Bagian Inti
-
Upload
lisa-normalasari -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
Transcript of Bagian Inti
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan agroindustri yang semakin maju saat ini selain
memiliki dampak positif untuk memperluas lapangan pekerjaan,
meningkatkan devisa negara, dan pengolahan produk pertanian dalam negeri,
juga memiliki dampak negatif yaitu limbah. Limbah cair agroindustri
dicirikan dengan tingginya kandungan karbon organik dan hara. Tingginya
kandungan bahan organik ini akan menyebabkan penurunan kualitas badan
air penerima yang menyebabkan rendahnya oksigen yang terlalrut dan
memicu terjadinya proses penyuburan ganggang yang disebut dengan
eutrofikasi. Hal ini pada proses selanjutnya akan menyebabkan sedimentasi
bahan organik pada dasar perairan, menimbulkan bau busuk (masalah
estetika), dan akibat-akibat lainnya seperti pendangkalan, menurunnya nilai
guna air, serta kematian organisme-organisme air yang hidup didalamnya
(Ibrahim, 2007).
Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2003) Jawa
Timur mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor
agroindustri, karena selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa
Timur dikenal sebagai propinsi dengan sektor industri yang berkembang
cepat. Potensi sumber daya pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh
wilayah Timur pulau Jawa ini. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan
petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat
dilakukan. Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang tingkat
perkembangan agroindustrinya cukup tinggi. Menurut Hadi (2010), di
Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan skala usaha
yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai
macam bentuk agroindustri.
Salah satu dari agroindustri yang berkembang di Malang adalah
industri gula. Berkembang pesatnya industri gula tentunya disertai dengan
masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri gula memiliki
-
2
kandungan zat kimia berbahaya seperti N, P, S, dan beberapa logam aktif.
Unsur-unsur tersebut jika tidak diolah sebelum dibuang ke perairan bisa
menyebabkan pencemaran perairan dan blooming alga.
Pencemaran limbah cair agroindustri dapat diolah dengan
memanfaatkan pertumbuhan mikroalga didalam perairan limbah agroindustri.
Mikroalga merupakan organisme yang dapat menyerap kandungan CO2 pada
saat fosintesis, dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya.
Pada proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga
memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005). Nutrien
dalam proses ini dapat berasal dari material limbah cair industri sehingga
dapat memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri.Mikroalga
jenis Chorella sp memiliki potensi sebagai salah satu agen pengolahan limbah
dimana kurun waktu 14 hari, mikroalga ini dapat menyerap emisi gas CO2,
juga berpotensi sebagai agen pengolahan air limbah di agroindustri. Selama
14 hari masa inkubasi konsentrasi nitrat dan fosfat yang terkandung dalam
limbah 3-4 mg/l dapat diturunkan menjadi 0,05-0,1 mg/l. (Santoso, et al.
2011).
Adapun keuntungan dari penggunaan mikroalga dalam proses
pengolahan limbah cair dalam agroindustri antara lain prinsip pengolahanya
berjalan alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah
lingkungan dan tidak menghasilkan limbah sekunder (Arif et all, 2011).
Berdasarkan permasalah diatas maka perlu adanya suatu inovasi
pengembangan metode maupun teknologi dalam pengolahan limbah cair
agroindustri. Hal ini dilakukan agar pencemaran lingkungan yang telah
merajalela bisa diminimalisir sehingga proteksi pemerintah akan lebih mudah
dalam tindakan preventif penurunan masalah pencemaran lingkungan. Salah
satu teknologi yang ditawarkan yaitu dengan pemanfaatan limbah
agroindustri dengan metode MaC-Option (Mikroalga Chorella sp Open
Ponds Cultivation) dan hasil dari pengolahan tersebut dapat dijadikan sebagai
alternatif bahan bakar biodiesel yang tebaharukan dan ramah lingkungan.
-
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diatas maka
didapatkan suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan bagaimana
kefektifan metode Mac-Option (Microalgae Chlorella sp Open Ponds
Cultivation) dalam pengolahan limbah cair agroindustri menjadi biodiesel
dengan bantuan mikroalga Chlorella sp di kota Malang. Secara rinci
permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi empat permasalahan yaitu.
