bagus

12
NAMA : Donna Meylinda NIM :14312244002 KELAS : IPA C/2 TUGAS : 1. Model Coretan Kultur Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni (Oetomo, 1990). Cara gores pada umumnya merupakan metode semai yang paling berguna. Dawai bengkok yang steril dicelupkan ke dalam suspensi organisme yang diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat inokulum menjadi makin encer dengan setiap goresan yang berturut-turut, sehingga biarpun goresan pertama menghasilkan pertumbuhan yang rapat, koloni yang terisolasi dengan baik tumbuh di sepanjang garis yang lebih kemudian digoreskan. (Roger Y. Stainer, 1982: 35). Metode penggoresan dapat dibedakan menjadi : a. Goresan kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4. b. Goresan T Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri.

description

mantap

Transcript of bagus

NAMA: Donna MeylindaNIM:14312244002KELAS: IPA C/2TUGAS :1. Model Coretan KulturMetode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni (Oetomo, 1990).Cara gores pada umumnya merupakan metode semai yang paling berguna. Dawai bengkok yang steril dicelupkan ke dalam suspensi organisme yang diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat inokulum menjadi makin encer dengan setiap goresan yang berturut-turut, sehingga biarpun goresan pertama menghasilkan pertumbuhan yang rapat, koloni yang terisolasi dengan baik tumbuh di sepanjang garis yang lebih kemudian digoreskan. (Roger Y. Stainer, 1982: 35).Metode penggoresan dapat dibedakan menjadi :a. Goresan kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4.b. Goresan T Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri. Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung. Panaskan ose dan biarkan dingin kembali. Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali. Prosedur di atas diulangi untuk daerah III.1) Goresan radian Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan. Pijarkan sekelit dan dinginkan kembali. Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan. Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya. Pijarkan ose2) Goresan sinambung Ambil satu masa ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar. Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.

2. Cara Melihat Pertumbuhan KoloniPertumbuhan secara umum dapat didifinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen didalam sel hidup. Dengan demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Pada mikroorganisme, petumbuhan individu(sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan sel dan pertumbuhan populasi, serta sebagai satu kesatuan populasi yang terjadi, kadang-kadang terlalu cepat pertumbuhannya, sulit untuk diamati dan dibedakan.(Dwidjoseputro. 1990).Umur sel jasad renik ditentukan segera setelah proses pembelahan sel selesai sedangkan umur kultur ditentukan dari waktu atau lamanya inkubasi. Ukuran sel tergantung dari kecepatan pertumbuhannya. Semakin baik zat nutrisi didalam substrat tempat tumbuhnya, mengakibatkan pertumbuhan sel semakin cepat dan ukuran sel semakin besar.(dwidjoseputro. 1990)Terdapat beberapa aspek yang dapat diukur saat melihat pertumbuhan koloni baik pada media yang berbentuk lempeng maupun miring,antara lain :a. Bentuk Koloni (Shape)Koloni-koloni biasanya menonjol dari permukaan medium pembiakan, dan sifat penonjolan ini dapat berbentuk datar, datar meninggi, konveks, muncungkubah, gong, berlekuk tengah (berpusat). b. Ukuran Koloni (Size)Menurut diameter rata-rata, ukuran koloni berbeda-beda pada berbagai jenis.c. Permukaan Koloni (Surface)Permukaan koloni dapat licin, kasar, berlingkar dan berjari.d. Rupa KoloniDapat seperti sebuah titik, bulat, tidak rata, miseloid, berfilamen, atau rizoid.e. Tepi Koloni (Edge)Tepi koloni dapat rata, berombak, berkeping, bergigi, berfilamen.f. Struktur Bagian TengahLebih ke dalam dari tepi struktur koloni dapat berbentuk amorf, bergranulahalus atau kasar, berfilamen, keriting, atau konsentris.g. Warna KoloniKoloni dapat berwarna kuning, merah, hijau, tengguli, berfluorensi dan lain-lain.8.h. Bau koloni (Odor )Ada koloni berbau khas atau menyerupai bau benda lain atau tidak berbausama sekali.i. Kepadatan Koloni (Consistency)Koloni dapat berupa lender, liat, seperti mentega, getas.j. Pigmentasi Mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media.

