thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2013-1-00751-AK Bab2001.doc · Web view2.1 Sistem...
Transcript of thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2013-1-00751-AK Bab2001.doc · Web view2.1 Sistem...
BAB 2
Landasan Teori
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Utami dan Hartanto (2012), sistem adalah sebuah tantangan yang terdiri atas
sejumlah komponen fungsional (dengan tugas khusus) yang saling berhubungan dan secara
bersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses atau pekerjaan tertentu. Menurut
Darmawan dan Fauzi (2013), informasi adalah hasil dari pengolahan data. Ada tiga hal yang
harus diperhatikan dari informasi, yaitu :
1. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data
2. Memberikan makna atau arti
3. Berguna atau bermanfaat dalam meningkatkan kepastian
Sistem informasi akuntansi muncul dari adanya sistem informasi dan sistem akuntansi.
Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi (2008) “Sistem akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang memudahkan manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”
Sedangkan sistem informasi menurut Hall (2009,7) didefinisikan,”The information
system is the set of formal procedures by which data are collected, processed into information
and distributed to users.” Dengan demikian dapat diartikan “sistem informasi adalah kesatuan
dari prosedur formal dengan data yang dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada user.
Sistem informasi akuntansi sendiri memiliki pengertian menurut Rama (2008:6) bahwa
“Sistem informasi akuntansi adalah suatu subsistem dari sistem informasi manajemen yang
menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, juga informasi lain yang diperoleh dari
pengolahan rutin atas transaksi akuntansi.”
Sedangkan menurut Midjan dan Susanto (2008:72) menyatakan bahwa “Sistem informasi
akuntansi adalah kumpulan (integrasi) dari subsistem atau komponen baik fisik maupun non fisik
yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data
transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu
kerangka pengkordinasian sumber daya untuk mengkonversi input berupa data ekonomik
menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
2.1.2.1 Tujuan
Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Hall (2009,h14) adalah :
1. Untuk mendukung kepengurusan manajemen suatu perusahaan, karena manajemen
bertanggung jawab untuk menginformasikan pengaturan dan penggunaan sumber
daya organisasi dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen, karena sistem informasi
memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen untuk melakukan
tanggung jawab pengambilan keputusan.
3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari. Sistem informasi
membantu personil operasional untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Mulyadi (2008), yaitu :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi.
3. Untuk Memperbaiki Pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan
lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelengaraan catatan akuntansi.
2.1.2.2 Manfaat
Manfaat sistem informasi akuntansi menurut Hall(2009,h13), yaitu:
1. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat melakukan
aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
2. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan.
3. Meningkatkan efisiensi.
4. Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan.
5. Meningkatkan sharing knowledge.
6. Menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan.
Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011), sistem informasi akuntansi akan melakukan
lima fungsi utama dalam aktivitasnya sehari-hari, yaitu :
1. Aktivitas mengidentifikasikan, mengumpulkan dan menyimpan data dari seluruh
operasi perusahaan.
2. Melakukan pemrosesan data menjadi informasi yang berguna bagi berbagai pihak
yang berkepentingan.
3. melakukan manajemen data-data yang ada ke dalam kelompok-kelompok yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan.
4. Melakukan kontrol data yang cukup sehingga aset organisasi dapat terjaga
keamanannya.
5. Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi berbagai pihak
yang berkepentingan seperti manajemen, investor, dan pimpinan perusahaan.
2.1.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rochaety, Ridwan, dan Setyowati (2013), komponen sistem informasi
merupakan sebuah susunan dari orang, aktivitas, data, jaringan, dan teknologi yang terintegrasi
yang berfungsi untuk mendukung dan meningkatkan operasi sehari-hari sebuah bisnis, juga
menyediakan kebutuhan informasi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh
manajer.
