Bahan ajar

120
BAHAN AJAR MATA KULIAH BERBICARA PRODI SASTRA INDONESIA FBS UNIMED Karya : Dra. ROSDIANA SIREGAR BAB I PENDAHULUAN A. Tinjauan Umum Matakuliah Berbicara harus di kuasai oleh setiap guru bahasa Indonesia baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor, maupun segi metode pengajaran. Sebab, kedudukan keterampilan berbahasa sangat penting dalam kurikulum. Keterampilan Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Karena itu keterampilan Berbicara menjadi sangat penting dalam kurikulum. Materi matakuliah Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi ini tercakup dalam empat bagian. Pertama, matakuliah berbicara meliputi rasional, tujuan dan cakupan, fungsi dan relevansi matakuliah Berbicara. Kedua, hakikat

Transcript of Bahan ajar

Page 1: Bahan ajar

BAHAN AJARMATA KULIAH BERBICARAPRODI SASTRA INDONESIA

FBS UNIMED

Karya : Dra. ROSDIANA SIREGAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum

Matakuliah Berbicara harus di kuasai oleh setiap guru bahasa Indonesia baik dalam segi

kognitif, afektif dan psikomotor, maupun segi metode pengajaran. Sebab, kedudukan

keterampilan berbahasa sangat penting dalam kurikulum. Keterampilan Berbicara adalah salah

satu aspek keterampilan berbahasa. Karena itu keterampilan Berbicara menjadi sangat penting

dalam kurikulum.

Materi matakuliah Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi ini

tercakup dalam empat bagian. Pertama, matakuliah berbicara meliputi rasional, tujuan dan

cakupan, fungsi dan relevansi matakuliah Berbicara. Kedua, hakikat Berbicara yang meliputi

pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar berbicara dan jenis-jenis berbicara. Ketiga,

faktor yang mempengaruhi efektivitas berbicara yang meliputi kecemasan berbicara, bahasa

tubuh, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan pembicaraan. Keempat, pengembangan

keterampilan berbicara yang meliputi metode pengajaran berbicara, dan praktek berbicara

dengan teman.

Page 2: Bahan ajar

Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, daerah cakupan kegiatan berbicara sangat luas.

Daerah cakupan itu membentangi daerah kegiatan komunikasi lisan yang bersifat informal

seperti bercengkrama sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal. Pendekatan,

semuanya kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan pembicara dan pendengar termasuk daerah

cakupan berbicara. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara  langsung adalah:

1.      Pelafalan

2.      Intonasi

3.      Pilihan kata

4.      Struktur kata dan kalimat

5.      Sistematika pembicaraan

6.      Sisi pembicaraan

7.      Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta

8.      Penampilan (gerak-gerik, penguasaan diri, dan lain-lain)

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditelusuri relevansi matakuliah Berbicara dengan

matakuliah-matakuliah lain. Dari segi pelafalan, matakuliah Berbicara berkaitan dengan

matakuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi, matakuliah berbicara berkaitan

dengan matakuliah Sintaksis. Dari segi pilihan kata, matakuliah Berbicara berkaitan dengan

matakuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata, matakuliah Berbicara berkaitan

dengan matakuliah Linguistik Umum dan Morfologi Bahasa Indonesia. Dari segi sestematika

dan segi pembicaraan, matakuliah berbicara berkaitan dengan matakuliah Wacana Bahasa

Indonesia. Matakuliah Berbicara juga berkaitan dengan matakuliah Analisis Kesalahan

Berbahasa karena ketika berbicara pembicara sering salah dalam pelafalan intonasi, pilihan kata,

struktur kata dan kalimat.

Page 3: Bahan ajar

Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa, di samping keterampilan

menyimak,  membaca, dan menulis. Keempat keterampilan itu saling terkait satu dengan lainnya.

Keterkaitan ini sering disebut dengan istilah Catur Tunggal. Ini berarti, ada kaitan yang erat

antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, serta berbicara dengan membaca.

B. Kedudukan Berbicara dalam Kehidupan

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia akan dianggap manusia bila ia berinteraksi

dengan lingkungan manusia. Mereka akan selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil,

sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka saling

berinteraksi antara satu dengan lainnya.

Interaksi antar manusia ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka

miliki dan pahami bersama, yakni bahasa. Setiap ada kelompok manusia, pasti digunakan

bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

Jelas dalam masyarakat dibutuhkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi

tulisan banyak dilakukan oleh masyarakat modern.

Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Secara garis besar dikenal dua cara,

yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa

sebagai sarana. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak dan sandi, seperti bunyi,

morse, warna, dan bendera. Komunikasi verbal dianggap bentuk komunikasi paling sempurna,

efisien, dan efektif. Bentuk komunikasi verbal ini sendiri dibedakan atas komunikasi lisan dan

tulisan.

Komunikasi lisan (berbicara) lebih sering terjadi dalam kehidupan manusia. Misalnya

percakapan sehari-hari dalam lingkungan keluarga; percakapan antar anggota rukun warga;

Page 4: Bahan ajar

percakapan yang terjadi di pasar, debat publik pemilu, dialog melalui telepon, adu argumentasi

antar mahasiswa, dan sebagainya.

C. Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun erat dan tak

terpisahkan. Ibarat mata uang, satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan satu sisi lainnya

ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan meyimak pasti dilakukan terlebih dahulu daripada

kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi

komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, dan interviuw.

Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang

resiprokal berganti peransecara spontan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak,

dan dari penyimak menjadi pembicara. Pembicara cemas akan kepastian responsi pendengar.

Pembicara baru dapat memberikan responsi pendengar setelah ia mendapat responsi dari

penyimak. Pendengar baru dapat memberikan responsi yang tepat bila ia memahami pesan yang

disampaikan pembicara.

Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya

orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak bila

tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan menyimak

dua kegiatan yang kegiatan yang bersifat resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal

ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata,

mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan

keterampilan menyimak.

Page 5: Bahan ajar

D. Hubungan Berbicara dengan Membaca

Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana dan fungsi. Berbicara bersifat

produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi.

Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.

Pengembangan ketrampilan berbicara pada kelas-kelas rendah terutama sekali di SD

menjadi dasarpengembangan keterampilan membaca. Sebaliknya, pada kelas-kelas tinggi

keterampilan membaca sangat menunjang keterampilan berbicara. Bahan pembicaraan sebagian

besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak

informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk

mengekspresikan kembali informasai yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.

E. Hubungan Berbicara dengan Menulis

Baik kegiatan berbicara maupun kegitan menulis bersifat produktif ekspresif. Kedua

kegiatan ini berfungsi penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara

disalurkan melalui bahasa lisan. Sedang penyampaian informasi dalamkegiatan menulis

disalurkan melalui bahasa tulis.

Bahan informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis didapatkan melalui

kegiatan menyimak atau kegiatan membaca. Ketrampilan menggunakan kaidah kebahasaan

dalam kegiatan berbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan

kaidah kebahasaan dalam kegiatanberbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan

menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. Organisasi penyusunan

materi baik kegiatan berbicara dan menulis hampir sama. Dalam seminar atau diskusi

pembicaraan didasarkan kepada hasil menulis atau makalah.

Page 6: Bahan ajar

BAB II

HAKIKAT BERBICARA

A.  Pengertian, Peranan, dan Tujuan Berbicara

Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan

untuk berinteraksi antar sesamanya. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap ada kelompok

manusia, pasti di tempat tersebut ada bahasa. Hal ini berlaku baik pada masyarakat tradisional

maupun masyarakat modern. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap manusia sebagai anggota

masyarakat dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun

secara tertulis agar dapat bersosialisasi dengan baik.

Secara umum dikenal dua cara berkomunikasi, yakni :

1. Komunikasi  verbal, dan

2. Komunikasi non verbal

Page 7: Bahan ajar

Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaian makna/tujuan

yang di kehendaki . Sedangkan, komunikasi non verbal memanfaatkan sarana non bahasa berupa

gerak-gerik, ekspresi wajah, air muka atau hal lain seperti bunyi bel, sandi bendahara (morse),

warna, gambar, dan sebagainya. Dari kedua car berkomunikasi tersebut komunikasi verbal

dianggap lebih sempurna, efektif, dan efesien, bila di bandingkan dengan komunikasi non verbal.

Untuk dapat berkomunikasi verbal secara lisan (berbicara) dengan baik, dibutuhkan

sejumlah persyaratan sebagai berikut.

1. Pengirim      : Orang yang menyampaikan pesan

2. Pesan           : Isi pembicaraan

3. Penerima     : Orang yang menerima pesan

4. Media          : Waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan   dalam penyampaian pesan

5. Interaksi      : Searah, dua arah, atau mulit arah

6. Pemahaman : Ada saling pengertian

Keberlangsungan suatu peristiwa komunikasi lisan sangat ditentukan oleh syarat

terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan sangat di tentukan oleh syarat

terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan menyampaikan pesan secara

“sederhana”, mudah dimengerti dan kemampuan si pengirim pesan mamahami maksud si

pengirim pesan sangat penting di perhatikan pada saat peristiwa komunikasi tersebut

berlangsung. Dalam hal ini, ditinjau dari isi penerima pesan kualitas pemahamannya dapat di

bagi atas tiga kategori yaitu:

1. Baik             : Pesan yang dikirim agak mendekati pesan yan diterima

2. Sedang        : Pesan yang diterima agak mendekati pesan yang dikirim

Page 8: Bahan ajar

3. Jelek            : pesan yang diterima hanya sedikit persamaanya dengan pesan       yang dikirim

Berdasarkan uraian tersebut, dapat di simpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan

menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Pesan dan bahasa lisan merupakan dua hal yang

sangat erat kaitannya. Pesan atau isi berita disampaikan melalui media bahasa lisan kepada

pendengar : “Medium is The Message”, “The heart of a communication is the message”,

“Language is the communication” demikian ungkapan dan ucapan para ahli seperti Marrie M,

Stewart, dan Kemuth Zimmir serta Marry dan Bonomo.

Ditinjau dari sisi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan

berbahasa yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan berbicara selalu diikuti dengan kegiatan

menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan berbicara. Komunikasi lisan

tidak akan lancar bila kedua kegiatan tersebut tidak berlangsung saling melengkapi.

Para pelajar dan mahasiswa dalam proses pendidikannya dituntut untuk trampil

berbicara. Mereka harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara

lisan. Mereka pun harus trampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan memperoleh

informasi dalam berbagai kegiatan akademik, seperti seminar, diskusi, rapat dan sebagainya.

Disamping itu mereka juga dituntut trampil, adu argumentasi, trampil menarikminat para

pendengarnya.

Begitu pula, keterampilan berbicara memang sangat diperlukan, oleh siapa saja dalam

berbagai profesi pekerjaan ataupun keahlian. Guru, karyawan, wartawan, penyiar dan sebagainya

semua membutuhkan kemampuan dan keterampilan berbicara.

Page 9: Bahan ajar

Secara umum pembicara yang tampil di depan audience dapat dibedakan atas dua

golongan yaitu :

1. Golongan pembicara yang memiliki sesuatu untuk disampaikan

2. Golongan pembicara yang harus menyampaikan sesuatu kepada   pendengarnya.

Oleh karena kedua golongan ini berbeda kategorinya tujuannya berbeda pula. Pembicara

golongan pertama akan merinci tujuan pembicaranya sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.

Sedangkan pembicara golongan kedua, biasanya bertujuan sem,ata-mata memenuhi kewajiban

saja.

Bila dianalisis, tujuan berbicara dapat dibedakan atas lima golongan, yakni :

1. Menghibur

2. Menginformasikan

3. Mensimulasi

4. Meyakinkan

5. Menggerakkan

Untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar dengan

berbagai cara, seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, petualangan dean sebginya. Humor

yang original baik dalam gerakan, cara berbicara, maupun cara ,menggunakan kata/kalimat akan

menawan perhatian para pendengar. Biasanya berbicara dengan tujuan seperti itu dilakukan oleh

pelawak, pemain dagelan dan sebagainya.

Berbicara dengan tujuan menginformasikan, untuk melaporkan dilaksanakan bila

seseorang ingin :

1. menjelasakan suatu proses

Page 10: Bahan ajar

2. Menguraikan, menfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu

3. Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan

4. Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau pristiwa

Tidak jarang di temukan seorang pembicara berupaya membangkitkan inspirasi,

kemauan, atau minat pendengarnya untuk melakukan sesuatu, misalnya seorang guru berpidato

memberikan nasehat kepad muridnya sehingga para murid tersebut berpacu mengerjakan tugas-

tugas yang di berikanoleh guru dengan sebik-baiknya. Kegiatan seperti ini dapat diketegorikan

sebagai berbicar untuk mensimulasi.

Selanjutnya, berbicara untuk meyakinkan bertujuan untuk meyakinkan pendengar

tentang sesuatu. Dengan pembicaraan yang meyakinkan, sikap dan cara pandang pendengar

dapat diubah misalnya dari sikap menolak beralih kepada sikap menerima dari tidak setuju

berubah menjadi setuju bahkan emendukung secara penuh.

Demikian halnya dengan berbicara untukmeyakinkan. Pada bagian ini, pembicara

berusaha membuat pendengar berempatik sehingga akhirnya mereka mau di buat, bertindakatau

beraksi seperti yang di kehendakinya. Oleh sebab itu pembicara hendaknya merupakan figur

yang berwenang, beribawa, panutan atau tokoh idola masyarakat.

B. Konsep Dasar Berbicara

Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal, sebagai

berikut :

1.     Berbicar dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya kedua    kegiatan ini berbeda

tetapi berkaitan erat tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu sebagai kegiatan

berbicara dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak

saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu saat pembicara beralih peran

Page 11: Bahan ajar

menjadi penyimak demikianpula ada kalnya penyimakberperan sebagai pembicara. Tidak ada

artinya seorang pembicara tanpa pinyimak atau seorang penyimak tanpa pembicara.

2.     Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya berbicara digunakan  sebagai sarana

mengontrol lingkungan.

3.     Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide,

tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru atau

memanifestasikan kepribadian seseorang.

4.     Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan (merefleksikan)

kepribadian seseorang berbicara dapat direkam kepribadiannya secar umum.

5.     Berbicara adalah tingkah laku yang di pelajari, maksudnya keterampilan berbicara merupakan

keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik (makin dikuasai) oleh

karena itu proses pelatihan keterampilan berbicara mencakup :

           a. Pelafalan

           b. Pengontrolan suara

           c. Pengendalian diri

      d. Pengontrolan gerak-gerik tubuh

           e. Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya

           f.  Pemakaian bahasa yang baik dan,

           g. Pengorganisasian

6.     Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicar dipenuhi oleh

kualitas dan kuantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin kaya pengalaman

seseorangbiasanya akan semakin baik pula keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yan

miskin pengetahuan dan pengalamn akan mengalami kesukaran berbicara.

Page 12: Bahan ajar

7.     Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk mengekspresikan ide, perasaan

dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah

cakrawala pengalamna seseorang.