1. Bagaimana mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri
di kota Malang?
2. Bagaimana teknik kultivasi open ponds mikroalga Chlorella sp yang
efisien?
3. Bagaimana mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi tersebut
menjadi biodiesel?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri di kota Malang.
2. Mengkultivasi mikroalga Chlorella sp dalam sistem open ponds secara
efisien.
3. Mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi menjadi biodiesel.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam pembuatan karya tulis ini adalah:
a. Bagi Akademisi atau Mahasiswa
Menjadikan media aktualisasi dan pengembangan teknologi di
bidang teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri
sehingga tidak ada lagi masalah akan pencemaran lingkungan, selain itu
sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran
pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.
b. Bagi Masyarakat
-
4
Memberikan wacana baru tentang pengembangan teknologi dibidang
teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri dan
memberikan solusi yang efektif masalah pencemaran lingkungan yang
telah merajalela baik dikalangan industri atau agroindustri, sehingga dapat
mengurangi kewaspadaan masyarakat akan bahayanya limbah cair yang
dihasilkan oleh pabrik-pabrik agroindustri.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai salah satu solusi altenatif pengolahan limbah cair
agroindustri yang efektif dan ekonomis, sehingga dapat membantu
memberikan solusi kepada pemerintah dalam menanggulangi pencemaran
lingkungan dan sebagai alternatif pembuatan biodiesel yang dapat
diperbaharui dan ramah lingkungan.
-
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
2.1.1 Pengertian
Menurut Philip Kristanto (2004: 169) limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan
polutan memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3,
yang dikatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi
berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya. Apabila
ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan organik dan
anorganik. Sedangkan menurut Mahida (1986: 9) limbah adalah sampah
cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang
telah dipergunakan dengan hamper hampir 0,1% dari padanya berupa
benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik.
Menurut surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 281/KTSP/1998 pasal 1 yang dimaksud dengan limbah
cair industri adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Industri disini diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan
barang setengah jadi menjadi barang-barang yang bernilai tinggi.
Umumnya air limbah industri banyak yang mengandung unsur-unsur
kimia yang membahayakan yang macamnya bervariasi tergantung dari
jenis-jenis industri dan prosesnya. Limbah juga merupakan suatu bahan
yang tidak berarti dan tidak berharga, tetapi limbah juga bisa menjadi
sesuatu yang bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.
2.1.2 Karakteristik Limbah
Kegiatan industri dan teknologi air yang telah digunakan dalam
proses produksi atau yang disebut air limbah tidakdiperbolehkan dibuang
langsung ke lingkungan karena dapatmenyebabkan pencemaran.
-
6
Indikator atau tanda bahwa air di suatulingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yangdapat diamati melalui karakteristik
fisik, kimia dan biologi sebagai berikut:
a. Karakteristik Fisik
Suhu
Ukuran suhu dapat menunjukkan kecenderungan
aktifitaskimia dan biologi, pengentalan, tekanan uap,
keteganganpermukaan dan nilai penjenuhan dari benda-benda padat
dangas. Pengentalan mengatur sedimentasi pada saat suhumeninggi
pengentalan berkurang dan menghasilkanpeningkatan sedimentasi
dengan asumsi bahwa sedimentasitidak terganggu oleh arus yang
memancar (Mahida, 1986: 16).
Warna dan Kekeruhan
Warna pada air limbah menunjukkan kekuatannya,misalnya
air di sungai berwarna kuning kecoklatan karenamengandung lumpur
(Philip Kristanto, 2004: 80). Intensitaswarna cenderung meningkat
dengan meningkatnya pH (Hefni15Effendi, 2003: 62). Air limbah
yang mengandung besi (Fe)dalam jumlah tinggi akan berwarna
coklat kemerahan.
