Bagaimana Cara Berinvestasi Saham
description
Transcript of Bagaimana Cara Berinvestasi Saham
Bagaimana cara berinvestasi saham
Posted: 03 Jan 2011 08:09 PM PST
Bahasan tentang potensi untung ataupun potensi rugi di pasar modal yang dimuat di rubrik ini dua pekan
silam hanyalah bagian kecil dari seni berinvestasi di pasar modal, khususnya saham.
Seni? Ya, sebab untuk menjadi pemain alias investor sukses di pasar modal, khususnya Bursa Efek
Indonesia, tidak cukup hanya dengan kompentensi, pengetahuan, keterampilan, atau keberanian, tetapi
juga seni. Kenapa? Karena di pasar modal kerap terjadi anomali yang tidak bisa diduga siapa pun,
termasuk analis kondang. Misalnya, kondisi pasar saham dunia dan regional tengah turun, kondisi politik
di dalam negeri, dan perekonomian tidak terlalu mendukung, tetapi ada saham-saham yang naik harga,
dan bahkan indeks saham gabungan pun melonjak. Demikian juga sebaliknya. Anomali hanya bisa
disikapi jika investor menggunakan rasa seni dalam bermain di pasar modal.
Seni berinvestasi di pasar modal tentu berbeda untuk investor institusi yang memiliki dana besar dari
investor ritel yang dananya terbatas. Bahasan, dalam tulisan ini hanya akan difokuskan pada investor ritel
yang tujuannya berinvestasi di pasar modal adalah mendapat tambahan pendapatan atau pendapatan
sampingan dari investasinya. Artinya, kalaupun seluruh modal yang ditanamkan amblas, si investor tidak
serta-merta jatuh miskin. Jika dana yang dimainkan bisa mereguk keuntungan, maka bukan tidak
mungkin menjadi kaya raya. Lantas bagaimana melakukan semua itu?
Pertama, dana yang ditanamkan di pasar modal mestilah bukan dana yang diperuntukkan untuk uang
belanja rumah tangga, melainkan sebagai bagian investasi yang memiliki risiko rendah dan moderat. Jadi,
dana yang digunakan untuk jual-beli saham cukup 25 persen atau separuhnya, bergantung pada
karakteristik personal Anda. Jika Anda cukup kuat menanggung risiko, dana yang ditempatkan bisa lebih
besar.
Kedua, investasi di pasar modal bertujuan jangka pendek untuk mendapatkan hasil dari jual-beli saham
dan atau mendapat dividen bersama dengan hasil potensial jika Anda memegang saham tersebut untuk
jangka menengah-panjang. Nah, dalam hal ini, dana yang Anda alokasikan sebaiknya dipastikan
peruntukannya, apakah untuk jual-beli saham sehari-hari atau beli saham lalu dipegang untuk kurun
waktu cukup lama. Lazimnya, tujuan pembelian saham pun bisa dibagi, yang peruntukannya untuk
”perdagangan” sehari-hari maupun untuk jangka waktu di atas satu tahun.
Ketiga, bertransaksi untuk perdagangan dan untuk jangka panjang hakikatnya tetap sama, yakni memilih
saham dengan fundamental bagus, dalam arti perusahaan emiten memiliki prospek usaha dan harga
sahamnya di bawah nilai sebenarnya. Artinya, harga target saham tersebut untuk beberapa waktu ke
depan berpotensi masih lebih tinggi daripada harga saat ini.
Dalam praktiknya, bukan tidak ada saham yang sebenarnya secara fundamental sudah mencapai ”harga
wajar”, tetapi ketika ditransaksikan bisa saja harganya tetap meningkat. Nah, saham semacam ini hanya
pantas masuk dalam portofolio perdagangan. Bisa beli hari ini jual besok, dua hari kemudian, atau malah
pada hari yang sama. Dan Anda akan mengeruk keuntungan. Bagaimana mungkin? Di sinilah seninya.