Komponen-komponen pada SIA menurut Hall (2009,9), yaitu :
1. Sistem Pemrosesan Transaksi(Transaction Processing Sistem)
Sistem pemrosesan transaksi merupakan pusat dari seluruh fungsi Sistem Informasi
Akuntansi dengan merubah kejadian eknomi ke dalam transaksi keuangan, mencatat
transaksi keuangan menjadi pencatatan akuntansi (jurnal dan buku besar) dan
mendistribusikan informasi keuangan kepada para personel operasi untuk membantu
operasi sehari-hari.
2. Buku Besar atau Sistem Laporan Keuangan
Sistem ini berfungsi untuk melakukan pembaruan pada buku besar juga mengukur
serta melaporkan status sumber daya keuangan dan perubahan terhadap sumber daya
keuangan.
3. Sistem Pelaporan Manajemen
Sistem ini memberi informasi keuangan internal perusahaan yang diperlukan untuk
mengatur bisnis.
2.1.4 Siklus Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Krismiaji (2010), sistem informasi akuntansi memiliki beberapa sistem-sistem
bagian yang berupa siklus-siklus akuntansi. Siklus akuntansi menunjukkan prosedur akuntansi
mulai dari sumber data sampai ke proses pencatatan atau pengolahan akuntansinya.Siklus
akuntansi dibagi menjadi :
1. Siklus Pendapatan atau Penerimaan Kas
Siklus Pendapatan merupakan prosedur pendapatan dimulai dari bagian
penjualan otorisasi .kredit, pengambilan barang, penerimaan barang, penagihan
sampai dengan penerimaan kas.
2. Siklus Pengeluaran Kas atau Pembelian
Siklus pengeluaran kas merupakan prosedur pengeluaran kas mulai dari proses
pembelian sampai ke proses pembayaran.
3. Siklus Konversi atau Persediaan
Siklus konversi merupakan siklus produksi mulai dari bahan mentah sampai ke
barang jadi.
4. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia atau Penggajian
Siklus manajemen Sumber Daya Manusia melibatkan prosedur penggajian.
5. Siklus Buku Besar dan Laporan Keuangan
Siklus buku besar dan pelaporan keuangan berupa prosedur pencatatan dan
perekaman ke jurnal dan buku besar dan pencetakan laporan-laporan keuangan yang
datanya diambil dari buku besar.
2.2 Pengendalian Internal
2.2.1 Pengertian
Menurut Krismiaji (2010), sistem pengendalian internal merupakan komponen penting
dalam perusahaan. Menurut AICPA ( the american institute of certified public accountans )
bahwa “sistem pengendalian internal adalah Rencana organisasi dan semua ukuran dan metode
terkoordinasi yang diterapkan dalam suatu perusahaan untuk melindungi aktiva, menjaga
keakurasian dan kepercayaan data akuntansi, meninggkatkan efisiensi, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.”
2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian
Tujuan Sistem Pengendalian Internal menurut Hall(2011) yaitu :
1. Melindungi harta kekayaaan perusahaan.
2. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang
dijalankan oleh perusahaan.
3. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan sehingga dalam berbagai kegiatan dapat
dilakukan penghematan.
4. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen, dan kebijakan manajemen
ini dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan dapat bekerja sama dengan
baik.
2.2.3 Komponen Sistem Pengendalian
Komponen pengendalian menurut Krismiaji (2010), dibagi menjadi lima komponen
pengendalian, yaitu :
1. Control environment atau lingkungan pengendalian
Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan
kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara
manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan
mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan.
2. Control aktivities atau kegiatan pengawasan
Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
3. Risk asessment atau pemahaman resiko
Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola
risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
4. Information and communication atau informasi dan komunikasi
Sistem yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi
yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
5. Monitoring atau pemantauan.
Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu
kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang
terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
2.3 Sistem Informasi Pembelian
2.3.1 Definisi Pembelian
Menurut Assauri (2008,223) Pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dalam
berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan
kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang
sesuai dengan harga berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini,
karena pembelian menyangkut investasi dana dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke
dalam pabrik.
2.3.2 Klasifikasi Transaksi Pembelian
Klasifikasi dari transaksi pembelian yang mendukung sistem informasi pembelian
menurut Mulyadi (2008), adalah sebagai berikut :
1. Pembelian secara kontan, yaitu pembelian yang dilaksanakan secara cash and carry,
kebiasaan yang umum dimasa sekarang yaitu jangka waktu satu bulan pun dianggap
kontan.
