bab IV revisi 4

13
BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post test only with control design dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Federrer, penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan 16 ekor tikus putih di masing-masing kelompok. Kelompok pertama (P 0 ) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi tanpa diberikan perlakuan, dan kelompok kedua (P 1 ) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi yang diberikan perlakuan dengan pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus). B. Bahan dan Alat Penelitian7 23

description

nbm

Transcript of bab IV revisi 4

24BAB IVMETODE PENELITIAN

1. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post test only with control design dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Federrer, penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan 16 ekor tikus putih di masing-masing kelompok. Kelompok pertama (P0) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi tanpa diberikan perlakuan, dan kelompok kedua (P1) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi yang diberikan perlakuan dengan pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus).

1. Bahan dan Alat Penelitian71. Bahan penelitianPenelitian ini menggunakan bahan berupa ikan betok (Anabas testudineus) sebanyak 0,05g/gBB. Sedangkan hewan yang digunakan berupa mencit (Mus musculus) jantan sebanyak 32 ekor dengan berat badan 25-40 gr dan berumur antara dua sampai tiga bulan. Tikus-tikus ini dipelihara dan diadaptasikan dengan kondisi yang sama (makanan, minuman, kondisi kandang) selama seminggu sebelum digunakan untuk penelitian. Bahan lain yang diperlukan meliputi aquades, eter, dan NaCl 0,9%.2. Alat penelitianAlat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat penggerus, neraca analitik, gelas erlenmeyer, waterbath, kandang tikus, timbangan tikus, sarung tangan, mesin cukur, alkohol 70%, kapas, toples plastik, scalpel steril, jangka ukur, kapas lidi, kassa steril, kassa bersih, gunting kassa, penggaris dan kamera digital.

B. Variabel Penelitian1. Variabel bebasVariabel bebas pada penelitian ini berupa perawatan luka terkontaminasi dengan pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus).2. Variabel terikatVariabel terikat pada penelitian ini berupa penurunan penutupan panjang luka terkontaminasi pada mencit (Mus musculus).3. Variabel penggangguVariabel pengganggu pada penelitian ini berupa sirkulasi (perdarahan).4. Variabel terkontrolVariabel terkontrol pada penelitian ini berupa berat badan mencit (Mus musculus), umur, jenis kelamin, keadaan luka, nutrisi, kondisi kandang, balutan, dan sterilitas alat yang digunakan.

C. Definisi Operasional1. Ekstrak ikan betok adalah zat yang terdapat pada daging ikan betok (Anabas testudineus) yang berupa kumpulan dari senyawa-senyawa antara lain : protein, Aspartat, Glutamat, Serin, Histidin, glisin, threonin, arginin, alanin, tirosin, methionin, valin, fenilalanin, i-leusin, leusin, dan lisin yang didapatkan dengan teknik ekstraksi maserasi menggunakan pelarut air, diberikan makan pada mencit (Mus musculus) secara oral.2. Luka terkontaminasi adalah sayatan yang mengandung mikroorganisme, terjadi karena proses pembedahan dengan scalpel dan teknik steril di punggung mencit (Mus musculus) dengan panjang luka 2,5 cm dan kedalaman luka sekitar 2mm, kemudian dipaparkan terhadap kontaminan berupa jerami dan didiamkan selama 6 jam.3. Penyembuhan luka terkontaminasi dengan ekstrak daging ikan betok adalah pemberian makan dengan daging ikan betok (Anabas testudineus) sebanyak 0,05 g/gBB secara oral dan dilakukan perawatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.4. Penurunan eritema adalah pengurangan intensitas warna kemerahan yang tampak pada kulit disekitar area luka akibat proses pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi peradangan dari dalam tubuh terhadap adanya benda asing yang masuk melalui luka.