8.     Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya lingkungan yang konduktif

memberi peluang dan kesempatan pada anak untuk dilatih berbicara akan sangatmendukung

keterampilan berbicara (kemampuan linguistik) anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak

kondusif tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih berbicara akan

mengakibatkan anak menjadi pemalu, kaku dan kurang mampu mengekspresikan diri secara

lisan.

9.     Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk mengidentifikasikan kepribadian

sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi

rendah, nada, dan kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang.

Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat di ketahui melalui cara

bicaranya. 

C. Jenis-jenis Berbicara

                 Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau sudut pandang yang

dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani untuk mengklasifikasikan

keterampilan berbicara, yakni :

1. Situasi

2. Tujuan

3. Metode penyampaian

4. Jumlah penyimak

Page 13: Bahan ajar

5. Pristiwa khusus

            Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan

tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam situasi formal,

pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan situasi informal menghendaki

pembicara berbicara secara tak resmi.

            Menurut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakup :

1. Ceramah

2. Perencanaan dan penilaian

3. Interview

4. Prosedur parlementer, dan

5. Bercerita

            Selanjutnya Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas :

1. Tukar pengalaman

2. Percakapan

3. Penyampaian berita

4. Penyampaian pengumuman

5. Bertelepon

6. Pemberian petunjuk

            Situasi berbicara juga berhubungan dengan tujuan berbicara. Seperti telah dikemukakan

terdahulu, ada lima tujuan berbicara, yakni :

1. Untuk menghibur

2. Untuk menginformasikan

Page 14: Bahan ajar

3. Untuk menstimulasi

4. Untuk meyakinkan, dan

5. Untuk menggerakkan

            Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Sedangkan

untuk memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan lebih tepat didukung

oleh suasana serius, tertib, hening bahkan terkadang menimbulkan kesan kaku.

            Guna mencapai tujuan berbicara secara optimal, pembicara di tuntut menguasai berbagai

metode penyampaian yang di sesuaikan dengan audience dan situasi berbicara. Ada empat

metode (cara) penyampaian pesan (pembicaraan), yaitu:

1. Penyampaian secara mendadak

2. penyampaian berdasarkan catatan kecil

3. penyampaian berdasarkan hafalan

4. Penyampaian berdasarkan naskah

            Berdasarkan keempat metode penyampaian tersebut, berbicara dibedakan atas empat

jenis, yakni :

1. Berbicara mendadak

2. Berbicara berdasarkan catatan kecil

3. Berbicara berdasarkan hafalan

4. Berbicara berdasarkan naskah

            Selain itu ditinjau dari jumlah penyimak berbicara dapat digolongkan atas tiga jenis, yaitu

:

Page 15: Bahan ajar

1. Berbicara antar pribadi (berbicara empat mata), yakni apabila dua pribadi membicrarakan,

mempersoalkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu, baik dalam suasana santai, akrab

maupun serius

2. Berbicara dalam kelompok kecil, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok

kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang

3. berbicara dalam kelompok besar, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi pendengar

berjumlah besar atau massa, baik homogen maupun heterogen

            Pada kegiatan jenis berbicara tersebut, ada yang memiliki kekerapan mobilitas

perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya, seperti pada berbicara

antar pribadi dan berbicara dalam kelompok kecil, dan ada pula yang mobilitas perpindahan

perannya relatif kecil bahkan tidak pernah terjadi, seperti berbicara da;lam kelompok besar

            Selanjtnya dipilih dari pristiwa khusus yang dihadapi oleh pembicara, berbicara dapat

dibedakan atas enam jenis sebagai berikut :

1. Pidato presentasi ialah pidato yang dilaksanakan dalam suasana pembagian hadiah

2. Pidato penyambutan ialah pidato yang berisi ucapan selamat datang pada tamu

3. Pidato perpisahan ialah pidato yang berisi kata-kata perpisahan/ucapan selamt jalan, selamat

tinggal

4. Pidato jamuan (makan malam) ialah pidato berupa ucapan selamat mendoakan kesehatan buat

tamu, dan sebagainya

5. Pidato perkenalan ialah pidato yang berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tantang nama,

jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkankepada pendengar

6. Pidato nominasi (mengunggulkan) ialah pidato yang berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu

diunggulkan (Logan, dkk. 1972:127-129)

Page 16: Bahan ajar

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGRUHI

 EFEKTIVITAS BERBICARA

Keefektifan berbicara dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kecemasan ideal

berbicara, bahasa tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan

pembicaraan.

            Keempat faktor tersebut merupakan hal yang urgen karena efektifitas berbicara

merupakan dasar pengetahuan fungsional bagi perencanaan dan pelaksanaan pengajaran

berbicara. Selain itu pengetahuan tentang bahasa tubuh, seperti gerak-gerik,    mimik, ekspresi air

muka, dan sebagainya merupakn hal yang penting untuk mengefektifkan berbicara.

A. Perwujudan Kecemasan Berbicara

            Perwujudan kecemasan saat berbicara dapat dirasakan oleh pembicara yang

mengalaminya dengan gejala-gejal sebagai berikut :

a. Detak jantung cepat

b. Telapak tangan berkeringat

c. Nafas terengah-engah

d. Mulut kering dan sukar menelan

e. Otot dada, tangan, leher dan kaki tegang

f. Tangan dan kaki bergetar

g. Suara bergetar dan parau

Page 17: Bahan ajar

h. Berbicara cepat dan tidak jelas

i.  Tidak sanggup mendengar atau berkonsentrasi, dan

j.  Lupa atau ingatan hilang

            menurut para psikolog, gejala-gejala tersebut dinamakn sindrom mekanisme penyesuaian

(general adaption syndrom/GAS)(Rakhmat, 1946:66) yang merupakan reaksi alamiah makhluk

hidup (khususnya manusia) terhadap ancaman. Hal tersebut terjadi karena sistem saraf simpatetis

berguncang, adrenalin dan kadar gula dalam pembuluh darah meningkat sehingga di dalam tubuh

ada tumpukan energi. Keseluruhan reaksi tersebut merupakan wujud adaptasi (penyesuaian

diri)terhadap ancaman

GAS tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat dikendalikan dikeluarkan kedalam

pembicaraan, sehingga suara menjadi bagus, berwibawa, dan gerakan menjadi dinamis dan

hidup.

B. Faktor Penyebab Kecemasan Berbicara

            Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal :

1. Tidak tahu hal yang harus dibicarakan/dilakukan. Pembicara tidak tahu bagaiman memulai

pembicaraan, ia tidak dapat mempercayakan hal yang diinginkan pedengar, ia menghadapi

sejumlah ketidakpastian

2. Pembicara mengetahui dan merasakan bahwa dirinya akan dinilai oleh pendengar. Memang

penilaian dapat mengangkat dan menjatuhkanharga diri. Hal yang terakhir inilah yang dapat

memunculkan kecemasan berbicar pada diri pembicara

Page 18: Bahan ajar

3. pembicara berhadapan dengan situasi baru, asing dan ia tidak siap. Situasi baru dan asing yang

dimaksud dapat berupa tempat, khalayak pendengar, ataupun materi/bahan pembicaraan yang

hendak disampaikan

4. latar belakng pembicara yang kurang menguntunkan, pembicara pernah traumatis sehingga ia

tidak memiliki rasa percaya diri, nervous, pemalu dan gugup apbila berhadapan dengan orang

lain atau khalyak pendengar 

C. Cara-cara Mengatasi Kecemasan Berbicara

            Seperti disebutkan diatas sebab-sebab KB dapat dilacak pada tiga hal kurangnya retorika,

tidak adanya pengalaman dalam berpidato, dan sedikit atau tidak ada persiapan. Karenaitu,

menghilangkan sebab-sebab itu berarti mengendalikan KB. Tentu saja, pada praktiknya kita

tidak dapat melakukan semudah kita mengucapkannya. Kita memrlukan waktu.

            Rahmat dalam bukunya “Retorika Modern” menyataka, ada dua metode mengendalikan

KK (Kecemasan Komunikasi) atau dalam hal ini KB (Kecemasan Berbicara). Pertama, metode

jangka panjang :  yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembankan keterampiln

mengendalikan KB dengan tige sebab diatas. Kedua, metode jangka pendek : yakni ketika kita

harus segera mengendalian KB pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato.yang pertama

adalh proses yang panjang, yang kedua adalah pintu darurat (emergency door) ketika pesawat

dalamkeadaan bahaya.

            Dengan metode pertama, yang pertam-tama kita lakukan adalah meningkatkan

pengetahuan kita tentang retorika persiapn, penyusunan, dan penyampaian pidato. Pengetahuan

retorika mmberikan kepastiam kepada kita tentang apa yang harus di lakukan dan apa kira-kira

reaksi pendengarpada apa yang kita bicarakan. Buku Retorika Modern ini akan membantu anda

Page 19: Bahan ajar

untuk memperoleh pengetahuan yang memadai tentang ihwal pidato. Anda harus melatih diri

untuk berpidato, berlatihla menulis naskah pidato. Jadilah Isocrates dahulu, sebelum menjadi

Demosthenes. Kembangkan kreativitas anda dalam memilih topik yang baik, merumuskan

kreativitas, menentukan tujuan, dan mengembangkan bahasan. Kemudian anda berlatih membuat

garis-garis besar pidato, menyusunnya secara sistematis, memeriksa kembali susunan pidato

anda dengan prinsip-prinsip komposisi, dan menyunting kata-kata dan kalimat-kalimat yang

anda pergunakan.

            Seandainya anda tidak berhasil menjadi ahli pidato, melalui latihan yang pertama ini,

paling tidak anda menjadi penulis yang baik. Menulis bukan pekerjaan yang sia-sia. Karena

dalam menulis anda harus memperhatikan struktur dan sistematika pesan. Kebiasaan menulis

akan membiasakan anda berbicara secara logis dan sistematis. Menulis meluuskan cara berfikir

anda, dan akhirnya meningkatkan kualitas pembicaraan anda.

            Langkah berikutnya ialah menjadi Demosthenes. Carilah tempat yan sunyi. Didalam gua

di bawah tanah, dipinggir laut, seperti Demosthenes. Tetapi sekarang tidak ada gua yang aman

(dari gigitan ular atau gangguan setan). Juga pinggir laut sudah ramai dengan wisatawan (baik

domestik maupun luar negeri) : Pilihkah kamar pribadi saja. Anda berdiri di depan cermin.

Masukkan dalam benak anda gambaran hadirin yang anda hadapi. Latihkan pidato anda dengan

berbagai cara datar, menaik, menurun, tenang, hidup, berdoa. Para aktor menyebut latihan ini

olah vokal. Lakukan olah gerak (sejenis olahraga), yang prinsip-prinsipnya dikemukakan pada

bagian berikutnya.

            “Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui. Allah akan mengajarkan dia ap yang

ia tidak ketahui”, begitu tertulis dalam sebuah hadis. Melatih retorika adalah mengamalkannya.

Selain pengetahuan anda bertambah, latihan-latihan akan menambah kepercayaan diri anda.

Page 20: Bahan ajar

Anda memusatkan perhatian anda pada pesan dan cara menyampaikan pesan itu. Anda berusaha

berkomunikasi dengan jelas, jernih, dan menarik. Dengan begitu anda lupa akan ketakutan dan

kecemasan anda. Bahkan, anda mulai menikmati persentasi anda. Alih-alih pengalamn yang

menakutkan, pidato menjadi kenikmatan. Seperti cinta dalam sajak Shakespeare, pidato yang

baik “bless twice” memberikan kenikmatan kepada pendengar dan juga kepada pembicara.

            Tahap ini tentu saja dicapai secara berangsur-angsur. Bagaimana bila kita harus

mengatasi masalah KB sekarang juga? Hari ini, anda harus membicarakan dalam pesta

pernikahan kawan anda. Anda harus telah melihat bayangan KB menghantui pikiran anda.

Rudolf E. Busby dan Rendall E. Mayors, dalam Basic Speech Communication memberikan

“resep”, yang disebutnya metode jangka pendek:

      “Pertama-tama, hadapilah gejalanya. Gunakan teknik-teknik relaksasi untuk mngendurkan

oto-otot anda. Bila nafas terasa sesak atau mulut terasa kering, ini biasanya terjadi karena anda

kurang menarik nafas. Tariklah nafas dalam-dalam. Ingatlah untuk bernafas seperti itu selam

anda berbicara. Bila diperlukan, ambilah segelas air podium, dan teguklah sekali-kali untuk

membasahi tenggorokan”.

Jantung yang berdegup, kaki yang bergetar, dan keringan seringkali merupakan reaksi

pada tarikan nafas yang dalam dan relaksasi. Tangan yang bergetar dapat ditenangkan dengan

menggoyangkannya secara perlahan-lahan dan mengendurkannya atau meletakkannya diatas

mimbar.

            Ketika semua gejala yang tampak mengerikan ini terjadi di dalam diri anda, hadiran

boleh jadi sama sekali tidak memperhatikannya. Tanyalah orang-orang yang pernah berpidato

apakah mereka mengira setiap orang memperhatikan betapa nervous mereka. Semua merasa

begitu, tetapi jarang sekali hadirin melihat gejala-gejala stress. Hadirin biasanya tertarik pada

pesan dan menyaksikan gejala-gejala stress yang kecil. Karena itu, tanamkan keberanian

Page 21: Bahan ajar

sejumlah pada hadirin, tarik nafas panjang sebelum berbicara, berhentilah sekali-kali selama

berbicara atau menyusun kembali pemikiran anda.

            Teknik-teknik untuk mengatasi gejala KB secara cepat adalah memancing respons dari

hadirin pada permulaan berbicara. Dengan menceritakan lelucon, dengan mengajukan

pertanyaan memancing reaksi khalayak, atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan, anda

dapat memutuskan perhatian pada hadirin pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka,

pembicara segera bertindak untuk membuat para pendengarnya senang. Fokus para hadirin ini

juga yang menjadi cara terbaik bagi pembicara untuk menikmati pristiwa pidato, yang

diciptakannya.

            Tidak seorangpun berharap bahwa setiap pembicara apalagi pemula untuk berbicara

dengan sempurna. Tetapi, dengan mengetahui keterampilan berbicara dan persiapa yang baik,

para pemula pun dapat menyampaikan presentasi yang efektif dan menarik.

            Sebagian gejala kecemasan akan tetap ada, tetapi tekhnik relaksasi, perhatian kepada

khalayak, dan persiapan yang baik akan mengurangi tingkat kecemasan sampai tingkat yang

tinggi dan harapan akan keberhasilan, unsur-unsur yang akan direspon oleh pendengar dengan

penuh antusiasme dan kesenangan.

            Pada uraian sebelumnya telah di singgung-singgung latihan pidato dengan melakukan

olah vokal dan olah gerak.

Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan prinsip-prinsipnya secara ringkas di bawah ini.      

Ada dua ekstrem dalam memandang penyampaian pidato. Sebagian orang melihat pidato

sejenis yang diperluas (anenlarge conversation), karena itu kita tidak perlu mempelajarinya.

Asalkan kita menguasai bahan yang dipergunakan, pidato bukan lagi sebagai percakapan. Pidato

Page 22: Bahan ajar

merupakan peristiwa yang khas, yang memerlukan bakat dan keterampiln khas juga. Tidak

semua orng dapat menyampaikan pidato.