2. Pembelian secara kredit, yaitu pembelian yang mendapat fasilitas pembayaran lebih
dari satu bulan.
3. Pembelian secara tender, yaitu pembelian yang dilaksanakan apabila menyangkut
nilai cukup besar.
4. Pembelian dengan cara impor, yaitu pembelian yang menggunakan prosedur impor
dengan memanfaatkan letter of credit (L/C).
5. Pembelian secara komisi, yaitu pembelian barang yang bersifat titipan, atas barang-
barang yang terjual yang kemudian dibayar.
6. Pembelian dipasar berjangka atau future trading, yaitu pembelian atas barang-barang
yang memiliki standar kualitas yang ditawarkan dipasar berjangka, selain kualitas
telah terjamin juga dapat menutup kemungkinan kerugian karena adanya kenaikan
harga.
7. Pembelian secara cicilan pada sewa guna usaha (Leasing), yaitu suatu cara pembelian
dimana harga atas barang dibayar secara mencicil setelah diperhitungkan bunga bank.
Bentuk lain adalah beli sewa yaitu pembayaran berupa sewa atas barang tersebut
dianggap angsuran barang.
8. Pembelian secara kontrak, yaitu suatu pembelian dengan menggunakan prosedur
kontrak yang memuat hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak. Biasanya
pembelian secara kontrak dilaksanakan apabila terjadi penjualan secara kontrak pula.
9. Pembelian melalui perantara (komisioner, makelar), yaitu suatu jenis pembelian yang
menggunakan jasa komisioner atau makelar sebagai perantara dalam pembelian dan
untuk jasa yang mereka berikan, mereka menerima komisi atau provisi.
10. Pembelian secara remburs, lebih bersifat cara pembayaran, yaitu pembayaran
dilakukan kepada pembawa atau yang mengangkut barang.
2.3.3 Fungsi Yang Terkait Pembelian
Adapun fungsi yang terkait pembelian menurut Mulyadi (2008:299), adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Gudang
Fungsi gudang dalam sistem informasi pembelian bertanggung jawab untuk
mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada
digudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2. Fungsi Pembelian
Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga barang,
menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang dan mengeluarkan order
pembelian kepada pemasok yang dipilih.
3. Fungsi Penerimaan
Bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kuantitas
barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang
tersebut diterima oleh perusahaan.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi pencatatan
utang dan fungsi pencatatan persediaan.
2.3.4 Dokumen-dokumen pembelian
Adapun dokumen-dokumen yang digunakan didalam kegiatan pembelian
menurut mulyadi (2008: 300) dokumen-dokumen didalam pembelian adalah sebagai berikut :
1. Surat permintaan pembelian
2. Surat permintaan penawaran harga
3. Surat order pembelian
4. Laporan penerimaan barang
5. Surat perubahan order
6. Bukti kas keluar
2.3.5 Prosedur Pembelian
Prosedur transaksi pembelian secara garis besar menurut mulyadi (2008: 302) adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi Gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian
2. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok
3. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan melakukan
pemilihan pemasok.
4. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok
5. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi gudang untuk
disimpan.
6. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi akuntansi
7. Fungsi Akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok dan atas dasar faktur dari
pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi
pembelian.
2.3.6 Pengendalian Dalam Siklus Pembelian
Menurut Hall (2009, 228) pengendalian-pengendalian yang perlu dilihat dalam siklus
pembelian atau pengeluaran, yaitu:
1. Otorisasi Transaksi
Otorisasi transaksi merupakan pengendalian dalam perusahaan berupa keharusan
mengotorisasi transaksi pembelian yang akan dilakukan perusahaan kepada bagian
yang berwenang. Otorisasi transaksi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Subsistem Pembelian
Merupakan sistem otorisasi transaksi untuk mengotrisasi hanya pembeliannya
tetapi pengeluaran tunai atau kreditnya dikeluarkan bagian lain.
b. Subsistem Pengeluaran Kas
Merupakan sistem otorisasi transaksi yang berfungsi untuk mengeluarkan
tunai atau kredit pada pembelian yang telah diotorisasi bagian subsitem
pembelian.
