang
mempunyai angka penetrasi yang tinggi dengan perbandingan tertentu
sehingga dihasilkan aspal dengan angka penetrasi yang diinginkan.
29
Aspal Batu (Rock Asphalt) Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang
secara alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton,
Indonesia.
Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan
batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12
– 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki persentasi antara 0 – 40.
Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang terlebih dahulu, lalu
aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan minyak pelunak atau aspal
keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat
ini aspal batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan
aspal batu dalam bentuk butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari
1 mm dan dalam bentuk mastik.
3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.
Polymer hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga aspal
modifikasi sering disebut juga aspal polymer. Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua
jenis bahan polymer yang biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
· Aspal Polymer Elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer elastomer yang SBS
(Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene
Styrene), dan karet hádala jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan sebagai
bahan pencampur aspal keras. Penambahanpolymer jenis ini dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan
elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer
akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat
dengan aspal keras.
Presentase penambahan bahan tambah ( additive) pada pembuatan aspal polymer harus
ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah
sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan
campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang
30
negatif.
· Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan polymer plastomer
pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal
keras dan sifat sifik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak
digunakan antara lain adalah EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan
Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus
ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah
sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi
aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh
yang negatif.
4.3 Klasifikasi Aspal
Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau kelas
berdasarkan tiga sisten yang berbeda, yaitu:
1. Viskositas
Viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem mengelompokan aspal
dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula. Dalam pengklasifikasian aspal yang ada,
yang paling banyak digunakan adalah sistem pengklasifikasin berdasarkan viskositas dan
penetrasi. Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estándar pengukuran viskositas
absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tersebut. AC-25 ( aspal
keras dengan viskositasn250 pose pada temperature 60°C) adalah jenis aspal keras yang
bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada temperature 60ºC) adalah jenis
aspal keras yang bersifat keras. Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan
viskositas estela penuaan. Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas aspal estela
penghamparan di lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran,
aspal segar yang akan digunakan dituangkan terlebihdahul dalam oven melalui pengujian
Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT). Sisa aspal yang
31
tertinggal (residu) kemudian ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan fiskositasnya
dalam satuan poise.
2. Uji Penetrasi
Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram ( termasuk berat jarum)
ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang masuk kedalam contoh aspal
dalam waktu lima detik diukur dalam satuan persepuluh mili meter (0,1 mm) dan
dinyatakan sebagai nilai penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin
keras aspal tersebut.
4.4 Sifat-Sifat Kimia Aspal
Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi yang digunakan
terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik yang telah berumur ribuan tahun
dibawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.Susunan struktur internal aspal sangat
ditentukan oleh susunan kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan
molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)oleh unsur karbon
dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa hidrokarbon.
Sebagian kecil, sisanya (5- 10%), dari dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam. Unsur-
unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat menggantikan kedudukan
atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul aspal. Hal inilah yang menyebabkan
aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan
perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam aspal
sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan dan tingkat
penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen untuk
mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami
penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur. Atom logam
seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya terkandung di dalam aspal
dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya mengandung satu persen atom logam
dalam bentuk garam organik dan hidroksidanya. Karena susunan kimia aspal yang sangat
kompleks, maka analisa kimia aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan
32
labolatorium yang canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubungan
dengan sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat memisahkan
molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten. Selanjutnya malten dapat dibagi
menjadi saturated, aromatik dan resin. Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat
didefinisikan secara jelas karena adanya sifat saling tumpang tindih antara
kelompokkelompok tersebut.
4.5 Sifat – Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja
campuran beraspal antara lain adalah:
1. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan
sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal
ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat
oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan
penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akan
menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal
telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini
disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif
yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian
penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan
pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film
Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan
untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi
33
akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau penuaan. Aspal
dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
2. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi
dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal
Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas
aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan
untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras
dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang
tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya
yang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.
Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam
air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat
akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang
tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat
kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali
3. Kepekaan aspal terhadap temperature
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk
berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal
terhadap temperatur.
4. Pengerasan dan penuaan aspal
34
5. Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu:
penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan
jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang.
Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan
penuaan.
4.6 Macam – macam Aspal
a. Aspal Makadam (macadam penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk memperbaharui
permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih besar diletakan diatas
permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran batuan terbesar, kemudian
dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil, selanjutnya dipenetrasi agar saling
mengikat. Kesalahan aspal macadam :
- penggunaan batuan yang tidak benar
- penyebaran aspal yang tidak benar
b. Beton Aspal
Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal
panas dalam pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan.
