Bagian 13_Etika Bisnis Asuransi Jiwa
-
Upload
edi-minaji-pribadi -
Category
Documents
-
view
383 -
download
1
description
Transcript of Bagian 13_Etika Bisnis Asuransi Jiwa
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 126
Tujuan Pembelajaran:
Mendefinisikan faktor-faktor yang dipertimbangkan perusahaan asuransi dalam memilih jalur pemasaran;
Mengidentifikasi jalur pemasaran tradisional dan inovatif;.
30.1. Pengantar Jalur Pemasaran
Tujuan utama pemasaran adalah memfokuskan pada kebutuhan nasabah dan mendapatkan
keuntungan jangka panjang melalui kepuasan nasabah. Pada layar selanjutnya Anda akan
mempelajari beberapa jalur yang digunakan perusahaan asuransi dalam memasarkan
produknya. Bagaimana perusahaan asuransi memilih jalur pemasarannya?
1. Rencana penjualan dievaluasi;
2. Manajemen mengkalkulasi pertumbuhan dan target penjualannya;
3. Kemampuan kantor pusat dan tenaga penjualan dievaluasi;
4. Prioritas ditentukan dan target disusun;
5. Satu atau lebih jalur distribusi dipilih serta digunakan untuk memasarkan produk.
Jalur pemasaran secara umum dibagi ke dalam tiga kategori:
1. Perantara;
2. Lembaga Keuangan;
3. Penjualan Langsung.
30.2. Perantara
Perantara merupakan agen yang menjual produk-produk asuransi. Pihak ini menawarkan
produk asuransi dengan menjual secara langsung pada nasabah dan mendapatkan komisi
untuk setiap produk yang dijual. Perantara penjualan dapat digolongkan ke dalam dua
kategori umum:
Distribusi melalui agen asuransi;
Distribusi melalui bukan agen asuransi.
30.2.1. Perantara: Agen Asuransi
Dengan distribusi melalui agen asuransi, perusahaan asuransi merekrut, melatih,
membiayai, mengakomodasi serta mengawasi agen-agen mereka. Perusahaan asuransi
dalam hal ini menyediakan pelatihan dasar yang penting untuk mencapai pemasaran yang
sukses melalui perantara.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 127
30.2.2. Perantara: Bukan Agen Asuransi
Dengan distribusi melalui bukan agen asuransi, perusahaan asuransi tidak mengembangkan
tenaga pemasaran mereka sendiri. Mereka mengandalkan agen-agen yang telah
berpengalaman dalam memasarkan produk asuransi. Perusahaan asuransi merekrut tenaga
pemasaran berpengalaman untuk menekan biaya pelatihan atau pembiayaan yang berkaitan
dengan itu.
30.3. Lembaga Keuangan
Yang termasuk ke dalam Lembaga Keuangan adalah:
1. Lembaga pembiayaan;
2. Bank;
3. Lembaga keuangan lain.
30.3.1. Lembaga Keuangan: Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan memperkuat pemasaran produk asuransi yang berhubungan dengan
asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa bernilai tunai, asuransi perawatan jangka panjang,
dan asuransi atas ketidakmampuan memperoleh penghasilan serta tunjangan hari tua.
30.3.2. Lembaga Keuangan: Bank
Bank merupakan jalur distribusi yang penting bagi produk kesehatan, asuransi jiwa dan
kombinasi antara produk bank dengan produk asuransi jiwa (bundling product). Jalur
pemasaran ini dikenal sebagai bancassurance.
30.3.3. Lembaga Keuangan: Lembaga Keuangan Lain
Lembaga keuangan lain juga menawarkan produk asuransi dengan polis-polis yang menarik
calon nasabah. Lembaga keuangan ini mampu merebut pasar seiring pertumbuhan sejumlah
lembaga yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi jiwa dan strategi ini memperkuat
sistem distribusi mereka.
30.4. Penjualan Langsung
Dengan sistem ini, produk perusahaan asuransi dipasarkan tanpa melalui jasa agen asuransi.
Pemegang polis dapat membayar premi mereka langsung kepada perusahaan asuransi.
Surat-menyurat merupakan metode paling lazim digunakan di sistem ini. Selain melalui
surat, metode lain adalah melalui telepon, media cetak dan elektronik, telemarketing serta
media penyiaran.