Kedua pandangan ekstrem ini setengah benar, dan karena itu, setengah salah. Memang

benar, pidato itu berbeda dengan percakapan, tetapi seseorang yang menjadi kawan bercakap

yang baik belum tentu dapat berpidato dengan baik. Tidak jarang, irama suara dan gerak tubuh

yang muncul secara alamiah dalam percakapan justru hilang di mimbar, ia “membeku” seperti

patung. Tangannya terikat pada mimbar, suaranya datar, dan pandangannya kosong (seperti

melihat jauh ke ruang angkas).

Memang benar juga bahwa pidato adalah pristiwa khas. Tetapi kekhasannya sama sekali

tidak berarti bahwa hanya orang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila

mereka mengetahui dan memperaktikan tiga prinsip penyampaian pidato (di tempat lain, kita

menyebutnya tiga rukun pidato atau trisilia pidato)

1. pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)

2. Gunakan lambang-lambang auditif, atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih

kaya pada bahasa anda (olah vokal)

3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda, dengan wajah, tanam dan tubuh anda (olah visual)

Kontak

            Sebagian pakar komunikasi menyebutnya “raport” hubungan erat dengan pendengar.

Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun pembicara lebih banyak

mendominasi pembicaraan, ia harus menjalin hubungan dengan pendengarnya.

            Tekhnik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak.

Anda tidak mungkin melihat mereka satu persatu. Tetapi satukan pandangan anda ke semua

Page 23: Bahan ajar

hadirin. Pada titik-titik tertentu anda melihat orang-orang yang anda pilih sebagai wakil dari

salah satu bagian hadirin secara keseluruhan dengan perhatian terbagi. Lakukan seperti sopir

yang memandang semua hal yang berada di depannya. Tidak terpusat, tetapi terlihat semua.

            Anda melanggar rukun pertam, bila sebagian besar waktu, anda melihat catatan anda,

atau memandang jauh ke luar ruangan atau keatas bangunan, atau kepada ruangan saja. Hadirin

tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatiakn mereka. Inilah kontak visual.

            Disamping kontak visual, and juga melakukan kontak mental. Perhatikan “feedback”

umpan balik dari mereka, dan sesuaikan pembicaraan yang menarik perhatian. Anda melihat dahi

mereka mengeryit, jelaskan pembicaraan anda yang memberikan komentar, ambil komentar itu

dan jadikan bahan pembicaraan. Ambil contoh-contoh atau ilustrasi dengan menyebut nama-

nama hadirin.

“misalkan, Bapak Jufri (ia hadir di situ) menikah lagi. Kira-kira, apa masalah utama yang

pertama kali harus diatasi...”

“(seorang ibu memberi komentar) ibu benar. Kita semua perlu hiburan. Saya ingin bertanya

kepada ibu, hiburan apa yang paling murah tetapiproduktif?”

Karekteristik Oleh Vokal

            Mekanisme olah vocal mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan, atau kalimat. Tetapi

cara kita mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokkan makna,

ungkapan, atau kalimat.

Page 24: Bahan ajar

            Berkata Stewart Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication An Interpersonal

Perpective.

            Secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara seseorang

tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin anda pernah berdebat, kemudian seseorang

berkata, “Jangan jawab aku dengan nada suara seseorang di dasarkan pada penyimpulan

mengenai perasaanya. Vocal Cuess adalah berbagai macam penyimpulan, dan kebanyakan

berkaitan dengan emosi.

            Tubbus dan Moss menyebutnya Vocal Cuess (petunjuk suara). Kebanyakan penulis ilmu

komunikasi menyebutnya “paralanguace”. Kita menyebutnya olah vocal, istilah ini lazim

dipergunakan di kalangan teater di Indonesia.

            Pidato seperti teater, sangat bergantung kepada acting. Salah satu unsur akting adalah

olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikandalam olah vocal : kejelasan (intelligibility),

keragaman (variety), dan ritma (rhytm). Termasuk keragaman adalah hentian (pause). Untuk

menyadari pentingnya olah vokal, sebelum membahas tiga hal di atas, marilah kita lihat

perbedaan makna hanya karena perbedaan makna hanya karena perbedaan meletakkan hentian.

            Ayah / saya memegang rantai anjing

            Ayah saya / memegang rantai anjing

            Ayah saya memegang rantai / anjing

            Sekarang pilihlah kalimat pertama saja. Ucapkanlah kalimat ini sebagai kalimat Tanya.

Atau anda ucapkan dengan nada meragukan apa yang terjadi. Atau anda ucapkan kalimat itu

seakan-akan tidak mungkin peristiwa itu terjadi pada diri anda. Kalimat yang sama dapat

mengungkapkan kengerian atau rasa jijik bila anda ucapkan dengan irama tertentu.

Page 25: Bahan ajar

            Karekteristik olah vokal dan efek komunikasinya ditunjukkan Douglas Ehinnger, Alan H.

Monroe, dan Bruce E. Broubeck dalam Principle and Types of Speech. (lihat tabel pada halaman

berikut).

Intelligibility. Pada suatu kali anda menjawab pertanyaan dosen.

            Dosen berkata, “Yang agak keras, don. Saya tidak dapat mendengar anda”. Suara anda

tidak begitu jelas terdengar. Suara anda kurang “intelligible”. Tingkat kekerasan suara bias di

ukur dari dua indicator fisiologis, pelafalan dan oleh mekanisme vokal (organ-organ bunyi),

satuan bunyi (disebut fonem) dipisahkan dengan tegas oleh bibir, lidah, dan rahang. Ketika

mengucapkan “indah”, anda harus memproduksi lima bunyi, setiap bunyi memerlukan gerakan

otot yang berbeda. Bila setiap fonem diucapakan tidak jelas, anda akankedengerannya

bergumam, artikulasi tidak baik.

            Pelafalan  menunjukkan cara mengucapkan setiap bunyi. “Batuk” dapat diucapkan

berbeda-beda. Orang Amerika mengucapkan “t” dan “k” seperti mereka melafalkan “time” dan

“key”.

            Orang jawa boleh jadi melafalkannya “mbatu”, dengan bunyi “t” yang sangat tebal.

Pelafalan yang kurang benar dapat mengaburkan arti, tetapi juga menjatuhkan kreadibilitas

komunikator. Lagi pula, kesalahan pelafalan dapat mengalihkan perhatian pendengar dari pesan

ke bunyi, dari isi pembicaraan kepada pembicara.

Page 26: Bahan ajar

KAREKTERISTIK VOKAL DAN EFFEK KOMUNIKASINYA

Karekteristi

k Vokal

Efek Komunikasi

Supaya

Kedengara

n

Supay

a

di

paham

i

Mengkomunik

a

sikan tujuan

Mengkomunik

a

sikan perasaan

Mengkomunikasika

n latar belakang

Kejelasan

Artikulasi *** * * ***

Page 27: Bahan ajar

Volume *** * **

Keragaan

Pitch * *** ** *** **

Duration ** *** **

Rate *** ** *** **

Pause * ** *** ***

Ritma

Stress ** *** ** *** **

Tempo *** *** *** **

Keterangan :    *          =  Penting

                        **        =  Sangat penting

                        ***      =  penting sekali

            Erat kaitannya dengan pelafalan adalah dialek. Dialek adalah sejenis ragam bahasa,

dikembangkan oleh suatu kelompok, dan terdiri atas perbendaharaan bahasa, tata bahasa, dan

pelafalan, yang membedakannya dari kelompok pengguna bahasa yang lain. Ada dialek Jakarta,

Sunda, Padang, Medan, dan sebagainya. Penggunaan dialek dapat menyenangkan bila anda

berbicara dengan kelompok yang menggunakan dialek itu. Misalnya, “ngomong Betawi” kepada

orang Jakrta, atau “saya mah bingung” kepada orang Sunda. Tetapi penggunaan dialek dalam

pertemuan resmi dapat memberikan kesan “kampungan”.

            Tingkat kekerasan bunyi (loudness) menunjukkan jumlah energy atau tekanan suara pada

gendang telinga kita. Besarnya tekanan itu dipengaruhi oleh (a) besarnya energy yang di

produksi pembicara, (b) jarak yang harus di tempuh oleh bunyi dari pembicara ke pendengar, (c)

Page 28: Bahan ajar

jumlah gangguan yang harus di lewati. Jadi, bila anda mengeluarkan tenaga yang besar untuk

berteriak, dan jarak anda dengan pendengar hanya satu meter saja, pada malam sunyi, suara anda

akan terdengar keras sekali (pendengar bisa pingsan!).

            Itu tingkat kekerasan yang bersifat fisiologis. Factor psikologis dapat mempengaruhi

keras atau tidaknya suara. Bila suara anda menaik pada kalimat yang tepat, tingkat kekerasan

akan menggarisbawahi ide-ide anda.

            Selain itu, minat pendengar mempengaruhi keras tidaknya suara. Bila anda tertarik

kepada isi pembicaraan, walaupun suara pembicara tidak begitu keras, ia akan terdengar nyaring.

Artikulasi kekerasan jelas dan nyaring suara, menunjukkan intelegibility. Keduanya dapat

memperjelas pada telinga pendengar.

            Keragaman (Variety), karakteristik vocal yang paling memperngaruhi makna adalah

keragaman. Keragaman terdiri atas pitch (nada), duration (lama), rate (kecepatan), pauses

(hentian). Pitch adalah gelombang yang dihasilkan sumber energy. Pitch naik bila Anda menjadi

berang atau agresif. Orang yang mendengarnya akan mengatakan, “Hai suara Anda mulai naik”.

Nada tinggi mengungkapkan marah, takut, atau kaget. Nada rendah, sebaliknya menunjukkan

rasa senang, tenang, atau sedih. Nada yang datar menunjukkan suara bosan, atau tidak serius.

Nada yang naik-turun secara teknis disebut inflaksi – menunjukkan antusiasme, semangat, atau

kadang-kadang rasa takut. Bacalah teks di bawah ini dengan nada datar, kemudian ulangi dengan

inflaksi yang sesuai dengan isi pesan. Mintalah komentar pendengar Anda.

   Anak malang itu terduduk di sudut rumah. Tubuhnya bergetar. Matanya tidak lepas dari tubuh

besar di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh besar itu mendekat. Setapak-setapak lagak anak itu

pun berubah, makin lama makin ketahuan. Tiba-tiba, …plak! Sepatu Boy menyambar. Anak itu

terguling. Sebuah jeritan panjang sesaat. Sesudah itu sunyi….

           

Page 29: Bahan ajar

            Alangkah bedanya dampak yang ditimbulkan. Apalagi Anda membacanya dengan

mengatur duration, rate, dan pause. Duration adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk

mengucapkan satu suku kata. Kata terakhir dalam kutipan di atas bisa diucapkan “su – nyi” atau

“suu – nyii”. Bila kita kombinasikan duration dengan rate, kita akan memperoleh efek

emosionla yang bagus. Menurut penelitian, bila seseorang mengungkapkan bahagia atau senang

bila ia mengungkapkan rate dan memindahkan duration. Ia mengungkapkan rasa sedih, kecewa,

takut, atau bosan. Bila ia melambatkan rate dan memperpanjang duration.

            Rate atau kecepatan bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit.

Kecepatan bicara dipengaruhi isi pesan, tingkat emosionalitas dan intelektualitas pesan, dan

besarnya ruangan. Bila Anda mengutarakan persoalan yang sulit, Anda berbicara di depan

khalayak, dalam ruangan yang luas. Tetapi para pemula sering berpidato dengan kecepatan

tinggi. Secara singkat, rate membantu Anda menyampaikan perhatian, mengungkapkan

perasaan, dan memberikan tekanan pada gagasan yang perlu ditegaskan.

            Rate, dikontrol oleh pause (hentian). Seorang komunikator berhenti untuk memberikan

kesempatan kepada khalayak untuk mencerna dan memahami apa yang dikatakannya. Bagi

pembicara, hentian memberinya peluang untuk berpikir, mencari kata yang paling tepat, dan

merencanakan untuk mengatur satuan-satuan pikiran, seperti koma, titik, atau titik koma dalam

tulisan.

            Kemampuan mengatur pause sama seperti kemampuan meletakkan tanda baca. Hanya

pembicara berpengalaman yang dengan mudah melakukannya. Bila Anda tidak cukup

melakukan pause, pendengar akan kecapaian. Sebelum mereka memahami pesan Anda, Anda

sudah meloncat pada pesan yang lain. Sebaliknya, bila Anda terlalu lama berhenti dan terlalu

sering, hadirin tidak akan memahami Anda. Mereka sudah lupa dengan gagasan sebelumnya.

Page 30: Bahan ajar

            Pause berarti menghentikan bunyi. Kadang-kadang pembicara memisahkan satuan-satuan

gagasan dengan bunyi “eh”, “anu”, “apa”, dan “apa namanya”. Yang seperti itu tidak fungsional.

Dan mengganggu. Para ahli komunikasi menyebutnya intrusions. Intrusion menunjukkan orang

yang tidak siap, ragu, kurang persiapan, atau takut. Sekurang-kurangnya, takut tidakbicara.

            Ritma. Ritma adalah keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, kata

kalimat, atau paragrap. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut stress atau aksen.

Tekanan pada ungkapan yang panjang (seperti paragrap) disebut tempo.

            Sa – ya ti – dak ta – hu re – to – ri – ka. Bila Anda membaca kalimat dengan menekankan

(menggerakkan lodness dan meninggikan pitch) pada setiap suku kata awal, akan kedengaran

lucu. Orang akan berkata “Anda menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dengan aksen yang

asing”. Anda berbicara dengan ritma yang salah (aritmatikal). Sekarang, rasakan perbedaan

makna dengan memberikan tekanan yang berbeda pada kalimat yang sama di bawah ini :

            Aku membeli mobil itu di sini (Bukan orang lain)

            Aku membeli mobil itu di sini (Bukan mencuri)

            Aku membeli mobil itu di sini (Bukan sepeda atau barang lain)

            Aku membeli mobil itu di sini (Mobil yang anda ketahui bukan mobil lain)

            Aku membeli mobil itu di sini (Kamu kira aku membelinya di tempat lain)

            Apabila anda menggunakan ritma yang berbeda pada paragraf yang berbeda, anda

menggunakan tempo. Jika anda mendengar musik klasik, anda mendengar tempo tertentu. Ketika

masuk ke bagian kedua, temponya berubah (misalnya, andate), dan kemudian berakhir pada,

misalnya, allegretto.

            Perhatian tari kecak di Bali. Anda melihat tempo yang berubah-ubah. Dalam pidato,

tempo kita gunakan bukan saja untuk menunjukkan peralihan gagasan atau situasi emosi. Tempo

Page 31: Bahan ajar

juga memberikan petunjuk kepada khalayak mana bagian penting (yang dititikberatkan) dan

mana yang hanya rincian saja. Anda memperlambat tempo pada kesimpulan, tetapi

mempercepatnya dalam menjelaskan rincian.