Bau dan Rasa
Bau ditimbulkan oleh campuran dari nitrogen, sulfur
danfosfor juga pembusukan dari protein. Pencemaran juga
dapatmenimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki,
untukmenghilangkan bau dan rasa yang tidak enak bisa
dilakukandengan aerasi, pemakaian potassium, pemakaian karbon
aktif,koagulasi, sedimentasi dan filtrasi (Suripin, 2004: 149).
b. Karakteristik Kimia
Kandungan logam berat
Air dapat tercemar oleh berbagai komponen anorganikyaitu
berbagai jenis logam berat yang berbahaya.Menentukan jumlah dari
beberapa logam seperti nikel (Ni),magnesium (Mh), timbal (Pb),
kronium (Cr), kadmium (Cd),zeng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan
-
7
air raksa (Hg).Beberapa jenis logam biasanya dipergunakan
untukpertumbuhan kehidupan biologis tetapi jika
jumlahnyaberlebihan maka akan mempengaruhi kegunaannya karena
daya racun yang dimiliki (Sugiarto, 1987: 32).
Nitrogen
Dalam analisis air limbah, kelompok nitrogen terdiri
dariamoniak bebas, amoniak albuminoidal, nitrogen, organik,16nitrit
dan nitrat. Air limbah kebanyakan dari nitrogen terdapatdalam
bentuk organik atau nitrogen, protein dan amoniak.Penentuan
nitrogen dibuat untuk mengendalikan tingkatpemurnian yang
tercapai dalam proses pembenahan biologis(Philip Kristanto, 2004:
84).
Kesadahan
Air sadah adalah air yang mengandung karbonat dansulfat
dari kalsium dan magnesium, di samping besi danalumunium.
Kesadahan air yang tinggi sangat merugikankarena dapat
mengakibatkan karatan atau korosi pada alatalatyang terbuat dari
besi, juga menimbulkan kerak-kerak didalam wadah pengolahan
(Philip Kristanto, 2004: 74).
TSS (Total Suspended Solid)
Zat yang mengembangkan akan merugikan apabiladigunakan
untuk mengairi tanaman untuk mengahambat poriporisehingga
permeabilitas tanah menurun (Sugiarto, 1987:32). Padatan total
adalah bahan yang tersisa setelah airsampel mengalami evaporasi
dan pengeringan pada suhutertentu. Padatan suspensi total adalah
bahan-bahantersuspensi (diameter >1 m) yang tertahan pada
saringanmilipore. Padatan tersuspensi terlarut terdiri dari lumpur,
pasir halus dan jasad renik (Hefni Effendi, 2003: 63).
Perubahan pH
Perubahan pH adalah tingkat keasaman/konsentrasi
ionhydrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk
suatukehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6,5
-
8
7,5.Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar
pH netral dapat mengganggu kehidupan organisme didalamnya
(Wardana, 2004: 75).
c. Karakteristik Biologi
Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses
degradasibahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang
kelingkungan. apabila bahan yang harus didegradasi cukupbanyak,
berarti mikroorganisme dapat ikut berkembang biak.Dalam
berkembang biak ini, tidak menutup kemungkinanmikroba pathogen
ikut berkembang pula (Mahida, 1986: 19)
Nilai BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkanjumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organism hidup untuk
memecah atau mengoksidasi bahan-bahanbuangan di dalam air
(Wardana, 2004: 93). Nilai BODtidak menunjukkan bahan organik
yang sebenarnya, tetapihanya mengukur secara relatif jumlah
oksigen yangdibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan.
Jikakonsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan
semakinkecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan
bahanbahanbuangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
Bahanbuangan industri pada umumnya memiliki nilai BOD 100ppm
hingga 10.000 ppm (Srikandi Fardiaz, 1992: 35)
Nilai COD
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlahoksigen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardana, 2004: 92). Uji COD
biasanya menghasilkan nilaikebutuhan oksigen yang lebih besar
daripada uji BOD,karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi
biologi danmikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji
COD(Srikandi Fardiaz, 1992: 38).