2. Pembagian Tugas
Pembagian tugas merupakan pengendalian yang membagi tugas setiap bagian agar
tidak adanya fraud yang dibuat oleh karyawan. Seperti pemisahan bagian
Pengendalian Inventory dengan bagian Gudang.
3. Supervisi
Supervisi merupakan pengendalian untuk meninspeksi aset-aset agar tidak adanya
aset yang hilang maupun dicuri.
4. Pencatatan Akuntansi
Pencatatan Akuntansi merupakan pengendalian atas pencatatan akuntansi yang
berhubungan dengan bagian pembelian dengan melakukan audit secara berkala.
5. Pengendalian Akses
Pengendalian akses merupakan pengendalian pada akses untuk memasuki dokumen-
dokumen yang dimiliki perusahaan. Perusahaan harus memberi batas akses terhadap
seluruh karyawan secara terperinci agar tidak terjadinya pembobolan atas dokumen-
dokumen yang perusahaan miliki.
6. Verifikasi Independen
Verifikasi independen merupakan pengendalian pada bagian hutang serta buku besar
dengan melakukan pengecekan oleh tim independen yang professional untuk
memastikan tidak adanya kesalahan yang disengaja maupun tidak di sengaja.
2.3.7 Pengertian Flowchart
Menurut Mardi (2011), Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-
langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program, sebagai berikut :
2.3.8 Flowchart Prosedur Pembelian dan Pengeluaran Kas
Dalam proses audit sistem informasi siklus pengeluaran ini, akan menguraikan flowchart
prosedur pembelian dan pengeluaran secara teori, flowchart prosedur pembelian dan pengeluaran
yang berjalan pada PT.Amber Karya, dan usulan flowchart prosedur pembelian dan pengeluaran
pada PT.Amber Karya
Flowchart prosedur pembelian
berikut adalah flowchart prosedur pembelian menurut Krismiaji (2010), sebagai berikut :
Gambar 2.3 Flowchart Prosedur Pembelian Lanjutan
Keterangan
Berdasarkan flowchart prosedur pembelian menurut Krismiaji (2010) diatas, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Permintaan pembelian dimulai pada saat bagian persediaan memberikan informasi ke
bagian gudang bahwa stok barang dalam gudang sudah berkurang maka bagian
gudang akan membuat permintaan pembelian ke bagian pembelian dengan membuat
surat permintaan pembelian (SPP) 3 rangkap yang telah diotorisasi oleh manajer unit
peminta. Surat permintaan pembelian (SPP) akan didistribusikan kepada:
a. SPP lembar 1 : Dikirim ke bagian pembelian
b. SPP lembar 2 : Diarsipkan sementara pada bagian gudang
c. SPP lembar 3 : Dikirim ke bagian utang
2. Bagian pembelian menerima surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 1 dari
bagian gudang dan memproses permintaan pembelian tersebut dengan memilih
pemasok atau supplier dari daftar pemasok atau supplier yang telah disetujui. apabila
pemasok atau supplier telah ditentukan, maka bagian pembelian akan membuat order
pembelian (OP) 5 rangkap yang telah diotorisasi oleh manajer departemen
pembelian. Order pembelian (OP) akan didistribusikan kepada:
a. OP lembar 1 : Dikirim ke supplier
b. OP lembar 2 : Diarsipkan sementara pada bagian pembelian
c. OP lembar 3 : Dikirim ke bagian gudang
d. OP lembar 4 : Dikirim ke bagian penerimaan barang
e. OP lembar 5 : Dikirim ke bagian utang
Surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 1 beserta order pembelian lembar ke 2
diarsipkan sementara pada bagian pembelian.