Berbeda
Seni berjual-beli (trading) saham sedikit berbeda dari investasi saham untuk jangka menengah panjang
kendati prinsip dasarnya sama, yakni mesti memiliki nilai fundamental yang bagus. Namun, dalam
perdagangan, naik-turunnya harga saham tidak semata-mata karena faktor fundamental, tetapi juga ada
unsur sentimen dan aspek yang sulit dianalisis secara matematika karena lebih mengedepankan persepsi
dan ekspektasi.
Nah, untuk mendapat keuntungan dari transaksi jual-beli jangka pendek, bisa melihat pergerakan harga
saham ketika pasar baru dibuka. Sebagai investor ritel, tentu Anda tidak memiliki dana cukup untuk
menggerakkan harga saham. Namun, ibarat ikan teri, tentunya bisa nebeng di pergerakan ikan paus.
Dengan kata lain, jika yakin saham Anda akan bergerak harganya karena saat pasar dibuka harga saham
tersebut langsung bergerak yang berarti ada permintaan besar, Anda bisa ikut membeli saham itu.
Di sisi lain, Anda tentu tidak tahu apakah si investor besar akan memegang saham tersebut dalam jangka
waktu lama atau kemudian menjualnya lagi setelah memperoleh keuntungan potensial dan melakukan
aksi ambil untung. Di sinilah kerap terjadi musibah bagi investor ritel karena terlambat menjual.
Oleh karena itu, agar Anda tidak terjebak situasi itu, jika Anda bermain saham untuk dijual segera, tidak
boleh serakah. Konkretnya, jika harga di pasar sudah lebih tinggi dari harga beli, maka sesegera mungkin
saham itu dijual lagi. Tidak perlu kecewa kalau ternyata harga saham itu terus melambung. Ingat, Anda
adalah investor ritel yang cuma mengikuti ”paus”. Tentu harus tahu kapan menyingkir agar tidak terimpit
paus kalau tiba-tiba sang paus putar haluan.
Seni lain
Adakah seni yang lain? Ada. Anda mesti sangat hati-hati menggunakan dana yang terbatas. Caranya,
belilah saham yang sektornya terdiversifikasi, pecah dana ke dalam beberapa saham. Dengan demikian,
jika satu saham turun, saham lain bisa meningkat.
Kalau hasil transaksi dikonsolidasikan, Anda tetap akan memperoleh hasil, tetapi tidak sebesar investor
institusi. Sisi baiknya, risiko Anda juga menjadi tidak terlalu besar.
Singkatnya, seni bermain saham sebenarnya perpaduan antara kelihaian dalam menentukan kapan masuk
dan kapan keluar, dibarengi itikad memperoleh keuntungan secukupnya, tanpa serakah, serta
mendiversifikasi saham yang dibeli. Selamat mencoba.
Bagaimana cara memilih investasi kala pasar modal tak menentu
Posted: 03 Jan 2011 08:02 PM PST
Ambrolnya pasar modal saat ini membuat para pelaku pasar panik. Alhasil, banyak investor yang
melakukan aksi jual dalam bursa. Padahal, langkah itu justru membuat pasar bursa jadi tambah tertekan.
Nah, pastinya, banyak investor yang bertanya-tanya, instrumen investasi apa yang layak dipilih dalam
kondisi bursa yang tidak menentu seperti sekarang ini.
Menurut para perencana keuangan, pengamat investasi serta ekonom, jenis investasi yang paling tepat
dilakukan adalah menanamkan modal di pasar saham. Tentunya dengan catatan, investasi ini memiliki
jangka waktu yang panjang. "Harga saham yang anjlok sekarang bisa naik hingga tujuh kali lipat dalam
lima sampai tujuh tahun ke depan," jelas Roy Sembel, Chief Research Officer Capital Price (Capital
Market, Portfolio Investment, Corporate Finance, and Economics). Roy merekomendasikan, saat ini
merupakan waktu yang paling tepat bagi investor jangka panjang dan menengah untuk menyerbu saham-
saham fundamental bagus yang harganya sedang diobral.
