BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Reponden 1 ...repository.ump.ac.id/6054/6/NABELLA ......
Transcript of BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Reponden 1 ...repository.ump.ac.id/6054/6/NABELLA ......
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Petani Reponden
1. Umur Petani Responden
Umur sangat berpengaruh dalam produktivitas kerja seseorang. Semakin
bertambah umur seseorang maka tingkat produktivitas kerjanya akan menurun.
Penurunan produktifitas kerja ditandai dengan berkurangnya hasil kerja seseorang.
Petani responden yang ada di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
rata-rata berusia diatas ≥40 tahun. Data tentang umur petani responden dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Umur Petani Responden
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
40 – 50
51 - 60
> 61
5
5
10
25
25
50
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa petani di Desa Dukuhsalam
termasuk dalam kelompok umur kurang produktif karna pada tabel dapat dilihat,
kebanyakan petani responden berumur antara 51 – 60 tahun sebanyak 5 orang
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
31
sedangkan untuk umur katagori produktif yaitu sekitar umur 40 – 50 tahun terdapat 5
orang sedangkan untuk umur >61 tahun dikatagorikan sebagai umur yang tidak lagi
produktif sebanyak 10 orang. Alasan petani yang umur kurang produktif masih
bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya karena tidak ada
pekerjaan lain dan untuk mengisi waktu luang di masa pensiunan.
2. Tingkat Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal petani responden. Tingkat
pendidikan formal dilihat dari pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani
responden. Tingkat pendidikan formal menunjukan berapa lama petani mengenyam di
bangku sekolah. tingkat pendidikan menjadi tolak ukur untuk berbagai pekerjaan di
berbagai bidang instansi maupun swasta. Adapun tingkat pendidikan petani di Desa
Dukuhsalam dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Responden
No. Tingkat Pendidikan Petani Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Tidak Sekolah
Tamat SD/Sederajat
Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
10
6
2
2
50
30
10
10
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer diolah, 2017
Dapat dilihat pada Tabel 6 disimpulkan bahwa petani di Desa Dukuhsalam, tingkat
pendidikannya termasuk rendah. Pendidikan tamatan SD/Sederajat yaitu sebanyak 6
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
32
orang atau sekitar 30% kemudian pendidikan tamatan SMP/Sederajat yaitu sebanyak 2
orang atau sekitar 10%, kemudian pendidikan tamatan SMA/sederajat yaitu sebanyak
2 orang atau sekitar 10% dan yang mendominasi yaitu tidak sekolah sebanyak 10
orang atau sekitar 50%.
3. Luas dan Status Lahan Petani
Lahan pertanian merupakan salah satu hal pokok yang harus terpenuhi untuk
proses kelangsungan budidaya tanaman pertanian. luas lahan pertanian adalah luas
jumlah keseluruhan luasan lahan pertanian yang dimiliki petani responden serta luasan
lahan pertanian sewaan yang dibudidayakan untuk usahatani. Untuk mengetahui
luasan lahan pertanian di Desa Dukuhsalam dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Luas dan Status Lahan Petani Responden
Sumber : Data Primer diolah tahun, 2017
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa petani responden di Desa
Dukuhsalam rata-rata keseluruhan mempunyai luas lahan sebesar <0,5 Ha artinya
untuk lahan di Desa Dukuhsalam dikatagorikan bukan tempat untuk budidaya tanaman
yang baik dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh para pertani. Selain
luasan lahan yang dimiliki petani responden, perlu dilihat pula status kepemilikan
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1.
2.
< 0,5
≥ 0,5
20
0
100
0
Jumlah 20 100
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
33
lahan para petani responden. Berikut adalah informasi tentang status kepemilikan
lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden
No. Status kepemilikan lahan Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
2.
Milik Pribadi
Sewa
15
5
75
25
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sekitar 15 dari 20 orang responden
memiliki lahan sendiri atau lahan milik pribadi sedangkan 5 lainnya adalah dengan
menyewa lahan. Alasan petani menyewa lahan pertanian yaitu dikarenakan petani
tersebut tidak mempunyai lahan dan lahan yang mereka sewa adalah tanah bengkok
milik perangkat desa. Tanah bengkok tersebut biasanya menjadi lahan kosong jika
tidak disewakan. Karena lahan bengkok tersebut tidak digunakan, maka perangkat
desa menawarkan penyewaan lahan untuk kepentingan budidaya dengan harga yang
terjangkau.
