BAB1111 Hukum Perkawinan · menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga ......
Transcript of BAB1111 Hukum Perkawinan · menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga ......
BABBABBABBAB1111 Hukum PerkawinanHukum PerkawinanHukum PerkawinanHukum Perkawinan
___________________________________________________________
A. Pengertian Perkawinan
“Perkawinan” menurut istilah ilmu Fiqh dipakai perkataan “nikah”
dan perkataan “ziwaj”. (Kamal Mukhtar, 1974 : 1) “Nikah” menurut
bahasa mempunyai arti sebenarnya (haqiqat) dan arti kiasan (majaaz).
Arti yang sebenarnya dari “nikah”, ialah “dham”, yang berarti
“menghimpit”, “menindih” atau “berkumpul”, sedang arti kiasannya
ialah “watha” yang berarti “setubuh” atau “aqad” yang berarti
“mengadakan perjanjian pernikahan”. Dalam pernikahan bahasa sehari-
hari perkataan “nikah” lebih banyak dipakai dalam arti kiasan daripada
arti yang sebenarnya, bahkan “nikah” dalam arti yang sebenarnya jarang
sekali dipakai pada saat ini. (Kamal Mukhtar, 1974 : 1)
Perkawinan adalah sebuah akad atau kontrak yang mengikat dua
pihak yang setara laki-laki dan yang masing-masing telah memenuhi
persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas kerelaan dan kesukaan
untuk hidup bersama. (Mulia, 2004: 15). Perkawinan adalah hal
kesepakatan social antara laki-laki dan perempuan, yang tujuannya
adalah hubungan seksual, menjalin hubungan kekeluargaan melalui
perkawinan, meneruskan keturunan, memohon karunia anak, membentuk
keluarga dan menempuh hidup bersama (Sharur, 2004: 436)
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
2
Menurut Aziz (1996 : 1329) dalam Ensiklopendi Hukum Islam
perkawinan (menghimpun atau mengumpulkan) salah satu upaya untuk
menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga
sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang tidak menjamin
kelangsungan eksistensi manusia diatas bumi. Menurut Mas’adi (1999 :
306) perkawinan adalah sebuah aqad (perikatan )yang dikukuhkan
dengan penerimaan mahar pada pengantin perempuan dan dengan
kesaksian diataskerelaan pengantin perempuan terhadap perkawinan
tersebut. Di samping itu menurut Humm (2002) perkawinan adalah
kontrak kerja dimana kecurangan suami mendapatkan pekerjaan tanpa
upah dari istrinya merupakan model produksi domestic dan model
eksploitasi patriarkhis. Sedangkan menurut Abdhul Ghani Abud
sebagaimana yang dikutip oleh Miharso (2004 :54) perkawinan adalah
pertemuan yang teratur antara pria dan wanita dibawah satu atap untuk
memenuhi kebutuhan – kebutuhan tertentu baik yang bersifat biologis,
social, ekonomi dan budaya bagi masing – masing, baik keduanya secara
bersama-sama, dan bagi masyarakat dimana mereka hidup serta bagi
kemanusiaan secaara keseluruhan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan perkawinan
adalah “aqad yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara seorang
pria dan seorang wanita untuk sama-sama mengikat diri, bersama dan
saling kasih mengasihi demi kebaikan keduanya dan anak-anak mereka
sesuai dengan batas-batas yang ditentuka oleh hukum.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
3
Dalam perkawinan adanya ikatan lahir batin, yang berarti bahwa
dalam perkawinan itu perlu ada ikatan tersebut kedua-duanya. Ikatan
lahir adalah ikatan yang menampak, ikatan formal sesuai dengan
peraturan - peraturan yang ada. Oleh karena itu perkawinan pada
umumnya diinformasikan kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat
mengetahuinya (Walgito, 2004: 12).
B. Hukum Sah Perkawinan
Perkawinan adalah sesutu yang dibolehkan dan dianjurkan dalam
agama apapun. Dalam Islam hukum perkawinan dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Jaiz (boleh), ini asal hukumnya.
b. Sunat, bagi orang yang b erkehendak serta cukup nafkah
sandang, pangan, dan lain-lain.
c. Wajib, bagi orang yang cukup sandang, pangan dan
dikhawatirkan terjerumus kedalam lembah perzinaan.
d. Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah.
e. Haram, bagi orang yang menyakiti perempuan yang akan
dinikahi (Rasyid, 1988: 381-382).