- kepadatan tinggi dengan ruang kosong yang rendah (3-8 %)
- kadar aspal rendah (4-6%)
- permukaan lapisan lebih tahan lama
- mampu menahan gesekan
- permukaannya rata
- pencampurannya saggat merata
- kekuatan dan stabilitasnya yang tinggi
kesalahan pada aspal beton :
- gradasi batuan tidak benar
35
- terlalu banyak aspal
- pencampuran aspal terlalu sedikit
- batuan tidak cukup kering
- kesalahan pelaksanaan penghamparan
- kesalahan membuat sambungan
c. Butas (Buton aspal)
Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau buton,
sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam
Kesalahan pada butas :
- waktu pengeraman terlalu singkat / lama
- pengadukan tidak homogen
- terjadi segregasi
- komposisi campuran tidak benar.
V. KAYU
Kayu adalah suatu bahan yang dihasilkan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan
teknologi.
Kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan hidup di alam yang jenis pohonnya mempunyai batang
berupa kayu.
Ada berbagai jenis kayu yang dihasilkan dari pohon yang secara umum dapat dibedakan atas
dua golongan besar, yaitu :
1. Jenis pohon dari golongan pohon daun lebar, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- umumnya bentuk daun lebar.
- Tajuk besar dan membundar
36
- Terjadi guguran daun
- Pertumbuhan lambat/lama
- Umumnya batang tidak lurus dan berbonggol
- Umumnya memiliki kayu yang lebih keras.
2. Jenis pohon dari golongan pohon daun jarum, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- bentuk daun seperti jarum
- tajuk berbentuk kerucut.
- Umumnya tidak menggugurkan daun,kecuali beberapa pohon saja.
- Pertumbuhan cepat dan lurus keatas.
- Umumnya memiliki kayu lunak dan ringan.
5.1 Memilih Jenis Kayu
Agar cocok untuk penggunaan dan pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, maka pedoman
dibawah ini dapat dijadikan pegangan, diantaranya :
a. Berdasarkan sifat-sifat jenis kayu :
• Sifat keawetan kayu
• Sifat kekuatan kayu
• Sifat-sifat lainnya.
b. Berdasarkan keadaan permukaan kayu :
• Warna dan pola kayu
37
• Ukuran serat dan pori-pori.
c. Berdasarkan kelas pemkaian kayu :
• Banyak sedikitnya penggunaan suatu jenis kayu oleh konsumen kayu.
• Dilihat dari kelas keawetan dan kelas kekuatanjenis kayu yang bersangkutan.
5.2 Sifat Sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan
lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan
kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan
penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan
dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat
kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis
kayu yaitu :
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya
terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non
karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan
kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara
disekelilingnya.
38
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan
kering.
Sifat Fisik Kayu
1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai
berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28
(kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar
seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif
didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut
terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu
teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh:
jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat
dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
39
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus,
licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur
kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis
kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering
digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan
riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis
kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara
disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture
Content).
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas
kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada
yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan
alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-
barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
40
12. Daya Hantar Listrik
13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar
listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan
sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu
basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik
sejajar arah serat.
2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat
2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat
suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga)
macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
41
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban
pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar
atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang
melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen
dan kerusakan sebagian.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau
lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan
suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap
42
dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan
ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial)
dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara
garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan
dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
5.3 Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya
yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan
bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti
tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu
sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu
jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah
hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan
berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati
berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan
sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply
43
langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai
kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang
ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas
kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih.
Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat
memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan
kualitas kayu tersebut.
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif
pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu
merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur
serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga.
Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu
merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat
garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh
subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
44
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas
Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi
sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering
dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood
filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri.
Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu.
Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan
bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking,
dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu
berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau.
Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada
saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan
kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau.
Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang
45
halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena
tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai,
kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela
dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat
II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah
daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di
Kalimantan.
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa
yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk
diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua
bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak
akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya
adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang.
Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan
warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna
terang.
