Bagian Inti

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan agroindustri yang semakin maju saat ini selain memiliki dampak positif untuk memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara, dan pengolahan produk pertanian dalam negeri, juga memiliki dampak negatif yaitu limbah. Limbah cair agroindustri dicirikan dengan tingginya kandungan karbon organik dan hara. Tingginya kandungan bahan organik ini akan menyebabkan penurunan kualitas badan air penerima yang menyebabkan rendahnya oksigen yang terlalrut dan memicu terjadinya proses penyuburan ganggang yang disebut dengan eutrofikasi. Hal ini pada proses selanjutnya akan menyebabkan sedimentasi bahan organik pada dasar perairan, menimbulkan bau busuk (masalah estetika), dan akibat-akibat lainnya seperti pendangkalan, menurunnya nilai guna air, serta kematian organisme-organisme air yang hidup didalamnya (Ibrahim, 2007). Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2003) Jawa Timur mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor agroindustri, karena selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur dikenal sebagai propinsi dengan sektor industri yang berkembang cepat. Potensi sumber daya pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh wilayah Timur pulau Jawa ini. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat dilakukan. Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang tingkat perkembangan agroindustrinya cukup tinggi. Menurut Hadi (2010), di Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan skala usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam bentuk agroindustri. Salah satu dari agroindustri yang berkembang di Malang adalah industri gula. Berkembang pesatnya industri gula tentunya disertai dengan masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri gula memiliki

Transcript of Bagian Inti

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan agroindustri yang semakin maju saat ini selain

    memiliki dampak positif untuk memperluas lapangan pekerjaan,

    meningkatkan devisa negara, dan pengolahan produk pertanian dalam negeri,

    juga memiliki dampak negatif yaitu limbah. Limbah cair agroindustri

    dicirikan dengan tingginya kandungan karbon organik dan hara. Tingginya

    kandungan bahan organik ini akan menyebabkan penurunan kualitas badan

    air penerima yang menyebabkan rendahnya oksigen yang terlalrut dan

    memicu terjadinya proses penyuburan ganggang yang disebut dengan

    eutrofikasi. Hal ini pada proses selanjutnya akan menyebabkan sedimentasi

    bahan organik pada dasar perairan, menimbulkan bau busuk (masalah

    estetika), dan akibat-akibat lainnya seperti pendangkalan, menurunnya nilai

    guna air, serta kematian organisme-organisme air yang hidup didalamnya

    (Ibrahim, 2007).

    Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2003) Jawa

    Timur mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor

    agroindustri, karena selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa

    Timur dikenal sebagai propinsi dengan sektor industri yang berkembang

    cepat. Potensi sumber daya pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh

    wilayah Timur pulau Jawa ini. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan

    petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat

    dilakukan. Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang tingkat

    perkembangan agroindustrinya cukup tinggi. Menurut Hadi (2010), di

    Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan skala usaha

    yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai

    macam bentuk agroindustri.

    Salah satu dari agroindustri yang berkembang di Malang adalah

    industri gula. Berkembang pesatnya industri gula tentunya disertai dengan

    masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri gula memiliki

  • 2

    kandungan zat kimia berbahaya seperti N, P, S, dan beberapa logam aktif.

    Unsur-unsur tersebut jika tidak diolah sebelum dibuang ke perairan bisa

    menyebabkan pencemaran perairan dan blooming alga.

    Pencemaran limbah cair agroindustri dapat diolah dengan

    memanfaatkan pertumbuhan mikroalga didalam perairan limbah agroindustri.

    Mikroalga merupakan organisme yang dapat menyerap kandungan CO2 pada

    saat fosintesis, dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya.

    Pada proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga

    memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005). Nutrien

    dalam proses ini dapat berasal dari material limbah cair industri sehingga

    dapat memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri.Mikroalga

    jenis Chorella sp memiliki potensi sebagai salah satu agen pengolahan limbah

    dimana kurun waktu 14 hari, mikroalga ini dapat menyerap emisi gas CO2,

    juga berpotensi sebagai agen pengolahan air limbah di agroindustri. Selama

    14 hari masa inkubasi konsentrasi nitrat dan fosfat yang terkandung dalam

    limbah 3-4 mg/l dapat diturunkan menjadi 0,05-0,1 mg/l. (Santoso, et al.

    2011).

    Adapun keuntungan dari penggunaan mikroalga dalam proses

    pengolahan limbah cair dalam agroindustri antara lain prinsip pengolahanya

    berjalan alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah

    lingkungan dan tidak menghasilkan limbah sekunder (Arif et all, 2011).