            Semua yang kita bicarakan pada bagian ini intelligibillity, variety, dan ritme

membutuhkan gaya vokal kita. Kita tidak selalu sama dalam berbagai situasi: informatif,

persuasif, formal, informal. Untuk memperoleh gaya vokal yang tepat, ingat selalu untuk

memperhatikan suara anda pada awal yang tepat, ingat selalu untuk memperhatikan suara anda

pada awal pidato anda (lebih-lebih bila suara anda sudah dimanipulasi oleh alat-alat elektronik).

Olah Visual  

            Konon seorang  artis Denmark diminta untuk membacakan nama-nama dalam buku

telepon di negerinya. Ia membacanya seperti membacakan kisah tragis yang memilukan,

suaranya menggetar, merintih dan memelas. Tubuhnya menggigiy, ekspresi wajahnya sayu. Dan

orang-orang membasahi pipinya. Sekali-sekali ia menggigit bibirnya. Kepiluan menyebar ke

seluruh ruangan. Sebelum artis itu selesai, hampir semua orang di ruangan itu menangis.

            Itu bukan cerita rekan. Para ahli komunikasi sedang melakukan eksperimen tentang

pengaruh komunikasi nonverbal. Para pendengar jelas tidak memehami nama-nama itu(dan tidak

tahu bahwa ia sedang membacakan buku telepon). Orang-orang terharu hanya karena olah vokal

dan olah visual artis itu.

            Sebenarnya ketika kita berbicara yang wajar, ketika kita bercakap-cakap, kita

menggunakan olah visual itu dengan tangan, wajah, dan seluruh tubuhnya. Tetapi begitu kita

tampil di muka orang banyak, kita berbicara hanya dengan kata-kata lisan saja. Kita menjadi

“mesin suara”, yang mengeluarkan bunyi saja.

Page 32: Bahan ajar

            Peribahasa Arab mengatakan, “lisanul hal aqwa min lisanil maqal” (lisan keadaan lebih

kuat dari lisan ucapan). Bila anda menceritakan peristiwa duka dengan wajah ceria, orang datang

kerumah kawa anda, ia berkata, “silahkan duduk!” tetapi anda melihat mukanya masam,

tubuhnya kaku, dan tangannya dilipat di atas dadanya. Ucapan sopan (silahkan duduk!), tetapi

keadaannya “buas”. Kata orang Arab, Anda akan lebih percaya pada lisan keadaan daripada lisan

ucapan.

            Para sarjana komunikasi membagi lisan keadaan atas dua hal gerakan fisik (physcal

action) atau tubuh (body action) dan alat-alat visual (visual aids). Untuk kepentingan kita

sekarang, yang kedua tidak akan kita bicarakan. Diperlukan bukan tersendiri untuk menjelaskan

cara penggunaan alat-alat visual.

            Fungsi gerak fisik. Dalam komunikasi, gerak fisik digunakan paling tidak untuk tiga hal:

(1) menyampaikan makna, (2) menarik perhatian, dan (3) menumbuhkan kepercayaan diri dan

semangat. Gerak fisik dapat digunakan untuk menggambarkan ukuran atau bentuk sesuatu.

Misalnya, kedua tangan Anda disusun secara vertikal – telapak tangan berdiri di bawah.

Kemudian Anda berkata “tubuhnya tinggi!”, sambil menarik tangan Anda ke atas lagi. Lazimnya

gerakan itu disebut isyarat deskriptif (deskriptif gestures). Anda juga dapat menggerakkan

bagian-bagian tubuh Anda untuk menegaskan tekad Anda untuk melawan. Gerak seperti itu

disebut isyarat empatik (emphatic gestures). Atau Anda dapat menggunakan isyarat-isyarat yang

lazim dalam kebudayaan kita. Memperlihatkan ibu jari untuk menunjukkan “hebat”.

Menghadapkan kedua telapak tangan untuk memohon atau berdoa. Menggelengkan kepala untuk

menyatakan “tidak”, dan sebagainya. Isyarat seperti itu disebut isyarat tradisional (traditional

gestures).

Page 33: Bahan ajar

            Tadi disebutkan “kebudayaan kita”. Ternyata, isyarat-isyarat itu tidak selalu universal. Di

Srilangka, orang menggelengkan kepala untuk menyatakan “ya”. Huruf “O” yang dibentuk

dengan mempertemukan telunjuk berarti “okey di Amerika Serikat dan bermakna kurang baik di

Amerika Latin. Begitu pula, ibu jari (jempol) jangan sekali dipergunakan untuk memberi isyarat

di Iran (disana artinya tidak baik).

            Di samping menyampaikan makna, gerak fisik fisik dapat memelihara dan menarik

perhatian. Gerk (motion), kata psikolog, adalah unsur penarik perhatian. Kita tertarik pada hal-

hal yang bergerak (itulah sebabnya anda terpaksa memperhatikan huruf-huruf yang bergerak

pada iklan di pinggir jalan). Pada diri manusia ada kecendrungan untuk meniru gerak yang

dilihatnya. Lihatlah bagaiman otot-otot anda menegang ketikamenyaksikan pertandingan sepak

bola. Semuanya mengikuti gerak pemain. Boleh jadi anda ikut mendorong memasukkan bola

dari jauh. Para psikolog menyebutnya respon empatik dengan p (bukan empatik dengan f).

            Jadi gerak-gerik tubuh anda dalamberpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak

juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat

menyalurkan energi tambah dalam tubuhnya. (Ingat GAS), dengan demikian ia mengurangi

kecemasan komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri.

            Sampai disini kita berbicara tentang tubuh secara umum. Ada macam-macam gerak tubuh

: (1) gerak tubuh seluruh torso-misalnya anda berjalan dari satu tempat ke tempat lain, (2) gerak

sebagian tubuh anda-misalnya gerak tangan, kaki, bahu, (3) ekspresi wajah, dan (4) posture-

posisi pembicara ketika duduk atau berdiri. Diantara semua itu, yang paling efektif untuk

mempengaruhi emosi pendengar, tetapi yang paling sulit untuk dipelajari adalah ekspresi wajah.

Nasehat kita mungkin sederhana saja, berbicaralah langsung dari hati anda. Ekspresi wajah akan

Page 34: Bahan ajar

muncul dengan sendirinya. Mudah diucapkan, memang paling tidak biasakan menggunakan

isyarat yang paling baik.

Karekteristik isyarat yang baik

            Kita dapat mengetahui dari tulisn Glen R. Capp dan anaknya dalam Basic Oral

Communication tentang ciri-ciri isyarat yang baik.

1. Isyarat yang baik bersifat spontan dan alamiah. Jangan membuat isyarat, anda akan kelihatan

lucu. Isyarat harus lahir karena dorongan untuk mengungkapkan gagasan atau untuk menjelaskan

berbagai pengertian.

2. Isyarat yang baik mengkoordinasi seluruh gerak tubuh. Bila anda mengungkapkan kebencian

dengan mata yang terbuka dan tangan yang mengepal, jagalah mulut anda tersenyum. Seluruh

tubuh anda harus “terkoordinasi” mengungkapkan hal yang sama.

3. Isyarat yang baik dilakukan pada wktu yang tepat. Bila anda menggeleng-gelengkan kepala

terlalu cepat (atau terlalu lambat) dari ucapan “tidak”, anda membuat lelucon. Gelengkan kepala

tepat pada waktu menyebut “tidak”. Anggukan kepala tepat pada waktu menyebut “ya”. Angkat

bahu anda sedikit tepat pada waktu menyatakan “mungkin”.

4. Isyarat yang baik dilakukan penuh, tidak sepotong-potong. Isyarat yang tidak penuh terjadi ketika

pembicara ragu, bermaksud menggunakan gerak tetapi menahannya. Anggaplah isyarat yang

penuh melewati tiga tahap awal, klimaks, dan turun. Pada praktiknya anda harus pada gagasan

yang anda sampaikan.

5. Kekuatan isyarat itu harus sesuai dengn gagasan yang dikemukakan. Anda memukul meja dengan

maksud menggebrek lawan. Anda gerakkan tangan anda yang satu secara cepat dan pukulkan

pada tangan yang lain untuk menceritakan tabrakan yang keras.

Page 35: Bahan ajar

6. Isyarat yang baik harus sesuai dengan besar dan jenis khalayak. Isyarat deskriptif, misalnya, lebih

cepat dilakukan di hadpan khalayak yang kecil. Gerak tubuh yang “lebih hidup” harus dilakukan

di hadapan anak-anak muda. Sebaliknya, dalam upacara kematian sebaliknya komunikator tidak

terlalu banyak menggunakan isyarat atau gerak tubuh.

7. Isyarat yang baik bervariasi. Janganlah terlalu banyak menggunakan isyarat yang sama

digunakan untuk menegaskan, menolak, menerima, atau membenci. Gunakan seluruh

“reportoar” isyarat dan letakkan pada tempat dan waktu yang tepat.  

            Sebagai simpulan, ada tiga P (atau P tiga ) untuk menyingkatkan bagian ini : Poise,

Pause, dan Pose. Poise artinya kepercayaan diri, ketenangan, kredibilitas. Pause artinya hentian

yang tepat menunjukkan penggunaan suara (olah vokal) yang baik. Pose seperti dalam ucapan

anak muda “berpose” adalah penampilan. Anda dihadapan khalayak. Jadi kapan saja anda

berpidato ingat P-3

            Sehubungan dengan uraian tentang cara-cara mengatasi kecemasan berbicara yang telah

dikemukakan diatas, Dale Carnegie dalam bukunya “Cara yang Paling Tepat dan Mudah

Berbicara dan Berpidato” menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan berpidato, anda harus

memperoleh kecakapan dasar dan mengembangkan keyakinan.

            Dalam pertemuan-pertemuan demonstrasi sebelum kursus Dale Carnegie dimulai, para

peserta diberi kesempatan untuk menceritakan mengapa mereka mendftarkan diri dan apa yang

mereka harapkan dari training itu. Jawabannya bermacam-macam, tapi anehnya mempunyai

dasarnya yang sama . pada dasarnya mereka berkata demikian : “ketika saya disuruh berdiri di

depan umum untuk berbicar, saya menjadi amat sadar akan diri sendiri, amat takut, hingga tidak

mengkonsentrasikan diri, tidak mengingat. Saya ingin memperbesar rasa kepercayaan diri

sendiri, ingin menjadi luwes dan mampu berfikir jika berdiri di depan orang banyak. Saya ingin

Page 36: Bahan ajar

agar pikiran saya selaras dengan kemampuan untuk berpikir secara logis, dan ingin agar mampu

berbicara dengan jelas dan meyakinkan di hadapan suatu kelompok sosial ataupun business.

            Ada empat petunjuk yang dikemukakan Carnegie untuk mengatasi kesulitan Anda

berbicara di depan umum, yaitu

1. camkanlah pengalaman orang lain

2. Pertahankanlah tujuan Anda

3. Putuskanlah terlebih dahulu tekad Anda untuk sukses

4. Carilah setiap kesempatan untuk melatih diri

            Keempat petunjuk di atas merupakan syarat untuk memperoleh kecakapan dasar di depan

umum.

            Emerson mengatakan, “Ketakutan merugikan lebih banyak orang dari apa pun di dunia

ini”. Carnegie telah sadar sepenuhnya akan kebenaran ucapan kebijaksanaan ini. Dan betapa

bersyukurnya karena sepanjang hidupnya telah mampu menolong orang lain dalam mengalahkan

ketakutan. Ketika dia mulai mengajarkan kursusnya di tahun 1912, hanya sedikit saja dia

menyadari bahwa latihan yang mereka berikan dalam kursus akan terbukti menjadi cara terbaik

untuk membantu orang mengalahkan rasa takut (cemas) dan perasaan rendah diri. Dia melihat

bahwa belajar belajar berbicara di depan umum merupakan cara alam untuk menghilangkan

perasaan yang terlalu sadar akan kekurangan serta rasa yakin akan diri sendiri. Mengapa

demikian? Karena berbicara di depan umum membuat kita mampu memerangi ketakutan

(kecemasan)

            Dalam tahun-tahun di saat Carnagie melatih wanita dan pria untuk berbicara dengan baik

dan seimbang di hadapan umum, dia telah memetik beberapa cara untuk membantu Anda semua

agar bisa mengalahkan rasa takut menghadapi orang banyak dengan cepat serta mengembangkan

Page 37: Bahan ajar

rasa yakin hanya dalam waktu beberapa minggu melatih diri. Hal ini dapat kita ketahui dari

beberapa kenyataan sebagai berikut.

Pertama: keyataan tentang rasa takut untuk berbicara di hadapan umum

            Kenyataan ini dapat dirinci lagi atas empat kenyataan, yaitu

1.      bukan hanya Anda sendiri yang takut untuk berbicara di depan umum

2.      tingkat tertentu akan takut panggung mempunyai manfaat

3.      banyak ahli dari bidang public speaking professional yang menambah keyakinan Carnegie

bahwa mereka sebenarnya tidak bisa menghilangkan perasaan takut panggung seratus persen.

4.      Sebab utama dari rasa takut Anda jika berbicara di depan umum pada dasarnya hanyalah karena

Anda tidak terbiasa berbicara di depan umum

Kedua: Mempersiapkan diri dengan cara yang benar

            Carnegie menyatakan bahwa “hanya pembicara yang mempersiapkan diri yang bisa

memperoleh keyakinan sepenuhnya”.

            Jika Anda ingin mengembangkan keyakinan atas diri sendiri, mengapa memberikan

ketenangan Anda sebagai pembicara? Persiapan yang sempurna menghilangkan kecemasan dan

ketakutan berbicara di depan umum.

            Hal di atas dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, antara lain sebagi berikut

1.      Jangan sekali-kali menghafalkan

2.      Kumpulkan dan susunlah terlebih dahulu apa yang akan dibicarakan

3.      Latihlah pembicaraan Anda bersama teman-teman Anda

Page 38: Bahan ajar

Ketiga: Tentukan terlebih daulu pikiran Anda untuk sukses (bulatkan tekad)

            Anda harus menggunakan masing-masing kesempatan untuk sukses. Terdapat tiga cara

untuk meraih sukses dalam berbicara

1.      Selamilah pokok pembicaraan yang Anda pilih

2.      Jangan hiraukan pengaruh negatif yang bisa membingungkan Anda

3.      Berbicaralah pada diri sendiri

Keempat: Bertindak penuh keyakinan

            Proffesor Willem James mengikuti psikologi Amerika menulis demikian,

         “Tindakan terasa mengikuti perasaan, tetapi sebenarnya tindakan dan perasaan berjalan

seiring; dan dengan jalan mengatur tindakan, yang berada dibawah kontrol kemauan yang lebih

langsung, kita bisa mengatur perasaan kita yang tidak teratur secara tidak langsung.

         Maka jalan paling mutlak menuju kegembiraan, di saat kegembiraan spontan kita hilang

adalah berdiri dengan penuh semangat dan bertindak seakan-akan kita gembira. Jika Anda

merasa gembira, maka tidak ada hal lain saat itu yang bisa membuat Anda gembira.