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
34
4. Lama berusahatani petani responden
Lama berusahatani yang dimaksud yaitu lamanya waktu yang ditepuh para
petani responden dalam berkerja sebagai buruh tani. Berikut ini adalah lamanya
berusahatani petani responden dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Lama Berusahtani Petani Responden
No. Lamanya berusahatani (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
10-20
21-30
31-40
>41
6
10
4
0
30
50
20
0
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Dari tabel 9 diatas dapat dilihat lamanya berusahatani petani responden di Desa
Dukuhsalam. Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa banyak petani yang
mengeluti usahatani atau bekerja sebagai buruhtani yang paling banyak selama 21-30
tahun yaitu 10 orang. Sedangkan lama berusahatani di kisaran 10-20 tahun yaitu 6
orang, dan lama berusahatani paling sedikit di kisaran 31-40 yaitu 4 orang. Sedangkan
untuk kisaran >41 yaitu 0 orang. Maka dapat disimpulkan lamanya berusahatani
mempengaruhi petani untuk tidak mengkonversi lahan pertaniannya. Jika semakin
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
35
lama berusahatani maka petani lebih sedikit kemungkinan untuk mengkonversi
lahannya karena petani yang lebih lama berusahatani kebanyakan memanfaatkan lahan
pertanian untuk tabungan masa tua.
5. Jumlah Tanggungan Petani Responden
Jumlah tanggungan petani responden yang dimkasud disini adalah jumlah
anggota keluarga yang menjadi tanggungan oleh petani responden. Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dikaitkan dengan jumlah
penggunaan (sumbangan) tenaga kerja terhadap kegiatan produksi usahatani. Berikut
ini adalah jumlah tanggungan petani responden dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Tanggungan Petani Responden
No. Tanggungan keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
2.
3.
0 – 2
3 - 4
>5
17
3
-
85
15
-
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer diolah 2017
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani
responden di Desa Dukuhsalam paling banyak yaitu di antara angka 0-2 sebanyak 17
orang. Petani responden mempunyai tanggungan keluarga lebih sedikit dikarenakan
banyak anak dari petani responden yang sudah berkeluarga dan bukan lagi menjadi
tanggungan keluarga petani responden. Sedangkan yang terendah yaitu pada angka 3-4
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
36
sebanyak 3 orang. Dan untuk angka >5 yaitu sebanyak 0 orang atau tidak ada petani
responden yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5.
B. Ciri-ciri Lahan Pertanian yang Rawan Terkena Konversi Lahan dan Jenis
Tanaman.
1. Ciri-ciri Lahan Pertanian yang Rawan Terkonversi dan Jenis
Tanamannya di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
Di Desa Dukuhsalam, untuk penggunaan lahan dibidang pertanian cukup
sedikit dikarenakan banyaknya daerah yang banyak terkonversi untuk kepentingan
pembangunan dan pertambangan. Di Desa Dukuhsalam juga sudah dikatagorikan
sebagai lahan yang berada di zona kuning atau lahan tersebut sudah melewati proses
pengalihan dari zona hijau ke zona kuning yang artinya sebagian lahan tersebut bisa
terkonversi karena sudah katagori zona kuning sedangkan untuk lahan zona hijau tidak
boleh untuk dikonversi. Berikut ini adalah diagram ciri-ciri lahan yang rawan
terkonversi di Desa Dukuhsalam:
Gambar.1 diagram ciri-ciri lahan yang rawan terkonversi
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
37
a) Lahan yang berdekatan dengan pemukiman
Lahan yang berdekatan dengan pemukiman cenderung akan lebih mudah dikonversi
dari pada lahan yang jauh dari pemukiman. Dikarenakan untuk akses jalan lahan yang
dekat dengan pemukiman lebih mudah dijangkau dari pada lahan yang jauh dari
pemukiman warga yang akses jalannya susah untuk ditempuh.
b) Katagori lahan yang masuk wilayah zona kuning
Lahan yang berada di wilayah zona kuning cenderung rawan terkena konversi lahan,
dikarenakan lahan yang masuk dalam wilayah zona kuning bisa dikonversi sedangkan
lahan di zona hijau tidak bisa dikonversi. Lahan yang masuk wilayah zona kuning juga
bisa dikaplingkan artinya lahan tersebut bisa dibagi untuk beberapa bagian lahan, hal
ini yang dapat memicu konversi lahan sedikit demi sedikit.
c) Lahan yang dekat dengan daerah pertambangan
Di Desa Dukuhsalam rata-rata mata pencarian masyarakatnya adalah sebagai petani,
penganyam bambu, dan buruh bongkar muat untuk pertambangan. Tidak heran banyak
lahan yang dekat dengan pemukiman
40%
lahan yang kurang subur
3%
lahan di wilayah zona kuning
35%
lahan yang dekat dengan
pertambangan 20%
lahan yang tidak subur
2%
Ciri-ciri lahan yang rawan terkonversi di Desa Dukuhsalam
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
38
terdapat petambangan seperti pertambangan pasir dan batu. Lahan yang masuk daerah
pertambangan cenderung lebih rawan terkonversi, dikarenakan pertambangan
memerlukan lahan yang cukup luas dan pada saat perusahaan pertambangan
memerlukan lahan, maka lahan yang ada di sekitar pertambangan tersebut akan
dikonversi untuk memperluas daerah pertambangan.