30.5. Bisnis Bancassurance
Anda telah mengetahui bahwa banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan, dalam hal ini adalah memasarkan produk asuransi. “Banyak jalan menuju Roma”,
seperti kata orang. Perusahaan asuransi menggunakan jalur pemasaran yang terdiri dari
perantara, lembaga keuangan, dan juga penjualan langsung. Pasar asuransi jiwa secara
signifikan telah berubah melalui pertumbuhan bisnis bancassurance.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 128
Di bawah ini terdapat tenaga pemasaran asuransi dengan jalur pemasarannya. Dapatkah
Anda menentukan jalur pemasaran dari metode pemasarannya!
Metode Pemasaran Asuransi Jalur Pemasaran...
Distribusi melalui agen
Bank
Telepon
30.6. Intisari
Dalam bab ini, Anda telah mempelajari hal-hal berikut:
Tujuan pemasaran adalah memfokuskan pada kebtuhan nasabah dan mendapatkan
keuntungan jangka panjang melalui kepuasan nasabah.
Terdapat tiga jalur pemasaran tradisional mau pun inovatif, yaitu:
o Perantara
o Lembaga keuangan, dan
o Jalur penjualan langsung
Faktor-faktor yang dipertimbangkan perusahaan asuransi jiwa daam memilih jalur
pemasarannya:
o Rencana penjualan dievaluasi;
o Manajemen mengkalkulasi pertumbuhan dan target penjualannya;
o Kemampuan Kantor Pusat dan tenaga penjualan dievaluasi.
o Prioritas ditentukan dan target disusun.
o Satu atau lebih dari jalur distribusi dipilih serta digunakan untuk memasarkan
produk.
Latihan 30.1
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 129
Tujuan Pembelajaran:
Mengidentifikasi aturan main dan kode etik dalam bisnis asuransi jiwa; Merinci langkah-langkah yang harus diambil dalam mengikuti aturan tersebut.
32.1. Tujuan Kode Etik Asuransi Jiwa
Dapatkah Anda membayangkan apa yang terjadi jika setiap tenaga penjual/pemasaran
termasuk agen yang ditugaskan untuk menjual asuransi jiwa tidak mengikuti kode etik
standar mereka? Apa pula yang terjadi jika mereka tidak menghargai kepercayaan
pemegang polis?
Agar petugas penjualan memiliki aturan main yang jelas dan pemegang polis terlindungi
maka industri asuransi jiwa membuat kode etik. Dengan demikian penjual/pemasaran:
1. Memiliki standar kode etik yang seragam;
2. Kepercayaan dan kesejahteraan pemegang polis tetap terjaga.
Sekarang mari kita perhatikan aturan-aturan yang berlaku di industri ini. Sebagai agen,
Anda perlu selalu mengikuti perkembangan standar kode etik dan menerapkannya di
lapangan.
32.2. Aturan Dasar Kode Etik
Berikut adalah aturan dasar dalam kode etik asuransi jiwa:
32.2.1. Berbagi Risiko
Asuransi jiwa merupakan bisnis penghimpunan dana masyarakat dan berbagi risiko. Karena
itulah, bisnis ini harus dijalankan dengan integritas yang tinggi dan kode etik yang ketat
serta dijalankan secara profesional, di mana kepentingan nasabah harus ditempatkan di atas
kepentingan penjual/pemasar (menghindari adanya konflik kepentingan pribadi).
32.2.2. Kepercayaan
Kepercayaan adalah landasan dasar dari bisnis ini. Karena itulah bisnis ini harus dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan sikap profesional. Kepercayaan dari pemegang polis
harus terus menerus dijaga dan dipelihara dengan baik dan senantiasa ditingkatkan.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 130
32.2.3. Keamanan
Agen asuransi jiwa harus senantiasa berusaha memberikan rasa aman kepada setiap
pemegang polisnya dan juga menjaga kredibilitas perusahaan di mata masyarakat.
32.2.4. Tepat Waktu
Agen asuransi jiwa harus memberikan layanan yang efisien dan tepat waktu bagi pemegang
polis, tanpa melupakan kelengkapan dan ketepatan data yang dibutuhkan.
32.2.5. Surat Pernyataan
Seluruh karyawan dan agen asuransi jiwa (baik yang telah ada mau pun yang baru) wajib
menandatangani surat pernyataan untuk menjalankan aturan-aturan yang ditetapkan
perusahaan. Dalam hal kode etik maka tenaga penjual/pemasar wajib menandatangani
pernyataan telah membaca, memahami dan akan mematuhi kode etik keagenan yang
diterbitkan oleh AAJI.