46
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda
pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga
tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui
di hutan di pulau kalimantan
Botanical Name: Hevea brasiliensis
Family Name: Euphorbiaceae
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di
daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah
India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara
lainnya termasuk tanah Jawa. Warna Kayu Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem
ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit
47
kecoklatan. Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras.
Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435
625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%. Kayu2 Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas
awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk
bahan konstruksi
Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu, Kayu bakar, pagar, atau tiang
tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger
pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada
pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan
penyerap.
Kayu Ulin,Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta
bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika
basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini
dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian. Pohon
48
ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi
120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan
tahan terhadap air laut. Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang
bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta
api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk
kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan
seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu
bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti
mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2.
Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang
dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat
pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun
bahan meibel-furnitur.
49
VI. BAMBU
Bambu telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak lama di Indonesia. Struktur bangunan
bambu dapat dengan mudah ditemui di banyak tempat yang memiliki bambu, mulai struktru
yang paling sederhana seperti gubuk hingga struktur yang rumit berupa jembatan dengan
bentangan hingga puluhan meter dapat ditemui di Sumatra, Jawa dan Sulawesi.
Sebagai bahan bangunan, bambu memiliki keunggulan karena struktur dan juga karena
perbandingan kekuatan dan berat yang dimilikinya. Serat bambu yang panjang menambah
kekuatan bambu dan bahkan melebihi kayu pada umumnya, dan bahkan mengalahkan baja. Di
sisi lain, bambu memiliki kadar lignin yang rendah, komponen punyusun utamanya adalah asam
salisilat, yang memberikan kelenturan sekaligus kekuatan pada bambu.
Pemanfaatan bambu semakin lama diketahui semakin banyak, dalam hal bahan bangunan
misalnya, dalam beberapa tahun belakangan ini, pemanfaatan panel atau bambu laminasi
semakin berkembang pesat. Ini tentu saja di sebab oleh keindahan tekstur bambu, serta kekuatan,
kelenturan dan kemampuan bahan bambu beradapatasi dengan kelembaban. Maka tidaklah
berlebihan jika banyak pihak mengatakan bahwa bambu adalah bahan material masa depan yang
akan menggantikan posisi kayu.
6.1 Perlakuan terhadap bahan bambu
Aplikasi yang kurang tepat, perlakuan yang salah dan pemanfaatan bambu sebagai bangunan
murahan telah menggiring kepada pandangan umum bahwa bambu adalah kayu murahan.
50
Namun saat ini kesadaran masyarkat akan kelebihan bahan bambu serta nilai lebihnya dari sisi
lingkungan mulai membawa bambu ke tingkat yang lebih tinggi. Apa yang akan terjadi pada
material bambu ketika kita tidak memperlakukannya dengan benar?
Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera meninfeksi bambu, oleh sebab itu sangat
dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu.
Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mangalami
pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga terjadi pada kayu. Oleh sebab
itu sturktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah.
Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat
dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan
tingkat fire retardant bambu.
Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari
pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun para perajin
dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi
ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu.
Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan
ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan
bangunan bambu. Diperlukan peningkatan keterampilan bagi yang baru mulai bekerja
dengan bambu.
6.2 Jenis Bambu
Ada beberapa jenis bambu yang sering kita jumpai dalam pemakaian sehari-hari, antara lain :
1. Bambu Petung/belung (Dendracalamus asper) Bambu ini memiliki dinding yang tebal dan
kokoh serta diameter yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. bambu ini banyak digunakan untuk
tiang atau penyangga bangunan. juga sering dibelah untuk keperluan reng/usuk bangunan.
Bambu petung yang paling umum ada dua jenis yakni petung hijau dan petung hitam
2. Bambu hitam atau Bambu wulung banyak tumbuh di jawa dan Sumatra, jenis bambu ini dapat
mencapai diameter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter, banyak digunakan sebagai
bahan bangunan dan perabot bambu karena relative lebih tahan terhadap hama.
51
3. Bambu apus atau tali (gigantochloa apus) Jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap
dan dinding pada bangunan. diameter antara 4 hingga 10 cm. juga sangat cocok untuk mebel dan
kerajinan tangan.
4. Bambu kuning Bambu kuning berasal dari china, memiliki warna bulu kuning emas,
batangnya juga berwarna kuning emas, biasa dipakai sebagai penghias pagar
Penggunaan bambu: Bambu dapat dipergunakan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti :
1.Bangunan
Bambu dapat dipergunakan sebagai tiang penyangga bangunan, maupun untuk menambah kesan
tradisional pada interior bangunan
2.Perabotan
Perabotan bambu masih bisa kita temui saat ini, seperti tampah, tempat nasi, dan lain sebagainya
6.3 Kelebihan dan Kekurangan Bambu
Berikut ini kelebihan dan kekurangan apabila kita memilih bambu sebagai material bangunan
maupun interior
Kelebihan :
-Bahan Alami yang dapat diperbaharui
-Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang)
-Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu
sedang.
-Ringan.
-Bahan konstruksi yang murah.
52
Sudah umum diketahui bahwa bambu adalah sumber yang dapat diperbaharui, alami dan mampu
tumbuh dengan sangat cepat, sehingga pemanfaatan bambu akan mengurangi penggundulan
hutan hujan tropis yang saat ini dalam kondisi kritis. Kelebihan menggunakan bahan bambu
untuk bangunan diantaranya:
Bambu mudah dipotong, dilobangi, diangkat serta mudah perawatannya, hanya dengan
peralatan sederhana kita bisa membuat bangunan bambu.
Karena karakter dan struktur fisiknya, bambu dapat dikatakan cocok untuk segala jenis
struktur konstruksi. Baik untuk konstruksi permanen maupun bangunan sementara. Selain
itu, kelenturan dan kekuatannya terbukti sebagai bahan yang aman untuk daerah yang
rentan gempa seperti Indonesia.
Bambu tidak bersifat polutif, seluruh bagian bambu dapat digunakan dan tidak ada yang
terbuang. (Dalam praktiknya batang bambu dapat digunakan untuk konstruksi, bagian
pucuknya yang lebih kecil dapat dijadikan ajir atau penyangga tanaman, daun bambu
dapat dijadikan makanan ternak dan juga kompos, tunas muda bambu dapat dimakan
sebagai sayuran yang lezat). Bahkan sisa-sisa dari industry furniture/banguanan bambu
dapat dijadikan arang yang bermutu dan bernilai ekonomi tinggi.
Bagian permukaan luar bambu sudah secara alami licin dan bersih dengan warna yang
alami dan menarik pula. Sehingga bambu tidak memerlukan pengecatan atau amplasan.
Bambu juga dapat dikombinasikan dan cocok dengan material lain seperti kayu, batu, dan
baja.
53
Kekurangan :
-Rentan terhadap rayap.
-Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai pangkalnya.
Sebelum memutuskan untuk memilih bambu sebagai bahan bangunan maupun furniture, ada
baiknya memperhatikan tips yang diambil dari bambuawet.com sebagai berikut : Cari info
penjual/supplier bambu. Bisa dari situs web (mislanya dengan kata kunci pengawetan bambu
atau bambu awet), atau minta rekomendasi kontraktor dan perajin bambu yang anda kenal, dll.
Jika memungkinkan, sebaiknya anda datang langsung ke tempat penjual bambu tersebut
agar dapat melihat langsung kondisi bambu yang akan anda beli, serta melihat fasilitas
pengawetan, cara perlakuan terhadap bambu dan tentu saja anda akan dapat lebih detail
menanyakan tentang kebutuhan bambu anda.
Tanyakan teknis pengawetan bambu yang digunakan. Misalnya, metode pengawetannya,
berapa konsentrasi larutannya, berapa perbandingan masing-masing bahan yang
digunakan, berapa lama waktu pengawetan dsb.
Tanyakan bahan pengawet apa yang digunakan.
Tanyakan garansi keawetan yang diberikan.
Pastikan waktu pengiriman bambu (tetapkan tanggal pengiriman).
Minta saran perlakuan dan cara penyimpanan bambu yang ada beli agar keawetan bambu
yang anda beli tidak berkurang karena salah perlakuan. Bambu awet yang berbahan dasar
air harus disimpan di tempat terlindung dari hujan, juga terlindung dari panas agar tidak
pecah.
54
SUMBER PUSTAKA 1. Teknologi Beton , dari Material , Pembuatan ke Beton Mutu Tinggi, Oleh
Paul Nugraha, dan Antoni , Penerbit Andi Ofset. (2007)
2. Modul Panduan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi, Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana ( 2001)
3. Spesifikasi Bahan Pembuat Beton Menurut Konsep PBI 1988, Seminar
Teknologi Beton dalam Rangka Menyambut PBI 1988. (1986
55