BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN … · 2017. 2. 21. · Januari 2017 yang...
Transcript of BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN … · 2017. 2. 21. · Januari 2017 yang...
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BMKG Jl. Sisingamangaraja No. 1 Nabire Telp. (0984) 22559,26169 Fax (0984) 22559
ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI AMBON
TANGGAL 30 JANUARI 2017
OLEH :
EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr
NABIRE
2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
I. PENDAHULUAN
AMBON (kompas.com) – Cuaca buruk dan angin kencang menyebabkan pohon di kawasan pegunungan
di Dusun Mahia, Kecamatan Leitimuar Selatan, Kota Ambon, Senin (30/1/2017) sore, tumbang dan menimpa
sebuah rumah warga hingga rusak parah. Reruntuhan lalu menyebabkan seorang anak bernama Evan Telussa
tewas dan dua lainnya luka-luka. Dua anak yang luka-luka, Ivan Telussa (4) dan Frits Telussa (14), menjalani
perawatan intensif di RS dr Haulussy Ambon hingga kini. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Ambon, Enrico Matitaputty, mengungkapkan, musibah itu terjadi pada saat wilayah kota Ambon
sedang dilanda cuaca buruk dan angin kencang pada Senin kemarin. “Kejadiannya itu cuaca dan angin kencang
menerpa wilayah kota Ambon kemarin. Para korban ini semunya keluarga,” kata Enrico. Dia mengungkapkan,
setelah mengetahui musibah tersebut, pihaknya langsung mendatangi lokasi kejadian dan memberikan bantuan
kepada keluarga korban. ”Kami barusan mengunjungi rumah keluarga yang tertimpa musibah dan secepatnya
akan memberikan bantuan kepada keluarga korban,” katanya, Selasa (31/1/2017). Dia juga mengaku, pemerintah
kota Ambon juga akan memberikan santunan kepada keluarga korban terkait musibah tersebut. ”Itu nanti
dikoordinasikan dengan Dinas Sosial untuk santunannya,” katanya. Terkait musibah tersebut, dia mengimbau
masyarakat yang tinggal di lereng-lereng gunung dan bantaran sungai agar lebih waspada karena cuaca buruk dan
hujan terus datang,. “Kami selalu ingatkan kepada warga terkait peringatan dini dari BMKG dan kami minta
mereka yang tingal di daerah rawan bencana agar lebih waspada lagi,” pintanya.
Gambar 1. Lokasi Peta Ambon
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Satelit Cuaca
Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH & IR pada tanggal 30 Januari 2017 yang diambil mulai pukul
08.30 s/d 12.10 UTC (17.30 s/d 21.10 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tebal (awan
hujan) disekitaran wilayah Maluku bagian selatan. Terlihat kumpulan awan-awan konvektif tebal tersebut
bergerak masuk ke wilayah Ambon berasal dari arah barat daya perairan laut Banda. Dari klasifikasi jenis awan
diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak
awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-62) s/d (-69) 0C, yang berpotensi menimbulkan hujan
dengan intensitas sedang hingga lebat maupun angin kencang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak
menuju wilayah Ambon pada jam 08.30 UTC.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 2. Citra satelit Himawari 8 EH pukul 08.30 s/d 12.10 UTC tanggal 30 Januari 2017
B. Dinamika Atmosfer
B.1 Suhu Muka Laut
Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Ambon, tanggal 30 Januari 2017 berkisar 27 s/d
31 0C dengan anomaly (+0.5) s/d (+1). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat
menambah peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di
sekitar wilayah kejadian wilayah Ambon.
Gambar 3. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.2 ENSO (El Nino – South Osciilation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 30 Januari 2017 yang bernilai – 0.31 dan data SOI tanggal 30
Januari 2017 yang bernilai + 2.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 30 Januari 2017, menunjukkan
kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap
air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan
di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.3 MJO (Madden – Julian Oscillation)
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 30 Januari 2017 yang berada di kuadran IV, sehingga
mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 5. Track MJO tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.4 Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 03 Agustus 2016 s/d 01 Februari
2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Ambon : -30 W/m2 s/d -50 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif
menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya
Gambar 6. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 03 Agustus 2016 s/d 01 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.5 Analisa Isobar
Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 30 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia
bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 5 (lima) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal
tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia
bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan.