    Berdasarkan permasalah diatas maka perlu adanya suatu inovasi

    pengembangan metode maupun teknologi dalam pengolahan limbah cair

    agroindustri. Hal ini dilakukan agar pencemaran lingkungan yang telah

    merajalela bisa diminimalisir sehingga proteksi pemerintah akan lebih mudah

    dalam tindakan preventif penurunan masalah pencemaran lingkungan. Salah

    satu teknologi yang ditawarkan yaitu dengan pemanfaatan limbah

    agroindustri dengan metode MaC-Option (Mikroalga Chorella sp Open

    Ponds Cultivation) dan hasil dari pengolahan tersebut dapat dijadikan sebagai

    alternatif bahan bakar biodiesel yang tebaharukan dan ramah lingkungan.

  • 3

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diatas maka

    didapatkan suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan bagaimana

    kefektifan metode Mac-Option (Microalgae Chlorella sp Open Ponds

    Cultivation) dalam pengolahan limbah cair agroindustri menjadi biodiesel

    dengan bantuan mikroalga Chlorella sp di kota Malang. Secara rinci

    permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi empat permasalahan yaitu.

    1. Bagaimana mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri

    di kota Malang?

    2. Bagaimana teknik kultivasi open ponds mikroalga Chlorella sp yang

    efisien?

    3. Bagaimana mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi tersebut

    menjadi biodiesel?

    1.3 Tujuan

    Adapun tujuan dalam pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri di kota Malang.

    2. Mengkultivasi mikroalga Chlorella sp dalam sistem open ponds secara

    efisien.

    3. Mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi menjadi biodiesel.

    1.4 Manfaat

    Adapun manfaat yang didapat dalam pembuatan karya tulis ini adalah:

    a. Bagi Akademisi atau Mahasiswa

    Menjadikan media aktualisasi dan pengembangan teknologi di

    bidang teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri

    sehingga tidak ada lagi masalah akan pencemaran lingkungan, selain itu

    sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran

    pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.

    b. Bagi Masyarakat

  • 4

    Memberikan wacana baru tentang pengembangan teknologi dibidang

    teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri dan

    memberikan solusi yang efektif masalah pencemaran lingkungan yang

    telah merajalela baik dikalangan industri atau agroindustri, sehingga dapat

    mengurangi kewaspadaan masyarakat akan bahayanya limbah cair yang

    dihasilkan oleh pabrik-pabrik agroindustri.

    c. Bagi Pemerintah

    Sebagai salah satu solusi altenatif pengolahan limbah cair

    agroindustri yang efektif dan ekonomis, sehingga dapat membantu

    memberikan solusi kepada pemerintah dalam menanggulangi pencemaran

    lingkungan dan sebagai alternatif pembuatan biodiesel yang dapat

    diperbaharui dan ramah lingkungan.

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Air Limbah

    2.1.1 Pengertian

    Menurut Philip Kristanto (2004: 169) limbah adalah buangan yang

    kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

    lingkungan karena nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan

    polutan memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3,

    yang dikatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi

    berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya. Apabila

    ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan organik dan

    anorganik. Sedangkan menurut Mahida (1986: 9) limbah adalah sampah

    cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang

    telah dipergunakan dengan hamper hampir 0,1% dari padanya berupa

    benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik.

    Menurut surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa

    Yogyakarta No. 281/KTSP/1998 pasal 1 yang dimaksud dengan limbah

    cair industri adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang

    dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas

    lingkungan. Industri disini diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi

    yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan

    barang setengah jadi menjadi barang-barang yang bernilai tinggi.

    Umumnya air limbah industri banyak yang mengandung unsur-unsur

    kimia yang membahayakan yang macamnya bervariasi tergantung dari

    jenis-jenis industri dan prosesnya. Limbah juga merupakan suatu bahan

    yang tidak berarti dan tidak berharga, tetapi limbah juga bisa menjadi

    sesuatu yang bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.

    2.1.2 Karakteristik Limbah

    Kegiatan industri dan teknologi air yang telah digunakan dalam

    proses produksi atau yang disebut air limbah tidakdiperbolehkan dibuang

    langsung ke lingkungan karena dapatmenyebabkan pencemaran.