-
9
2.2 Mikroalga
Mikroalga adalah tumbuhan rendah prokariot/eukariot yang sangat
produktifdan dapat mengungguli tanaman lain seperti kelapa sawit, jarak,
jagung dan lain-lainsebagai sumber biodiesel. Mikroalga dapat dikulturkan
secara massal danbiomassanya diolah menjadi sumber energi terbarukan,
yaitu biodiesel. Mikroalgasebagai alternatif sumber energi terbarukan telah
menjadi pusat perhatian dunia danteknologinya sedang terus dikembangkan
(Li et al, 2008).
Diketahui bahwa mikroalga mempunyai kandungan lipid cukup tinggi.
Menurut Guschina & Harwood (2006), komponen utama lipidnya adalah
triasil gliseridanya (TAG). Senyawa trigliserida dari alga dapat diubah
karakteristiknya dalam bentuk metil ester melalui transesterifikasi. Asam
lemak metil ester (FAME) yang dihasilkan dapatdigunakan untuk campuran
solar sebagai bahan bakar biodiesel. Telah dilakukan beberapa penelilitian
untuk mengetahui potensi mikroalga sebagai penghasillipid (Christy, 2007)
Mikroalga Chlorella sp mengandung lipid sebesar 28-32%
(Panggabean, 2007). Chlorella sp. termasuk alga mikro karena ukuran
tubuhnya sangat renik dari 0,2 m hinga 0,02 cm (10-6 - 10-4 m). Untuk
melihat wujudnya dengan jelas kita memerlukan mikroskop. Tidak semua
jenis alga mikro hidup sebagai fitoplankton, tetapi semua jenis fitoplankton
bisa digolongkan ke dalam alga mikro. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal
dan berkoloni itu terdiri atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan
air, di kolom perairan, atau menempel di dasar dan permukaan lain dalam
perairan (Faizatul, 2008).
Tabel 1. Komposisi kimia dari Chlorella sp
Komposisi Kadar (%)
Protein 51-58
Karbohidrat 12-17
Lemak 14-22
Asam Nukleat 4-5
(Thomas, 2007)
-
10
2.3 Open ponds
Open ponds merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling
sederhana. Sistem tersebut sering dioperasikan secara kontinyu. Umpan segar
(mengandung nutrisi termasuk nitrogen, phosphor, dan garam inorganic)
ditambahkan di depan paddlewheel (pedal) dan setelah beredar melalui loop-
loop mikroalga tersebut dapat dipanen di bagian belakang dari paddlewheel.
Paddlewheel digunakan untuk proses sirkulasi dan proses pencampuran
mikroalga dengan nutrisi. Beberapa sumber limbah cair dapat digunakan
sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber limbah cair
tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga. Mikroalga
laut dapat menggunakan air laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi
sebagai media kultur. Biaya operasional sistem open ponds lebih rendah
dibandingkan dengan sistem photobioreactor, namun sistem tersebut
memiliki beberapa kelemahan. Open ponds merupakan sistem kolam terbuka
sehingga mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon dioksida (CO2)
menjadi tidak efisien. Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh kontaminasi
dari alga atau mikroorganisme yang tidak diinginkan (Dessy & Noer, 2009 ).
2.4 Biodiesel
Biodisel adalah bahan bakar yang ramah lingkungan dan mempunyai
keunggulan dibanding bahan bakar petroleum diesel yaitu bersifat
terbarukan,biodegradable, tidak mengandung sulfur, dan mempunyai
kekentalan lebih tinggi sehingga membantu memperpanjang umur mesin
disel. Biodisel mempunyai angka setana dan flash point yang tinggi (>130C)
(Knothe et al, 2005).
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui
reaksi tranesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit,
minyak jarak dll) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan
bantuan katalis basa. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20
serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya
dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari
hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.
-
11
Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan
petroleum diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel mempunyai sifat kimia dan
fisika yang serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan
langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel.
Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan
produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di
Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan
bakar bus (Anonim, 2006).
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan
petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque
dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori
biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel
mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada
suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam
penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak
mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga
biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah
ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel (Anonim, 2006).