Bagi warga negara Indonesia, perkawinan yang sah tentunya
adalah perkawinan yang memenuhi syarat dan rukun
sebaagimana beraku pada agama dan kepercayaan masing-
masing. Di samping harus disahkan dan dicatat secara khusus
sebagaimana diatur dalam hukum perkawinan yang berlaku di
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
4
Indonesia yaitu Undang-Undang Pernikahan Nomor 1 tahun
1974. Jadi sebuah perkawinan yang saah manakala memenuhi
aturan agama maupun negara.
C. Asas Dan Prinsip Perkawinan
Yang dimaksud dengan asas dan prinsip perkawinan di sini adalah
ketenuan perkawiann yang menjadi dasar dan dikembangkan dalam
materi batang tubuh Undang-Undang Perkawinan (UUP) Republik
Indonesia. asas dan prinsip perkawinan dalam UUP adalah :
1. Asas sukarela
tujuan perkawinan adalah membnetuk keluarga bahagia dan
kekal. Untuk ituk suami dan istri perlu sangat perlu
menanamkan sikap saling membantu dan melengkapi agar
tujuan perkawinan bisa tercapai.
2. Partisipasi keluarga
Perkawinan dianggap syah pabila sesuai dengan hukum yang
berlaku pada masing-masing agama dan harus dicatat sesuai
denagn ketentuan yang berlaku. Dan disinilah peran keluarga
yaitu persetujuan orang tua menajdi penting sebagai syarat
syah perkawinan yang di atur agama.
3. perceraian dipersulit
tujuan perkawinan adalah memebntuk keluarga yang bahagia
dan kekal karenanya perceraian dengan lasan-alasan yang
tidak dibenarkan menjadi sulit dan harus diproses di depan
pengadilan.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
5
4. poligami dibatasi dengan ketat
undang-undang menganut monogami, kendati poligami
diperbolehkan secara ketat diatur oleh undang-undang.
5. kematangan calon mempelai
perkawinan harus dialkukan oleh mempelai yang telah masak
jiwa dan raga seehingga perkawinan dapat berjalan lancar
tanpa berakhir denagn perceraian.
6. memeperbaiki derajat wanita.
Hak dan kewajiban istri seimabang denagn hak dan kewajiban
suami dalam rumah tangga dan masyarakat, sehingga segala
sesuatu dapat diputus kan bersama antara suami dan istri
(Syarifuddin, 2006: 26-27).
Mulia (2004:15-20) menyatakan Prinsip Perkawinan dalam
Islam adalah :
1) Kebebasan dalam memilih jodoh
Perkawinan mengandung adanya unsur kerelaan dari pihak laiki-
laki dan perempuan karenanya kebebesan menjadi milik semua
orang untuk menentukan pasangan yaitu dengan siapa orang itu
akan menikah. Kebebesan yang dimiliki tentunya tetap terbingkai
dalam aturan yang diajarkan Islam bagaimana memilih suami atau
isteri yang baik agar keluarga yang dibentuk nantinya bisa meraih
kebahagian di dunia dan akhirat.
2) Mawaddah warrahman cinta dan kasih sayang.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
6
Perkawinan merupakan ikatan yang didalamnya menyatukan cinta
dan kasih sayang antara suami dan isteri. Sebagaimana salah satu
tujuan perkawinan dapat memberikan kedamain dan kebahagian
bagi semua anggota keluarga., sehingga cinta dan kasih sayang
menjadi landasan penting dalam membangun keluarga.
3) Saling melengkapi dan melindungi
Suami dan isteri dalam perkawinan memiliki posisi yang sama
penting yaitu saling membantu, saling melenkapi dan saling
melindungi dalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Tidak
dibenarkan suami berkuasa atas isteri sehingga isteri harus sellau
tunduk dengan suami, tetapi keduanya merupakan dua relasi
manusia yang saling melengkapi satu sama lain sebagiman
fitrahnya mansuia diciptakan perpasangan.