  • 6

    Indikator atau tanda bahwa air di suatulingkungan telah tercemar adalah

    adanya perubahan atau tanda yangdapat diamati melalui karakteristik

    fisik, kimia dan biologi sebagai berikut:

    a. Karakteristik Fisik

    Suhu

    Ukuran suhu dapat menunjukkan kecenderungan

    aktifitaskimia dan biologi, pengentalan, tekanan uap,

    keteganganpermukaan dan nilai penjenuhan dari benda-benda padat

    dangas. Pengentalan mengatur sedimentasi pada saat suhumeninggi

    pengentalan berkurang dan menghasilkanpeningkatan sedimentasi

    dengan asumsi bahwa sedimentasitidak terganggu oleh arus yang

    memancar (Mahida, 1986: 16).

    Warna dan Kekeruhan

    Warna pada air limbah menunjukkan kekuatannya,misalnya

    air di sungai berwarna kuning kecoklatan karenamengandung lumpur

    (Philip Kristanto, 2004: 80). Intensitaswarna cenderung meningkat

    dengan meningkatnya pH (Hefni15Effendi, 2003: 62). Air limbah

    yang mengandung besi (Fe)dalam jumlah tinggi akan berwarna

    coklat kemerahan.

    Bau dan Rasa

    Bau ditimbulkan oleh campuran dari nitrogen, sulfur

    danfosfor juga pembusukan dari protein. Pencemaran juga

    dapatmenimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki,

    untukmenghilangkan bau dan rasa yang tidak enak bisa

    dilakukandengan aerasi, pemakaian potassium, pemakaian karbon

    aktif,koagulasi, sedimentasi dan filtrasi (Suripin, 2004: 149).

    b. Karakteristik Kimia

    Kandungan logam berat

    Air dapat tercemar oleh berbagai komponen anorganikyaitu

    berbagai jenis logam berat yang berbahaya.Menentukan jumlah dari

    beberapa logam seperti nikel (Ni),magnesium (Mh), timbal (Pb),

    kronium (Cr), kadmium (Cd),zeng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan

  • 7

    air raksa (Hg).Beberapa jenis logam biasanya dipergunakan

    untukpertumbuhan kehidupan biologis tetapi jika

    jumlahnyaberlebihan maka akan mempengaruhi kegunaannya karena

    daya racun yang dimiliki (Sugiarto, 1987: 32).

    Nitrogen

    Dalam analisis air limbah, kelompok nitrogen terdiri

    dariamoniak bebas, amoniak albuminoidal, nitrogen, organik,16nitrit

    dan nitrat. Air limbah kebanyakan dari nitrogen terdapatdalam

    bentuk organik atau nitrogen, protein dan amoniak.Penentuan

    nitrogen dibuat untuk mengendalikan tingkatpemurnian yang

    tercapai dalam proses pembenahan biologis(Philip Kristanto, 2004:

    84).

    Kesadahan

    Air sadah adalah air yang mengandung karbonat dansulfat

    dari kalsium dan magnesium, di samping besi danalumunium.

    Kesadahan air yang tinggi sangat merugikankarena dapat

    mengakibatkan karatan atau korosi pada alatalatyang terbuat dari

    besi, juga menimbulkan kerak-kerak didalam wadah pengolahan

    (Philip Kristanto, 2004: 74).

    TSS (Total Suspended Solid)

    Zat yang mengembangkan akan merugikan apabiladigunakan

    untuk mengairi tanaman untuk mengahambat poriporisehingga

    permeabilitas tanah menurun (Sugiarto, 1987:32). Padatan total

    adalah bahan yang tersisa setelah airsampel mengalami evaporasi

    dan pengeringan pada suhutertentu. Padatan suspensi total adalah

    bahan-bahantersuspensi (diameter >1 m) yang tertahan pada

    saringanmilipore. Padatan tersuspensi terlarut terdiri dari lumpur,

    pasir halus dan jasad renik (Hefni Effendi, 2003: 63).

    Perubahan pH

    Perubahan pH adalah tingkat keasaman/konsentrasi

    ionhydrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk

    suatukehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6,5

  • 8

    7,5.Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar

    pH netral dapat mengganggu kehidupan organisme didalamnya

    (Wardana, 2004: 75).

    c. Karakteristik Biologi

    Mikroorganisme

    Mikroorganisme sangat berperan dalam proses

    degradasibahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang

    kelingkungan. apabila bahan yang harus didegradasi cukupbanyak,

    berarti mikroorganisme dapat ikut berkembang biak.Dalam

    berkembang biak ini, tidak menutup kemungkinanmikroba pathogen

    ikut berkembang pula (Mahida, 1986: 19)

    Nilai BOD

    BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkanjumlah

    oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organism hidup untuk

    memecah atau mengoksidasi bahan-bahanbuangan di dalam air

    (Wardana, 2004: 93). Nilai BODtidak menunjukkan bahan organik

    yang sebenarnya, tetapihanya mengukur secara relatif jumlah

    oksigen yangdibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan.

    Jikakonsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan

    semakinkecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan

    bahanbahanbuangan yang membutuhkan oksigen tinggi.

    Bahanbuangan industri pada umumnya memiliki nilai BOD 100ppm

    hingga 10.000 ppm (Srikandi Fardiaz, 1992: 35)

    Nilai COD

    COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlahoksigen

    yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat

    teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardana, 2004: 92). Uji COD

    biasanya menghasilkan nilaikebutuhan oksigen yang lebih besar

    daripada uji BOD,karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi

    biologi danmikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji

    COD(Srikandi Fardiaz, 1992: 38).

  • 9

    2.2 Mikroalga

    Mikroalga adalah tumbuhan rendah prokariot/eukariot yang sangat

    produktifdan dapat mengungguli tanaman lain seperti kelapa sawit, jarak,

    jagung dan lain-lainsebagai sumber biodiesel. Mikroalga dapat dikulturkan

    secara massal danbiomassanya diolah menjadi sumber energi terbarukan,

    yaitu biodiesel. Mikroalgasebagai alternatif sumber energi terbarukan telah

    menjadi pusat perhatian dunia danteknologinya sedang terus dikembangkan

    (Li et al, 2008).

    Diketahui bahwa mikroalga mempunyai kandungan lipid cukup tinggi.

    Menurut Guschina & Harwood (2006), komponen utama lipidnya adalah

    triasil gliseridanya (TAG). Senyawa trigliserida dari alga dapat diubah

    karakteristiknya dalam bentuk metil ester melalui transesterifikasi. Asam

    lemak metil ester (FAME) yang dihasilkan dapatdigunakan untuk campuran

    solar sebagai bahan bakar biodiesel. Telah dilakukan beberapa penelilitian

    untuk mengetahui potensi mikroalga sebagai penghasillipid (Christy, 2007)

    Mikroalga Chlorella sp mengandung lipid sebesar 28-32%

    (Panggabean, 2007). Chlorella sp. termasuk alga mikro karena ukuran

    tubuhnya sangat renik dari 0,2 m hinga 0,02 cm (10-6 - 10-4 m). Untuk

    melihat wujudnya dengan jelas kita memerlukan mikroskop. Tidak semua

    jenis alga mikro hidup sebagai fitoplankton, tetapi semua jenis fitoplankton

    bisa digolongkan ke dalam alga mikro. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal

    dan berkoloni itu terdiri atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan

    air, di kolom perairan, atau menempel di dasar dan permukaan lain dalam

    perairan (Faizatul, 2008).

    Tabel 1. Komposisi kimia dari Chlorella sp

    Komposisi Kadar (%)

    Protein 51-58

    Karbohidrat 12-17

    Lemak 14-22

    Asam Nukleat 4-5

    (Thomas, 2007)

  • 10

    2.3 Open ponds

    Open ponds merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling

    sederhana. Sistem tersebut sering dioperasikan secara kontinyu. Umpan segar

    (mengandung nutrisi termasuk nitrogen, phosphor, dan garam inorganic)

    ditambahkan di depan paddlewheel (pedal) dan setelah beredar melalui loop-

    loop mikroalga tersebut dapat dipanen di bagian belakang dari paddlewheel.

    Paddlewheel digunakan untuk proses sirkulasi dan proses pencampuran

    mikroalga dengan nutrisi. Beberapa sumber limbah cair dapat digunakan

    sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber limbah cair

    tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga. Mikroalga

    laut dapat menggunakan air laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi

    sebagai media kultur. Biaya operasional sistem open ponds lebih rendah

    dibandingkan dengan sistem photobioreactor, namun sistem tersebut

    memiliki beberapa kelemahan. Open ponds merupakan sistem kolam terbuka

    sehingga mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon dioksida (CO2)

    menjadi tidak efisien. Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh kontaminasi

    dari alga atau mikroorganisme yang tidak diinginkan (Dessy & Noer, 2009 ).

    2.4 Biodiesel

    Biodisel adalah bahan bakar yang ramah lingkungan dan mempunyai

    keunggulan dibanding bahan bakar petroleum diesel yaitu bersifat

    terbarukan,biodegradable, tidak mengandung sulfur, dan mempunyai

    kekentalan lebih tinggi sehingga membantu memperpanjang umur mesin

    disel. Biodisel mempunyai angka setana dan flash point yang tinggi (>130C)

    (Knothe et al, 2005).

    Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui

    reaksi tranesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit,

    minyak jarak dll) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan

    bantuan katalis basa. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20

    serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya

    dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari

    hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.

  • 11

    Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan

    petroleum diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel mempunyai sifat kimia dan

    fisika yang serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan

    langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel.

    Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan

    produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di

    Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan

    bakar bus (Anonim, 2006).

    Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan

    petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque

    dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori

    biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel

    mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah

    terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada

    suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam

    penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak

    mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga

    biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah

    ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel (Anonim, 2006).

  • 12

    BAB III

    METODE PENULISAN

    Penulisan karya ilmiah ini dimulai dengan studi pustaka dengan pencarian

    data-data dan informasi berupa pengamatan secara langsung serta data sekunder

    yang berasal dari jurnal-jurnal, buku-buku teks, laporan hasil penelitian, internet,

    surat kabar, tugas akhir, maupun hasil diskusi dengan dosen. Dalam

    menyelesaikan masalah, karya tulis ini didekati dengan studi literatur dan

    komunikasi personal supaya didapatkan gambaran yang nyata tentang

    permasalahan.

    Tahap selanjutnya adalah pembuatan outline yang berisi ide-ide umum yang

    akan dimuat dalam tulisan ini. Hal ini bertujuan untuk membatasi permasalahan

    dalam karya tulis supaya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Outline juga

    sebagai sarana mempermudaj proses pengumpulan data.

    Data-data dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sesuai

    outline, tema, dan tujuan penulisan. Hasil pengolahan tersebut kemudian ditulis

    berdasarkan Panduan Lomba Karya Tulis Ilmiah Hi-Great 2013.

    Pembahasan dalam tulisan ini dilakukan berdasarkan literatur dan fakta

    yang ada di lapangan, untuk diarahkan pada tujuan penulisan. Pengambilan

    kesimpulan menggunakan metode induksi dan deduksi. Saran dirumuskan

    berdasarkan fakta yang ada dengan kesimpulan yang diperoleh untuk menciptakan

    kondisi yang lebih baik.

  • 13

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Pengolahan Limbah Agroindustri dengan Mikroalga

    Pabrik gula merupakan salah satu industri yang mengolah bahan

    pertanian menjadi produk jadi berupa gula SHS (Super High Sugar) atau

    GKP (Gula Kristal Putih). Proses produksi gula tidak terlepas dari limbah

    (waste) dan produk samping (by-product) yang dihasilkan selama proses

    berjalan. Limbah yang dihasilkan pabrik gula merupakan limbah yang

    didominasi oleh bahan-bahan organik, walaupun tidak menutup kemungkinan

    menghasilkan limbah anorganik (persentasenya kecil). Limbah yang

    dihasilkan di pabrik gula terbagi menjadi beberapa jenis dan dilakukan

    penanganan yang berbeda antara satu jenis limbah dengan limbah yang

    lainnya. Jenis limbah yang dihasilkan pada produksi gula ini berupa limbah

    cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

    Beracun).

    Limbah udara yang dihasilkan berasal dari pembakaran boiler serta dari

    alat transportasi. Emisi partikulat dihasilkan dari gas buang boiler karena

    bahan bakar yang digunakan berupa padatan (ampas). Selain itu, beberapa

    pabrik gula juga mengalami masalah dengan debu ampas yang cukup halus,

    sedangkan limbah gas, yakni CO2 umumnya melebihi ambang batas.

    Proses penyerapan CO2 oleh mikroalga terjadi pada saat fotosintesis,

    dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses

    fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan nutrien

    yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005).Dengan peranan mikroalga

    sebagai absorben CO2, mikroalga mampu menyerap CO2 secara maksimal

    mencapai 76,73 mL per liter media per hari atau 0, 138 gram per liter per hari

    pada volume kerja sebesar 1000 liter (Mulyanto, 2010)

    Nutrien dalam proses ini dapat berasal dari material yang sengaja

    ditambahkan atau dapat juga berasal dari material limbah cair. Penggunaan

    limbah cair sebagai input nutrien penyerap emisi gas CO2 sekaligus

    memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri (Green et al.,

  • 14

    1995). Alga juga membutuhkan nutrisi-nutrisi lain untuk mengoptimalkan

    pertumbuhanya, yaitu nitrogen, phosphate, dan zat besi (Graham dan Wilcox,

    2000).

    Limbah padat yang dihasilkan diantaranya, abu, blotong, dan ampas.

    Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong

    merupakan limbah padat dari proses penyaringan (Rotary Vacuum Filter),

    dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada stasiun

    gilingan. Limbah cair yang dihasilkan terbagi menjadi dua bagian, yaitu

    limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan

    limbah cair dengan kadar organik tinggi sedangkan limbah cair ringan

    merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah (LPP, 2006).

    Walaupun menghasilkan limbah padat, cair, gas, dan B3, masalah

    lingkungan utama yang dihadapi pabrik gula adalah yang berkaitan dengan

    limbah cair, baik karena volume maupun konsentrasi polutannya. Pengolahan

    tebu menjadi gula dapat menghasilkan limbah cair sebanyak 1-2 m3/ton tebu.

    Limbah padat pabrik gula berupa ampas, blotong, dan sisa ampas yang tidak

    habis dipakai sebagai bahan bakar. Penanganan limbah padat relatif lebih

    mudah dibandingkan limbah yang lain (LPP 2006).

    Nitrat (NO3) dalam air limbah oleh mikroalga diperlukan sebagai

    maknutrisi untuk sintesis protein dan pembentukan klorofil, asam nukleat

    (DNA dan RNA) demikian juga dalam sintesis lemak-lemak tak jenuh seperti

    omega (Sasson, 1991). Hara makro ini dapat diserap langsung oleh mikroalga

    dalam bentuk N2. Sedangkan senyawa fosfat sebagai senyawa makro

    bermanfaat bagi mikroalga untuk pertumbuhan sel untuk transformasi energi

    fotosintesis dan pembentukkan klorofil (Kabinawa & Agustini, 2006).

  • 15

    Table 2. Karakteristik limbah agroindustri

    Industri TS

    (mg L-1

    )

    TP

    (mg L-1

    )

    TN

    (mg L-1

    )

    BOD

    (mg L-1

    )

    COD

    (mg L-1

    )

    Food processing

    Palm oil mill

    Sugar-beet

    processing

    Dairy

    Corn milling

    -

    40

    6100

    1,100-

    1,600

    650

    3

    -

    2,7

    -

    125

    50

    750

    10

    -

    174

    600-4,000

    25

    -

    800-1,000

    3,000

    1,000-1,800

    50

    6,600

    1,400-2,500

    4,850

    (Rajagopal et al, 2013).

    Dari data yang diperoleh (Gunawan, 2010) menunjukkan bahwa pada

    konsentrasi nitrogen 2 M secara umum menghasilkan laju pertumbuhan

    mikroalga tertingi yaitu sebesar 1,4 OD 680 nm pada hari ke 15. sedangkan

    pada konsentrasi nitrogen 0,5 M secara umum laju pertumbuhan terhambat

    dengan pertumbuhan pada hari ke 15 yaitu hanya sebesar 1 OD 680

    nm.Sedangkan penambahan nutrien dua hari sekali, hal ini dikarenakan

    kebutuhan nutrien yang dibutuhkan mikroalga cukup besar yaitu 56,3% C,

    8,6% N, dan 1,2%P dalam basis berat. Hal ini sesuai dengan Bold dan

    Wyne(1985), yang menyatakan bahwa nitrogen adalah komponen yang

    penting sebagai sumber nutrisi mikroalga untuk pertumbuhannya. Intensitas

    cahaya yang mencukupi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang baik,

    dimana intensitas cahaya akan berpengaruh pada proses fotosintesis

    mikroalga. Selain ketersediaan nutrien, laju pertumbuhan mikroalga juga

    berhubungan dengan proses biokimia yang terjadi di dalam sel mikroalga.

    Beberapa keuntungan penggunaan alga dalam proses pengolahan

    limbah cair dalam industri antara lain, prinsip proses pengolahannya berjalan

    alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah lingkungan dan

    tidak menghasilkan limbah sekunder. Keunggulan lainnya adalah pada proses

    ini daur ulang nutrien berjalan sangat efisien dan menghasilkan biomass yang

    dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan (De la noue et al., 1992).

  • 16

    4.2 Kultivasi Open Pond pada Mikroalga

    Keuntungan dari penggunaan sistem open ponds dalam kultivasi

    mikroalga adalah kebutuhan biaya awal dan operasional rendah (158.pdf).