-
12
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya ilmiah ini dimulai dengan studi pustaka dengan pencarian
data-data dan informasi berupa pengamatan secara langsung serta data sekunder
yang berasal dari jurnal-jurnal, buku-buku teks, laporan hasil penelitian, internet,
surat kabar, tugas akhir, maupun hasil diskusi dengan dosen. Dalam
menyelesaikan masalah, karya tulis ini didekati dengan studi literatur dan
komunikasi personal supaya didapatkan gambaran yang nyata tentang
permasalahan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan outline yang berisi ide-ide umum yang
akan dimuat dalam tulisan ini. Hal ini bertujuan untuk membatasi permasalahan
dalam karya tulis supaya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Outline juga
sebagai sarana mempermudaj proses pengumpulan data.
Data-data dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sesuai
outline, tema, dan tujuan penulisan. Hasil pengolahan tersebut kemudian ditulis
berdasarkan Panduan Lomba Karya Tulis Ilmiah Hi-Great 2013.
Pembahasan dalam tulisan ini dilakukan berdasarkan literatur dan fakta
yang ada di lapangan, untuk diarahkan pada tujuan penulisan. Pengambilan
kesimpulan menggunakan metode induksi dan deduksi. Saran dirumuskan
berdasarkan fakta yang ada dengan kesimpulan yang diperoleh untuk menciptakan
kondisi yang lebih baik.
-
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Limbah Agroindustri dengan Mikroalga
Pabrik gula merupakan salah satu industri yang mengolah bahan
pertanian menjadi produk jadi berupa gula SHS (Super High Sugar) atau
GKP (Gula Kristal Putih). Proses produksi gula tidak terlepas dari limbah
(waste) dan produk samping (by-product) yang dihasilkan selama proses
berjalan. Limbah yang dihasilkan pabrik gula merupakan limbah yang
didominasi oleh bahan-bahan organik, walaupun tidak menutup kemungkinan
menghasilkan limbah anorganik (persentasenya kecil). Limbah yang
dihasilkan di pabrik gula terbagi menjadi beberapa jenis dan dilakukan
penanganan yang berbeda antara satu jenis limbah dengan limbah yang
lainnya. Jenis limbah yang dihasilkan pada produksi gula ini berupa limbah
cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).
Limbah udara yang dihasilkan berasal dari pembakaran boiler serta dari
alat transportasi. Emisi partikulat dihasilkan dari gas buang boiler karena
bahan bakar yang digunakan berupa padatan (ampas). Selain itu, beberapa
pabrik gula juga mengalami masalah dengan debu ampas yang cukup halus,
sedangkan limbah gas, yakni CO2 umumnya melebihi ambang batas.
Proses penyerapan CO2 oleh mikroalga terjadi pada saat fotosintesis,
dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses
fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan nutrien
yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005).Dengan peranan mikroalga
sebagai absorben CO2, mikroalga mampu menyerap CO2 secara maksimal
mencapai 76,73 mL per liter media per hari atau 0, 138 gram per liter per hari
pada volume kerja sebesar 1000 liter (Mulyanto, 2010)
Nutrien dalam proses ini dapat berasal dari material yang sengaja
ditambahkan atau dapat juga berasal dari material limbah cair. Penggunaan
limbah cair sebagai input nutrien penyerap emisi gas CO2 sekaligus
memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri (Green et al.,
-
14
1995). Alga juga membutuhkan nutrisi-nutrisi lain untuk mengoptimalkan
pertumbuhanya, yaitu nitrogen, phosphate, dan zat besi (Graham dan Wilcox,
2000).
Limbah padat yang dihasilkan diantaranya, abu, blotong, dan ampas.
Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong
merupakan limbah padat dari proses penyaringan (Rotary Vacuum Filter),
dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada stasiun
gilingan. Limbah cair yang dihasilkan terbagi menjadi dua bagian, yaitu
limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan
limbah cair dengan kadar organik tinggi sedangkan limbah cair ringan
merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah (LPP, 2006).
Walaupun menghasilkan limbah padat, cair, gas, dan B3, masalah
lingkungan utama yang dihadapi pabrik gula adalah yang berkaitan dengan
limbah cair, baik karena volume maupun konsentrasi polutannya. Pengolahan
tebu menjadi gula dapat menghasilkan limbah cair sebanyak 1-2 m3/ton tebu.