4) Memperlakukan istri dg sopan (mu’syarah bil ma’ruf)
Ada anggapan yang salah bahwa suami berhak melakukan dan
memaksakan kehendaknya pada isteri karena memang posisi
perempuan harus dibawah laki-laki. Yang demikian ini tidak
dibenarkan dalam Islam, tetapi ajaran islam memposisikan
perempaun secara mulai dan terhormat. Hal ini ditunjukkan dengan
kewajiban-kewajiban yang harus diberrikan suami kepada isterinya
secara adil, benar bahkan penuh rasa hormat dan santun dalam
menjalani kehidupan perkawinannya.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
7
D. Perkawinan Yang dilarang
Ada beberapa praktek perkawinan yang pernah ada dalam Tradisi
Islam dan sekarang sudah diharamkan yaitu :
1. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah atau nikah muwaqqat atau nikah mungathi
adalah nikah untuk jangka waktu tertentu (temporary marriage).
Lamanya bergantung pada permufakatan antara laki-laki dan
wanita yang akan melaksanakannya, bisa sehari, seminggu,
sebulan, dan seterusnya. Para ulama menyepakati keharaman nikah
ini pada masa sekarang.
Kata mut’ah berasal dari kata mata’a yang berarti
bersenang-senang. Perbedaannya dengan pernikahan biasa, selain
adanya pembatasan waktu adalah:
� Tidak saling mewarisi, kecuali kalau disyaratkan.
� Lafazh ijab yang berbeda.
� Tidak ada talak, sebab sehabis kontrak, pernikahan itu putus.
� Tidak ada nafkah ‘iddah
Ide tentang mut’ah ini kemungkinan besar ditimbulkan oleh
hal-hal yang insidentil, yang terjadi pada suatu ketika saja,
sepeti perjalanan jauh. Di wilayah Arab, jarak antra satu dan
lain tempat berjauhan, terhalang sahara yang panas dan
gersang, dan bila ditempuh melalui perjalanan darat dengan
berjalan kaki atau naik unta, membutuhkan waktu
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
8
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, belum lagi kalau
terjadi halangan.
2. Nikah Syighar
Syighar adalah suatu bentuk perkawinan yang
dilakukan pada masa jahiliyah, yang ada hakikatnya
merupakan pertukaran wanita dari satu laki-laki ke lain laki-
laki secara timbal balik. Bahkan, lebih cocok kalau disebut
tukar-metukar wanita dari sebuah perkawinan. Syighar
meniadakan maskawin atau mahar sebagai suatu kewajiban
dan menggantikannya sebagai kehormatan wanita.Menurut
penulis, ketiadaan mahar bukanlah satu-satunya illat
mengapa perbuatan-perbuatan tersebut dilarang,namun
perbuatan itu sendiri memang tidak pantas dilakukan
manusia beradab karena merendahkan nilai dan kehormatan
wanita. Padahal Islam berusaha mengangkat derajat dan
martabat wanita. Oleh karena itulah, Islam kemudian
melarang perkawinan Syighar.
3. Nikahtahlil
Tahlil artinya menghalalkan. Maksud yang
dikehendaki menurut ilmu fikih ialah suatu bentuk
perkawinan yang semata-mata untuk menghalalkan
kembalinya suamu kepada mantan istrinya, akibat hak dan
ruju’ setelah talak ketiga.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
9
Berbeda dengan perkawinan syighar yang bisa
dilaksanakan pada masyarakat jahiliyah dahulu di wilayah
Arab, nikah tahlil di samping dikerjakan masyarakat
jahiliyah dahulu diwilayah Arab, juga masih dilakukan
sampe saat ini, dan sangat mungkin dilakukan dinegara kita.
Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa.
4. Kawin Gadai atau Kawin Pinjam
Kawin gadai atau kawin pinjam merupakan kebiasaan
orang Arab sebelum Islam, yaitu seorang suami menyuruh
atau mengizinkan istrinya untuk bergaul dengan orang-orang
yang terpandang (bangsawan). Tujuannya adalah mencari
bibit unggung dari hubungan tersebut. Sementara pihak
suami berpisah dengan istrinya, sampai siistri hamil dan
mengumpulinya kembali kalau dia mau. Adapun anak yang
lahir dari hubungan seksual dengan orang-orang ternama
tersebut dinisbatkan kepada suami-istri tersebut.