Gambar 7. Analisa Analisa Tekanan Udara Permukaan Jam 00.00 tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.6 Komponen Angin
Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya
pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik yang melewati tepat diatas wilayah
pulau Ambon. Selain itu adanya pola shearline tepat diatas wilayah Ambon, yang dapat berperan untuk
pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan lebat serta angin kencang.
Gambar 8. Analisa Komponen angin Jam 00.00 & 12.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.7 Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850 & 700 mb di sekitar wilayah Ambon, kelembaban
relatif bernilai 70 - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat dan angin kencang kondisi
udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Ambon.
Gambar 9. Prediksi Kelembaban Udara Lapisan 850 & 700 mb pada jam 06.00 UTC
tanggal 30 Januari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.8 Indeks Labilitas Udara
Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat.
Gambar 10. K.Indeks jam 06.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang
sedang.
Gambar 11. Lifted Indeks jam 06.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 12. Showalter Indeks jam 06.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
B.9 Analisa Udara Atas (RASON)
Berdasarkan profil sounding dari Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon tanggal 30 Januari 2017 jam
00.00 UTC menunjukkan bahwa kelembaban udara vertikal (grafik garis warna hijau sebelah kanan) lapisan
permukaan hingga lapisan ketinggian 250 mb (11 km) sedangkan pada jam 12.00 UTC menunjukkan kelembaban
udara vertikal pada lapisan permukaan hingga ketinggian 200 mb (12.5 km). Kelembaban udara tersebut adalah
kondisi ideal yang mendukung tumbuhnya awan. Level ketinggian yang tinggi menunjukkan pertumbuhan jenis
awan Cumulunimbus yang memiliki karakter durasi waktu hujan yang cukup singkat dan disertai angin kencang
ataupun guntur. Pada jam 00.00 UTC, terlihat dari lapisan 600 mb dan pada jam 12.00 UTC, terlihat dari lapisan
600 s/d 450 mb, garis suhu dan garis titik embun saling berimpit Hal ini sangat mendukung pembentukan awan
– awan konvektif (awan cumulunimbus) dan berpotensi terjadinya cuaca buruk.
Gambar 13. Profil Sounding jam 00.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 14. Profil Sounding jam 12.00 UTC tanggal 30 Januari 2017
III. KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa dinamika atmosfer secara global diatas menunjukkan bahwa ENSO tidak
berpengaruh pada kejadian angin kencang di wilayah Ambon namun terdapat pengaruh OLR, MJO serta
Suhu Muka laut yang memanas yang memicu pertumbuhan awan-awan hujan di Ambon pada akhir
Januari.
2. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850 & 700 mb bernilai 70 - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
saat kejadian hujan lebat dan angin kencang kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan
awan-awan konvektif di sekitar wilayah Ambon.
3. Analisa pola angin gradient terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari
samudera Pasifik yang melewati tepat diatas wilayah pulau Ambon. Selain itu adanya pola shearline tepat
diatas wilayah Ambon, yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan
lebat serta angin kencang.
4. Dari citra satelit HIMAWARI menunjukkan bahwa pengumpulan awan-awan cumulonimbus telah terjadi
sejak pukul (17.30 s/d 21.10 WIT) tanggal 30 Januari 2017, menunjukkan sebaran awan-awan konvektif
cukup merata di wilayah Maluku bagian selatan termasuk wilayah Ambon.
5. Indeks labilitas udara :
Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat.
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur
yang sedang.
Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
6. Berdasarkan hasil pengamatan profil sounding tanggal 30 Januari 2017 jam 00.00 & 12.00 UTC, diperoleh
bahwa kelembaban udara vertikal yang terjadi hingga ketinggian 200 mb (12.5 km) pertumbuhan jenis
awan Cumulunimbus yang memiliki karakter durasi waktu hujan yang cukup singkat dan disertai angin
kencang ataupun guntur.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE