BAB V KESIMPULANscholar.unand.ac.id/26970/3/BAB V.pdf · 2017-07-24 · 74 BAB V KESIMPULAN ....
Transcript of BAB V KESIMPULANscholar.unand.ac.id/26970/3/BAB V.pdf · 2017-07-24 · 74 BAB V KESIMPULAN ....
74
BAB V
KESIMPULAN
Nagari Sago Salido, sebelum tahun 1984 termasuk kedalam Kenagarian
Salido, namun dengan adanya UU. No. 5 tahun 1979 yang berisi tentang
perubahan pemerintahan dari pemerintahan nagari ke bentuk pemerintahan desa,
pada tahun 1984 terbentuklah Desa Sago. Pada tahun 2002 bentuk pemerintahan
kembali ke nagari serta Desa Sago juga kembali menyatu dengan Nagari Salido.
Nagari Sago Salido menjadi salah satu kampung di dalam Nagari Salido pada
tahun 2002. Pada tahun 2007 keluarlah UU Perda No. 08 Tahun 2007 yaitu
mengenai pemekaran nagari. Pada tahun 2008 sesuai peraturan Nagari Salido
Nomor 03 tahun 2008 tentang pembentukan atau pemekaran pemerintahan Nagari
Salido. Akhirnya pada tahun 2009 Nagari Salido mengalami pemekaran menjadi
tiga nagari yaitu Nagari Salido, Nagari Sago Salido dan Nagari Bungo Pasang
Salido. Ketiga nagari tersebut dinamakan dengan nama Salido diakhir nama
nagari dikarenakan dalam masalah adat masih satu yaitu yang diatur oleh KAN
Salido.
Di Nagari Sago Salido perkembangan yang menonjol adalah di bidang
pendidikan. Pada tahun 2000 sekolah setingkat SLTA yang terdapat di Nagari
Sago Salido hanya MAN Sago. Hal tersebut membuat tingkat pendidikan di
Nagari Sago Salido kurang berkembang. Namun pada tahun 2004 mulai
dibangunnya sekolah SMKN 2 Painan dan SMAN 3 Painan pada tahun 2010.
75
Perkembangan pendidikan di Nagari Sago Salido sangat berdampak kepada
masyarakat Nagri Sago Salido. Salah satu dampaknya semakin tingginya orang-
orang yang yang berpendidikan di Nagari Sago Salido.
Salah satu dampak yang terlihat adalah semakin tinggi tingkat kesejahteraan
masyarakat di Nagari Sago Salido. Dilihat dari kondisi fisik rumah di Nagari Sago
Salido terjadi perubahan yang signifikan. Pada tahun 2000 rata-rata rumah di
Nagari Sago Salido terdiri dari rumah kayu hanya sebahagian orang yang mampu
membuat rumah permanen. Bahan bakar yang digunakan pun masih banyak dari
kayu atau kompor minyak. Namun pada tahun 2014, terjadi perubahan yang
mencolok dari segi bentuk rumah di Nagari Sago Salido. Rata-rata di Nagari
Salido bentuk rumahnya sudah dalam kondisi permanen dan bahan bakar yang
dipakai sudah berupa gas.
Perubahan-perubahan tersebut tentu sangat didukung oleh pemerintah
Nagari. Peran-peran pemerintah Nagari adalah membangun insfrstruktur yang
bagus dimulai pada tahun 2004 dibangunnya kawasan perumahan di Nagari Sago
Salido yang lebih dekat dengan Pantai Sago. Hal tersebut membuat terbuka akses
jalan ke daerah Pantai Sago. Dampak yang diakibatkannya adalah mulai
masuknya listrik di sepanjang Pantai Sago. Dengan mulai masuknya listrik di
kawasan Pantai Sago yang didaerah tersebut rata-rata didiami oleh masyarakat
nelayan, membuat masyarakat mulai memiliki barang-barang elektronik seperti
racecoker, TV, kulkas, HP, dan lain-lain.
Berkurangnya jumlah nelayan adalah salah satu dampak dari kemajuan di
bidang pendidikan di Nagari Sago Salido. Hal tersebut terjadi dikarenakan
76
kebanyakan keturunan dari keluarga nelayan yang memiliki pendidikan yang
cukup tinggi membuat mereka beralih pada pekerjaan lain yang sesuai pada
tingkat pendidikannya.
Oleh karena Nagari Sago Salido mayoritas masyarakatnya merupakan
masyarakat nelayan mulai tahun 2000 mulai berkurang dari tahun ke tahun.
tercatat dalam buku yang dibuat Iriani, jumlah nelayan di Desa Sago adalah 273
orang. Namun dalam perkembangannya jumlah nelayan semakin berkurang,
tercatat dalam RPJM Nagari Sago Slido pada tahun 2014 jumlah nelayan adalah
127 orang.