D. Prosedur Penelitian1. Pembuatan Ekstrak Daging Ikan Betok (Anabas testudineus)Pertama ikan betok dibersihkan, dan dikeluarkan isi perut dan dibuang kepalanya, kemudian ikan betok dikukus sampai matang. Setelah ikan betok matang di ambil daging dan dipisahkan dari durinya, kemudian 500 gr daging ikan betok di tumbuk hingga menjadi suwiran daging ikan. Goreng daging ikan gabus tersebut tanpa minyak, aduk sampai kering dan warnaya hingga menjadi kuning kecoklatan. Ambil 0,05 gr/gr BB untuk 1 ekor tikus. Campurkan ekstrak daging ikan betok (Anabas testudineus) dengan aquadest hingga merata lalu berikan perlakuan pada kelompok kedua.2. Pembuatan luka insisiSebelum pembuatan luka insisi dilakukan, tangan dicuci dan dipasangi sarung tangan. Kemudian dipasang perlak dan alas di bawah tubuh mencit (Mus musculus) yang dijadikan hewan coba. Anastesi dilakukan dengan menggunakan eter secara inhalasi terhadap tikus putih. Kemudian bulu mencit dicukur sepanjang 3-5 cm pada area yang akan diinsisi (lokasi luka di punggung). Setelah itu dilakukan anastesi inhalasi dengan eter kembali, dan disinfeksi area kulit tikus yang akan dilakukan insisi dengan alkohol. Insisi dilakukan dengan menggunakan pisau bedah, panjang luka sekitar 2,5 cm dengan kedalaman sekitar 2mm. Luka yang dihasilkan dipaparkan terhadap kontaminan berupa jerami selama kurang lebih 6 jam Setiap kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:a. Kelompok I: Luka sayat namun tidak di beri makan daging ikan betokb. Kelompok II: Luka sayat diberi makan abon daging ikan betok sebanyak 0,05 gr/gr BB3. Prosedur perawatan lukaPerawatan luka dengan pemberian diet makan ekstrak daging ikan betok (Anabas testudineus) yang dilakukan sekali sehari setiap sore ja m 16.00 WITA. Pada kelompok pertama diberi makan biasa, sedangkan pada kelompok kedua, diberi makan abon daging ikan betok sebanyak 0,05 gr/gr BB.4. Evaluasi Penatalaksanaan luka dievaluasi sampai terlihat perubahan penurunan eritema luka dalam jangka waktu delapan hari dengan cara pengawasan terhadap luka. Jika terdapat penurunan eritema luka dan hal tersebut berkurang dari hari ke hari, maka langsung dibuat pencatatan.E. Teknik Pengumpulan DataData dibuat dengan cara memfoto obyek luka dengan kamera digital, lalu hasil foto diolah untuk mengetahui intensitas warna inflamasi eritema pada area dekat luka dan area dekat kulit normal pada masing-masing kelompok. Digunakan aplikasi Program corel photopaint suite graphic 12. Caranya adalah dengan klik menu start, kemudian pilih corel photopaint 12, pilih file dan masukkan hasil fotonya. Pilih color mode dan pilih RGB 48 bit dan blok area yang akan di lihat intensitas warnanya dengan menggunakan rectangle mask tool, kemudian pilih image dan pilih histogram, jadikan red channel maka angka mean akan keluar, sehingga didapatkan data berupa mean dari intensitas warna.

F. Cara Analisis DataData yang diperoleh diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-wilk. Jika data berdistribusi normal, data dianalisi secara bivariat dengan menggunakan uji Independent Sample T Test. Apabila data berdistribusi tidak normal maka akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan derajat kepercayaan 95% untuk menganalisis perbandingan antara penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema pada mencit (Mus musculus) dengan menggunakan daging ikan betok (Anabas testudineus) dan dengan kecepatan penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema yang tidak diberikan perlakuan.G. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Lambung Mangkurat pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013.Selama kurang lebih 6 bulan. Jadwal pelaksanaan disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan PenelitianNo.KegiatanBulan

JanFebMarAprMeiJunJul

1. Studi Pendahuluan

2.Penyusunan Proposal

3.Konsultasi

4.Seminar KTI I

5.Penelitian di Laboratorium

6.Pengolahan Data

H. Biaya PenelitianPerincian biaya pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:1. Pembuatan ekstrak daging ikan betokRp 500.000,-1. Alkohol 70%Rp 15.000,-1. EterRp 120.000,-1. NaClRp 20.000,-1. Mesin cukurRp 75.000,-1. Sarung tangan Rp 50.000,-1. Kassa sterilRp 20.000,-1. Kassa bersih 12 packRp 60.000,-1. Kapas dan kapas lidiRp 15.000,-1. Mencit 32 ekor @ Rp. 25.000,-Rp 900.000,-1. Pakan tikusRp 200.000,-1. Kandang hewan cobaRp 250.000,-1. Biaya pengumpulan dataRp 100.000,-1. Biaya Operasional BPPVRp 150.000,-1. Biaya pembuatan dan pengolahan dataRp 150.000,-1. Biaya pengadaan laporanRp 200.000,- Total BiayaRp. 2.825.000,-

23