Limbah padat pabrik gula berupa ampas, blotong, dan sisa ampas yang tidak
habis dipakai sebagai bahan bakar. Penanganan limbah padat relatif lebih
mudah dibandingkan limbah yang lain (LPP 2006).
Nitrat (NO3) dalam air limbah oleh mikroalga diperlukan sebagai
maknutrisi untuk sintesis protein dan pembentukan klorofil, asam nukleat
(DNA dan RNA) demikian juga dalam sintesis lemak-lemak tak jenuh seperti
omega (Sasson, 1991). Hara makro ini dapat diserap langsung oleh mikroalga
dalam bentuk N2. Sedangkan senyawa fosfat sebagai senyawa makro
bermanfaat bagi mikroalga untuk pertumbuhan sel untuk transformasi energi
fotosintesis dan pembentukkan klorofil (Kabinawa & Agustini, 2006).
-
15
Table 2. Karakteristik limbah agroindustri
Industri TS
(mg L-1
)
TP
(mg L-1
)
TN
(mg L-1
)
BOD
(mg L-1
)
COD
(mg L-1
)
Food processing
Palm oil mill
Sugar-beet
processing
Dairy
Corn milling
-
40
6100
1,100-
1,600
650
3
-
2,7
-
125
50
750
10
-
174
600-4,000
25
-
800-1,000
3,000
1,000-1,800
50
6,600
1,400-2,500
4,850
(Rajagopal et al, 2013).
Dari data yang diperoleh (Gunawan, 2010) menunjukkan bahwa pada
konsentrasi nitrogen 2 M secara umum menghasilkan laju pertumbuhan
mikroalga tertingi yaitu sebesar 1,4 OD 680 nm pada hari ke 15. sedangkan
pada konsentrasi nitrogen 0,5 M secara umum laju pertumbuhan terhambat
dengan pertumbuhan pada hari ke 15 yaitu hanya sebesar 1 OD 680
nm.Sedangkan penambahan nutrien dua hari sekali, hal ini dikarenakan
kebutuhan nutrien yang dibutuhkan mikroalga cukup besar yaitu 56,3% C,
8,6% N, dan 1,2%P dalam basis berat. Hal ini sesuai dengan Bold dan
Wyne(1985), yang menyatakan bahwa nitrogen adalah komponen yang
penting sebagai sumber nutrisi mikroalga untuk pertumbuhannya. Intensitas
cahaya yang mencukupi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang baik,
dimana intensitas cahaya akan berpengaruh pada proses fotosintesis
mikroalga. Selain ketersediaan nutrien, laju pertumbuhan mikroalga juga
berhubungan dengan proses biokimia yang terjadi di dalam sel mikroalga.
Beberapa keuntungan penggunaan alga dalam proses pengolahan
limbah cair dalam industri antara lain, prinsip proses pengolahannya berjalan
alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah lingkungan dan
tidak menghasilkan limbah sekunder. Keunggulan lainnya adalah pada proses
ini daur ulang nutrien berjalan sangat efisien dan menghasilkan biomass yang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan (De la noue et al., 1992).
-
16
4.2 Kultivasi Open Pond pada Mikroalga
Keuntungan dari penggunaan sistem open ponds dalam kultivasi
mikroalga adalah kebutuhan biaya awal dan operasional rendah (158.pdf).
Selain itu, Indonesia merupakan negara tropis yang mendapat sinar matahari
yang cukup, kelimpahan sinar matahari ini tentunya bisa dimanfaatkan salah
satunya untuk kultivasi mikroalga. Dalam pembahasan karya tulis ini, sistem
pengkultivasian mikroalga Chlorella sp adalah skala laboratorium
menggunakan prototipe dengan perbandingan disesuaikan dengan kolam
open pond pada skala luas. Prototipe dirancang menyerupai open pond dan
dilengkapi dengan pedal (paddle) sebagai pengatur sirkulasi biomassa dalam
prototipe.