         Maka, untuk merasa berani, bersikaplah seakan-akan kita berani, dan kemauan untuk

berani cenderung akan menggantikan tempat ketakutan.”

            Terapkanlah nasihat Professor james. Untuk mengembangkan keberanian disaat akan

menghadapi para pendengar, bersikaplah seolah-olah Anda telah memperoleh atau mempunyai

keberanian itu. Tetapi yakinlah diri Anda, bahwa anda tahu apa yang akan dibicarakan. Waktu

berjalan ke atas panggung, melangkahlah dengan sepatu menghentak lantai dan tariklah nafas

panjang-panjang. Trik nafas dalam-dalam selama tiga puluh detik sebelum Anda menghadapi

sidang pendengar. Persediaan oksigen lebih banyak akan memberikan keberanian.

Page 39: Bahan ajar

            Berdirilah tegak-tegak dan pandanglah para pendengar dengan pandangan lurus, dan

bicaralah dengan rasa yakin, seakan-akan tiap pendengar berhutang pada Anda. Bayangkan

bahwa mereka berkumpul di sana untuk meminta perpanjangan kredit. Pengaruh kejiwaan yang

Anda alami akan menguntungkan sekali.

            Jika anda meragukan cara ini, keraguan ini akan hilang setelah mendengar kisah-kisah

yang dialami oleh hampir semua pengikut kursus Carnegie yang mengikuti petunjuk dasar

berbicara di depan umum. Namun, karena Anda tidak bisa berbicara dengan mereka, bairlah

Anda memperoleh pengajaran dariseorang Amerika yang dianggap sebagai simbol keberanian.

Sebelumnya ia adalah seorang pemuda yang dianggap pemalu. Setelah melatih rasa yakin atas

dirinya, ia menjadisalah satu orang yang paling pemberani. Dia adalah Presiden Amerika

Theodore Roosevalt.

            Dengan demikian jelas kepada kita bahwa Carnegie juga membahas dan mengemukakan

cara-cara mengatasi kecemasan berbicara didepan umum.

Bahasa Tubuh Dalam Berbicara

            Ketika kita berbicara, kita biasanya menggunakan unsur kebahasaan dan unsur non

kebahasaan. Unsur kebahasaan dinyatakanoleh gramatika, leksis, dan pilihan-pilihan intonasi.

Sedangkan unsur non kebahasaan dinyatakan dalam gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita

berbicara. Misalnya perubahan air muka, anggukan kepala, kepalan lengan, gerak bibir, angkat

bahu, gerakan jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang

bermakna ini di sebut kinetik.

            Gerak tubuh biasa juga di sebut bahas tubuh. Gerak tubuh dan bahasa tubuh berpadanan

dengan istilah “body language” dalam bahasa Inggris. Gerak tubuh ini biasanya menyertai

Page 40: Bahan ajar

penyajian pesan yang disajikan secara lisan tatap muka. Gerak tubuh dapat juga berfungsi

sebagai pelancar komunikasi lisan tatap muka.

            Berdasarkan uraian diatas dapatlah di susun pengertian atau defenisi bahasa tubuh seperti

tertulis berikut. Bahasa tubuh adalah gerak tubuh yang bermakna dalam memperjelas atau

mempertegas makna pesan serta memperlancar komunikasi lisan muka.

            Bahasa tubuh digunakan dalam komunikasi lisan antar orang-orang yang normal

telinganya dan alat bicaranya. Bahasa isyarat adalah salah satu sarana berkomunikasi yang

bersifat nonverbal. Sarana utama dalam menggunakan bahasa isyarat adalah gerak-gerik jari-jari

kedua tangan. Bahsa isyarat biasanya digunakan oleh mereka yang cacat telinga dan tidak dapat

berbicara atau masyarakat tuli bisu.

            Suatu gerak tubuh dikatakan bermakna apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat tertentu.

Pertama, gerak tubuh itu harus sesuai dengan isi pesan. Kalau pesan bermakna besar maka gerak

tubuh harus menggambarkan makna besar. Sebaliknya, apabila pesan bermakna kecil maka

gerak tubuh harus melukiskan makna kecil. Kedua, gerak tubuh harus komikatif, mudah dicerna,

mudah di pahami. Ketiga, gerak tubuh itu harus ilustratif, mengantar, mengarahkan, dan

mengalirkan pikiran penyimak ke arah makna peasan. Keempat, gerak tubuh itu harus sederhana,

tidak berkelit-kelit dan rumit sehingga mengalihkan perhatian penyimak dari makna pesan.

Kelima, gerak tubuh itu harus lumrah, biasa dan berterima di kalangan masyarakat pemakai

bahasa. Keenam, gerak tubuh itu harus berbicara sendiri tidak perlu lagi dijelaskan oleh

pembicara bahwa tubuh tadi bermakna luas, marah, linglung, dsb.

            Dalam proses berbicara, sering kita jumpai pembicara menggunakan gerakan bagian-

bagian tubuhnya untuk memperjelas, menegaskan pesan yang dilisankan serta memperlancar

komunuikasi. Bagian-bagian tubuh yang lazim digunakan untuk mencapai tujuan itu, antara lain :

Page 41: Bahan ajar

kepala, muka, bibir, tangan, jari-jari tangan, tubuh, dada, dan kaki. Pembicara yang baik dapat

memilih dan memperagakan gerak tubuh yang paling tepat untuk mendukung isi

pembicaraannya.

            Sekarang mari kita perhatikan berbagai contoh gerak tubuh berikut ini. Perlu ditegaskan

bahwa gerak tubuh tersebut biasa atau lazim di peragakan pembicara dalam komunikasi lisan

tatap muka dengan media bahasa Indonesia.

1. Kepala

            Kepala dapat digerakkan ke kiri, ke kanan, ke atas, atau ke bawah.

Kepala pun dapat menjadi sasaran gerakan tangan atau jari – jari tangan, misalnya, digaruk –

garuk. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan paling sedikit ada tiga gerakan kepala

yang dapat digunakan oleh pembicara untuk memperjelas, menegaskan isi pembicaraannya serta

memperlancar komunikasi antara pembicara dan pendengarnya.

a) Menggeleng – gelengkan kepala

            pembicara menggeleng – gelengkan kepalanya ke kiri,ke kanan atau ke kiri berulang –

ulang. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna tidak setuju, tidak mau, tidak mengerti, atau

heran.

b) Mengangguk – angguk kepala

Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah ke atas berulang – ulang. Gerak tubuh ini

dapat bermakna setuju baik atau bagus, atau berkenan di hati.

c) Menundukkan kepala

Page 42: Bahan ajar

Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah. Gerak tubuh seperti ini dapat

menggambarkan pengertian menyerah, kalah, takut, patuh, atau malu.

d) Menggaruk – garuk kepala

Pembicara menggaruk – garuk bagian kepalanya dengan jarinya. Gerak tubuh seperti ini

dapat bermakna kecewa atau kesal.

2. Dahi

Dahi dapat dikerut – kerutkan. Dahi pun dapat menjadi objek gerakan anggota tibuh

lainnya seperti jari – jari tangan. Mengingat kenyataannya di atas maka dapat disimpulkan paling

sedikit ada dua gerakan yang berkaitan dengan dahi yang dapat digunakan oleh pembicara untuk

memperjelas dan menegaskan isi pembicaranya serta memperlancar komunikasi lisan tatap muka

antara pembicara dan pendengar.

a) Mengerutkan diri

            Pembicaramenaikkan kedua alis matanya dan memejamkan matanya. Akibatnya dahi

mengkerut. Gerak tubuh seperti ini dapat memperjelas makna bingung atau kebingungan, kusut,

kacau, tidak keruan, atau rusuh.

b.) meletakkan telujuk dengan posisi miring di dahi

            Telunjuk tangan kanan atau tangan kiri diletakkan miring pada tengah dahi. Gerak tubuh

seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran,

gunakan nalar, atau gunakan rasio.

c.) Menunjuk-ninjuk dahi

Page 43: Bahan ajar

            Ujung telunjuk bagian dalam ditekan-tekankan atau di tunjukkan ke dahi. Gerak tubuh

seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran,

gunakan nalar, atau gunakan rasio.

3. Bibir 

            Bibir dapat ditarik ke kiri dan kekanan, ditutupkan dibika, dan di gigit. Berdasarkan

gerak, posisi, dan keadaan bibir itu maka dapat di simpulkan bahwa gerak tubuh yang berkaitan

dengan bibir dapat di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas pesan dan memperlancar

komunikasi.

a. senyum

            Kedua bibir ditarik ke kiri dan ke kanan. Kedua bibir itu saling menutupi hasil kedua

gerakan itu menghasilkan gerak tanda ekspresif yang tidak bersuara. Gerak tubuh seperti ini

dapat digunakan untuk menyatakan makna rasa senang, gembira, atau suka.

b. tertawa

            Kedua bibir di tarik memnajang ke kiri dan kekanan. Kedua bibir membentuk ruangan

lonjong ke kiri dan kekanan sambil mengeluarkan suara terkekeh-kekeh atau terbahak-bahak.

Gerak tubuh seperti ini dapat digunakn oleh pembicara untuk mengatakan makna suka, geli,

kadang-kadang menghina.

c. menggigit-gigit bibir

            Bibir di tekan atau di gigit oleh gigi atas dan gigi bawah. Gerak tubuh sepert ini dapat di

gunakan oleh pembicara untuk menyatakan rasa kesal, kecewa atau menahan rasa sakit

Page 44: Bahan ajar

d. Mencibir

            Dalam keadaan tertutup, gerak tubuh seperti ini dapat untuk menyatakan cemooh, ejekan,

atau menistakan.

4.      Bahu      

Kedua bahu kita hanya dapat di gerakkan keatas lalu di turunkan ke posisi semula. Hanya

satu gerak tubuh yang berkaitan dengan bahu yang dapat di gunakan oleh pembicara. Untuk

memperjelasa isi pesan yang di sajikan secara lisan.

Mengangkat bahu

Kedua bahu diangkat keatas dari posisi semula sambil mengangkat tangan dalam posisi sembilan

puluh drajat dengan siku-siku. Kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Gerak tubuh

seperti ini bermakna tidak tahu, tidak mau tahu, atau masa bodoh.

5.      Tangan

Salah satu anggota tubuh manusia yang mempunyai pergerakkan yang agak bebas adalah

tangan. Tangan beserta jari-jari tangan dapat digerakkan, kedepan, kebelakang, ke kiri, ke atas

kebawah dan dapat berputar 360 drajat. Karena itu tidak mengherankan apabila pembicara sering

menggunakan gerak tangan tersebut untuk memperjelas informasi dan memperlancar

komunikasinya dengan para pendengar.

Berikut ini akan di sajikan sejumlah gerak tubuh yang berkaitan dengan tangan.

a.       Mengancungkan kepalan tangan

Page 45: Bahan ajar

Kepalan tangan di acungkan ke atas dengan posisi tetap. Telapak tangan yang terkepal mengarah

kepada pembicara. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna luas, hati-hati saya tantang, atau saya

tidak takut.

b.      Mengcungkan kepalan tangan berulang-ulang

Kepalan tangan diacungkan ke atas (sedikit maju ke depan) berulang-ulang. Telapak tangan yang

terkepal menghadap ke kiri pembicara. Gerak tubuh seperti ini bermakna maju, ayo serbu, ayo

serang, atau maju terus.

c.       Bertepuk sebelah tangan

Tangan kanan manepuk tangan kiri atau sebaliknya secara berulang-ulang selama beberapa detik.

Gerak tubuh seperti ini dapat berarti gembira puas, memberi salut, atau memberi selamat.

d.      Mengacungkan tangan

Tangan di acungkan ke atas, jari telujuk tegak. Empat jari lainnya dikepalkan menghadap ke arah

kiri pembicara. Gerak tubuh sepert ini membayangkan tidak tahu atau mau bertanya.

e.       Melambaikan tangan

Salah satu tangan ke atas. Telapak tangan terbuka dan menghadap ke depan. Kelima jari tangan

tegak lurus dan di jarangkan. Kemudian tangan dilambaikan ke kiri- ke kanan berulang-ulang.

Gerak tubuh seperti ini dapat diartikan selamat jalan, selamat berpisah, sampai berjumpa lagi.

f.       Menopang dagu dengan tangan

Dagu kanan oleh telapak tangan kanan, atau sebaliknya. Kepala agak rebah ke arah tangan yang

menopang dagu. Gerak tubuh seperti ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menyatakan

mknabermalas-malasan, melamun, atau berfikir.

g.      Menutup muka dengan kedua telapak tangan

Page 46: Bahan ajar

Kedua telapak tangan menutupi muka sehingga tidak ada yang terlihat. Gerak tubuh sepert ini

biasa di gunakan untuk menyatakan makna malu, takut, rasa tidak berarti.

h.      Angkat tangan

Kedua tangan di angkat setinggi-tingginya di atas kepala. Gerak tubuh sepert ini biasa di

gunakan untuk menyatakan makna menyerah, kalah atau takluk.

i.        Mengepalkan tangan dengan jempol mengarah ke kanan/kiri

Keempat jari selain jempol di kepalkan, jempol menunjuk satu mengarah ke kanan atau ke kiri di

sertai mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk

menyatakan pergi, keluar, enyah dari sini.

j.        Acungkan jempol

Keempat jari selain jempo di kepalkan, jempol menunjuk satu arah ke kanan atau ke kiri di sertai

mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk menyatakan

makna pergi, keluar, enyah dari sini.

k.      Kelingking ke bawah

Empat jari selain jari-jari kelingking di kepalkan, jari kelingking di arahkan ke bawah disertai

mimik muram. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan jelek, buruk, tidak

menarik, atau tidak berarti.

l.        Menunjuk-nunjuk dengan telunjuk

Selain jari telunjuk, empat jari lainnya di kepalkan jari telunjuk menunjuk-nunjuk kepada obyek

tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan marah, kamu kurang ajar,

kamu salah, Kamu malas, kamu pencuri, dsb.

m.    Menunjuk-nunjuk jempol ke arah pembicara

Page 47: Bahan ajar

Selain jempol, empat jari lainnya di kepalkan jempol diarahkan kepada diri pembicara di sertai

sikap sombong. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan makna aku yang

paling hebat, pintar, berhasil, dsb.

n.      Meninju dengan kepalan tangan

Jari-jari tangan dikepalkan dan ditinjukan kepada sesuatu. Gerak tubuh seperti ini dapat di

gunakan oleh pembicara untuk menjelaskan makna marah atau berkelahi.

o.      Menampar dengan tangan

Telapak tangan di tamparkan kepada suatu objek misalnya pipi, muka, atau kepala orang. Gerak

tubuh sepert ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menggambarkan kekesalan atau

kebencian.

p.      Menyikut dengan tangan

Siku atau sikut di gerakkan ke belakang secara mendadak dan cepat sehingga sasarannya

terpelanting kesakitan. Gerak tangan atau tugub ini dapat di gunakan untuk menjelaskan

pengertian menjegal seseorang, marah, atau menyatakan kecurangan.

q.      Menjentikkan ujung kuku jempol pada telunjuk

r.        Telunjuk dan jempol membentuk lingkaran

Jari telunjuk dan jempol bersama-sama membentuk sebuah lingkaran kecil. Ketiga jari lainnya,

yakni jari tengah, jari manis dan kelingking tegak di samping lingkaran tadi. Gerak tubuh ini

dapat digunakan untuk menjelaskan makna nol, kosong, tidak ada, atau gagal.

