Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Arsen(1)
-
Upload
rizka-purnamasari -
Category
Documents
-
view
140 -
download
0
Transcript of Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Arsen(1)
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA BAHAN KIMIA ARSEN
OLEH :
Ismi Hardiyanti Arifin 110 207 072
Nelvyana Umrah 110 207 137
PEMBIMBING :
dr. Sultan Buraena, MSc, Sp.OK
DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang
menyusun ”top 20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene,
Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,
Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic AromaticHydrocarbons, Chloroform, Aroclor
1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb),
Mercury(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr). Logam-logam berat tersebut
dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di
dalam lingkungan, baik didalam air, tanah maupun udara.
Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang digunakan dalam
kehidupan manusia. Penggunaannya antara lain dalam bidang kedokteran, pertanian,
pengawetan kayu, dan lainnya. Namun penggunaan arsen yang tidak tepat dapat
mengakibatkan efek yang fatal bagi kesehatan manusia.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari survey ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
gangguan kesehatan akibat arsen yang terkandung di dalam pestisida
1.2.2. Tujuan khusus
1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan petani mengenai penyakit
yang timbul akibat pajanan arsen yang terkandung di dalam pestisida
2. Untuk mendapatkan informasi tentang gangguan kesehatan pada petani selama
menggunakan pestisida
3. Untuk mendapatkan informasi tentang alat pelindung diri yang digunakan petani
selama proses penyemprotan pestisida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Arsen
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33, berat atom
74.91.Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3)
berupacairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih
dan berupagas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang,
merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi
beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada
umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas.1,2,3
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala.Senyawa
arsentrioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-
2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan
timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat
untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta
dantripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain
yang lebih aman.3,4
2.2. Jenis-jenis Arsen
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;4,5
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganik dan bentuk trivial dari
asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan
senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.
4. Arsen organik, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur
cincin, dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen.
Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa
arsen inorganic trivalent. Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin
(AsH3), yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam
lain. 4,5
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat
ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun
pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau
komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut)
biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk inorganik bervalensi
tiga dan bervalensi lima. Bentuk inorganik arsen bervalensi tiga adalah arsenik
trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida. Sedangkan bentuk inorganik arsen
bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat,
Caarsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup
potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.4,5
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen
diair di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Arsen
secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dansering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun.
Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau
seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung
tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu.
Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan
metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.5,6
Arsen diperoleh dari logamnya, membentuk kristal yang strukturnya mirip
dengan fosfor hitam.Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda
karena ia larut dalam sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang
dalam pengenceran menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl
danSb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan
Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3 +H2O ↔ BiOCl + 2 HCl. 1,3,4
. Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi
langsung. Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida
dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam
larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As2S5 berperilaku sama. As4S4 yang
terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.1,3,4
Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan
sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan
sumber pencemaran arsen di lingkungan. 4,5,7
2.3. Epidemiologi
Di dunia, lebih dari 100 juta orang berisiko terpapar arsenik dari minuman air
yang mengandung arsenik dengan kadar tinggi. Di Bangladesh, lebih dari 95%
persediaan air untuk lebih dari 138 juta orang berpotensi terkontaminasi arsenik.
Menurut American Association of Poisioning Control Centres (AAPCC) National
Poisioning Data System (NPDS) tiga orang meninggal akibat terpapar arsenic di
tahun 2011.Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih sering terpapar arsenik
pestisida lebih dominan (274 dari 379 menurut data NPDS2007). Sedangkan, arsenik
non peptesida didominasi usia lebih 19 tahun. 2,5
2.4 Toksisitas Arsenik
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik..Penelitian
telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang
lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang
mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian
besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh
salah satu senyawa arsen,terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih
beracun daripada arsenikum murni. 5,6
Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan,
muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara,
masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare,
tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity
dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair. Gejala keracunan arsenik
ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan dan
biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian.5,6
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral,
dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.Arsen adalah racun yang bekerja
dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabilaarsen terikat dengan gugus
sulfhidril ( -SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu system enzim
tersebut ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk
oksidasidekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus
TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan
kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-
SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua
gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang
membentuk kelat-kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari
kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi
asam piruvat dalam darah.4,8
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari glikolosis
dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.
Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak
terjadi proses enzimatik 8hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi
ATP. Selama Arsen bergabungdengan gugus – SH, maupun gugus– SH yang terdapat
dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim
metabolik. Karena adanya protein yang juga mengandung gugus – SH terikat dengan
As, maka hal inilah yang menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan
tulang. Karena eratnya As bergabung dengan gugus– SH,maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian. 4,8
Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik),
valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik.
Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen.Senyawa arsen inorganik lebih
bersifat toksik dibandingkan organik. Dan arsenik trivalen (As3+) lebih bersifat
toksik dibanding arsenik pentavalen(As5+).8,9
Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral,
inhalasi,dan absorpsi melalui kulit / mukosa membran. Senyawa arsen yang paling
sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsentrioksida (As2O3). Arsen
bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh
manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserapsecara
sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek
toksik ganda, yaitu :2,4,5,7,9,10
a) Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH)
pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan
transfer energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative
pathway, dantricarbxylic acid (Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya
produksi ATPsehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik
ini dikatakanreversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol,
2,3,dimerkaptopropanol (dimercaprol,BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan
berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen
juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi
dalam tubuh.
b) Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,
khususnya di dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan
timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi
perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons
mulai dari kongesti, stasis serta trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan
iskemia jaringan.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah.
Dalam waktu24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi
tinggi di berbagaiorgan tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran
cerna, dimana arsen akan mengikat gugus syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya
sebagian kecil dari arsen yang menembus blood-brain barrier. Arsen anorganik yang
masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke
tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat
dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.2,4,5
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan
sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting,
karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit,
kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen,
adanya peracunan kronisdan berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan
kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke
ujungnya.4,5
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih
cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat.
Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk
padat kasar, sehingga gejalaklinis yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum
efek arsen terhadap tubuh tergantungdari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun
yang masuk, kecepatan absorpsi, sertakecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang
terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat
pengobatan (lavase).3
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kadar normal arsen dalam tubuh
kita, karenadalam keadaan normal sekalipun tubuh kita sering terpapar dengan zat
yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar kita juga mengkonsumsinya
setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
Kadar normal arsen dalam serumadalah kurang dari 5 µg /L. Nilai ambang batas
dalam air minum adalah 0.2 ppm. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100
ug/L, rambut 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada
kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar normal dalam darah normalanak-anak 30 ug/L, urine
100 ug/24 jam. Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk arsin 1 :
20.000 dalam udara.
2.5. Gejala Toksisitas Arsen
a) Toksisitas Akut
1. Gastrointestinal Sindrom
Gastrointestinal sindrom ini merupakan gambaran klasik keracunan akut
arsenyang masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar
biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam
setelah paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan
uluhati, diikuti dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses sepertiair
cucian beras, yang kadang-kadang berdarah.2,4,7
2. Sistem respirasi
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis,
bronkitisringan, dan sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat pemaparan akut terhadap
debu arsen. Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut.8,9
3. Sistem kardiovaskuler
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventrikular
disritmia, dan congestive heart failure. Pada intoksikasi arsen terjadi dilatasi kapiler
yang mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah meningkatdan cairan
keluar ke interstisial. Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi.2,8
4. Sistem saraf
Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah,
lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala neuropati perifer sensoris dan
motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed ) dan muncul 2-4minggu
setelah gejala akut.2,7,8
5. Hati dan Ginjal
Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria, proteinuria, renal
insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal
akut.2,8
6. Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated intravascular
coagulation ( DIC).1,3,7
7. Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawaarsen
yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebutdapat
bertahan hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi
hati.3,8
b) Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk
yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah
industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit
toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang
mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10
sampai1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita
mulaimengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah
adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada
persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas Arsen kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya
kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan
kolon.Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat
menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum
yangterkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi
air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang
dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai
dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline
fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki
akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf
motorik dansensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran
pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah
berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling Anemia yang ada hubungannya
dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari
arsentrivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker
limfa, dan kanker kulit.
2.6. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian
alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen.
Alat proteksidiri tersebut misalnya :10,11
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun.
Jika keadaan dianggapluar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan
adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor ), terutama kadar arsen
dalam partikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap
tiga bulan.Ventilas itempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.10,11
2.7. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen
Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik
untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi
spesifik yaituBAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4
jam selama 2 haridiikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari.
Kemudian diberikan 2,5mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode
pemberian pengobatan tersebut, sampelurine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan
segera dihentikan jika konsentrasi As dalamurine kurang dari 50 mg. pengobatan
BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yangdiberikan setiap 6 jam selama
5 hari. 1,2,4
Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah
menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak
dianjurkan, karena asma empunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.1,2,4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan Dan Cara
3.1.1 Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama
survey jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan
lingkungan kerja pekerja cat.
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
3.1.2 Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list
3.2 Jadwal
Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 27 Mei – 1 Juni 2013)
27 Mei 2013 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan
diberikan pengarahan
28 Mei 2013 : Membuat referat mengenai Penyakit Akibat Kerja karena
Bahan Kimia Arsen
29 Mei 2013 : Membuat proposal penelitian
30 Mei 2013 : Melakukan survey di lokasi penelitian
31 Mei 2013 : Membuat laporan hasil penelitian
1 Juni 2013 : Membaca hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut:
4.1.1 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Pajanan Arsen
Tabel 4.1Pengetahuan tentang penyakit
yang timbul akibat pajanan arsen
frekuensi %
1.2.
Memiliki pengetahuanTidak memiliki pengetahuan
28
3070
Total 10 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa distribusi responden yang memiliki
pengetahuan tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2
orang (2%) dan yang tidak memiliki pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %).
4.1.2 Distribusi Prevalensi Petani Yang Memiliki Keluhan Gangguan Kesehatan Selama Menggunakan Pestisida
Tabel 4.2Responden yang memiliki
keluhanfrekuensi %
1.2.
Memiliki keluhanTidak memiliki keluhan
73
8020
Total 10 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 bahwa distribusi responden yang memiliki
keluhan selama proses penyemprotan sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak
memiliki keluhan sebanyak 3 orang (30 %).
4.1.3 Distribusi Petani yang Memakai Alat Pelindung Diri selama Proses Penyemprotan pestisida
Tabel 4.4Distribusi Responden yang memakai APD selama Proses
Penyemprotan pestisida
Responden yang memakai APD frekuensi %
1.2.
Memakai APDTidak memakai APD
82
8020
Total 10 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa distribusi responden yang memakai alat
pelindung diri selama proses penyemprotan sebanyak 8 orang (80%) dan yang
tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan Responden Tentang penyakit yang timbul akibat pajanan
arsen
Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memiliki pengetahuan tentang
penyakit yang timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2 orang (20%) dan yang
tidak memiliki pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %). Petani secara
keseluruhan belum mengetahui dampak dari bahaya arsen, toksisitas arsen
kronik dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit,
paru-paru, hati, kandung kemih, ginjal maupun kanker kolon.
4.2.2. Prevalensi Petani yang memiliki keluhan gangguan kesehatan selama
menggunakan pestisida
Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memiliki keluhan gangguan
kesehatan akibat penggunaan pestisida sebanyak 7 orang (70%) dan yang
tidak memiliki keluhan sebanyak 3 orang (30 %). Jenis keluhan yang paling
banyak adalah nyeri ulu hati, pusing, gatal-gatal, kulit terasa panas, dan kulit
terasa kebas.