Mikroalga Chlorella vulgaris akan dikultivasi pada prototipe open pond
dengan luas area total 4 x 2 m dan ketinggian max 100 cm. Chlorella sp yang
telah bercampur dengan air jernih dengan perbandingan 3:2, diberikan nutrisi
cair dari limbah agroindustri pabrik gula sebanyak 30% dengan perbandingan
dengan Chlorella sp yang dibiakkan dalam air 70%. Selama 14 hari Chlorella
sp dibiakkan dalam open ponds dengan nutrisi berasal dari limbah cair pabrik
gula.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kabinawa dan Ni (2005),
tingkat prosentase reduksi kandungan NO3 dan PO4 oleh Chlorella
pyrenoidosa terhadap limbah cair industri susu adalah 69,8%, limbah cair
tapioka 82%, dan limbah cair kecap 100% untuk NO3, dan untuk PO4 adalah
berturut-turut 78,9%, 80%, 98,83%. Selain itu, sel akan mengalami lisis
setelah melewati hari ke-10. Pada dasarnya kandungan utama limbah cair
agroindustri baik itu industri susu, kecap, tahu, tapioka, maupun gula
memiliki karakteristik yang sama. Baik antara Chlorella pyrenoidosa dan
Chlorella sp merupakan satu genus yang sama yaitu Chlorella sp, anggota
Chlorella memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga sulit dibedakan
baik dalam hal morfologi, fisiologi, dan zat yang terkandung di dalam sel.
Namun menurut Syahri (2009), untuk lipid yang dihasilkan adalah 7-20%
lebih tinggi Chlorella sp daripada Chlorella pyrenoidosa. Dari kandungan
-
17
lipid yang lebih besar ini juga akan mempengaruhi hasil biodiesel dari
mikroalga tersebut.
Chlorella sp dibiakkan dalam kolam sistem open ponds dalam waktu 14
hari untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengetahui tingkat
penyerapan Chlorella sp terhadap kandungan limbah pabrik gula yang
sengaja diberikan sebagai nutrisi. NO3, PO4, BOD, TSS, dan COD
merupakan kompenen utama dalam karya tulis ini untuk diteliti perubahannya
sebelum dan sesudah treatment dengan kolam biakan Chlorella sp.
Selanjutnya, hasil kulivasi Chlorella sp akan dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel.
Dari hasil penelitian Kabinawa dan Ni (2005), diketahui prosentase
reduksi NO3 dan PO4 limbah cair kecap, tapioka, dan susu berturut-turut
adalah 100% dan 98,83%, 70,3% dan 74%, dan 69,8% dan 78,9%.
4.3 Pemanfaatan Mikroalga sebagai Biodiesel
Hasil dari pengolahan limbah agroindustri akan menghasilkan
mikroalga yang melimpah, mengingat mikroalga merupakan tumbuhan
tingkat rendah yang memiliki potensi sebagai penghasil bahan baku biodiesel.
Berdasarkan beberapa penelitian, mikroalga mempunayi kemampuan yang
sangat besar untuk menghasilkan minyak alami (lipid), lebih kurang 60% dari
berat kering (Sheehan et al. 1998). Untuk mendapatkan biodiesel maka
dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa, yang
menghasilkan methyl ester. Methyl ester inilah yang selanjutnya disebut
sebagai biodiesel.
Berdasarkan sifat-sifat fisik (melting point, boiling point, cetane
number, viskositas dan heat of combustion value), Tabel 1, dari masing-
masing jenis asam lemak bebas dan ester-ester yang berkaitan (misal metil
palmitat, etil palmitat dll), maka minyak alga hasil ekstraksi dari Chlorella sp.
ini sangatlah berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Berikut
table kandungan asam lemak pada mikroalga jenis Chlorella sp.