Page 48: Bahan ajar

Ujung kuku jari diletakkan dan ditekankan pada jari telunjuk. Kemudian di jentikkan atau

dilepaskan ke atas secara tiba-tiba dan kuat. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskan

makna kecil, tidak ada apa-apanya, atau dianggap enteng.

s.       Mencocokkan jari tengah kanan ke jari tangan kiri

Jari-jari kedua tangan kecuali jari jempol, dicocok-cocokan, dimasukkan di antara dua jari,

sehingga terjadi perpaduan jari-jari kedua tangan. Kedua jari jempolberdiri tegak berada di luar

perpaduan jari-jari lainnya. Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menggambarkan makna

memadukan, menyelaraskan, menyatukan, atau mensinkronkan.

t.        Tangan kanan dan tangan kiri membentuk lingkaran

Kedua tangan yakni tangan kanan kiri bersama-sama dengan dada membentuk sebuah lingkaran

di atas perut. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelasakan makna besar, luas atau

gendut.

u.      Gigit jari

Jari telunjuk di tempatkan di antara gigi atas dan gigi bawah. Telujuk ini di gigit. Gerak tubuh ini

dapat di gunakan untuk menjelaskan makna kecewa, kecele atau tertipu.

v.      Telunjuk menunjuk (mengenai) pelipis

Ujung jari telunjuk menempel atau menunjuk pada pelipis. Keempat jari lainnya terkepal. Gerak

tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskanpengertian pakai otak, berfikirlah gunakan nalar

atau pakai akal sehat.

w.    Mengaitkan kedua telujuk

Page 49: Bahan ajar

Telunjuk tangan kanan dan tangan kiri saling terkait jari-jari lainnya dalam keadaan terkepal.

Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian ada hubungannya, ada

persengkokolan, ada main, atau ada kolusi.

x.      Berpangku tangan

Kedua tangan saling berpegangan seolah-olah memangku sesuatu, posisi tangan itu berada di

batas perut dengan dada. Gerak tubuh seperti ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian

malas, tidak mau bekerja, atau tidak mau berusaha.

y.      Menutup muka dengan jari-jari di jarangkan

Muka dititutupi oleh jari tangan yang di jarangkan. Gerak tubuh ini menjelaskan pengertian pura-

pura tidak tahu, pura-pura tidak melihat.

6.      Dada

Pergerakkan dada sangat terbatas. Dada hanya dapta dikembang-kempiskan. Dada dapat

juga menjadi sasaran atau objek gerak tubuh lainnya terutama gerak tangan. Berdasarkan

kenyataan itu maka dapat di pastikan bahwa gerak tubuh yang berkaitan dengan dada pasti juga

terbatas jumlahnya.

a.       Membusungkan dada

Dada di busungkan ke depan. Gerak ini biasa di gunakan untuk menjelaskan pengertian

menyombongkan diri, membanggakan diri, mengagungkan diri atau berani.

b.      Menepuk dada

Page 50: Bahan ajar

Dada di tepuk-tepuk dengan tangan. Gerak tubuh ini bisanya digunakan untuk menjelaskan

pengertian menyatakan berani, tidak takut, menantang.

c.       Mengusap dada

Dada di usap-usap dengan tangan. Gerak tubuh seperti ini biasanya di gunakan untuk

menjelaskan pengertian kecewa, susah, atu prihatin.

7.      Mata

Mata dapat berputar ke berbagai arah. Mata juga dapat di picingkan atau di pergunakan,

dibelalakan atau di pelototkan, di kerlingkan, dan di kerdipkan. Karena itu dapat berbagai gerak

tubuh yang erat kaitannya dengan mata untuk menjelaskan berbagai pengertian.

a.       Membelalakan mata

Mata dapat di besarkan atau di buka lebar-lebar sehingga biji mata kelihatn besar.

Membelalakkan mata hampir sama dengan melototkan mata. Gerak tubuh yang berkaitan dengan

mata ini biasanya di gunakan untuk menjelaskan pengertian marah atau menghardik.

b.      Memicingkan mata

Mata di picingkan dengan cara merapatkan kedua kelopak mata sehingga mat hampir-hampir

terpejam. Lama-lama mata jadi benar-benar terpejam. Gerak tubu semacam ini biasanya

digunakan untuk menjelaskan pengertian tidur, tertidur karena kelelahan.

c.       Mengerlingkan mata

Page 51: Bahan ajar

Pandangan mata ke sebelah kanan atau kiri tanpa menggerakkan kepala. Hanya bola mata yang

bergerak ke arah sudut kanan atau kiri. Gerak tubuh semacam ini biasanya digunakan untuk

menjelaskan pengertian melirik, menjeling, atau mengerling.

d.      Mengedipkan mata

Kelopak mata digerakkan membuka dan menutup mata berganti-ganti. Gerak tubuh seperti ini

biasanya digunakan untuk menjelaskan pengertian memberi isyarat secara rahasia atau

sembunyi-sembunyi.

8.      Kaki

Kaki dapat bergerak agak bebas. Kaki dapat digunakan berjalan, lari, menendang,

menyepak,menerjang dan menginjak. Kaki juga dapat bergerak kedepan, kebelakang, kekiri, dan

kekanan. Karena itu tidaklah mengherankan apabila ada sejumlah gerak tubuh yang berkaitan

dengan kaki yang sering di gunakan untuk memperjelas pengertian-pengertian tertentu.

a.       Goyang kaki

Gerak tubuh yang berkaitan dengan kaki ini biasa di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas

pengertian hidup dengan senang, tidak perlu pekerjaan atau bermalas-malasan.

b.      Jalan atau lari di tempat

Berjalan atau berlari tanpa pindah tempat di sebut berjalan atau lari di tempat. Gerak tubuh ini

biasanya di gunakan untuk menjelaskan makna atau pengertian tidak ada perubahan, tidak

kemajuan, atau mandeg.

c.       Menendang, menyepak, menerjang

Page 52: Bahan ajar

Menendang, menyepak, menerjang berarti menyepak. Menyepak sesuatu dengan kaki. Gerak

tubuh ini lazim digunakan untuk menjelaskan makna marah, kesal, mengusir atau menjauhkan

sesuatu.

d.      Menginjakkan kaki

Kaki diinjakkan kepada sesuatu objek tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan untuk

menjelaskan makna sampai menginjak, menguasai, menaklukkan atau menundukkan.

D. Ciri-ciri Pembicara Ideal

            Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal sudah memiliki terampil

berbicara. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila di pupuk, dibina, dan di kembangkan

melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan potensi itu tetap

berupaya potensi. Kenyataan ini sudah disadari oleh para ahli pengajaran berbicara di sekolah.

            Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermanfaat baik bagi mereka

yang sudah tergolong pembicara yang baik, apalagi bagi mereka yang sudah tergolong

pembicara yang kurang baik dan pembicara dalam taraf belajar. Bagi golongan pertama

pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan,

atau mengembangkan keterampilan berbicara yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua hal

ini sangat pantas dipahami dan diikuti serta menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini

mungkin dilakukannya secara tidak sadar. Bagi golongan ketiga hal ini pengetahuan tentang

ciri0ciri penyimak yang baik itu dapat digunakan sebagai pedoman belajar berbicara.

            Berikut ini disajikan ciri-ciri  sejumlah pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan

dihayati, serta diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut antara lain

Page 53: Bahan ajar

1. memilih topik tepat,

2. menguasai materi,

3. memahami pendengar,

4. memahami situasi,

5. merumuskan tujuan yang jelas,

6. menjalin kontrak dengan pendengar,

7. memiliki kemampuan linguistik,

8. menguasai pendengar,

9. memanfaatkan alat bantu,

10. meyakinkan dalam penampilan,

11. mempunyai rencana.

1. memilih Topik Tepat

            Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik,

aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan ia selalu

mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya. Sebab dia tahu benar

apabila materi pembicaraan berkenan di hati pendengar maka perhatian mereka pun secara

otomatis akan besar pula pada penyajian materi itu.

2.  Menguasai Materi

            Pembicara yang baik selalu berusaha memahami materi yang akan disampaikannya. Jauh

sebelum pembicaraan berlangsung yang bersangkutan sudah mempelajari, memahami,

menghayati, dan menguasai materi pembicaraan. Ia tidak segan-segan menelaah berbagai sumber

Page 54: Bahan ajar

acuan, seperti buku, majalah, dan artikel yang berkaitan dengan pembicaraan itu. Ia pun tidak

segan-segan menilik materi itu dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kiranya dengan ilmu

yang relevan, jelas pula manfaatnya bagi pendengarnya. Jika kebetulan pembicara ahli di bidang

yang akan disampaikannya itu maka penguasaan terhadap materi semakin lebih tajam lagi.

3. Memahami Latar Belakang Pendengar

            Sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik selalu berusaha mengumpulkan

informasi pendengar, misalnya tentang

a. jumlahnya,

b. jenis kelamin,

c. pekerjaannya,

d. tingkat pendidikannya,

e. minatnya,

f. nilai yang dianut,

g. serta kebiasaannya.

            Bahkan perasaan pendengar kepada topik yang akan disampaikannya sudah

diramalkannya apakah simpati, antipati, atau acuh tak acuh.

            Semua data mengenai pendengar beserta sikap mereka dipahami dan dihayati serta

dijadikan oleh pembicara itu sebagai landasan penyusun strategi berbicara. Penyimak yang baik

selalu berusaha memahami latar belakang pendengarnya.

4. Mengetahui Situasi

Page 55: Bahan ajar

            Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi yang menaungi

pembicaraan. Karena itu dia tidak segan-segan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu,

peralatan penunjang berbicara, dan suasana. Identifikasi ruangan, tempat, atau lokasi dimana

peristiwa berbicara akan berlangsung menyangkut luasnya menaj atau podium, tempat duduk,

sirkulasi udara, akustiknya, dan sebagainya. Mengenai waktu apakah pagi, siang, sore, malam

atau jam berapa. Sarana penunjang berkaitan dengan pengeras suara, penerangan, OHP, dan

sebagainya. Mengenai suasana yang perlu diketahui apakah tenang, jauh dari keramaian, bising,

atau gaduh.

5. Mempunyai Tujuan Jelas

            Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas dan

gamblang. Pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa para pendengarnya apakah hanya

sekedar untuk menghibur mereka, memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, atau untuk

menggerakkan pendengar.

            Pembicara yang baik dapat merumuskan dengan pasti respon apa yang diharapkannya

dari pendengarnya pada akhir pembicaraan. Ke arah respon diharapkan itulah pendengar

digiringnya.

6. Kontak dengan Pendengar

            Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusaha memahami

reaksi emosi dan perasaan mereka. Ia berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya

melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.

Page 56: Bahan ajar

            Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara akan bersikap positif

terhadap pembicara dan pembicarannya, ia juga menunjukkan sikap yang simpatik, mendukung,

dan memberi semangat pada pembicara.

7. Kemampuan Linguistik Tinggi

            Pembicara yang baik dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang

tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya. Ucapannya jelas, lafalnya baik, intonasinya tepat

dalam berbahasa. Ia juga dapat memilih dan menggunakan kalimat sederhana dan efektif dalam

membicarakan materi pembicaraannya.

            Pendek kata pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga

yang bersangkutan dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya.

Ia pun dapat menyajikan materi pembicaraannya dalam bahasa efektif, sederhana, dan mudah

dipahami. Tidak hanya itu dia fasih berbicara lancar mengkomunikasikan sesuatu.

8. Menguasai Pendengar

            Salah satu pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pembicara. Dengan

gaya yang menarik dia menemukan pendengar, dia mengarahkan pendengar kepada

pembicaraannya. Ia pun dapat menggerakkan penengaran ke arah tujuan pembicarannya.

            Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara dan

pembicarannya maka pembicara berarti dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi

pendengarannya. Dengan situasi seperti itu dapatlah dipastikan tujuan pembicara akan berhasil.

9. Memanfaatkan Alat Bantu

Page 57: Bahan ajar

            Dalam menjelaskan materi pembicaraan, pembicara yang baik selalu menggunakan

bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan efektif. Untuk lebih memudahkan pendengar

memahami penjelasannya, dia memanfaatkan alat-alat bantu seperti skema, diagram, statistik,

gambar-gambar, dan sebagainya. Dia pun pandai mencarikan contoh ilustrasi yang mengenai dan

sesuai dengan lingkungan pendengarnya. Lebih dari itu dia pun secara tepat tahu kapan, di mana,

pemanfaatan alat-alat bantu itu.

10. Penampilan Meyakinkan

            Gaya bicaranya menarik. Uraiannya meyakinkan karena ia menguasai materi

pembicaraannya.

            Ia percaya diri, tampil dengan anggun dan berwibawa namun sederhana. Tingkah laku,

gerak-gerik, cara berpakaian, atau berdandan sopan serasi dengan kepribadiannya. Ia benar-benar

mengikat hati pendengarnya.

            Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi. Isi pembicaraan ia

kuasai, cara penyampaian ia kuasai. Situasi dan latar belakang pendengar ia pahami. Tingkah

laku, gaya bicara, cara berpakaian, dan sebagainya tidak tercela.

11. Berencana

            Pembicara yang baik selalu berencana meyakinkan kebenaran isi ungkapan; sesuatu yang

direncanakan hasilnya lebih baik dari yang tidak direncanakan. Makna ungkapan tersebut dia

terapkan dalam mempersiapkan pembicaraannya mulai dari:

a. memilih topik,

b. memahami dan menguji topik,

Page 58: Bahan ajar

c. menganalisi pendengar dan situasi,

d. menyusun kerangka pembicaraan,

e. mengujicobakan,

f. meyakinkan.

            Sebelum tampil berbicara di depan pendengarnya yang besangkutan sudah

mengantisipasi pelaksanaannya dalam membentuk skenario pelaksanaan. Dia juga sudah

membayang-bayangkan bila ada perubahan situasi harus berubah pelaksanaan dan bagai mana

cara mengatasinya. Walaupun rencananya sudah matang dasn pasti yang bersangkutan dapat

menyesuaikan pelaksanaan pidatonya dengan situasi yang berubah.

            Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan tentang ciri-ciri pembicara yang ideal sangat

berguna bagi mereka yang tergolong pembicara baik, pembicara yang kurang baik, dan

pembicara pemula. Bagi golongan pertama pengetahuan tersebut tidak dimanfaatkan sebgai

landasan mempertahankan, meyempurnakan, atau mengembangkan keterampilan berbicara yang

sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua pengetahuan itu dapt pula dimanfaatkan sebagai

pedoman untuk memperbaiki keterampilan berbicaranya. Bagi golongan ketiga pengetahuan itu

dapat digunakan sebagai pedoman belajar dan berlatih berbicara.