Nelayan di Nagari Sago Salido termasuk kepada nelayan tradisional. Dari
tahun 2000 nelayan di Nagari Sago Salido masih bersifat tradisional yaitu terlihat
dari alat tangkapnya yang masih memanfaatkan tenaga manusia serta alat tangkap
yang masih sangat sederhana. Alat tangkap yang paling banyak dipakai adalah
pukat tepi dan jaring. Dari jenis perahu pada tahun 2000 rata-rata nelayan Nagari
Sago Salido belum memakai mesin tempel, masih menggunakan dayung. Hal itu
tampak terlihat bahwa nelayan Nagari Sago Salido masih sangat tradisional.
Masuknya mesin tempel ke Nagari Sago Salido dimulai pada tahun 2009,
menurut nelayan pengadaan mesin tempel dimulai dengan mencontoh nelayan
dari daerah lain. Hal tersebut didukung taraf kebutuhan ekonomi di Nagari Sago
Salido mulai meningkat faktor pertama Nagari Sago Salido sudah menjadi
atministratif sendiri sehingga banyak penduduk pendatang dan menunjang
kegiatan perekonomian sehingga banyak nelayan yang mencari alternatif
pekerjaan lain ketika tidak melaut, salah satu alternatifnya yaitu pergi kesawah
77
dan mencari kelapa serta ada juga beberapa yang menjadi peternak sapi. Dalam
bidang alat tangkap terjadi perubahan yaitu mulai ada mesin tempel, mesin yang
dipakai adalah mesin robin. Dengan adanya mesin robin nelayan lebih cepat
melakukan aktivitas kenelayanan. Pada tahun 2009, juga alat tangkap payang juga
menghilang di Nagari Sago Salido dikarenakan tingginya biaya untuk melaut
sedangkan hasilnya tidak terlau banyak sehingga banyak pemilik payang yang
merugi.
Mulai tahun 2009 di sepanjang pantai di Nagari Sago Salido juga sudah
ditanami pohon pinus yang ditanami oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir
Selatan sehingga dengan banyaknya pohon membuat di tepi pantai menjadi sejuk
hal itu juga memiliki pengaruh terhadap penghasilan nelayan setiap harinya
mereka bisa melakukan penangkapan hingga 3 kali dalam sehari dikarenakan
daerah kawasan tidak panas lagi. Hasil tangkapan nelayan Nagari Sago Salido dari
tahun 2005 biasanya langsung dijual kepedagang ikan ditepi pantai. Hal tersebut
dikarenakan tidak adanya toke besar di Nagari Sago Salido kebanyakan yang
membeli ikan merupakan pedagang ikan yaang memilki modal yang sangat
rendah dan rata-rata apabila ikan dibeli oleh para pedagang ikan uangnya akan
diberi ketika ikan sudah terjual dipasar.
Tidak hanya dalam bidang sosial ekonomi terjadi perubahan namun dalam
bidang sosial budaya juga terjadi perubahan. Salah satu perubahan yang tampak
adalah sikap individualisme masyarakat mulai berkembang kurangnya sikap
tenggang rasa antar sesama salah satu contohnya, biasaya pada sebelum tahun
2005-an nelayan di Nagari Sago Salido tidak ada yang melakukan aktivitas
78
kenelayan pada hari Jumat hal tersebut diatur oleh urang tuo pasie, peraturan
tersebut dikarenakan waktu Jumat adalah waktu yang sangat sempit dan yang
ditakutkan oleh orang tuo pasie adalah para nelayan tidak sempat untuk siap-siap
ke mesjid. Mulai tahun 2009 urang tuo pasie sudah sangat jarang terlihat
fungsinya didalam kenelayanan.
79
DAFTAR PUSTAKA
A. Dokumen dan Arsip
Daftar isian “Monografi Desa Sago Tahun 2000”. Kantor Wali Nagari Salido.
Data BPS Dikeluarkan Direktorat Jendral Pemerintahan Umum Dan Kementrian
Dalam Negeri, 2015
Data BPS Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2000-2015.
Dokumen Laporan Pemanfaatan Dana BLM PUMP Perikanan Tangkap Tahun
Anggaran 2014.
RPJM Nagari Sago Salido Tahun 2015.
Surat Wali Nagari Tentang Tata Cara Pembentukan Atau Pemekaran
Pemerintahan Nagari Salido, Peraturan Nagari Salido Tahun No 03 Tahun
2008.