3. supplier atau pemasok menerima order pembelian lembar ke 1 dari bagian pembelian
dan akan memproses serta mengirimkan barang disertai dengan:
a. Faktur pembelian yang dikirimkan ke bagian utang
b. Slip pengepakan yang dikirimkan ke bagian penerimaan barang
c. Surat pemberitahuan yang dikirimkan ke bagian pembelian
4. Bagian penerimaan barang menerima barang yang dikirim oleh supplier atau
pemasok yang disertai dengan slip pengepakan, bagian penerimaan barang akan
melakukan pemeriksaaan barang dan melakukan pencocokan berdasarkan order
pembelian (OP) lembar ke 3 yang diterima dari bagian pembelian pada saat order
pembelian. Apabila sesuai dengan order pembelian (OP) lembar ke 3 maka bagian
penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang (LPB) 4 rangkap.
Laporan penerimaan barang (LPB) akan didistribusikan kepada:
a. LPB lembar 1 : Dikirim ke bagian gudang
b. LPB lembar 2 : Dikirim kebagian gudang
c. LPB lembar 3 : Dikirim ke bagian pembelian
d. LPB lembar 4 : Diarsipkan pada bagian penerimaan barang
Laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 4 dan order pembelian (OP) lembar ke
3 diarsipkan pada bagian penerimaan barang dengan nomor urut tercetak, sebagai
laporan bahwa barang telah diterima.
5. Bagian gudang menerima laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 1 dan 2 dari
bagian penerimaan barang, maka bagian gudang akan melakukan pencocokan antara
surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 2, order pembelian (OP) lembar 3, dan
laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 1 dan 2. setelah melakukan pencocokan,
surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 2, order pembelian lembar ke 3, dan
laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 1 diarsipkan pada bagian gudang
sebagai laporan penambahan jumlah persediaan dalam gudang dengan nomor urut
tercetak. Laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 2 dikirim ke bagian utang
untuk dilakukan pemrosesan pembayaran.
6. Bagian pembelian menerima laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 3 dari
bagian penerimaan barang, dan bagian pembelian melakukan pencocokan antara
surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 1, order pembelian (OP) lembar 2, dan
laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 3. setelah melakukan dilakukan
pencocokan surat permintaan pembelian (SPP) lembar ke 1, order pembelian (OP)
lembar 2, dan laporan penerimaan barang (LPB) lembar ke 3 diarsipkan pada bagian
pembelian bernomor urut tercetak.
Aktivitas prosedur pembelian menurut krismiaji (2010) harus harus memiliki
pengendalian atas transaksi pembelian yang dilakukan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa
informasi yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya. dengan demikian keputusan yang dibuat
atas dasar informasi tersebut tepat. Secara ringkas, aktivitas pengendalian yang dilaksanakan pada
transaksi pembelian yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No. Aktivitas Pembelian Barang
1 Otorisasi transaksi
1. Manajer unit peminta mengotorisasi
permintaan barang
2. Manajer departemen pembelian menyetujui
permintaan pembelian barang
2 Pengamanan terhadap
aktiva dan catatan
1. Laporan penerimaan barang dibuat ketika
barang diterima
2. Laporan penerimaan barang bernomor urut
tercetak
3. Kuantitas barang dihitung pada saat barang
diterima
4. Kuantitas barang dihitung secara independen
3
Pemisahan tugas 1. Bagian pembelian dan bagian utang dagang
2. Pencatat persediaan dan bagian gudang
3. Bagian penerimaan barang dan bagian gudang
4 Dokumen dan catatan
Permintaan Pembelian
1. Dibuat berdasarkan titik dan kuantitas
pemesanan kembali
2. Dimintakan persetujuan untuk pemesanan
khusus
Order Pembelian
yang memadai 1. Dibuat atas dasar permintaan pembelian
2. Bernomor urut tercetak
3. Pemasok dipilih dari daftar pemasok yang
disetujui
4. Dilakukan pengecekan terhadap harga dan
termin
Paket Voucher
1. Faktur dikirim langsung ke bagian utang
dagang
2. Voucher bernomor urut tercetak
3. Didukung oleh permintaan pembelian, order
pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur asli
4. Disertifikasi
Tabel 2.1 Ringkasan Aktivitas Pengendalian Transaksi Pembelian
Flowchart Prosedur Pengeluaran Kas
Berikut adalah flowchart prosedur pengeluaran kas menurut Krismiaji (2010), sebagai berikut :
Keterangan
Berdasarkan flowchart prosedur pengeluaran kas menurut Krismiaji (2010) diatas, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Dimulai dari bagian utang menerima tembusan permintaan pembelian dari unit
peminta barang, atas dasar dokumen ini bagian utang mempersiapkan catatan utang.