4.2.3. Distribusi Petani yang Memakai Alat Pelindung Diri selama Proses
Penyemprotan Pestisida
Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memakai alat pelindung
diri selama proses penyemprotan sebanyak 8 orang (80%) dan yang tidak
memakai alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %). Alat Pelindung Diri
berupa masker, sarung tangan, tutup kepala dan kacamata sangat penting
untuk mencegah penyakit akibat pajanan arsen. Sehingga meminimalisir
terjadinya penyakit akibat pajanan arsen.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Distribusi responden yang memiliki pengetahuan tentang penyakit yang
timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2 orang (20%) dan yang tidak memiliki
pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %).
2. Distribusi responden yang memiliki keluhan gangguan kesehatan selama
menggunakan pestisida sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak memiliki
keluhan sebanyak 3 orang (30 %).
3. Distribusi responden yang memakai alat pelindung diri selama proses
penyemprotan pestisida sebanyak 8 orang (100%) dan yang tidak memakai
alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %).
5.2. Saran
Masih perlunya melakukan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja serta
peningkatan pengetahuan pada petani tentang bahaya pajanan arsen yang terkandung
pada pestisida untuk meminimalisir terjadinya keluhan-keluhan dan penyakit akibat
kerja karena bahan kimia arsen.
Gbr. Penggunaan pestisida pada jeruk
DAFTAR PUSTAKA
1. Cotton dan Wilkinson .2009 . Kimia Anorganik Dasar .Jakarta : UI-Press
2.Darmono .2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya DenganToksikologi Seyawa Logam .Jakarta . UI-Press
3. Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret 2012
4.Fhazira.2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam- berat-arsen.html.30 Maret 2012
5.Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi .Jakarta : UI-Press
6.Arsen. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen
7.Ilmu Kedokteran Forensik. P.101. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik UniversitasIndoesia.
8.Chadha, Vijay. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi.Edisi kelima.Jkarta :Widya Medika. 1995
9.Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available from: URL:http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.
10.Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI. p.101-106
11.Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on :http://www.freewebs.com/reef_forensik/index.htm.[Access on: 24th August 2008].
12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.1997. p.330-31.
GANGGUAN KESEHATAN YANG DISEBABKAN OLEH PAJANAN ARSEN DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP PETANI
A. IDENTITAS RESPONDEN1. NAMA :2. JENIS KELAMIN :3. UMUR :4. ALAMAT :
B. PENGETAHUAN PETANI TENTANG PENYAKIT YANG
TIMBUL AKIBAT PAJANAN ARSEN
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda tahu logam berat arsen?
2 Apakah anda tahu bahwa arsen itu adalah zat yang
berbahaya bagi kesehatan?
3 Apakah anda tahu pestisida yang anda pakai
mengandung bahan arsen?
4. Apakah anda tahu penyakit yang timbul akibat pajanan
arsen?
5. Apakah anda tahu bahwa arsen dapat menyebabkan
gangguan pada saluran pernafasan, saluran
pencernaan, gangguan pada pembuluh darah, saraf dan
hati?
6. Apakah anda tahu bahwa arsen meningkatkan
penyebab risiko terjadinya kanker kulit, paru-paru, hati
kandung kemih, ginjal dan kanker kolon?
C. JENIS KELUHAN GANGGUAN KESEHATAN SELAMA
MENGGUNAKAN PESTISIDA
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan kesehatan?
2 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan seperti nyeri ulu hati?
3 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami mual, muntah?
5 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan pada saluran nafas seperti batuk?
6 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami sesak nafas?
5 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan seperti rasa pusing?
6 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan pada kulit seperti gatal-gatal?
7 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan kulit seperti rasa panas?
8 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan kulit seperti rasa kebas?
9 Apakah selama menggunakan pestisida anda
mengalami gangguan pada kencing seperti kencing
berkurang?
D. ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI SELAMA PROSES
PENYEMPORTAN PESTISIDA
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai
alat pelindung diri berupa masker?
2 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai
alat pelindung diri berupa sarung tangan?
3 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai
alat pelindung diri berupa tutup kepala?
4 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai
alat pelindung diri berupa kacamata khusus?