            Ciri-ciri pembicara yang ideal antara lain

a. memilih topik yang tepat,

b. menguasai materi,

c. memahami pendengar,

d. memahami situasi,

e. merumuskan tujuan yang jelas,

f. memiliki kemampuan linguistik,

Page 59: Bahan ajar

g. menjalin kontak dengan pendengar,

h. menguasai pendengar,

i. memanfaatkan alat bantu,

j. meyakinkan dalam penampilan,

k. mempunyai rencana.

E. Merencanakan Pembicaraan

            Dalam kehidupan ini, manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya

terampil berbicara. Kalau Anda bertemu dengan teman yang lama tidak berjumpa, Anda pasti

ingin menyatakan rasa rindu, pengalaman, atau keadaan diri Anda. Di samping itu Anda pun

pasti ingin mengetahui keadaan sahabat Anda itu. Apa-apa yang dikerjakannya, bagaimana

kemajuan usahanya, bagaimana keadaan keluarganya, dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu

Anda harus pandai menyatakan diri melalui berbicara. Anda juga harus terampil mengorek

informasi melalui sejumlah pertanyaan. Kalau Anda menghadiri pertemuan, perpisahan, atau

pesta ada kemungkinan mereka akan meminta Anda menyampaikan sambutan selamat datang,

kata-kata perpisahan, atau nasihat-nasihat. Apalagi bila Anda diundang menghadiri diskusi,

seminar, lokakarya, dan sebagainya Anda pun harus terampil berbicara menyampaikan ceramah,

pendapat, pikiran, dan saran Anda.

            Keterampilan berbicara di depan khalayak ramai, istilah asingnya public speaking, tidak

akan muncul begitu saja pada diri seseorang. Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai

latihan dan praktik penggunaannya. Karena itulah para ahli banyak menaruh perhatian terhadap

upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara itu.

            Ehninger, dkk (1979) mengajukan delapan langkah dalam mempersiapkan suatu

pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut adalah

Page 60: Bahan ajar

a. meyeleksi dan memusatkan pokok pembicaraan,

b. menentukan tujuan khusus pembicaraan,

c. menganalisis pendengar dan situasi,

d. mengumpulkan materi pembicaraan,

e. menyusun ragangan/kerangka dasar (outline) pembicaraan,

f. mengembangkan ragangan/kerangka dasar,

g. berlatih dengan suara keras, jelas, dan lancar,

h. menyajikan pembicaraan (Ehninger, dkk, 1979: 46)

            Gorys Keraf (1980) mengusulkan tiga langkah pokok dalam merencanakan suatu

pembicaraan. Ketiga langkah pokok pembicaraan itu ialah:

a. meneliti masalah,

b. menysun uraian,

c. mengadakan latihan.

            Langkah pokok yang masih bersifat umum itu dapat dikembangkan menjadi langkah-

langkah yang spesifik. Hasil pengembangan langkah yang bersifat umum menjadi langkah yang

bersifat khusus adalah sebagai berikut,

a. menentukan maksud,

b. menganalisis pendengar dan situasi,

c. memilih dan menyempitkan topik,

d. mengumpulkan bahan,

e. membuat kerangka uraian,

f. menguraikan secara menditail,

g. melatih dengan suara nyaring (Keraf, 1980: 317-318)

Page 61: Bahan ajar

            Wainright (1979) menyarankan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai oleh

seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah yang disarankan oleh

Wainright tersebut adalah

a. memilih topik,

b. memahami dan menguji topik,

c. memanahi latar belakang pendengar dan situasi,

d. menyusun kerangka pembicaraan,

e. mengujicobakan,

f. menyajikan (Wainright, 1979: 98-69).

            Bila Anda perhatikan langkah-langkah merencanakan pembicaraan yang diajukan oleh

ketiga tokoh di atas maka Anda pasti berkesimpulan bahwa hampir bersamaan pendapat mereka.

Karena itu yang mana pun yang kita pilih dan terapkan dalam penyusunan persiapan

pembicaraan sama pula baiknya.

            Berikut ini penulis mencoba menguraikan lebih terinci langkah penyusunan pembicaraan

berdasarkan jalan pikiran Wainright. Silahkan Anda pahami sehingga pun Anda dapat menyusun

bahan pembicaraan dengan baik. Jika seseorang sudah dapat menyusun pembicaraan dengan baik

maka orang tersebut sudah menuju kepada pembicara yang baik.

1. Memilih Topik

            Bila sekali waktu Anda diminta, diundang, atau diharapkan untuk tampil sebagai

pembicara di depan umum misalnya dalam diskusi, seminar, pertemuan ilmiah, atau ceramah

maka langkah pertama yang harus Anda lalui ialah memilih topik pembicaraan. Pilihlah topik

yang sesuai dengan permintaan atau tuntutan pertemuan dimana Anda akan tampil sebagai

pembicara. Mungkin sekali Anda disodori topik-topik yang telah ditetapkan oleh panitia

Page 62: Bahan ajar

pertemuan. Dalam situasi demikian kebebasan Anda agak terbatas. Bila Anda diberi kebebasan

penuh memilih topik pembicaraan maka Anda dapat memilih topik yang menarik bagi Anda,

menarik dan berguna pula bagi pendengar.

            Topik yang sudah dipilih masih perlu dikaji daerah cakupannya. Apakah terlalu luas atau

terlalu sempit. Misalnya dari topik: Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah dan

dasar, dapat dipersempit menjadi:

a. pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,

b. pengajaran bahasa Indonesia di SMP,

c. pengajaran bahasa Indonesia di SMU,

            Bila dirasa masih terlalu luas, butir a, b, dan c dapat lebih dipersempit menjadi

(a) Pengajaran pragmatik di Sekolah Dasar,

(b) Pengajaran membaca di SMP,

(c) Pengajaran apresiasi di SMU.

            Pemilihan topik dan penyempitan topik pembicaraan sangat bergantung kepada berbagai

faktor, seperti

a. minat pembicara,

b. kemampuan pembicara,

c. minat penyimak,

d. kemampuan penyimak,

e. manfaat pembicaraan bagi pendengar,

f. waktu yang disediakan,

g. dan lain-lain.

Page 63: Bahan ajar

2. Menguasai dan Menguji Topik

            Topik yang dipilih disempitkan atau desesuaikan dengan tuntutan keadaan harus

dipahami, dihayati, dan dikuasai oleh pembicara. Hal ini dapat tercapai bila pembicara

mengumpulkan bahan yang relevan melalui bahan bacaan; wawancara dengan orang yang

dianggap ahli, observasi, dan dikaji, diuji dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kaitannya

dengan ilmu yang relevan, jelas manfaatnya bagi pendengar.

            Misalnya pengkajian dan pengujian topik: Pengajaran Pragmatik di SD, dapat dikaji dari

sudut:

a. ilmu jiwa/psikologi,

b. teori belajar,

c. fungsi bahasa,

d. tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD,

e. relevansinya denagn pengajaran pokok bahasan lainnya,

f. manfaatnya bagi guru dan orang tua.

            Bila semua hal tersebut di atas sudah dilaksanakan oleh pembicara, maka dapat

dipastikan yang bersangkutan benar-benar sudah menguasai dan menguji topik pembicaraan

yang telah dipilihnya.

3. Memahami Pendengar dan Situasi

            Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang

pendengar dan situasi. Informasi yang tepat mengenai pendengar seperti minat, nilai yang dianut,

kebiasaan, harapannya, usia, jenis kelamin, tingkat kemampuannya, dan pekerjaannya sangat

berguna bagi pembicara sebagai dasar penentuan strategi berbicara. Perlu pula diperkirakan

Page 64: Bahan ajar

bagaimana sikap pendengar terhadap topik yang akan disajikan apakah apatis, simpati, atau

antipati. Hal itu pun dimasukkan ke dalam penyusunan strategi berbicara.

            Disamping faktor pendengar, faktor situasi pun harus dianalisis. Informasi mengenai

situasi berhubungan dengan hal-hal yang meyertai terjadinya peristiwa berbicara. Situasi

menyangkut:

a. ruangan, tempat, lokasi,

b. suasana linkungan seperti ketenangan, kebisingan,

c. waktu apakah pagi, siang, atau malam,

d. sarana seperti pengeras suara, penerangan, podium, dan sebagainya.

            Hal-hal tersebut di atas harus benar-benar dikenal dan dipahami pembicara. Lalu hal itu

dijadikan juga sebagai landasan penentuan strategi berbicara. Bila pembicara sudah tapat

menganalisis faktor pendengar dan situasi maka dapat dipastikan strategi berbicaranya sudah

baik pula.

4. Menyusun Kerangka Pembicaraan

            Berdasarkan topik yang telah dipilih dan sudah dipersempit disusunlah kerangka

pembicaraan. Kerangka pembicaraan yang tersusun baik sangat bermanfaat bagi pembicara

sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara kerangka itu berfungsi sebagai pedoman, penuntun

arah mengisi pembicaraan. Bagi pendengar kerangka dapat berfungsi sebagai sarana

memudahkan mengikuti dan memahami isi pembicaraan.

            Kerangka pembicaraan biasanya mengandung tiga komponen, yakni bagian:

Page 65: Bahan ajar

a. pendahuluan,

b. isi,

c. penutup.

            Bagian pendahuluan atau pengantar berisi uraian singkat mengenai tujuan pembicaraan,

isi atau apa yang ingin dibicarakan. Bagian penutup atau kesimpulan berisi uraian atau

kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan.

            Sekarang mari kita perhatikan bagaimana cara menyusun kerangka pembicaraan

berdasarkan topik yang telah dipilih. Kita misalkan topik yang dipilih sebagai pokok

pembicaraan adalah: Pengajaran Pragmatik di Sekolah Dasar.

Kerangka pembicaraan sebagai berikut.

1. Pendahuluan

            1.1 Latar Belakang Masalah

            1.2 Tujuan

2. Pengajaran Prakmatik di SD

            2.1 Bahan Pengajaran

            2.2 Metode Pengajaran

            2.3 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

3. Kesimpulan dan Saran

Page 66: Bahan ajar

            3.1 Kesimpulan

            3.2 Saran

            Bila pembicara dituntut untuk menyerahkan paper atau makalah mengenai topik yang

akan disampaikannya maka yang bersangkutan harus mengembangkan kerangka tersebut

menjadi tulisan lengkap. Kalaupun pembicara tidak dituntut meyerahkan makalah, lebih baik

pembicara mengembangkan kerangka tersebut. Sebab dalam pengembangan kerangka itu

pembicara semakin memahami dan mendalami topik yang akan disajikan. Paling sedikit

pembicara sudah memiliki bahan pembicaraan yang lengkap dan terinci.

5. Mengujicobakan

            Kerangka karangan yang sudah dikembangkan menjadi naskah perlu dikaji kembali.

Periksalah dengan teliti kalau-kalau masih ada yang perlu disempurnakan. Bila Anda sudah

yakin naskah pembicaraan itu sudah baik, maka perlu diujicobakan.

            Dalam uji coba penyajian ini, Anda harus memilih metode penyampaian mana yang akan

Anda terapkan. Ada empat metode penyampaian yang dapat Anda pilih, yakni

a. secara mendadak,

b. berdasarkan catatan (butir-butir tertentu),

c. berdasarkan hafalan,

d. berdasarkan naskah.

Page 67: Bahan ajar

            Agaknya bagi pembicara yang terpelajar seperti Anda lebih pantas, cocok, dan bergengsi

jatuh pada metode yang kedua, berdasarkan butir-butir tertentu. Butir ini diturunkan dari naskah.

Pilih sejumlah butir yang dapat mewakili isi naskah secara keseluruhan.

            Jumlah butir jangan terlalu banyak dan jangan pula terlalu sedikit. Butir yang terlalu

banyak akan membuat pendengar letih dan payah mengingatnya. Bila jumlahnya terlalu kecil

jangan-jangan belum dapat mewakili isi pembicaraan keseluruhannya. Bila Anda bertanya

berapa butir yang harus diturunkan dari suatu naskah, maka tidak ada jawaban yang pasti. Anda

sendiri yang menentukan berapa butir yang diperlukan.

            Sekarang mari kita terapkan penentuan butir pembicaraan dari: Pengajaran Pragmatik di

SD tersebut di atas. Hasil penjabarannya adalah sebagai berikut.

a. permasalahan dan tujuan pembicaraan,

b. pengajaran bahasa Indonesia di SD,

c. bahan,

d. metode,

e. penilaian,

f. umpan balik dan tindak lanjut,

g. kesimpulan dan saran.

            Ada tiga cara yang dapat Anda tempuh dalam mengujicobakan pidato Anda. Pertama,

mengundang beberapa teman Anda, lalu Anda bercerita dihadapan mereka berdasarkan butir-

butir yang telah dijabarkan dari naskah pembicaraan. Mintalah teman Anda mengkritik

penampilan Anda. Kedua, rekamlah pidato Anda kemudian putar kembali rekaman itu dan nilai

sendiri pidato Anda. Cara ketiga, ialah Anda berpidato di depan cermin. Amati penampilan Anda

dalam cermin tersebut.

Page 68: Bahan ajar

6. Menyajikan

            Dalam menyampaikan pesan, pembicara harus berpedoman kepada butir-butir yang telah

diturunkan dari naskah pembicaraan. Pembicara yang sudah berpengalaman jarang berbicara

berdasarkan atau membacakan naskah secara utuh. Biasanya yang bersangkutan menggunakan

kartu kecil yang setiap lembar berisi satu butir pembicaraan. Butir pembicaraan itu mungkin

diberi catatan singkat tentang subbutir. Misalnya, tentang butir (iv), yakni metode, hal ini tertulis

dalam kartu kecil itu sebagai berikut.

                                                Metode

                                                - relevan dengan CBSA,

                                                - membina KP,

                                                - mudah diterapkan

                                                - dan seterusnya

            Dengan melihat kartu itu sekilas, pembicara menguraikan syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh sesuatu metode pengajaran pragmatik secara lengkap, jelas, dan sistematis.

Dengan kemikian pembicara dapat memperhatikan segenap pendengarannya dan mengadakan

kontak dengan mereka melalui pandangan mata, anggukan, senyuman, dan perhatian.

            Sampaikanlah butir-butir pembicaraan Anda satu persat secara wajar, tidak berlebih-

lebihan, apalagi dibuat-buat. Dalam berbicara gunakanlah bahasa yang sederhana yang sederhana

sesuai dengan taraf kemampuan pendengar Anda. Atur suasana agar tidak terlalu formal. Sekali-

kali Anda dapat menyelipkan humor dalam pembicaraan Anda agar pendengar lebih bergairah.

            Sebagai pembicara Anda harus tampil rapi. Pakaian, penampilan, cara berbicara, dan

tingkah laku Anda harus wajar, sopan, tetapi menarik dan anggun. Atur suara Anda agar jelas

Page 69: Bahan ajar

sehingga dapat didengar oleh pendengar yang duduk paling jauh dari Anda. Bila suara Anda

tidak dapat menjangkau pendengar yang terjauh itu gunakanlah pengeras suara. Hindari sikap-

sikap yang kurang sedap dipandang mata seperti menggaruk-garuk kepala, mencuil lubang

telinga, atau hidung, terlau banyak bergerak atau mondar-mandir, dan sebagainya.