Selanjutnya, bagian utang juga menerima tembusan order pembelian dari departemen
pembelian, kemudian untuk sementara kedua dokumen tersebut diarsipkan menurut
nomor.
2. Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok dan menerima tembusan
laporan penerimaan barang dari unit penerima barang. selanjutnya bagian ini akan
mencocokkan dengan dokumen, mengecek perhitungan, dan menyetujui pembayaran
faktur, dan membuat voucher.
3. Selanjutnya bagian ini akan mencatat voucher dalam register voucher, kemudian
mengarsipkan voucher dan dokumen pendukungnya (faktur asli, laporan penerimaan
barang, order pembelian, dan permintaan pembelian) ke dalam arsip paket voucher
urut tanggal jatuh tempo.
4. Pada tanggal jatuh tempo, bagian utang mengeluarkan paket voucher dari arsipnya
dan menyerahkan kepada bagaian keuangan (kasir).
5. Setelah menerima paket voucher dari bagian utang, maka bagian keuangan
memeriksa dan mengecap lunas.
6. Selanjutnya, bagian keuangan ini akan membuat cek dan mencatatnya dalam register
cek, dan menandatangani cek dan bukti kas keluar, kemudian mengirimkannya ke
pemasok atau supplier yang bersangkutan
7. Setelah dicap lunas, paket voucher yang sudah dilunasi dikembalikan ke bagian
utang.
8. Setiap akhir bulan bagian keuangan akan membuat ringkasan register cek dan
menyerahkannya ke bagian akuntansi untuk diposting.
9. Bagian utang menerima paket voucher yang sudah dilunasi oleh bagian keuangan,
kemudian bagian utang mencantumkan nomor cek ke dalam register voucher dan
menyerahkannya ke bagian akuntansi untuk diposting.
10. Bagian akuntasi menerima total voucher dan total kas dari bagian utang dan bagian
keuangan, bagian akuntansi akan melakukan posting ke dalam buku besar sebagai
laporan pengeluaran kas.
Aktivitas prosedur pengeluaran kas menurut Krismiaji (2010) harus harus memiliki
pengendalian atas transaksi pengeluaran kas yang dilakukan. Secara ringkas, aktivitas
pengendalian yang dilaksanakan pada transaksi pengeluaran kas yang dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
No. Aktivitas Pengeluaran Kas
1 Otorisasi Transaksi 1. Bagian utang mengotorisasi pengeluaran kas
2. Bagian keuangan menyetujui
2
Pengamanan Terhadap
Cek
1. Dibuat atas dasar paket voucher
2. Bernomor urut tercetak
3. Hamua ditandatangani jika dibuat dengan
benar
4. Ditandatangani oleh dua pejabat jika nilainya
melewati angka tertentu
5. Diposkan oleh karyawan yang tidak terlibat
dalam pembuatan check
6. Check yang masih beredar dicatat
3
Pemisahan Tugas
1. Bagian utang dagang dan bagian pengeluaran
kas
2. Bagian pengeluaran kas dan bagian buku
besar
3. Bagian buku besar dan bagian utang
4 Dokumen Dan Catatan
Yang Memadai
Paket Voucher
1. Dilakukan pengkajian terhadap kelengkapan
paket voucher, khususnya faktur asli
2. Dibatalkan segera setelah check
ditandatangani
Utang Dagang
1. Diposting setiap hari
Buku Besar
1. Jurnal pengeluaran kas dibuat setiap hari
Tabel 2.2 Ringkasan Aktivitas Pengendalian Pengeluaran Kas
Berdasarkan uraian dan penjelasan prosedur pembelian dan prosedur pengeluaran kas
menurut Krismiaji (2010), dapat disimpulkan bahwa antara prosedur pembelian dan prosedur
pengeluaran kas harus dibedakan, yaitu sebagai berikut :
1. Prosedur pembelian dalam proses transaksi pembelian hanya sampai pada tahap arsip