5. Poliandri
Poliandri artinya banyak suami, maksudnya adalah
seorang wanita yang digauli oleh bnayak laki-laki dalam
kurun waktu yang sama. Jika si wanita itu hamil dan
melahirkan, ia mengumpulkan lelaki-lelaki yang secara rutin
meng gauinya. Untuk menetapkan siapa ayah si anak tadi, ia
menunjuk salah seorang diantara mereka. Menurut
Hamudah Abul’ati, poliandri dapat terjadi akibat beberapa
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
10
kondisi dari si wanita, seperti rasio seksnya yang berlebihan,
tidak mempunyai kecemburuan seks, harta yang melimpah,
mencegah hartanya b erpindah ketangan orang lain.
6. Kawin Waris
Salah satu kebiasaan bangsa Arab jahiliyah
mengawini mantan istri ayahnya .Istri-istri mendiang
ayahnya dianggap sebagai warisan, seperti harta benda. Si
anak boleh mengawininya tanpa harus membayar mahar.
Bahkan, dia boleh mengawinkan istri ayahnya kepada orang
lain dengan menerima maharnya. Ahli waris juga dapat
mencegah istri ayahnya menikah dengan orang lain atau
membiarkan menjanda selama hidupnya.
E. Tujuan Perkawinan
Menurut Sabiq (1980: 20-21) fungsi dan tujuan perkawinan adalah
1. Dengan perkawinan dapat membuahkan diantara tali
kekeluargaan, memperteguh kelanggengan, rasa cinta antar
keluarga dan memperkuat hubungan kemasyarakatan yang
memang menurut islam direstui, ditopang dan ditunjang karena
masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayangi akan
menjadi masyarajat yang kuat lagi bahagia.
2. Menyadari tanggung jawab beristri dengan menanggung anak-
anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam
memeperkuat bakat dan pembawaan seseorang, Ia akan cekatan
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
11
bekerja, karena dorongan tanggung jawab dan memikul
kewajibannya, sehingga ia akan banyak bekerja dan mencari
penghasilan yang dapat memperbesar kekeyaan dan
memeperbanyak produksi.
Sedangkan menurut Azis (1996:1329) fungsi dan tujuan
pernikahan adalah
1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar.
2. Cara paling baik untuk mendapatkan anak dan mengembangkan
keturunan secara sah.
3. Menyalurkan naluri kebapakan dan keibuan.
4. Memupuk rasa tanggung jawab dalam rangka memelihara dan
mendidik anak, sehingga memberikan motifasi yang kuat bagi
seseorang untuk membahagiakan orang-orang yang menjadi
tanggung jawab.membagi rasa tanggung jawab antara suami
dan istri yang selama ini diprasaikul masing-masing pihak.
Menurut Hakim (2000: 15-26), tujuan perkawinan dapat dilihat
dari beberapa aspek berikut :
1. Aspek personal
a. Penyaluran Kebutuhan biologi
Sebagai suatu sunatullah, manusia selalu hidup
berpasanganakibat adanya daya tarik, nafsu syahwat
diantara dua jenis kelamin yang berlainan. Hidup bersama
dan berpasangan tadi tidaklah harus selalu dihubungkan
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
12
dengan masalah seks walaupun factor ini merupakan factor
yang dominant.
b. Reproduksi Generasi
Ada orang yang berpendapat bahwa untuk mendapatkan
keturunan tidak perlu selalu melalui pernikahan. Hal ini,
karena akibat yang ditimbulkan dari persetubuhan adalah
kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran keturunan. Akan
tetapi, persetubuhan di luar perkawinan jelas dilarang oleh
ajaran Islam.
2. Aspek Sosial
a. Rumah tangga yang baik sebagai fondasi masyarakat yang
baik
Perkawinan diibaratkan sebagai ikatan yang sangat kuat,
bagaikan ikatan dengan airnya, dan bagaikan beton
bertulang yang sanggup menahan getaran gempa. Kalau kita
amati, pada awalnya mereka yang melakukan pernikahan
tidak saling kenal dan kadangkala mereka mendapatkan
pasangan yang berjauhan. Akan tetapi, tatkalamemasuki
dunia perkawinan, mereka begitu menyatu dalam
keharmonisan, bersatu dalam menghadapi tantangan dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
b. Membuat manusia kreatif
Perkawinan juga mengajarkan kepada kita tanggung jawab
akan segala akibat yang timbul karenanya. Dari rasa
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
13
tanggung jawab dan perasaan kasih sayang terhadap
keluarga inilah timbul keinginan untuk mengubah keadaan
kearah yang lebih baik dengan sebagai cara.