B. Buku
Amanah, Siti, Kearifan Lokal dalam Pengembangan Masyarakat Pesisir.
Bandung: CV Citra Praya, 2007.
Budi, Piambodo Bono, Ikan Untuk Nelayan Paradigma UUPA Mengenai
Pebangunan Perikanan Nasional Indonesia. Depok: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
Fauzi, Akhmad , Kebijakan Perikanan dan Kelautan “Isu, Sintesis, dan
Gagasan”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 1986.
Indera, Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial, (Jakarta:
Fisip Universitas Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2016).
80
Inventasi Daerah Perbatasan. Painan: Badan Perencanan Pembangunan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan, 2003.
Iriani dkk, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Sago
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Padang: Depbudpar 2001.
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994).
Masyhuri, Pasang Surut Perikanan Laut “Tinjauan Sosial-Ekonomi Kenelayanan
Di Jawa dan Madura, 1850-1940”, Amsterdam: Vrije Universiteit, 1995.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992
Satria, Arif, Pesisir dan Laut untuk Rakyat, Bogor : IPBPress Kampus IPB
Darmaga Bogor, 2009.
Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak,2007.
Soetrisno, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Yogyakarta: Andi Offset, 1992.
hal,126.
Sudirman dan Achmar Mallawa, Teknik Penangkapan Ikan, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004.
Toneko Soleman B, Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia, Jakarta:
CV Fajar Agung, 1986.
Widodo Johanes dan Suadi, Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut,
Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press, 2006.
Yunus Yulizal , dkk. Pesisir Selatan Dalam Dasawarsa 1995-2005 di Bawah
Kepemimpinan Bupati Darizal Basir, Padang-Painan: Pemkab Pesisir
Selatan Kerjasama IAIN-IB Press, 2004.
81
Skripsi, Makalah dan Laporan Penelitian
Azwar, “Strategi Adaptasi Nelayan Tradisional Dalam Masa Paceklik”. Laporan
Penelitian , Padang, Laboratorium Sosiologi FISIP Universitas Andalas,
2008.
Bambang Istijono, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai Terpadu Studi Kasus
Sumatra Barat, Makalah, Palembang Sumatera Selatan, 2008.
Haris Hamdani”Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional”, Artikel,
Jember Jurusan Ilmu Kesejehteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Jember (UNEJ) 2013.
Marlina Santi, “Desa Pasir Baru : Studi Sejarah Tentang Masyarakat Nelayan
Pariaman 1970-1998”, Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Andalas 2001
Sarjulis, “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam (1970-2009)”, Skripsi, Padang Fakultas Sastra Universitas
Andalas 2011
Sriandika Amelia “ Perekonomian Keluarga Nelayan Kelurahan Pasie Nan Tigo
Kecamatan Koto Tangah, Padang Tahun 1980-2012”, Skripsi, Padang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 2014
Sudarso, “Tekanan Kemiskinan Struktural Komunitas Nelayan Tradisional di
Perkotaan“. Laporan Penelitian, Surabaya, FISIP Universitas Airlangga
82
DATA INFORMAN
1. Nama : Aprinal Tanjung
Umur : 53 tahun
Alamat : Nagari Salido
Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Pesisir Selatan
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Salido/ 1 September 2016
2. Nama : Dasman B.
Umur : 71 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Nelayan/Petani
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/11 Oktober 2016
3. Nama : Andi Rustam
Umur : 35 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Pemilik Pukat Tepi
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 30 Agustus 2016
4. Nama : Rustam
Umur : 68 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Pedagang Ikan
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 4 September 2016
5. Nama : Desmayenti
Umur : 40 tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Penarik Pukat/ Pengembala Sapi
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 3 September 2016
6. Nama : Popi
Umur : 23 tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Penarik Pukat Tepi
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 3 September 2016
83
7. Nama : Wati
Umur : 33 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga (Istri Nelayan)
8. Nama : Linda
Umur : 37 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga (Keturunan Dari
Keluarga Nelayan)
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 3 September 2016
9. Nama : Robi Sugara
Umur : 30 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Menjaring/ Pedagang Ikan
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 4 September 2016
10. Nama : Jefri
Umur : 26 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Anak Pukat
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 4 September 2016
11. Nama : Tesa
Umur : 26 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Anak Pukat
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 5 September 2016
12. Nama : Ardi
Umur : 25 Tahun
Alamat : Nagari Sago Salido
Pekerjaan : Anak Pukat
Tempat/ Tanggal Wawancara : Nagari Sago Salido/ 5 September 2016
13. Nama : Oyon
Umur : 48 Tahun