    Selain itu, Indonesia merupakan negara tropis yang mendapat sinar matahari

    yang cukup, kelimpahan sinar matahari ini tentunya bisa dimanfaatkan salah

    satunya untuk kultivasi mikroalga. Dalam pembahasan karya tulis ini, sistem

    pengkultivasian mikroalga Chlorella sp adalah skala laboratorium

    menggunakan prototipe dengan perbandingan disesuaikan dengan kolam

    open pond pada skala luas. Prototipe dirancang menyerupai open pond dan

    dilengkapi dengan pedal (paddle) sebagai pengatur sirkulasi biomassa dalam

    prototipe.

    Mikroalga Chlorella vulgaris akan dikultivasi pada prototipe open pond

    dengan luas area total 4 x 2 m dan ketinggian max 100 cm. Chlorella sp yang

    telah bercampur dengan air jernih dengan perbandingan 3:2, diberikan nutrisi

    cair dari limbah agroindustri pabrik gula sebanyak 30% dengan perbandingan

    dengan Chlorella sp yang dibiakkan dalam air 70%. Selama 14 hari Chlorella

    sp dibiakkan dalam open ponds dengan nutrisi berasal dari limbah cair pabrik

    gula.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kabinawa dan Ni (2005),

    tingkat prosentase reduksi kandungan NO3 dan PO4 oleh Chlorella

    pyrenoidosa terhadap limbah cair industri susu adalah 69,8%, limbah cair

    tapioka 82%, dan limbah cair kecap 100% untuk NO3, dan untuk PO4 adalah

    berturut-turut 78,9%, 80%, 98,83%. Selain itu, sel akan mengalami lisis

    setelah melewati hari ke-10. Pada dasarnya kandungan utama limbah cair

    agroindustri baik itu industri susu, kecap, tahu, tapioka, maupun gula

    memiliki karakteristik yang sama. Baik antara Chlorella pyrenoidosa dan

    Chlorella sp merupakan satu genus yang sama yaitu Chlorella sp, anggota

    Chlorella memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga sulit dibedakan

    baik dalam hal morfologi, fisiologi, dan zat yang terkandung di dalam sel.

    Namun menurut Syahri (2009), untuk lipid yang dihasilkan adalah 7-20%

    lebih tinggi Chlorella sp daripada Chlorella pyrenoidosa. Dari kandungan

  • 17

    lipid yang lebih besar ini juga akan mempengaruhi hasil biodiesel dari

    mikroalga tersebut.

    Chlorella sp dibiakkan dalam kolam sistem open ponds dalam waktu 14

    hari untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengetahui tingkat

    penyerapan Chlorella sp terhadap kandungan limbah pabrik gula yang

    sengaja diberikan sebagai nutrisi. NO3, PO4, BOD, TSS, dan COD

    merupakan kompenen utama dalam karya tulis ini untuk diteliti perubahannya

    sebelum dan sesudah treatment dengan kolam biakan Chlorella sp.

    Selanjutnya, hasil kulivasi Chlorella sp akan dimanfaatkan sebagai bahan

    baku pembuatan biodiesel.

    Dari hasil penelitian Kabinawa dan Ni (2005), diketahui prosentase

    reduksi NO3 dan PO4 limbah cair kecap, tapioka, dan susu berturut-turut

    adalah 100% dan 98,83%, 70,3% dan 74%, dan 69,8% dan 78,9%.

    4.3 Pemanfaatan Mikroalga sebagai Biodiesel

    Hasil dari pengolahan limbah agroindustri akan menghasilkan

    mikroalga yang melimpah, mengingat mikroalga merupakan tumbuhan

    tingkat rendah yang memiliki potensi sebagai penghasil bahan baku biodiesel.

    Berdasarkan beberapa penelitian, mikroalga mempunayi kemampuan yang

    sangat besar untuk menghasilkan minyak alami (lipid), lebih kurang 60% dari

    berat kering (Sheehan et al. 1998). Untuk mendapatkan biodiesel maka

    dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa, yang

    menghasilkan methyl ester. Methyl ester inilah yang selanjutnya disebut

    sebagai biodiesel.

    Berdasarkan sifat-sifat fisik (melting point, boiling point, cetane

    number, viskositas dan heat of combustion value), Tabel 1, dari masing-

    masing jenis asam lemak bebas dan ester-ester yang berkaitan (misal metil

    palmitat, etil palmitat dll), maka minyak alga hasil ekstraksi dari Chlorella sp.

    ini sangatlah berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Berikut

    table kandungan asam lemak pada mikroalga jenis Chlorella sp.