Bagaimana dengan investor jangka pendek? Menurut Roy, investor jangka pendek sebaiknya memilih
instrumen yang memberikan pendapatan tetap dalam jangka pendek. Misalnya deposito perbankan. “Tapi
yang pasti, harus ada keseimbangan antara jangka pendek menengah dan panjang karena kebutuhan kita
tidak semuanya jangka pendek,” jelasnya.
Normalnya, jelas Roy lagi, investasi di pasar saham harus sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
inflasi. Jika pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen sampai 8 persen per tahun ditambah dengan tingkat
inflasi antara 5 persen sampai 10 persen per tahun, maka pertumbuhan indeks pasar yang normal itu
berada pada posisi 15 persen sampai 20 persen per tahun. "Kalau dilihat jangka panjang, meski naik turun
tapi keuntungannya ya sekitar 15 sampai 20 persen itu," jelas Roy.
Emas bisa jadi pilihan menarik
Senada dengan Roy, ekonom BNI Tony Prasentiantono menilai, penempatan instrumen investasi harus
disesuaikan dengan kebutuhan investor itu sendiri. Bagi investor jangka panjang, Tony sepakat bahwa
pasar saham merupakan pilihan yang baik. Selanjutnya deposito, emas, properti, valas, obligasi, dan
reksadana bisa menjadi pertimbangan selanjutnya.
“Emas bisa dilirik karena dapat menjadi alat lindung nilai dari ketidakjelasan kondisi perekonomian saat
ini,” ungkap Tony. Sementara, pasar properti juga bisa dipilih karena merupakan salah satu sektor
fundamental yang paling bagus.
Nah, meski demikian, menurut perencana keuangan Prime Planner M Ichsan, penempatan portofolio
investasi yang aman tetap saja harus disesuaikan dengan kebutuhan, jangka waktu investasi, serta berapa
total investasinya.
Ichsan bilang, bagi investor jangka panjang, nilai investasi di reksadana saham dan pasar saham bisa
mencapai 70 persen. Sedangkan sisanya dapat ditaruh dalam deposito, pasar uang dan emas.
Sementara bagi investor jangka pendek, 40 persen dananya bisa ditempatkan di deposito, dan 30 persen-
nya lagi di obligasi jangka pendek. "Sisanya baru di reksadana saham dan saham," kata Ichsan.
Bagaimana cara awal membeli saham
Posted: 03 Jan 2011 08:01 PM PST
Pilihan investasi banyak ragamnya. Prinsip utamanya, Anda perlu memahami untuk apa investasi
tersebut. Apa bedanya dengan menabung? Toh, keduanya merupakan bentuk perencanaan keuangan
untuk persiapan masa mendatang, kan?
Kondisi keuangan yang tak pasti akan membuat Anda memilih untuk menabung atau investasi. Inflasi
yang sudah hampir pasti terjadi atau bahkan deflasi bisa saja menghantam kondisi keuangan, termasuk
kantong pribadi Anda.
Dengan menabung Anda hanya akan menyimpan uang, tetapi tidak mengembangkannya. Artinya, selama
10 tahun menyimpan uang nilainya tak berubah. Sementara itu, inflasi menyebabkan harga barang dan
jasa semakin tinggi. Nilai tabungan Anda takkan mengimbangi laju inflasi. Sedangkan dengan
berinvestasi, Anda mampu meningkatkan nilai uang karena adanya nilai tambah dari uang yang Anda
investasikan dari berbagai pilihan instrumen yang ada. Seperti emas, yang harganya akan terus tinggi.
Jika Anda beli emas saat ini, nilainya akan naik sekitar 50 persen setiap tahunnya. Lain lagi dengan pasar
uang seperti saham sebagai instrumennya.