            Untuk memperjelas isi pembicaraan, Anda dapat menggunakan alat-alat bantu. Misalnya

skema, diagram, statistik, ilustrasi-ilustrasi, dan sebagainya. Tampilkan hal-hal tersebut di atas

melalui transparan atau lembar peraga.

            Manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya terampil berbicara.

Misalnya dalam peristiwa pertemuan, perpisahan, diskusi, seminar, penceramah, dan sebagainya.

Keterampilan berbicara dapat dikuasai apabila orang telah melalui latihan dan praktik berbicara

berulang-ulang dan sistematis.

Page 70: Bahan ajar

BAB IV

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERBICARA

A. Pengantar

            Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menuntut agar setiap warga negara terampil

menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Bagi guru, terutama guru bahasa Indonesia,

tuntutan itu berbunyi didiklah setiap warga negara agar mereka terampil berkomunikasi dengan

bahasa baku. Bagi guru bahasa Indonesia tuntutan itu dapat dijabarkan sebagai berikut,

a. didiklah anak-anak agar terampil menggunakan bahasa Indonesia baku,

b. sadarkan mereka bila bila menggunakan bahasa daerah dan bila pula menggunakan

bahasa Indonesia,

c. pengajaran bahasa Indonesia sebagai ujung tombak keterpelajaran warga negara.

Kurikulum 2004 yang sekarang disempurnakan menjadi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, menekankan pembelajaran bahasa Indonesia dilakuka dengan menggunakan

pendekatan komunikatif.

Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana

komunikasi. Karena itu tujuan pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa

siswa, bukan pada pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang

pencapaian keterampilan berbahasa. Dengan perkataan lain bahasa bukan hanya sekadar

rangkaian bunyi, kata, dan struktur saja tetapi mempunyai makna dan mencakup penggunaan

struktur untuk memenuhi tujuan berkomunikasi dalam berbagai situasi situasi dan tujuan

berbahasa. Ketermpilan berbahasa bersifat mekanistis. Artinya keterampilan ini hanya bisa

Page 71: Bahan ajar

dikuasai melalui latihan yang kontinu dan sistematis. Ini berarti bahwa siapa saja yang ingin

terampil menggunakan bahasa Indonesia maka yang bersangkutan harus sering berlatih

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Implikasi pernyataan ini bagi pengajaran bahasa

adalah siswa harus diberi kesempatan mengalami berbagai kegiatan bebahasa dalam beraneka

situasi dan tujuan berbahasa.

Pada uraian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa “tujuan utama pengajaran bahasa

adalah meningkatkan keterampilan berbahsa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang

berbahasa.” Salah satu keterampilan berbahasa yang dimaksudkan di sini adalah keterampilan

berbahasa.

B. Metode Pengajaran Berbicara

            Metode pengajaran tidak disajikan secara eksplisit dalam kurikulum. Hal ini dilakukan

agar guru dapat memilih metode yang dianggap tepat, sesuai dengan tujuan, bahan kajian, dan

keadaan siswa. Guru diminta menggunakan metode yang beragam agar suasana belajar menarik,

menantang, dan menggairahkan. Kegiatan belajar dapat berlangsung di dalam kelas, di luar

kelas, dengan tugas yang beragam untuk perseorangan, berpasangan, kelompok, atau seluruh

kelas.

            Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana

mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan

pengajaran pokok bahasan tertentu. Hal yang sama juga berlaku bagi pengajaran berbicara. Guru

harus menciptakan berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara.

Tanpa latihan tidak mungkin keterampilan berbicara dikuasai.

Page 72: Bahan ajar

Pengalaman belajar berkaitan dengan tujuan pengajaran, bahan pengajaran,

pengembangan keterampilan proses. Pengalaman belajar sendiri diwujudkan melalui penggunaan

metode. Metode pengajaran pun pada hakikatnya erat kaitannya dengan tujuan pengajaran, bahan

pengajaran, dan pengembangan keterampilan proses.

Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu

berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar.

Kriteria tersebut antara lain

a. relevan dengan tujuan pengajaran,

b. memudahkan siswa memahami materi pengajaran,

c. mengembangkan butir-butir keterampilan proses,

d. dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang,

e. merangsang siswa untuk belajar,

f. mengembangkan penampilan siswa,

g. mengembangkan kreativitas siswa,

h. tidak menuntut peralatan yang rumit,

i. mudah dilaksanakan,

j. menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Syarat minimal yang harus dipenuhi oleh guru keterampilan berbicara ialah penguasaan

materi tentang keterampilan berbicara, serta dapat mengajarkan kepada siswa. Cara pengajaran

keterampilan berbicara atau teknik keterampilan berbicara merupakan hal yang penting bagi

seorang guru ketermpilan berbicara.

Guru keterampilan berbicara hendaknya jangan sampai tenggelam dalam penyakit lama,

yakni mengajar secara rutin, monoton, tanpa variasi.

Page 73: Bahan ajar

Di samping kuat dalam penguasaan materi pelajaran guru juga harus kaya pengalaman

dengan beraneka ragam metode pengajaran atau teknik pengajaran. Guru berbicara harus mahir

dengan seluk-beluk berbicara dan kaya pengalaman dengan teknik pengajaran berbicara.

Guru keterampilan yang mengetahui aneka ragam teknik pengajaran berbicara dan dapat

mempraktikkannya sangat membantu yang bersangkutan dalam mengajarkan berbicara.

Keuntungan-keuntungan tersebut dapat dapat diperinci sebagai berikut.

a.       Guru dapat membuat pengajaran lebih bervariasi, lebih menarik. Pengajar yang menarik lebih

bervariasi, lebih menumbuhkan minat belajar siswa. Dengan minat belajar yang besar dapat

diharapkan proses pembelajaran berlangsung efisien dan efektif. Pembelajaran yang baik

tentulah menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula.

b.       Dengan teknik pengajaran berbicara yang tepat, bermacam masalah seperti jumlah siswa yang

terlalu banyak, perbedaan kemampuan individu dalam kelas, materi yang kurang menarik,

lingkungan belajar yang kurang menarik dapat dipecahkan.

c.       Dengan berbekal teknik pengajaran berbicara yang kaya dan bervariasi seorang guru berbicara

akan lebih percaya diri sendiri sehingga lebih mampu serta meyakinkan dalam mengajarkan

keterampilan berbicara.

d.      Dengan memilih teknik pengajaran berbicara yang tepat seorang guru dapat menggalakkan

metode pengajaran yang menyenangkan.

e.       Dengan pemilihan dan penggunaan teknik pengajaran berbicara yang tepat, guru dapat

menyampaikan materi pengajaran lebih tepat.

f.        Penggunaan teknik pengajaran yang tepat menghidupkan suasana belajar dan mengajar dalam

kelas.

Page 74: Bahan ajar

g.       Penggunaan teknik pengajaran yang tepat menyebabkan siswa senang belajar dan guru senang

mengajar.

h.       Pemilihan dan penggunaan teknik pengajaran berbicara yang tepat mengharapkan pengajaran

berbicara berhasil dengan baik.

i.         Pemilihan dan penggunaan teknik pengajaran yang tepat memancing pemusatan pikiran siswa

kepada pelajaran.

Beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keteampilan

berbicara antara lain sebagai berikut.

1. Ulang-ucap

            Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan yang

diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Materinya diambil dari kurikulum

dan disesuaikan dengan tingkatan kelas. Selain itu suara yang diperdengarkan harus jelas,

intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal. Sietelah siswa diperdengarkan suara maka

siswa harus mengulangi atau menirukan suara yang didengar tadi. Model ini sangat ideal bagi

pembelajaran berbicara di SD.

2. Lihat-ucap

            Dalam metode ini guru memperlihatkan sejumlah benda tertentu kepada siswa dan siswa

harus mengucapkan nama benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat

dan disesuaikan dengan lingkunan siswa. Bila bendanya tidak ada atau susah diperlihatkan

karena bermacam hal, guru dapat memperlihatkan tiruan benda itu atau gambarnya.

3. Memerikan

Page 75: Bahan ajar

            Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan, atau mendeskripsikan

sesuatu. Siswa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas,

melihat pemandangan, atau beragam peristiwa lainnya. Kemudian siswa diminta menjelaskan

atau memeriksa apa yang telah dilihatnya secara lisan.

4. Menjawab Pertanyaan

            Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan

menjawab sejumlah pertanyaan mengenai hal yang sederhana, seperti identitas diri atau

kehidupan sehari-hari siswa tersebut.

5. Bertanya

            Melalui pertanyaan, siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal.

Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa.

Melalui kegiatan bertanya ini, siswa akan lebih kritis menyikapi lingkungan sekitarnya.

6. Pertanyaan Menggali

            Bentuk metode ini menuntut kemampuan berpikir siswa. Metode ini sangat bermanfaat

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa akan suatu hal. Bentuk investigasi merupakan

bagian dari metode ini.

Page 76: Bahan ajar

7. Melanjutkan Cerita

            Kegiatan ini dapat dimulai dari guru atau siswa. Pada praktiknya guru atau siswa

mengawali sebuah cerita, lalu jalan cerita itu dilanjutkan oleh siswa lain.

8. Menceritakan Kembali

            Metode ini berkaitan dengan kemapuan menyimak siswa. Guru menceritakan,

memperdengarkan, atau membacakan sebuah cerita kemudian siswa diminta menceritakan

kembali apa yang telah didengarnya dengan kata-katanya sendiri.

9. Percakapan

            Suasana percakapan yang diharapkan dalam penerapan metode ini adalah suasana yang

spontan, akrab dan wajar. Artinya tidak menggunakan naskah. Topik pembicaraan dapat berupa

hal apa saja yang disepakati bersama.

10. Parafrase

            Memparafrasekan berarti mnegubah bentuk, misalnya mengubah bentuk prosa menjadi

puisi atau sebaliknya. Coba gunakan metode ini dalam memparafrasekan sebuah puisi menjadi

bentuk prosa dengan kata-kata siswa sendiri.

11. Reka Cerita Gambar

Page 77: Bahan ajar

            Bentuk metode ini memanfaatkan penglihatan visual siswa dan daya imajinasnya. Coba

tunjukkan rangkaian peristiwa melalui gambar kepada siswa, kemudian siswa diminta mereka

kejadian yang terjadi berdasarkan imajinasinya.

12. Bercerita

            Kegiatan bercerita menuntun siswa ke arah pembicaraan yang baik. Lancar bercerita

berarti lancar berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara dengan jelas, intonasinya tepat,

urutan peristiwa sistematis, menguasai massa, dan berprilaku menarik.

13. Memberi Petunjuk

            Memberi pentunjuk seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau

letak sesuatu tempat menurut sejumlah persyaratan. Petunjuk yang diberikan harus jelas, singkat

dan tepat. Hal ini akan tercapai apabila orang yang memberikan petunjuk itu terampil

menggunakan bahasa lisan, yakni berbicara.

14. Bermain Peran

            Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang

diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-

ragam bahasa.

15. Wawancara

Page 78: Bahan ajar

            Siswa berperan layaknya seorang pencari informasi. Dengan melakukan kegiatan tanya

jawab, siswa bertanya tentang hal tertentu dari seorang informan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah. 1996. Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia. 1A. SLTP Kelas I. Bandung: Djatnika.

_______. 1996. Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia. 2A. SLTP Kelas II. Bandung: Djatnika.

Carnegie, Dale. 1986. Cara yang Paling Tepat dan Mudah untuk Berbicara dan Berpidato. Bandung: CV Pionir Jaya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Tata Krama Pergaulan. Jakarta: Depdikbud.

Gunarsa, Singgih. 1976. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Agung.

Natawidjaja, Rochman. 1978. Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Firma Hasmar.

Rakhmat, Jalaluddin. 1992. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Rosdakarya.

Tarigan, Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

_______. 1990. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Buku I. Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.

_______. 1995. Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP, dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: Thema.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa.

KATA PENGANTAR

Page 79: Bahan ajar

            Dalam kehidupan sehari-hari peranan berbicara sangat penting. Melalui kegiatan

berbicara, seseorang akan mampu mempengaruhi orang lain, mengubah suasana untuk

meyakinkan, menghibur, dan sebagainya. Dengan menyadari peran yang demikian, kecermatan

berbicara semakin penting untuk mencapai maksud pembicara.

            Diktat ini berisi pembahasan tentang keterampilan berbicara dan disiapkan sebagai salah

satu referensi yang akan digunakan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan “Keterampilan

Berbicara”.. Materi-materi yang disajikan dalam diktat ini bersumber dari berbagai referensi

tercetak sebagaimana yang tertera pada daftar pustaka diktat ini. Oleh karena itu, diktat ini tidak

dimaksudkan sebagai satu-satunya sumber bacaan dalam perkuliahan ini; tetapi disarankan

kepada mahasiswa untuk memperkaya bacaannya dengan memanfaatkan sumber-sumber lain

yang relevan untuk meningkatkan kemampuan atau kemahiran berbicara mereka.

            Semoga diktat ini dapat memicu motivasi mahasiswa untuk meningkatkan wawasan

pengetahuan dan kemahirannya dalam komunikasi lisan.

                                               

                                                                                    Medan, September 2008

                                                                                    Penulis,     

Diposkan 3rd September 2012 oleh ProdiDik Basastrasia 0

Tambahkan komentar

BAHAN AJAR PRODI BASASTRASIA FBS UNIMED

Page 80: Bahan ajar

Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis

1.

Sep

3

BAHAN AJAR MENULIS KARYA Drs. SANGGUP BARUS, M.Pd.,

BAHAN AJAR

MATA KULIAH MENULIS

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FBS UNIMED

Karya Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

BAB I

Page 81: Bahan ajar

APA  ITU MENULIS?

Pengantar

            Perkemabangan zaman semakin pesat, demikian halnya dengan penyebaran

informasi juga  tidak kalah ketinggalan. Informasi yang aktual dalam satu menit bisa

dibaca dan diketahui oleh seluruh dunia. Hal ini tidak terlepas dari kempuan menulis,

baik menulis secara tradisional (menulis di atas kertas) maupun menulis secara moderen

(menggunakan alat elektronik/ internet). Pada bab ini akan dibicarakan ada apa dengan

menulis?

  

Indikator

1.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa itu menulis menurut para ahli.

2.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan fungsi menulis.

3.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan unsur-unsur yang harus diperhatikan

dalam menulis.

Materi

a. Pengertian Menulis                                                                                                          

Tarigan, (1983 : 21) mengatakan bahwa,

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut.” Lambang-lambang grafik yang ditulis merupakan representasi bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh orang lain (pembaca).

Page 82: Bahan ajar

Takala (dalam Ahmadi, 1988:22) mengatakan, “Menulis atau mengarang adalah

suatu proses menyusun, mencatat atau mengkomunikasikan makna, bersifat interaktif dan

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang menggunakan suatu sistem tanda

konvensional yang dapat dilihat atau dibaca.”