3. Cara Mengukur KoloniPerhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.a. Secara LangsungPenghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

1) Menghitung Sel LangsungCara ini menggunakan bilik hitung(hemositumeter) yang menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun yang mati. Karena bakteri itu sangat kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara setatistik dapat diterima, namun harus dibuat suspense sekurang-kurangnya 104 per ml.2) Menghitung Dari Preparat Pengenceran Sama halnya dengan menghitung sel langsung, cara ini menghasilkan hitung total. Perhitungan dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah volum pada luas kaca objekyang telah diukur dicat dengan metilen biru atau cat lain yang sesuai kemudian dihitung jumlah organism pada bagian-bagian yang telah diketahui luasnya.3) Menghitung Dengan Filter Membrane Contoh cairan yang telah ditakar dan disaring dengan filter steril yang terbuat dari membrane berpori. Bakteri yang bertahan oleh filter itu kemudian dihitung langsung4) Menghitung Dengan Alat Perhitungan Elektronik (Counting Chamber)Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik penggunaan kebanyakan alat ini didasarkan alat kerja dengan lubang pengnilai elektronik(dapat disamakan dengan mata elektronik.b. Secara Tidak LangsungPerhitungan mikrobia secara tidak langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikrobia diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan dan sifat mikrobianya (Jutono dkk, 1980).Perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).Menurut Hadietomo (1990) menyatakan bahwa perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:1. Penentuan volume totalCara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder dan bergaris ukuran.2. Metode turbidometriTeknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang. Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang jernih dengan diameter tertentu.Cara perhitungan tidak langsung dapat dilakukan dengan cara :1) Berdasarkan KekeruhannyaBerdasarkan kekeruhannya, Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium2) Berdasarkan jumlah lempeng total (plate count).Berdasarkan lempeng total, Cara ini adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini diawali dengan pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1 : 10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat digunakan alat colony counter yang biasanya dilengkapi dengan pencatat elektronik. 3) Menggunakan sentrifugeCaranya ialah 10 cc biakan cair mikrobia disentrifuge dengan menggunakan sentrifuge yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah butir-butir darah. Kecapatan dan waktu sentrifugasi harus diperhatikan. Setelah ditentukan volume mikrobia keseluruhan maka dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel mikrobia tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikrobia keseluruhan dengan volume rata-rata tiap sel mikrobia (Suriawiria, 1985).4) Menggunakan perhitungan elektronik (electronic counter)Alat ini dapat untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik secaa tepat. Prinsip kerjanya alat ini adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion yang bergerak diantara 2 elektroda. Penyumbatan sementara oleh sel mikrobia pada pori sekat yang terdapat diantara kedua elektroda sehingga terputusnya aliran listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan yang mengandung mikrobia adalah ukuran jumlah mikrobia dalam cairan tersebut.5) Berdasarkan analisa kimiaCara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia. Makin banyak sel-sel mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya secara kuantitatif.6) Berdasarkan berat keringTerutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang, misalnya dalam industri mikrobiologi. Kenaikkan berat kering suatu mikrobia diiringi dengan kenaikkan sintesa dan volume sel-sel dapat menentukan jumlah mikrobia

7) Menggunakan cara pengenceranCara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Dasar perhitungannya ialah mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikrobia secara bertingkat.8) Menggunakan cara Most Probable Number (MPN)Metode ini dilakukan pengenceran dengan beberapa kali ulangan, secara matematik hasilnya dapat untuk menentukan kemungkinan besar jumlah mikrobia yang terdapat dalam suspense.9) Berdasarkan jumlah koloni (Plate count)Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 (Jutono dkk, 1980).Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :1. Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.

DAFTAR PUSTAKACampbell, Neil A. et. al. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. Fardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.Lim, D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. New York: McGrow-hill Book.Lud Waluyo. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang : UPT UMM.Stainer, R.Y. 1986. The Microbial World. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey.Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung : Penerbit Angkasa.Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press..