Jika Anda tertarik berinvestasi saham, simak langkahnya:
1. Cari informasi dan buatlah keputusan
Seperti dijelaskan sebelumnya, inflasi atau deflasi, bisa terjadi di masa mendatang. Anda akan sangat
mudah kehilangan uang disebabkan oleh keduanya. Menyimpan uang berbahaya apalagi jika resesi
terjadi. Solusinya, belilah aset berharga. Saham termasuk aset yang mudah diperjualbelikan, asalkan
memahami risikonya. Pemahaman tentang berbagai produk investasi sangat bisa dipelajari. Internet
menjadi sumber informasi yang paling mudah saat ini. Yang terpenting adalah membuat keputusan,
bahwa Anda harus menyelamatkan diri dari keruntuhan finansial yang bisa disebabkan oleh berbagai
kondisi keuangan.
2. Sehatkan kondisi keuangan Anda
Sebelum membeli produk investasi, pastikan kondisi keuangan Anda sudah sehat. Artinya, jumlah hutang
menurun, setidaknya Anda hanya punya cicilan kendaraan saja. Sebisa mungkin hindari hutang atau
setidaknya kurangi hutang Anda. Miliki dana cadangan sebesar tiga atau enam bulan dari total
pengeluaran setiap bulannya. Uang ini merupakan tabungan Anda untuk jaga-jaga jika kondisi keuangan
menurun drastis karena kehilangan pekerjaan atau bisnis merugi.
3. Memilih broker
Cari informasi selengkap-lengkapnya tentang pilihan saham dan juga broker-nya. Jangan pilih perusahaan
brokeryang tak jelas kinerja dan profilnya, atau tanpa ada rekomendasi dari orang lain yang sudah
berinvestasi saham. Biasanya, bank besar memiliki broker saham. Setidaknya broker dari bank lebih
terpercaya karena Anda sudah lama menjadi pelanggan bank tersebut. Jika merasa yakin dan aman, Anda
juga bisa memilih broker dari jasa broker online. Prinsipnya, kenali kebutuhan Anda agar bisa memilih
broker yang tepat.
4. Memilih layanan yang ditawarkan broker
Broker memiliki banyak tipe layanan jasa. Ada yang jasa umum, ini lebih murah. Ada juga yang
memberikan jasa konsultasi, biasanya perlu ekstra budget untuk tipe ini. Jika Anda merasa mampu
menganalisa perdagangan saham, pilih saja broker yang hanya melayani kebutuhan dasar tanpa ruang
konsultasi. Namun jika Anda tidak memiliki gambaran sama sekali tentang investasi saham, sebaiknya
pilih broker yang sekaligus bisa menjadi konsultan Anda.
Putuskan juga bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan broker. Buatlah kesepakatan dengan broker,
apakah komunikasi dilakukan dengan temu muka, atau bisa dihubungi dengan telepon kapan saja, atau
melalui internet. Pastikan juga, apakah Anda hanya ingin membeli dan menjual saham atau juga produk
pasar modal lain seperti reksadana atau obligasi.
5. Membeli saham
Setelah memilih broker yang tepat saatnya mulai memilih dan membeli saham. Anda yang bertugas
menentukan pilihan saham, lalu broker yang akan membelikannya untuk Anda. Pilihlah saham dengan
hati-hati. Sebaiknya beli saham perusahaan yang memiliki kinerja baik bahkan menjadi leader di bidang
usahanya. Beli saham dari berbagai bidang usaha atau lakukan diversifikasi. Misalnya saham bank, ritel,
perusahaan makanan-minuman, hotel, perusahaan energi, dan komoditi.
Saat Anda sudah menentukan pilihan saham, hubungi broker atau perusahaan broker dan mintalah
aplikasi pembelian saham. Banyak broker yang menawarkan pembelian saham melalui sistem online.
Syaratnya, Anda harus mengirim cek atau transfer uang untuk pembukaan rekening. Karenanya, Anda
perlu memilih broker terpercaya, lebih baik lagi jika direkomendasikan oleh teman atau kerabat Anda.
Mengirim cek akan mempercepat proses pembukaan rekening. Segera setelah rekening Anda miliki,
Anda bisa mulai membeli dan menjual saham.
Lakukan evaluasi berkala untuk memantau perkembangan kinerja perusahaan dan saham yang Anda
miliki darinya. Apakah investasi menguntungkan atau mulai dirasa menurun kinerjanya.