penerimaan barang dari order pembelian, berikut urutan dari prosedur pembelian :
a. Bagian gudang membuat permintaan pembelian
b. Bagian pembelian menerima permintaan pembelian
c. Bagian pembelian memilih pemasok atau supplier
d. Bagian pembelian membuat order pembelian
e. Bagian penerimaan barang menerima barang dari order pembelian
f. Bagian penerimaan barang mengecek barang yang diterima dengan
membandingkan dengan order pembelian
g. Bagian penerimaan barang membuat laporan penerimaan barang dan
membuat arsip penerimaan sebagai informasi barang telah diterima
h. Bagian gudang menerima Laporan penerimaan barang dan
membandingkan dengan dokumen permintaan pembelian dan order
pembelian. Dilanjutkan dengan pengarsipan dokumen sebagai informasi
penambahan jumlah persediaan
i. Bagian pembelian menerima laporan penerimaan barang dan
mencocokkan dengan dokumen permintaan pembelian dan order
pembelian. Dilanjutkan dengan pengarsipan dokumen sebagai informasi
bahwa transaksi pembelian telah selesai.
Dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh prosedur pembelian adalah :
a. Surat permintaan pembelian
b. Surat order pembelian
c. Laporan penerimaan barang
Dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh pemasok atau supplier dalam prosedur
pembelian :
a. Surat pemberitahuan
b. Surat pemberitahuan
c. Slip pengepakan
2. Prosedur pengeluaran kas adalah terusan dari prosedur pembelian, berikut urutan dari
prosedur pengeluaran kas :
a. Bagian utang menerima dokumen permintaan pembelian, order
pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok atau
supplier
b. Bagian utang membuat paket voucher dan memasukkan ke dalam register
voucher
c. Bagian keuangan menerima paket voucher dari bagian utang
d. Bagian keuangan melakukan pembayaran yaitu dengan membuat cek,
membuat bukti kas keluar
e. Bagian keuangan mengirim kembali paket voucher voucher yang telah
lunas kepada bagian utang
f. Bagian keuangan mengirimkan ringkasan register cek ke bagian akuntansi
g. Bagian akuntansi menerima total voucher dari bagian utang
h. Bagian akuntasi menerima total cek dari bagian keuangan
i. Bagian akuntansi mencatat semua total tersebut kedalam buku besar
24 Audit Sistem Informasi
2.4.1 Pengertian
Audit sistem informasi memiliki pengertian menurut Romney dan Steinbart (2008)
bahwa “audit sistem informasi mengkaji ulang pengendalian sistem informasi akuntansi menilai
pemenuhannya dengan kebijakan dan prosedur pengendalian internal dan keefektifan
perlindungan terhadap aset.”
Sedangkan maksud dari audit sistem informasi dijelaskan Gondodiyoto (2010), bahwa
“audit sistem informasi dimaksudkan untuk mengevaluasi tingkat kesesuaian antara sistem
informasi dengan prosedur bisnis perusahaan atau kebutuhan pengguna, untuk mengevaluasi
apakah suatu sistem informasi telah didesain dan diimplementasikan secara efektif, efisien, dan
ekonomis, memilik mekanisme pengamanan aset, serta menjamin integritas data yang memadai.”
Sehingga dapat disimpulkan audit sistem informasi merupakan proses evaluasi terhadap
sistem informasi berdasarkan pada prosedur pengendalian yang telah ditetapkan untuk
menentukan apakah suatu sistem dapat melindungi aset, memelihara integritas data, membuat
efektif serta efisien kinerja perusahaan.