32.2.6. Kepatuhan dan Pelanggaran
Pimpinan departemen bertanggungjawab dalam menjamin dijalankannya aturan main
perusahaan dan kode etik oleh setiap karyawan dan agen setiap saat. Setiap pelanggaran
yang terjadi harus dilaporkan pada Dewan/Departemen Kode Etik Penjualan.
Dewan/Departemen ini wajib menyerahkan laporan bulanan kepada Penanggungjawab
Dewan Kode Etik pada perusahaan asuransi jiwa berkaitan dengan pelanggaran yang terjadi
dan tindakan yang diambil dengan tembusan ke AAJI.
Seluruh kasus perilaku kriminal wajib dilaporkan secepatnya kepada pihak yang berwajib
dan AAJI. Sebagai akibatnya Lisensi Keagenan petugas pemasaran tersebut akan dibatalkan,
dan yang bersangkutan tidak diperbolehkan lagi melakukan aktivitas penjualan produk
asuransi jiwa apa pun.
32.3. Intisari
Dalam bab ini Anda telah belajar tentang:
Industri asuransi jiwa memiliki kode etik yang berguna untuk mengembangkan standar
etika bisnis dalam industri asuransi jiwa dan meningkatkan kesejahteraan pemegang
polis;
Tujuan dasar kode etik adalah menjaga kepercayaan pemegang polis, layanan yang
efisien dan tepat waktu, komitmen dari semua karyawan dan agen untuk menjalankan
peraturan, tanggung jawab dari setiap pimpinan departemen untuk menjamin
pelaksanaan kode etik setiap saat, kepatuhan, pelaporan pelanggaran kepada Dewan
Kode Etik dan AAJI, dan pelaporan perilaku kriminal pada pihak yang berwajib dan
AAJI.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 131
Tujuan Pembelajaran:
Merinci prinsip-prinsip kode etik asuransi jiwa; Menjelaskan tanggungjawab agen asuransi jiwa; Mengidentifikasi sanksi yang dapat dikenakan kepada pelanggar kode etik asuransi.
33.1. Prinsip Kode Etik Asuransi Jiwa
Semua agen asuransi jiwa harus menunjukkan komitmen untuk mengutamakan
kepentingan pemegang polis di atas kepentingan pribadi. Prinsip ini antara lain termuat
dalam kode etik keagenan asuransi jiwa yang merupakan pedoman wajib kepada seluruh
perusahaan dan agen asuransi jiwa untuk mematuhinya. Sebagai agen, apakah yang Anda
pikirkan ketika sedang melakukan prospecting?
Apakah tindakan saya adil?
Apakah tindakan saya legal/tidak bertentangan dengan hukum?
Apakah perusahaan saya dipermalukan jika situasi ini diketahui masyarakat umum?
Apakah saya akan menyetujui tindakan ini seandainya saya adalah rekan kerja,
pemegang polis atau pemegang saham?
Agar dapat menjawab “YA” pada setiap pertanyaan ini, pelajarilah prinsip dan praktek kode
etik asuransi jiwa yang diterbitkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
Untuk mengingat prinsip dan praktek kode etik asuransi jiwa, ingatlah kata ”PT. JAMIN”
karena masing-masing huruf memiliki makna. Berikut adalah makna tiap huruf dalam kata
”PT. JAMIN”.
33.1.1. P: Pribadi
Menghindari adanya konflik kepentingan pribadi.
33.1.2. T: Transaksi Bersifat Rahasia
Memastikan kerahasiaan transaksi tetap terjaga antara perusahaan asuransi jiwa dengan
pemegang polis dan nasabahnya.
33.1.3. J: Jabatan
Menghindari penyalahgunaan jabatan.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 132
33.1.4. A: Adil
Memastikan adanya perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang polis, dengan pihak lain
yang menggantungkan atau memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan asuransi jiwa.
33.1.5. M: Melengkapi Data
Melengkapi dan memastikan ketepatan data yang diperlukan.
33.1.6. I: Informasi
Menjaga penyalahgunaan informasi.
33.1.7. N: Niat Baik
Menjalankan bisnis dengan niat baik dan integritas yang tinggi.