d) Lahan yang kurang subur untuk budidaya
Petani yang mempunyai lahan yang kurang subur cenderung akan mengkonversi
lahannya atau menjual lahan tersebut dari pada untuk budidaya, karena untuk
budidaya di lahan yang kurang subur akan menghasilkan produksi yang kurang baik
dan akhirnya berdampak pada pendapatan yang menurun. Di Desa Dukuhsalam lahan
yag kurang subur sebesar 3% sedangkan lahan yang tidak subur sebesar 2% saja dari
5% keseluruhan lahan yang kurang produktif.
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan
usaha tani untuk memproduksi tanaman pertanian maupun hewan ternak. Lahan
pertanian merupakan salah satu sumber daya utama pada usaha pertanian. Klasifikasi
lahan pertanian yang digunakan oleh FAO membagi lahan pertanian menjadi beberapa
jenis yaitu :
Lahan garapan (13,812,040 km²) – lahan yang ditanami tanaman setahun
seperti serealia, kapas, kentang, sayuran, dan sebagainya; termasuk “lahan
tidur” yang mampu digarap namun sedang tidak digarap.
Lahan tanaman permanen (1,484,087 km²) – lahan yang ditanami pohon buah
atau kacang pohon
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
39
Lahan penggembalaan (33,556,943 km²) – lahan yang digunakan untuk
penggembalaan hewan
Lahan garapan dan lahan tanaman permanen dapat disebut sebagai “lahan
budidaya”. Sedangkan lahan usaha tani merujuk pada lahan yang tidak hanya
digunakan untuk budidaya tanaman saja, namun juga mencakup struktur fisik seperti
gudang pertanian dan kandang serta memiliki struktur ekonomi yang lebih rumit.
Berdasarkan kemampuan irigasinya, lahan pertanian dibagi menjadi lahan teririgasi
dan non-irigasi. Lahan pertanian non-irigasi dapat mencakup lahan pertanian tadah
hujan dan lahan kering yang mampu ditanami. Lahan pertanian tidak mencakup lahan
yang tidak mampu ditanami seperti hutan, pegunungan curam, dan perairan. Lahan
pertanian mencakup 33% total daratan yang ada di dunia, dengan lahan yang mampu
digarap sepertiganya atau 9.3% total daratan dunia. Dalam konteks zonasi lahan, lahan
pertanian merujuk kepada lahan yang digunakan untuk aktivitas pertanian dan tidak
bergantung pada jenis dan kualitas lahan. Di beberapa tempat, lahan pertanian
dilindungi hukum sehingga dapat ditanami tanpa terancam pembangunan.
Berikut ini adalah ciri-ciri lahan yang baik untuk proses budidaya pertanian :
a. Mudah dikeringkan
Yang dimaksud mudah dikeringkan disini adalah setelah proses penanaman atau
sesudah proses panen, lahan akan mudah dikeringkan atau mudah diperbaharui
kembali tanpa mengurangi unsur hara di dalam tanah.
b. Tidak mengeras setelah ditanami
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
40
Setelah proses penanaman, walaupun tanah akan mengering permukaanya tetapi di
dalam tanah tersebut akan mudah dihancurkan atau tidak keras.
c. Basah ketika hujan dengan sedikit aliran permukaan.
Ketika hujan tanah akan terus lembab dan untuk lahan pertanian yang baik sebaiknya
ada aliran irigasi kecil untuk jalannya sumber air ke sungai.
d. Tetap lembab ketika musim kering
Lahan pertanian akan tetap lembab saat musim kemarau karna banyaknya unsur hara
dan mineral yang terkandung didalamnya
e. Dapat menahan erosi dan tidak kehilangan hara
Lahan pertanian yang baik dapat menahan erosi tanpa menghilangkan unsur
hara dan mineral didalamnya.
3. Jenis Tanaman yang Rawan Terkonversi
Di Desa Dukuhsalam komoditi yang paling banyak ditanam adalah tanaman
tebu. Tetapi ada tanaman yang lain yang di tanam di Desa Dukuhsalam seperti jagung.
Tanaman yang rawan terkonversi lahannya adalah tanaman tebu, sebagian lahan yang
terkonversi di Desa Dukuhsalam adalah bekas lahan tebu. Walaupun ada beberapa
jenis tanaman yang terkonversi selain tebu seperti ketela dan jangung.