2.4.2 Tujuan Audit Sistem Informasi
Tujuan audit sistem informasi menurut Romney dan Steinbart (2008), adalah untuk
meninjau dan mengevaluasi pengendalian internal yang melindungi sistem tersebut. Pada saat
melakukan audit, para auditor memiliki tujuan-tujuan berikut ini agar terpenuhi :
1. Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program komunikasi
dan data dari akses tidak sah, modifikasi dan penghancuran.
2. Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan otorisasi khusus
dan umum dari pihak manajemen.
3. Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan dari pihak
manajemen.
4. Pemrosesan transaksi, file, laporan, dan catatan komputer lainnya telah akurat dan
lengkap.
5. Data sumber yang tidak akurat atau tidak memiliki otorisasi yang tepat
diidentifikasikan dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan.
6. File data komputer telah akurat, lengkap dan dijaga kerahasiaannya.
2.4.3 Jenis Audit Sistem Informasi
Menurut Seputra (2013), Audit sistem informasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Audit Through The Computer
Audit through the computer adalah audit yang dilakukan untuk menguji sebuah
system informasi dalam hal proses yang terotomasi, logika pemograman, edit
routines, dan pengendalian program. Pendekatan audit ini menganggap bahwa
apabila program pemrosesan dalam sebuah sistem informasi telah dibangun dengan
baik dan telah ada edit routines, serta pengecekan pemrograman cukup maka adanya
kesalahan tidak akan terjadi tanpa terdeteksi. Jika program berjalan seperti yang
direncanakan, maka semestinya output yang dihasilkan juga dapat diandalkan.
Pendekatan audit langsung ke system komputerisasi dapat digunakan pada situasi
sebagai berikut:
a. Sistem aplikasi komputer memproses input yang cukup besar dan menghasilkan
output yang cukup besar pula, sehingga memperluas audit untuk meneliti
keabsahannya.
b. Bagian penting dari struktur pengendalian perusahaan terdapat di dalam
komputerisasi yang digunakan.
c. Sistem logika komputer yang sangat kompleks dan memiliki banyak fasilitas
pendukung.
d. Adanya jurang yang besar dalam melaksanakan audit secara visual, sehingga
memerlukan pertimbangan antara biaya dan manfaatnya.
2. Audit Around The Computer
Audit around the computer adalah pendekatan audit dimana auditor menguji
keandalan sebuah informasi yang dihasilkan oleh komputer dengan terlebih dahulu
mengkalkulasikan hasil dari sebuah transaksi yang dimasukkan kedalam sistem.
Kemudian kalkulasi tersebut dibandingkan dengan output yang dihasilkan oleh
sistem. Apabila valid dan akurat, dapat diasumsikan bahwa pengendalian sistem telah
efektif dan sistem telah beroperasi dengan baik.
Metode audit di sekitar komputer tersebut dapat digunakan pada situasi sebagai
berikut:
a. Dokumen sumber tersedia dalam bentuk kertas dan dapat dilihat secara visual.
b. Dokumen-dokumen yang disimpan dalam file mudah untuk ditemukan.
c. Sistem komputer yang digunakan standar atau sederhana.
d. Sistem komputer yang digunakan masih menggunakan software yang umum
digunakan, dan telah diakui, serta digunakan secara massal.
3. Audit With The Computer
Audit with the computer disebut juga dengan teknik audit berbantuan komputer atau
penggunaan komputer untuk membantu pelaksanaan audit. Contoh dari audit with the
computer yaitu auditor melakukan audit dengan menggunakan ACL atau exel dalam
proses auditnya. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan oleh auditor dalam
melaksanakan prosedur audit:
a. Memproses atau melakukan pengujian dengan menggunakan komputer klien itu
sendiri sebagai bagian dari pengujian pengendalian.
b. Menggunakan komputer untuk melaksanakan tugas audit yang terpisah dari
catatan klien, yaitu mengambil copy data file atau program milik klien untuk diuji
dengan komputer lain (di kantor auditor.