33.2. Definisi Fidusia
Dengan menjalani semua prinsip kode etik asuransi jiwa, agen asuransi PT JAMIN dapat
menjawab semua pertanyaan tadi dengan “YA”. Ia pantas menyandang predikat sebagai
FIDUSIA.
Fidusia (pihak yang dapat dipercaya) adalah seseorang yang posisi dan tanggungjawabnya
melibatkan kepercayaan dan keyakinan yang tinggi.
Agen asuransi sebagai pihak yang dipercaya (fidusia) bertindak sesuai dengan standar etika,
bukan hanya karena itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan, tapi karena memang
hal itu yang harus dilakukannya. Agen asuransi harus bersikap adil, memiliki niat baik dan
bertindak demi kepentingan perusahaan.
Menjalankan fungsi fidusia menuntut suatu standar yang lebih tinggi dari yang diperlukan
dibandingkan dengan tindakan yang biasa/umum.
Sayangnya, belum tentu semua agen asuransi jiwa dapat dikatakan fidusia (dipercaya).
Sebab itu, harus ada kontrol atas penerapan Kode Etik Asuransi Jiwa. Hal ini dilakukan oleh
Perusahaan Asuransi Jiwa di mana agen asuransi bekerja, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia
(AAJI) dan masyarakat, khususnya masyarakat pemegang polis.
33.3. Tanggung Jawab Agen Asuransi Jiwa
Pada dasarnya setiap agen asuransi harus bertanggung jawab.
33.3.1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri (Profesi)
Agen asuransi harus profesional dengan memiliki:
Tingkat pengetahuan yang memadai;
Kecakapan dalam aspek-aspek teknis;
Penerapan standar etik yang baik.
33.3.2. Tanggung Jawab Terhadap Perusahaan
Agen asuransi adalah wakil perusahaan, sehingga ia harus:
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 133
Menunjukkan kejujuran, niat baik dan kesetiaan dalam bisnis;
Membuka semua fakta penting yang berkaitan dengan kesehatan nasabah sesuai dengan
ketentuan underwriting;
Menjual produk yang sesuai dengan situasi tertentu;
Menjual produk dengan cara yang profesional, pantas, berlandaskan standar etika
tertinggi.
33.3.3. Tanggung Jawab Terhadap Nasabah dan Calon Nasabah
Agen asuransi harus menerapkan standar profesional yang ditetapkan oleh perusahaan dan
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Penerapannya berupa:
Tanggungjawab etis tentang kerahasiaan informasi;
Menyerahan aplikasi secara tepat waktu;
Memberi saran yang tepat;
Penyerahan polis secara cepat (bila memang hal itu menjadi bagian dari tugas);
Penjualan berdasarkan kebutuhan;
Terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
analisa dan membuat rekomendasi yang sesuai;
Memahami jenis produk khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus;
Menyesuaikan produk dengan kebutuhan nasabah akan membangun hubungan saling
percaya.
33.3.4. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat (Pemerintah)
Biro Perasuransian BAPPEPAM & LK Departemen Keuangan Republik Indonesia
menerapkan peraturan dan standar hukum minimal untuk petugas pemasaran/agen
asuransi. Peraturan ini dibuat untuk melindungi kepentingan calon nasabah mau pun
nasabah yang sudah ada, perusahaan mau pun para agen.
Agen harus selalu berpegang pada hukum/peraturan/ketentuan untuk melindungi
kepentingan dirinya dan perusahaannya namun yang terpenting adalah dapat melindungi
kepentingan nasabahnya.
33.4. Pelanggaran Kode Etik Asuransi
Guna membangun kepercayaan nasabah atau calon nasabah dengan perusahaan asuransi,
para agen harus menghormati privasi dan kerahasiaan. Informasi apa saja yang harus
dijaga?
Semua fakta yang berkaitan dengan nasabah, termasuk (tetapi tidak terbatas pada):
o Nama;
o Alamat;
o Nomor telpon;
o Riwayat kesehatan;
o Pendapatan;
o Aset dan hutang;
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 134
o Tujuan investasi;
o Rencana keuangan.
Analisa atau pendapat yang berdasarkan pada fakta tersebut di atas.