Tabel. 11 Luas Lahan yang Terkonversi
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
41
No. Jenis Tanaman Luas lahan terkonversi Persentase (%)
1.
2.
Tebu (Saccharum officinarum)
Jagung (Zea mays ssp. mays)
4 Ha
1 Ha
90
10
Total 5 Ha 100
Sumber data Primer: diolah 2017
Pada tabel.11 diatas dapat disimpulkan banyaknya lahan pertanian yang
terkonversi adalah pada jenis tanaman tebu yaitu sekitar 5 Hektar, diketahui di daerah
Tegal banyak komoditi usahatani komoditi tebu yang hampir tersebar di seluruh
Kabupaten Tegal. Banyaknya lahan tebu yang terkonversi diakibatkan karena lahan
yang sudah ditanami tebu dianggap kurang subur jika di tanami dengan tanaman lain.
Jika panen tebu yang dihasilkan tidak menghasilkan produktivitas yang signifikan
maka petani akan menjual lahan tersebut secara keseluruhan maupun dikaplingkan.
Kemudian yang kedua adalah komoditi usahatani jagung yang terkonversi sampai 1
hektar. Sama halnya dengan tebu, lahan jagung juga terkonversi akibat nilai jual tanah
yang tinggi dibandingkan hasil produksinya.
C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Lahan dari
Pertaniaan ke Non Pertanian.
Kecamatan Slawi merupakan salah satu Kecamatan yang paling sering terkena
konversi lahan, salah satunya yaitu Desa Dukuhsalam. Rata-rata Desa di Seluruh
Kecamatan Slawi hampir terkonversi, dikarenakan Kecamatan Slawi sudah memasuki
wilayah perkotaan. Menurut Nasoetion dan Winoto (1996) proses alih fungsi lahan
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh dua faktor, yaitu: (i) sistem
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
42
kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (ii) sistem
non-kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem
kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain
direpresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi
lahan. Faktor-faktor yang umum terjadi pada konversi lahan pertanian bisa dilihat
pada diagram berikut ini:
Gambar 2. Diagram faktor-faktor yang terjadi pada konversi lahan
1. Faktor sosial masyarakat petani di Desa Dukuhsalam
Perubahan pada masyarkat di dunia merupakan gejala yang normal, yang
pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya, antara lain berkat
adanya komunikasi yang modern. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tingginya
tingkat konversi lahan di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
adalah sebagai berikut :
Faktor Sosial Masyarakat
50%
Faktor Lingkungan Masyarakat
20%
Faktor Ekonomi
Masyarakat
30%
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
43
Tabel. 12 Faktor-faktor Sosial Masyarakat Petani
No. Faktor Sosial Penjelasan Persentase
(%)
1. Meningkatnya pertumbuhan
penduduk
Peningkatan pertumbuhan
penduduk menyebabkan
permintaan tanah untuk
pembangunan pemukiman semakin
tinggi.
50
2.
Pembangunan pusat industri
atau pembangunan jalan
raya
Tingginya pembangunan
pertambangan atau industry
menyebabkan banyaknya
permintaan akan kebutuhan lahan.
25
3. Pembangunan otonomi
daerah
Otonomi daerah yang
mengutamakan pembangunan pada
sektor menjanjikan keuntungan
jangka pendek lebih tinggi guna
meningkatkan pendapatan asli
daerah .
10
4. Keberadaan hukum waris
Keberadaan hukum waris yang
menyebabkan terfragmentasinya
tanah pertanian, sehingga tidak
memenuhi batas minimum skala
ekonomi usaha yang
menguntungkan.
5
5. Kurangnya minat dibidang
pertanian
Beberapa masyarakat menganggap
bahwa sektor pertanian adalah
sektor minim penghasilan dan
berada di kelas bawah.
5
6. Terprovokasi untuk
mengkonversi lahan
Banyaknya masyarakat petani yang
ikut terprovokasi mengkonversi
lahan pertaniannya
5
Total 100
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
44
2. Faktor ekonomi masyarakat petani di Desa Dukuhsalam
Pembangunan ekonomi menurut Irawan (2002: 5) adalah usaha-usaha untuk
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi
rendahnya pendapatan riil perkapita. Faktor ekonomi yang mempengaruhi tingginya
tingkat konversi lahan di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
adalah :
Tabel.13 Faktor-faktor Ekonomi Masyarakat Petani
No. Faktor Ekonomi Penjelasan Persentase
(%)
1.
Tingginya nilai sewa dan
jual lahan (land rent)
Tingginya nilai sewa dan jual lahan
yang diperoleh aktivitas sektor non
pertanian dibandingkan sektor
pertanian. Rendahnya insentif untuk
berusahatani disebabkan oleh tingginya
biaya produksi, sementara harga hasil
pertanian relatif rendah.