-
18
Tabel 3. Sifat-sifat fisik berbagai asam lemak dan metil-ester
Komposisi Berat
Molekul
Titik
leleh
( )
Titik
didih
( )
Cetane
number(dari
metil ester
yang
dihasilkan)
Kalor
pembakaran
(kal/mol) (dari
metal ester
yang
dihasilkan)
As.Laurat (C12:0)
As.Miristat (C14:0)
As.Miristoleat (C14:1)
As.Palmitat (C16:0)
As.Palmitoleat (C16:1)
As.Stearat (C18:2)
As.Oleat (18:1)
As.Linoleat (18:2)
As.Linolenat (C18:3)
200,322
228,376
-
256,430
254,412
284,484
282,468
280,452
278,436
44
58
-
63
-
71
16
-5
-11
131
250,5
-
350
-
360
286
229-230
230-232
61,4
66,2
-
74,5
51,0
61,7
55
42,2
22,7
1940
2254
-
2384,76
2521
2696,12
2828
2794
2750
Metal-laurat memiliki cetane = 61,4 dan kalor pembakaran = 1940 kkal/mol
Table 4. Sifat-sifat fisik standar biodiesel
Standar Uji Titik leleh Cetane number
(dari metal ester
yang dihasilkan)
Kalor
pembakaran
(kkal/mol)
ASTM-D975
FBI-S01-03
170-340
N.D
Min.40
Min.48
1300-3500
N.D
Knothe, 2005
Soerawidjaja, Tatang H. (personal communication)
N.D = not determined
Tabel 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa sifat-sifat fisik, terutama titik
leleh, cetane number dan kalor pembakaran, dari metil ester berbagai jenis
asam lemak (Tabel 3) telah memenuhi standar uji untuk biodiesel (Tabel 4).
-
19
Minyak chlorella sp yang diperoleh dari hasil ekstraksi diubah menjadi
biodiesel melalui reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol. Metanol
akan menggantikan gugus alcohol pada struktur ester minyak dengan dibantu
katalis KOH. Persamaan stoikiometri reaksi transsesterifikasi dengan
methanol adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Persamaan Stoikiometri reaksi transesterifikasi trigliserida dengan
metanol
Menurut penilitian Triantoro (2008) biodiesel yang dihasilkan dari 10
kg mikroalga kering jenis Chlorella sp sebagai berikut.
Tabel 5. Biodiesel yang diperoleh dari 10 kg Chlorella sp kering
Kandungan Fatty acid
dalam Chlorella sp
(kg)
Hasil
Pengepresan
(kg)
Hasil
Penyulingan
(kg)
Methyi ester
(kg)
45%
50%
55%
60%
3,15
3,5
3,85
4,2
4,455
4,95
5,445
5,94
4,4
4,89
5,38
5,87
4.4 Rancang Prototipe
Alat yang digunakan berupa wadah plastik yang dimodifikasi
menyerupai sistem kultivasi open ponds seperti pada gambar berikut:
-
20
Gambar 2. Desain Prototipe Open Pond
Wadah biakan tersebut dilengkapi dengan pedal yang berfungsi sebagai
pengaduk media. Bahan yang dibutuhkan berupa mikroalga Chlorella sp, air
jernih dengan pH dijaga konstan, dan limbah agroindustri dari pabrik gula.
Selain itu mikroalga Chlorella sp secara otomatis akan menyerap CO2, dan
sinar matahari, maka dari itu prototipe diletakkan pada tempat terbuka untuk
kebutuhan fotosintesis Chlorella sp. Pada malam hari, ketersediaan cahaya
diganti dengan lampu (sumber cahaya aktif). Prototipe dilokasikan pada
tempat yang memiliki kadar CO2 hampir mendekati konstan.
-
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan alternatif sebagai solusi dalam
mengurangi limbah cair agroindustri.
2. Kultivasi mikroalga secara open ponds memiliki kelebihan berupa biaya
persiapan dan operasional yang rendah.
3. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan sumber bahan bakar alternatif
biodiesel yang ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui.
5.2 Saran
1. Dibutuhkan pengolahan mikroalga sebagai alternatif dalam mengolah
limbah cair agroindustri secara berkelanjutan.
2. Perlunya kultivasi mikroalga sebagai bahan dasar bahan bakar biodiesel
pengganti bahan bakar fosil yang kelimpahannya terus berkurang.