Jika kode etik dilanggar, kepercayaan nasabah atau calon nasabah akan hilang dan itu tidak
hanya merusak citra agen tetapi seluruh industri yang berkaitan dengan perasuransian pada
umumnya. Sebab itu sanksi atas pelanggaran harus sesuai dengan perbuatannya. Kalau
tidak, masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada asuransi.
Pelanggaran Kode Etik oleh petugas pemasaran/agen asuransi jiwa dapat dibedakan
berdasarkan:
Perilaku kriminal
Perilaku menyesatkan
Perilaku yang bersifat kriminal, seperti:
33.4.1. Penipuan
Penipuan yang disengaja atau mis-representasi (penjelasan yang salah) yang sudah
diketahui oleh seseorang sebagai hal yang salah atau tidak diyakini sebagai hal yang benar.
33.4.2. Penyalahgunaan Dana Nasabah
Mengambil uang atau harta benda lain yang diterima dari nasabah untuk tujuan khusus dan
secara salah dialokasikan untuk tujuan/keperluan yang lain.
33.4.3. Pemalsuan
Dengan sengaja/secara sadar membuat dokumen palsu dengan maksud bahwa:
Dokumen tersebut harus digunakan atau seolah-olah digunakan sebagai dokumen yang
asli;
Beberapa orang dibujuk dengan keyakinan bahwa hal/dokumen tersebut adalah
asli/orisinal.
33.4.4. Sanksi Terhadap Perilaku Kriminal
Pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik yang bersifat Perilaku Kriminal diatur
berdasarkan kontrak keagenan yang berlaku di perusahaan masing-masing.
Sanksi tersebut berupa pemutusan kontrak kerja sama keagenan sesuai dengan UU Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, pasal 21 ayat 1 dan 5.
Pasal 21 ayat 2: Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancam dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
Pasal 21 ayat 5: Barang siapa secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan
pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 135
atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
Perusahaan tempat petugas pemasaran/agen asuransi jiwa bekerja harus segera melaporkan
pada Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) berkaitan dengan black list terhadap agen
asuransi dan disirkulasikan kepada semua angota AAJI. Bila sudah masuk black list, agen
yang bersangkutan tidak dapat lagi bekerja di industri asuransi jiwa.
33.5. Perilaku Menyesatkan
Perilaku yang bersifat menyesatkanseperti:
Menahan informasi (sengaja menyesatkan nasabah dengan informasi yang salah);
Menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan nasabah (agen asuransi jiwa
harus terbuka terhadap calon nasabah yang berkaitan dengan transaksi atau
rekomendasi);
Rebating (memberi potongan harga premi);
Systematic Replacement (mengganti produk internal/eksternal secara sistematis yang
membahayakan nasabah);
Twisting (membujuk pemegang polis untuk menebus polisnya dari perusahaan A lalu
membeli polis baru darinya di perusahaan B);
Churning (pencampuradukan kontrol atas banyaknya dan seringnya penjualan);
Mispresentasi (pernyataan atau ilustrasi yang menyesatkan atau perbandingan yang tidak
lengkap);
Pemaksaan (agen asuransi jiwa menggunakan kekuasaan, pengaruh, posisi atau moral
terhadap calon nasabah untuk pembelian produk);
Pembujukan (Agen menawarkan untuk membayarkan premi yang kemudian akan
ditebus calon nasabah (menalangi premi); atau memberi hadiah jika membuka polis di
mana agen bekerja);
Pernyataan kasar terhadap pesaing;
Penandatanganan formulir kosong (Agen tidak boleh meminta nasabah menandatangani
formulir kosong).
Pemberian sanksi terhadap pelanggaran kode etik yang bersifat Perilaku Menyesat Perilaku
Menyesatkan diatur berdasarkan kontrak keagenan yang berlaku di perusahaan masing-
masing. Pemberian sanksi ditetapkan berdasarkan bobot kesalahan yang telah ditentukan
oleh Departemen Kepatuhan (Compliance Department) dari perusahaan asuransi jiwa yang
terkait. Tindakan sanksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Surat Peringatan (SP)
Sebagai Tenaga Pemasaran/ Agen Asuransi
Sebagai Manajer Pemasaran (Agency Leader)
SP 1 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur management selama 2 (dua) tahun.
(cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Diturunkan levelnya 1 (satu) tingkat.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 136
SP 2 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur management selama 4 (empat) tahun.
(cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur management selama 4 (empat) tahun;
Diturunkan menjadi tenaga pemasaran.