75
2.
Keterbatasan modal dan
biaya
Faktor ekonomi yang mendorong
petani untuk mengkonversi lahannya
salah satunya adalah karna keterbatasan
modal dan biaya yang dialami oleh
para petani responden. Faktor
kebutuhan keluarga petani yang
terdesak oleh kebutuhan modal usaha
atau keperluan keluarga lainnya
(pendidikan, mencari pekerjaan non
pertanian, atau lainnya) seringkali
membuat petani tidak mempunyai
pilihan selain menjual lahan
pertaniannya.
25
Total 100
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
45
1. Faktor lingkungan petani responden di Desa Dukuhsalam
Dekonsentrasi kegiatan industri dan pembangunan pemukiman bagi penduduk
Desa Dukuhsalam telah mulai menggunakan lahan pertanian yang masih berproduksi
disekitarnya. Diduga terdapat perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku konversi lahan pertanian, juga antara konversi lahan pertanian ke pemukiman
dengan ke industri. Secara teoritis transaksi hanya terjadi bila terdapat keseimbangan
antara kebutuhan konsurnen dengan produsen. Namun karena petani berada di pihak
yang lemah diduga bahwa dalam transaksi lahan pertanian pengaruh luar petani lebih
dominan daripada kepentingan internal petani. Salah satunya yaitu faktor lingkungan
yang masih berpengaruh terhadap penyebab terjadinya konversi lahan di Desa
Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Faktor-faktor lingkungan yang
terjadi di Desa Dukuhsalam adalah:
Tabel.14 Faktor-faktor Lingkungan Masyarakat Petani
No. Faktor Lingkungan
Masyarakat
Penjelasan Persentase
(%)
1. Sistem irigasi yang tidak
baik
Sistem irigasi yang tidak cukup baik di
Desa Dukuhsalam menyebabkan sulitnya
petani responden untuk melakukan
usahatani. Aliran irigasi telah banyak
tertutup akibat pembangunan rumah dan
bangunan permanen.
65
2. Lahan yang kurang
subur
Lingkungan lahan yang dimiliki petani
responden terlalu kering untuk ditanami
tanaman pertanian, maka dari itu petani
lebih memilih mengkonversi lahannya
dibandingkan mempertahankan lahan
tersebut untuk bercocok tanam.
35
Total 100
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
46
D. Proses Terjadinya Konversi Lahan Pertanian di Desa Dukuhsalam
Irawan (2005) dalam Akbar (2008) mengemukakan bahwa konversi tanah
lebih besar terjadi pada tanah sawah dibandingkan dengan tanah kering karena
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pertama, pembangunan kegiatan non pertanian
seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih
mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah
kering. Kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan
produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada
daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah
konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah
tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.
Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat
dikatakan bahwa konversi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah.
Sebagian besar konversi lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam
penguasaan lahan yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin
mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Di Desa Dukuhsalam mempunyai luas lahan keseluruhan sebesar 162.067 Ha
diantaranya ada lahan pemukiman, lahan sawah, lahan pekarangan dan lain-lain. Yang
paling banyak mendominasi luas lahan di Desa Dukuhsalam yaitu lahan untuk
pemukiman sebesar 121.037 Ha. Hal ini membuktikan bahwa di Desa Dukuhsalam
lahan pertaniannya cukup banyak yang terkonversi untuk pembangunan infrastuktur.
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
47
Berikut adalah bagan atau diagram proses konversi lahan yang terjadi di Desa
Dukuhsalam:
Gambar 3. Diagram proses konversi lahan di Desa Dukuhsalam
Proses konversi lahan yang terjadi di Desa Dukuhsalam berawal dari
pembangunan pemukiman dan pembangunan industry pertambangan di sekitar daerah
sawah atau lahan pertanian dan di area pinggiran kali gung yang seharusnya menjadi
salah satu sumber irigasi sawah, tetapi dibangun industri pertambangan pasir dan batu.
Hal ini membuat tidak sedikit petani yang berpindah ke usahatani lain yang tidak
membutuhkan terlalu banyak air atau bahkan banyak yang mengkonversi lahan
petaniannya untuk kepentingan non pertanian. Sekitar tahun 90’an di Desa
Dukuhsalam banyak terjadi konversi lahan tetapi belum terlalu signifikan seperti
banyaknya lahan pertanian yang di non aktifkan yang kemudian dijadikan
pembangunan sarana dan prasarana perkotaan seperti terminal dan pembuatan jalan
lingkar yang menghubungkan antara Kecamatan Slawi dengan Kecamatan Pangkah.
awal konversi lahan
(1999)
pembangunan industri /sarana dan prasarana
terjadinya konversi lahan di daerah pingiran kali gung dan
pembuatan jalan lingkar (2010)
terjadinya konversi lahan untuk pembangunan terminal Slawi (2016)
perumahan/ pemukiman
warga
terjadinya konversi lahan untuk pemukiman bahkan
di zona hijau
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
48
Pembuatan sarana dan prasarana ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dan
mengakibatkan konversi lahan yang cukup besar.