3. Aspek Ritual
Banyak contoh dari berbagai media, baik cetak maupun
elektronik, yang menyebutkan adanya kecenderungan manusia
untuk melecehkan ikatan perkawinan mereka untuk kemudian
hidup bersama tanpa ikatan perkawinan atau mereka tergantung
dalam kelompok bebas dan menganut faham free sex.
4. Aspek moral
Seperti telah diketaui bahwa libido seksualitas pada
dasarnya adalah suatu fitrah kemanusiaan dan juga fitrah bagi
makhluk hidup lainya. Oleh karena itu, baik manusia maupun
makhluk hidup lainya, sama-sama memerlukan pelampiasan
terhadap lawan jenisnya.
5. Aspek Kultural
Perkawinan disamping membedakan manusia dengan
hewan, juga membedakan manusia antara manusia yang
beradab dengan manusia yang biadab, ada juga antara manusia
primitif dan manusia modern. Wa;aupun pada dumia primitif
mungkin terdapat aturan-aturan perkawinan, dipastikan aturan-
aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Itu
menunjukkan bahwa kita mempunyai kultur yang lebih baik
daripada manusia-manusia purba atau primitif.
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
14
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkawinan
mempunyai berbagai tujuan yang memberikan manfaat bagi
mansuia secara personal maupun sosial.
F. Hikmah Perkawinan
1. Menyambung Silaturahmi
Pada awalnya Tuhan hanya menciptakan seorang manusia,
yaitu Adam a.s. Kemudian tuhan menciptakan Siti Hawa sebagai
pasangan Adam. Setelah itu manusia berkembang baik menjadi
berbagai kelompok bangsa yang terbesar keseluruh alam karena
desakan habitat yang menyempit serta sifat primordial
keingintahuan manusia akan isi alam semesta.
2. Memalingkan Pandangan yang Liar
Seorang yang belum berkeluarga belum mempunyai
ketetapan hati dan pikiranya pun masih labil. Dia belum
mempunyai pegangan dan tempat untuk menyalurkan ketetapan
hati dan melepaskan kerinduan serta gejolak nafsu syahwatnya.
3. Menghindari Diri dari Perzinaan
Pandangan yang liar adalah langkah awal dari keinginan
untuk berbuat zina. Seperti yang telah diutarakan, godaan untuk
melakukan kemaksiatan didunia ini sangat banyak dan beragam,
suatu konisi yang tidak menguntungkan bagi kehidupan yang
beradab.
4. Estafeta Amal Manusia
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
15
Kehidupan manusia dibumi ini sangat singkat dan dibatasi
waktu Ironisnya, kemauan manusia sering kali melampoi batas
umurnya dan batas kemampuannya. Pertambahan usia
menyebabkan berkurangnya kemampuan karena kerja seluruh
orang makin emelemah. Akibatnya aktivitas dan produktivitas
menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, hingga suatu
saat ajal datang menjemput.
5. Estetika Kehidupan
Pada umumnya manusia memiliki sifat meterialistis.
Manusia selalu ingin memiliki perhiasan yang banya dan bagus.
Entah itu perhiasan materiel, seperti emas permata, kendaraan,
rumah mewah, alat-alat yang serba elektronik aupun perhiasan
yang imateril, seprti titel dan pangkat.
6. Mengisi dan Menyemarakan Dunia
Salah satu misi eksistensi manusia dibumi ini adalah
memakmurkan dunia dan membuat dunia ini semarak dan
bernilai. Untuk itu, tuhan memberikan kemudahan-kemudahan
melalui kemampuan ilmu dan tegnologi. Dengan bekal yang
dikaruniakan Tuhan tersebut, Manusia dapat menaklukkan alam
ini dan mengambil manfaatnya.
7. Mejaga Kemurnian Nasab
Mendapatkan keturunan yang sah hanya dapat diperoleh
melalui perkawinan yang sah pula. Melalui perkawinan inilah
dapat diharapkan lahirnya nasab yang sah pula sebab wanita yang
Konseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling PerkawinanKonseling Perkawinan
16
mendapatkan benih dari saluran yang resmi, mampu memberikan
keturunan yang dapat dijamin orisinalitasnya.