SP 3 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Dikeluarkan dari perusahaan;
Dilaporkan ke AAJI (black list) dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi.
(cc ke AAJI), diancam dengan UU RI No. 2 Tahun 1992;
Dikeluarkan dari perusahaan;
Dilaporkan ke AAJI (black list) dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi.
33.6. Ikrar Bersama
Dalam rangka menciptakan hubungan bisnis yang harmonis dan serasi antara seluruh
perusahaan asuransi jiwa, maka para pimpinan puncak seluruh perusahaan asuransi jiwa
anggota AAJI sepakat dengan niat yang tulus melakukan Ikrar Bersama.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA
(INDONESIA LIFE INSURANCE ASSOCIATION)
IKRAR BERSAMA ANTAR PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
ANGGOTA ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA (AAJI)
PADA HARI INI, SELASA TANGGAL 11 MEI 2004, KAMI ATAS NAMA DIREKSI
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA ANGGOTA ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA
(AAJI), DALAM RANGKA MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS, SERASI DAN
PROPORSIONAL ANTARA SESAMA ANGGOTA, DENGAN INI MENYATAKAN DENGAN
TULUS DAN IKLAS AKAN MENTAATI, BUTIR-BUTIR DI BAWAH INI.
A. MEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN PENDAPAT SERTA TINDAKAN DI ANTARA
PERUSAHAAN ASURANSI JIWA SESAMA ANGGOTA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PROFESI MAU PUN STANDAR USAHA TANPA MELAKUKAN
TINDAKAN-TINDAKAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN NORMA MORAL USAHA
ASURANSI JIWA.
B. BERUSAHA BAIK MELALUI ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA MAU PUN
SECARA SENDIRI-SENDIRI MELAKUKAN KEGIATAN YANG DAPAT
MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN MINAT DAN KESADARAN BERASURANSI
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 137
JIWA DALAM MELAKUKAN PENUTUPAN ASURANSI JIWA DI KALANGAN
MASYARAKAT.
C. DENGAN PENUH TANGGUNGJAWAB DAN KONSEKUEN AKAN MENJAGA NAMA
BAIK USAHA ASURANSI JIWA DAN MEMENUHI TANGGUNGJAWAB KEPADA
MASYARAKAT, KARENA DISADARI BAHWA TERCEMARNYA SUATU PERUSAHAAN
ASURANSI JIWA AKAN MEMBAWA DAMPAK YANG NEGATIF TERHADAP NAMA
BAIK ATAU KEGIATAN USAHA INDUSTRI ASURANSI JIWA SECARA KESELURUHAN.
D. MEMBINA SETIAP APARAT BAIK YANG BERADA DI TINGKAT PUSAT MAU PUN
DAERAH, AGAR TIDAK AKAN MELAKUKAN TINDAKAN PROPAGANDA KEPADA
SIAPA PUN DAN LEMBAGA MANA PUN, YANG DAPAT MENDISKREDITKAN DAN
MERUSAK NAMA BAIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA.
E. DENGAN SADAR DAN PENUH TANGGUNGJAWAB SEJALAN DENGAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BIDANG USAHA ASURANSI JIWA YANG MELARANGNYA, TIDAK
AKAN MENERIMA ATAU MEMPEKERJAKAN AGEN YANG MASIH MEMILIKI
HUBUNGAN PERJANJIAN KEAGENAN DAN/ATAU TELAH BERAKHIR PERJANJIAN
KEAGENANNYA BELUM LEWAT 6 (ENAM) BULAN SEJAK TANGGAL BERAKHIR
PERJANJIAN KEAGENANNYA DENGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAIN YANG
DIAGENINYA.
F. PENGINGKARAN TERHADAP IKRAR HURUF (E) DI ATAS MERUPAKAN SUATU
PELANGGARAN TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG USAHA ASURANSI
JIWA, DENGAN PENUH KESADARAN DAN TANGGUNGJAWAB AKAN MENERIMA
SANKSI YANG DIBERIKAN OLEH PENGURUS ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA
SESUAI WEWENANG DAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
DI BIDANG USAHA ASURANSI JIWA.