Di tahun 2010 jalan lingkar yang menghubungkan Kecamatan Slawi dengan
Kecamatan Pangkah berhasil dibangun dan mengakibatkan lebih banyak konversi
lahan khususnya untuk pertambangan dan pemukiman serta banyak kasus tentang
sengketan tanah antara petani pemilik lahan dengan pemerintah. Kemudian di tahun
2016 terjadi konversi lahan yang cukup besar untuk pembuatan terminal Slawi yang di
pindah ke Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
E. Dampak Konversi Lahan terhadap Produktivitas Usahatani di Desa
Dukuhsalam.
Pada rumusan masalah ini dijelaskan apakah konversi lahan mempengaruhi
produktivitas usahatani di Desa Dukuhsalam atau tidak. Untuk menghitung
produktivitas usahatani digunakan rumus sederhana yaitu output dibagi dengan input
dengan melalui tahapan penghitungan pengukuran produktivitas total kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran profil produktivitas barulah kita dapat menyimpulkan
apakah konversi lahan pertanian mempengaruhi tidak terhadap hasil produktivitas
usahatani. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut ini :
1. Pengukuran Produktivitas total
Di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal semakin lama
berjalannya waktu semakin banyak konversi lahan yang terjadi. Dampaknya bagi para
petani tidak hanya satu tetapi ada beberapa dampak dan yang mendominasi adalah
dampak negative dari permasalahan konversi lahan pertanian salah satunya yaitu
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
49
dampak yang terjadi terhadap produktivitas usahatani di Desa Dukuhsalam. Lahan
pertanian yang paling banyak terkonversi adalah lahan untuk komoditi tebu dan
jagung. Untuk mencari produktivitas usahatani komoditi tebu dan jagung digunakan
rumus produktivitas secara umum yaitu :
Produktivitas =
Rata-rata pengeluaran biaya yang di keluarkan petani responden untuk komoditas tebu
setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.13 Biaya yang Dikeluarkan Petani Tebu
No. Biaya Produksi (Per 1Ha) Tahun
2015 2016 2017
1.
2.
3.
4.
5.
Bibit tebu
9,25 kw pupuk petro
organik
4,95 kw pupuk Za
4,98 kw pupuk ponska
Rata-rata Tenaga kerja
(borongan)
Rp.3.198.195
Rp.421.921,5
Rp.608.107,5
Rp.412.912,5
Rp.1.801.800
-
Rp.421.921,5
Rp.608.107,5
Rp.412.912,5
Rp.1.801.800
-
Rp.421.921,5
Rp.608.107,5
Rp.412.912,5
Rp.2.402.400
Total Rp.6.442.936,5 Rp.3.244.741,5 Rp.3.845.341,5
Sumber data Primer: diolah 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas, pada tahun pertama yaitu di tahun 2015 petani
tebu membeli bibit tebu dengan harga Rp.3.198.195/1Ha. Untuk tahun berikutnya,
petani hanya menggunakan bonggol setelah paska panen karena untuk satu kali
pembelian bibit baru bisa untuk 3x musim panen. Jadi anggaran pembelian bibit untuk
setiap musim panen sebenarnya adalah Rp.3.198.195,- dibagi 3 (untuk 3x musim
panen) yaitu per musim panen anggaran pembelian bibit Rp.1.066.065,-/musim panen.
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
50
Tetapi anggaran dibayar di tahun pertama musim panen, jadi untuk tahun kedua dan
ketiga musim panen tidak perlu membayar anggaran pembelian bibit. Untuk anggaran
pembelian pupuk tidak ada perubahan setiap musim panen pertahun, yang terjadi
perubahan anggaran yaitu pada anggaran tenaga kerja. Untuk tahun 2015 dan 2016
anggaran tetap untuk tenaga kerja borongan yaitu Rp.1.801.000 kemudian ada
kenaikan harga menjadi Rp.2.402.400,-. Kenaikan ini dipengaruhi banyaknya petani
yang beralih profesi menjadi tenaga bongkar muat untuk pertambangan dan buruh
bangunan yang bayarannya untuk per orang Rp.100.000,-. Pada musim panen tahun
pertama, memang petani lebih banyak mengeluarkan anggaran untuk pembelian bibit
yaitu untuk total keseluruhan Rp.6.442.936,5 kemudian di tahun kedua musim panen,
petani mengeluarkan biaya Rp.3.244.741,5 dan di tahun ketiga musim panen petani
mengalami kenaikan biaya yaitu pada tenaga kerja borongan dengan total biaya
Rp.3.845.341,5.