  • 18

    Tabel 3. Sifat-sifat fisik berbagai asam lemak dan metil-ester

    Komposisi Berat

    Molekul

    Titik

    leleh

    ( )

    Titik

    didih

    ( )

    Cetane

    number(dari

    metil ester

    yang

    dihasilkan)

    Kalor

    pembakaran

    (kal/mol) (dari

    metal ester

    yang

    dihasilkan)

    As.Laurat (C12:0)

    As.Miristat (C14:0)

    As.Miristoleat (C14:1)

    As.Palmitat (C16:0)

    As.Palmitoleat (C16:1)

    As.Stearat (C18:2)

    As.Oleat (18:1)

    As.Linoleat (18:2)

    As.Linolenat (C18:3)

    200,322

    228,376

    -

    256,430

    254,412

    284,484

    282,468

    280,452

    278,436

    44

    58

    -

    63

    -

    71

    16

    -5

    -11

    131

    250,5

    -

    350

    -

    360

    286

    229-230

    230-232

    61,4

    66,2

    -

    74,5

    51,0

    61,7

    55

    42,2

    22,7

    1940

    2254

    -

    2384,76

    2521

    2696,12

    2828

    2794

    2750

    Metal-laurat memiliki cetane = 61,4 dan kalor pembakaran = 1940 kkal/mol

    Table 4. Sifat-sifat fisik standar biodiesel

    Standar Uji Titik leleh Cetane number

    (dari metal ester

    yang dihasilkan)

    Kalor

    pembakaran

    (kkal/mol)

    ASTM-D975

    FBI-S01-03

    170-340

    N.D

    Min.40

    Min.48

    1300-3500

    N.D

    Knothe, 2005

    Soerawidjaja, Tatang H. (personal communication)

    N.D = not determined

    Tabel 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa sifat-sifat fisik, terutama titik

    leleh, cetane number dan kalor pembakaran, dari metil ester berbagai jenis

    asam lemak (Tabel 3) telah memenuhi standar uji untuk biodiesel (Tabel 4).

  • 19

    Minyak chlorella sp yang diperoleh dari hasil ekstraksi diubah menjadi

    biodiesel melalui reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol. Metanol

    akan menggantikan gugus alcohol pada struktur ester minyak dengan dibantu

    katalis KOH. Persamaan stoikiometri reaksi transsesterifikasi dengan

    methanol adalah sebagai berikut.

    Gambar 1. Persamaan Stoikiometri reaksi transesterifikasi trigliserida dengan

    metanol

    Menurut penilitian Triantoro (2008) biodiesel yang dihasilkan dari 10

    kg mikroalga kering jenis Chlorella sp sebagai berikut.

    Tabel 5. Biodiesel yang diperoleh dari 10 kg Chlorella sp kering

    Kandungan Fatty acid

    dalam Chlorella sp

    (kg)

    Hasil

    Pengepresan

    (kg)

    Hasil

    Penyulingan

    (kg)

    Methyi ester

    (kg)

    45%

    50%

    55%

    60%

    3,15

    3,5

    3,85

    4,2

    4,455

    4,95

    5,445

    5,94

    4,4

    4,89

    5,38

    5,87

    4.4 Rancang Prototipe

    Alat yang digunakan berupa wadah plastik yang dimodifikasi

    menyerupai sistem kultivasi open ponds seperti pada gambar berikut:

  • 20

    Gambar 2. Desain Prototipe Open Pond

    Wadah biakan tersebut dilengkapi dengan pedal yang berfungsi sebagai

    pengaduk media. Bahan yang dibutuhkan berupa mikroalga Chlorella sp, air

    jernih dengan pH dijaga konstan, dan limbah agroindustri dari pabrik gula.

    Selain itu mikroalga Chlorella sp secara otomatis akan menyerap CO2, dan

    sinar matahari, maka dari itu prototipe diletakkan pada tempat terbuka untuk

    kebutuhan fotosintesis Chlorella sp. Pada malam hari, ketersediaan cahaya

    diganti dengan lampu (sumber cahaya aktif). Prototipe dilokasikan pada

    tempat yang memiliki kadar CO2 hampir mendekati konstan.

  • 21

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan alternatif sebagai solusi dalam

    mengurangi limbah cair agroindustri.

    2. Kultivasi mikroalga secara open ponds memiliki kelebihan berupa biaya

    persiapan dan operasional yang rendah.

    3. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan sumber bahan bakar alternatif

    biodiesel yang ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui.

    5.2 Saran

    1. Dibutuhkan pengolahan mikroalga sebagai alternatif dalam mengolah

    limbah cair agroindustri secara berkelanjutan.

    2. Perlunya kultivasi mikroalga sebagai bahan dasar bahan bakar biodiesel

    pengganti bahan bakar fosil yang kelimpahannya terus berkurang.