G. MENDIDIK, MENGAJAR DAN MEMBINA AGEN DENGAN AMTERI PERUNDANG-
UNDANGAN BIDANG USAHA ASURANSI JIWA DAN PENUNJANG USAHA ASURANSI
JIWA UNTUK MENJADIKAN AGEN SEBAGAI AGEN PROFESIONAL SEHINGGA
MEREKA DAPAT MENGHAYATI KODE ETIK SEBAGAI SEORANG AGEN YANG
MEMILIKI IZIN USAHA/LISENSI.
H. DENGAN SADAR DAN PENUH TANGGUNGJAWAB BAIK LANGSUNG MELALUI
APARAT MAU PUN MELALUI PIHAK LAIN TIDAK AKAN MELAKUKAN PEMBELIAN
(TWISTING) PEMEGANG POLIS PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAIN.
I. MENERIMA DAN MENYETUJUI ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA MELAKUKAN
PENGAWASAN, MEMBERIKAN SANKSI KEPADA ANGGOTA PELAKU
PENYIMPANGAN SESUAI WEWENANG DAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU.
J. BERAT RINGANNYA SANKSI YANG AKAN DIJATUHKAN OLEH ASOSIASI ASURANSI
JIWA INDONESIA TERGANTUNG DARI BOBOT PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
OLEH ANGGOTA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA.
K. BENTUK SANKSI DARI ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA BERUPA:
• PERINGATAN SECARA TERTULIS YANG TEMBUSANNYA DISAMPAIKAN
KEPADA SELURUH PERUSAHAAN ASURANSI JIWA ANGGOTA ASOSIASI
ASURANSI JIWA INDONESIA.
• PERINGATAN KERAS SECARA TERTULIS YANG TEMBUSANNYA DISAMPAIKAN
KEPADA SELURUH PERUSAHAAN ASURANSI JIWA ANGGOTA ASOSIASI
ASURANSI JIWA INDONESIA DAN DIREKTORAT ASURANSI, DIREKTORAT
JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN, DEPARTEMEN KEUANGAN R.I.
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 138
• PEMBERHENTIAN DARI KEANGGOTAAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA
DENGAN SEGALA KONSEKUENSINYA.
L. IKRAR BERSAMA INI MERUPAKAN PERWUJUDAN SEMANGAT PERSATUAN DAN
KESATUAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA ANGGOTA ASOSIASI ASURANSI JIWA
INDONESIA DENGAN SADAR DAN PENUH TANGGUNGJAWAB AKAN
MENTAATINYA
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Bapak Andre adalah seorang agen yang berusaha membuat closing dengan seorang
calon nasabah. Ikuti percakapannya seorang calon nasabah. Ikuti percakapannya di
bawah...
Bapak Andre: “Skema ini paling cocok dengan kebutuhan Anda. Bapak kalau
terburu-buru tidak perlu dibaca.”
Nasabah menandatangani kontrak.
Bapak Andre: “Terima kasih Pak. Polis ini Bapak pegang, tidak boleh dikembalikan.
Nanti kalau ada pertanyaan silakan ke customer service.”
Menurut Anda, Apakah Pak Andre telah telah melakukan pelanggaran kode etik
berdasarkan perilaku?
a. Ya.
b. Tidak
2. Jika Anda menganggap itu adalah pelanggaran, pelanggaran apakah yang telah
dilakukan oleh Pak Andre?
a. Twisting informasi.
b. Penandatanganan formulir kosong.
c. Misinterpretasi.
d. Pembujukan dengan hadiah.
Latihan 33.1
Bagian 13. Etika Bisnis Asuransi Jiwa | 139
33.7. Intisari
Pada bab ini, Anda telah mempelajari hal-hal berikut:
Prinsip Kode Etik dapat dihafal dengan mengingat “PT. JAMIN”, yaitu:
o Pribadi (menghindari kepentingan pribadi);
o Transaksi harus dijaga kerahasiaannya;
o Jabatan tidak boleh disalahgunakan;
o Adil dalam perlakuan kepada seluruh pemegang polis;
o Melengkapi data yang tepat;
o Informasi jangan disalahgunakan;
o Niat baik harus selalu diupayakan.
Petugas Pemasaran Asuransi/Agen asuransi mempunyai tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, perusahaan, nasabah atau calon nasabah dan masyarakat atau
pemerintah;
Sanksi tindak kriminal asuransi akan diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992 dan
di-blacklist. Sedangkan bobot sangsi bagi pelanggar tindakan menyesatkan tergantung
bobot pelanggaran dan bisa sampai dikenakan blacklist