Tabel. 14 Biaya yang Dikeluarkan Petani Jagung
No
. Biaya Produksi (Per 1Ha)
Tahun
2015 2016 2017
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bibit Jagung/11 kg
4,26 kw pupuk urea
11,15 kg pupuk ponska
Tenaga kerja pemupuk
Tenaga kerja lahan
Rata-rata total Biaya Tenaga
Kerja
Rp.495.495,-
Rp.635.134,5
Rp.100.600,5
Rp.200.000,-
Rp.700.000,-
Rp.2.702.700
Rp.495.495,-
Rp.635.134,5
Rp.100.600,5
Rp.200.000,-
Rp.700.000,-
Rp.2.702.700
Rp.495.495,-
Rp.635.134,5
Rp.100.600,5
Rp.300.000,-
Rp.1.000.000,-
Rp.3.903.900
Total Rp.4.833.930 Rp.4.833.930 Rp.6.435.130
Sumber data primer: diolah 2016
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
51
Pada data Tabel 14 diatas dapat dilihat, anggaran musim tanam di tahun
pertama total biayanya adalah Rp.4.833.930 kemudian untuk tahun kedua total
biayanya sama dengan tahun pertama yaitu Rp.4.833.930 di tahun ketiga musim tanam
terjadi kenaikan harga pada tenaga kerja pemupuk dan tenaga kerja lahan yaitu
Rp.6.435.130 terjadi kenikan harga pada anggaran tenaga kerja. Untuk tenaga kerja
semuannya menggunakan tenaga kerja borongan, pada tenaga kerja pemupuk biasanya
dikerjakan sekitar 5-8 orang dan untuk tenaga kerja lahan yaitu dikerjakan sekitar 10-
20 orang yang tugasnya adalah memacul lahan jagung.
Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas
total (total productivity measurement). Dalam praktiknya, mengukur pengaruh dari
seluruh input mungkin tidak diperlukan. Banyak perusahaan hanya mengukur
produktivitas dari faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi
keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi, dalam istilah praktis, pengukuran
produktivitas total dapat didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa
input yang secara total menunjukkan keberhasilan perusahaan. Pada setiap kasus
pengukuran produktivitas total mensyaratkan pengembangan dari pendekatan
pengukuran multifaktor. Pendekatan multifactor yang umum disarankan dalam
literartur produktivitas (tetapi jarang ditemukan di dalam praktik) adalah
menggunakan indeks produktivitas agregat. Indeks agregat bersifat kompleks dan sulit
di interpretasikan serta belum diterima secara umum. Dua pendekatan yang telah
memperoleh beberapa pengakuan adalah pengukuran profil (profil measurement) dan
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
52
pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba (profit-linked productivity
measurement).
2. Pegukuran Profil Produktivitas
Pembuatan sebuah produk melibatkan beberapa input utama seperti tenaga
kerja, bahan, modal, dan energy. Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau
sebuah vector ukuran operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat
dibandingkan dari waktu ke waktu untuk memberikan informasi mengenai perubahan
produktivitas. Berikut adalah Tabel.15 data tentang profil produktifitas tanaman tebu :
Tabel.15 Profil Produktivitas Tebu
No. Profil produktifitas Tahun
2015 2016 2017
1.
2.
3.
Jumlah tebu yang
diproduksi (Rupiah)
Upah tenaga kerja
Biaya Produksi
Rp.40.000.000,-
Rp.1.801.800
Rp.6.442.936,5
Rp.37.000.000,-
Rp.1.801.800
Rp.3.244.741,5
Rp.36.000.000,-
Rp.2.402.400
Rp.3.845.341,5
Produktivitas Petani 22,20 20,53 14,98
Produktivitas Hasil 6,20 11,40 9,36
Sumber data primer: diolah 2016
Tabel 15 diatas menyajikan profil rasio produktivitas tebu untuk masing-
masing tahun, profil Tahun 2015 yaitu produktivitas tenaga kerja (petani) sebesar
22,20 dan produktivitas hasil usahatani sebesar 6,20 , profil tahun 2016 yaitu
produktivitas tenaga kerja (petani) sebesar 20,53 dan produktivitas hasil usahatani
sebesar 11,40 dan profil tahun 2017 yaitu produktivitas tenaga kerja (petani) sebesar
14,98 dan produktivitas hasil usahatani sebesar 9,36. Dengan membandingkan profil
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
53
ketiga tahun tersebut, dapat dilihat bahwa produktivitas meningkat dan menurun untuk
produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas hasil. Dari 22,20 turun menjadi 20,53
kemudian turun kembali di tahun ketiga menjadi 14,98 untuk tenaga kerja. Dan dari
6,20 naik menjadi 11,40 kemudian turun kembali menjadi 9,36 untuk produktivitas
hasil usahatani. Jadi dapat disimpulkan untuk produktivitas tenaga kerja petani tebu
dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan, sedangkan
produktivitas hasil mengalami kenaikan di tahun kedua kemudian mengalami
penurunan di tahun ketiga. Perbandingan profil ini menyediakan cukup informasi
sehingga petani dapat menyimpulkan bahwa proses perakitan baru secara nyata telah
memperbaiki produktivitas secara keseluruhan. Akan tetapi, nilai peningkatan
peroduktivitas ini tidak diungkapkan oleh rasio-rasio.
Tabel.16 Profil Produktivitas Jagung
No. Profil produktifitas Tahun
2015 2016 2017
1.
2.
3.
Jumlah Jagung yang
diproduksi (Rupiah)
Upah tenaga kerja
(Total)
Biaya Produksi
Rp.28.000.000,-
Rp.2.702.700
Rp.4.833.930
Rp.24.500.000,-
Rp.2.702.700
Rp.4.833.930
Rp.21.000.000,-
Rp.3.903.900
Rp.6.435.130
Produktivitas Petani 10,36 9.06 5,37
Produktivitas Hasil 5,79 4,96 3,26
Sumber data primer: diolah 2016
Tabel 16 diatas menyajikan profil rasio produktivitas jagung untuk masing-
masing tahun, profil tahun 2015 yaitu produktivitas tenaga kerja (petani) sebesar 10,36
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
54
dan produktivitas hasil usahatani sebesar 5,79, profil tahun 2016 yaitu produktivitas
tenaga kerja (petani) sebesar 9.06 dan produktivitas hasil usahatani sebesar 4,96 dan
profil tahun 2017 yaitu produktivitas tenaga kerja (petani) sebesar 5,37 dan
produktivitas hasil usahatani sebesar 3,26. Dengan membandingkan profil ketiga tahun
tersebut, dapat dilihat bahwa produktivitas menurun setiap tahunnya untuk
produktivitas tenaga kerja maupun produktivitas hasil. Dari 10,36 turun menjadi 9.06
kemudian turun kembali di tahun ketiga menjadi 5,37 untuk tenaga kerja. Dan dari
5,79 turun menjadi 4,96 kemudian turun kembali menjadi 3,26 untuk hasil usahatani.
Jadi dapat disimpulkan untuk produktivitas tenaga kerja petani jagung dari tahun ke
tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan, baik produktivitas hasil maupun
produktivitas tenaga kerja. Perbandingan profil ini menyediakan cukup informasi,
sehingga petani dapat menyimpulkan bahwa proses perakitan baru secara nyata telah
memperbaiki produktivitas secara keseluruhan.
3. Hasil Produktivitas dengan Konversi Lahan
Hasil produktivitas pada tanaman tebu di Desa Dukuhsalam mengalami
kenaikan dan penurunan baik dari produktivitas tenaga kerja dan produktivitas hasil.
Untuk produktivitas tanaman jagung di Desa Dukuhsalam mengalami penurunan yang
cukup drastis mulai dari produktivitas tenaga kerja dan produktivitas hasil. Dapat di
simpulkan konversi lahan yang terjadi di Desa Dukuhsalam tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil produktivitas usahatai yang ada. Yang lebih berpengaruh
adalah pada upah tenaga kerja yang tiap tahun mengalami kenaikan, hal ini kembali
lagi dikarenakan banyak lahan di Desa Dukuhsalam yang dialih fungsikan menjadi
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017
55
lahan industri dan lahan pertambangan yang mengakibatkan semakin menipisnya
jumlah petani di Desa tersebut.
Dampaknya adalah meningkatnya payment petani dan menurunnya
produktivitas hasil usahatani di Desa Dukuhsalam. Petani lebih memilih beralih
profesi menjadi buruh bongkar muat dengan penghasilan sekali angkut Rp.100.000,-
/orang sedangkan buruh tani hanya Rp.40.000,-/orang. Pendapatan petani yang
mengalami ketimpangan tersebut memaksa petani beralih profesi dan petani yang
mempunyai lahan memilih untuk menjual lahannya atau mengkonversi lahan pertanian
tersebut menjadi ke non pertanian.
ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN…… NABELLA, FAKULTAS PERTANIAN UMP 2017