BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian
Transcript of BAB IV PENYAJIAN ANALISA DATA A. Lokasi Penelitian
38
BAB IV
PENYAJIAN ANALISA DATA
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di
utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di
selatan, serta Kabupaten Madiun di barat.Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota
Angin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( 2020), jumlah penduduk di Kabupaten
Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan
dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan
sisanya berkepercayaan agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu. Nganjuk
miliki 20 kecamatan dan 284 desa atau kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:
“Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk,
Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro,
Tanjunganom, Wilangan”. Daerah Kabupaten Nganjuk beriklim tropis basah dan
kering yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Oleh karena iklimnya yang
dipengaruhi angin muson, wilayah kabupaten ini mempunyai dua musim, yaitu musim
penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat–barat laut dan musim kemarau yang
dipengaruhi angin muson timur–tenggara.
Penduduk Nganjuk pada umumnya adalah etnis Jawa. Namun, terdapat minoritas
etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan, Khususnya di kecamatan Nganjuk dan
kecamatan Kertosono. Etnis Tionghoa, dan Arab umumnya tinggal di kawasan perkotaan,
39
dan bergerak di bidang perdagangan dan jasa (online :
https://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenNganjuk).
B. Penderita HIV / AIDS di KabupatenNganjuk.
Jumlah warga penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk hingga akhir bulan
Juni 2020 telah mencapai 1.521 orang. Jumlah penderita HIV/Aids tersebut terus
mengalami pertambahan sejak awal tahun ini.
Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Nganjuk,
Marhaen Djumadi mengatakan, “jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk
terbanyak berada di Kecamatan Tanjunganom, disusul Kecamatan Nganjuk Kota, dan
lainnya”.
Penularan terbanyak berasal dari perilaku hubungan badan menyimpang
mencapai sekitar 97 persen dan sekitar 3 persen penularan dari ibu
menyusui.Dijelaskan Marhaen Djumadi, “berdasarkan analisa KPAD Nganjuk
diketahui dengan ditutupnya sejumlah lokalisasi di Kabupaten Nganjuk ternyata
berdampak pada peningkatan jumlah penularan HIV/Aids”.
dikarenakan Pemkab Nganjuk dan KPAD tidak lagi dapat mengontrol keberadaan PSK,
sehingga mereka beroperasi secara ilegal dan menularkan penyakit HIV/Aids.
Selain itu, KPAD juga membentuk kader kesehatan HIV/Aids di desa. Dan
KPAD berusaha untuk selalu memetakkan tempat penderita HIV/Aids ditiap
Kecamatan hingga ke Desa-desa sehingga bisa diketahui betul siapa saja yang terkena
HIV/Aids. "Langkah tersebut yang terus kami lakukan untuk mencegah penyebaran
HIV/Aids terus bertambah di Kabupaten Nganjuk, apalagi sekarang ini dalam kondisi
pandemi virus corona sehingga menjadi tantangan berat bagi KPAD untuk terus bisa
40
mengantisipasi penyebaran HIV/Aids," tandas Marhaen Djumadi yang juga Wakil
Bupati Nganjuk tersebut.
Di samping itu, tambah Marhaen Djumadi, KPAD juga selalu
mengkampanyekan dan menyadarkan para penderita HIV/Aids untuk tidak. Jumlah
Penderita HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk Terus Bertambah, Ini yang Dilakukan
KPAD membalas dendam. Karena dimungkinkan penderita HIV/Aids membalas
dendam setelah tertular penyakit berbahaya itu tanpa disadarinya.
Utamanya penderita HIV/Aids dari kalangan ibu rumah tangga. "Jadi kami tak
henti memberikan penyadaran dan pengertian kepada penderita HIV/Aids dari kalangan
ibu rumah tangga untuk bisa menerima apa yang dialaminya dalam upaya menurunkan
penularan penyakit tersebut," tutur Marhaen Djumadi. ( online ) Surya.co.id dengan
judul Nganjuk, https://surabaya.tribunnews.com/2020/07/03/jumlah-penderita-hivaids-
di-kabupaten-nganjuk-terus-bertambah-ini-yang-dilakukan-kpad-nganjuk.
Marhaen, keterlibatan stakeholder dalam setiap proses kebijakan
penanggulangan penyebaran HIV/AIDS sangat diperlukan. “Tingginya kasus HIV-
AIDS di Nganjuk tentu menimbulkan dampak buruk baik dari segi kesehatan maupun
non kesehatan”. Berbagai dampak buruk tersebut antara lain, dari segi kesehatan,
penderita HIV-AIDS akan mudah terserang berbagai penyakit ringan hingga berat
dikarenakan daya tahan tubuhnya semakin melemah.
Kenyataannya tidak memiliki daya tahan tubuh sama sekali, dan dalam jangka
panjang penderita HIV-AIDS pada umumnya berujung pada kematian. Dari segi sosial
kemasyarakatan, penderita HIV AIDS rentan mengalami diskriminasi oleh masyarakat
karena penderita HIV AIDS dianggap memiliki perilaku amoral dan masyarakat
menganggap bahwa AIDS merupakan penyakit menular berbahaya.
41
Kasus AIDS yang semakin meningkat juga dapat menghambat Kabupaten
Nganjuk dalam pencapaian tujuan strategis dibidang kesehatan dan tujuan
pembangunan berkelanjutan. “Melihat perkembangan yang semakin mengkhawatirkan,
pemerintah daerah bersama stakeholder lainnya tentu harus mampu mengambil peran
strategis guna mencegah dan meminimalisir penyebaran penyakit HIV/AIDS,” tegas
Marhaen Djumadi.
C. Tanggap Spirit Pelangi dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.
1. Lembaga Spirit Pelangi
Spirit pelangi Nganjuk Merupakan sebuah Lembaga atau organisasi untuk
mewadahi Orang Dengan HIV / AIDS (ODHA), beserta pasangan, keluarga, teman,
dan kerabat (OHIDHA).). Spirit Pelangi Nganjuk berdiri sejak Oktober 2015. Alamat
: Jl. Wilis II C no 09 Nganjuk, Jawa Timur - Indonesia, Nganjuk 64411.
Gambar 1. Logo Spirit Pelangi (sumber : Facebook Spirit Pelangi Nganjuk)
2. Tujuan KDS Spirit Pelangi.
- memberikan dan mendapatkan dukungan, berbagai pengalaman hidup serupa
diantara sesama ODHA dan OHIDHA
42
- Berbagi sumber daya, ide maupun informasi tentang hidup dengan HIV / AIDS,
ketrampilan dan pengobatan, serta perawatan yang berhubungan dengan HIV /
AIDS.
3. Program KDS Spirit Pelangi
- Mengedukasi dan sosialisasi tentang HIV/AIDS melalui kegiatan konseling.
- Aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan gerakan pencegahan penularan
HIV/AIDS.
D. Identitas Subjek Penelitian .
Tabel 1. Subyek Penelitian
No. Nama Usia Status Track Record
1. Trisna Eka Setyawati 41 Th Ketua 6thmenjadipenggerak di
Spririt Pelangi,
aktiviskemanusiaan
2. M (disamarkan) 29 Th Anggota atau
perseta KDS
Supir truk
3. SD (disamarkan) 37 Th Anggota atau
perseta KDS
Mantan tuna susila
Sumber : Data diolahth 2021
E. Optimalisasi Kelompok Dukungan Sebaya Spirit Pelangi
Trisna Eka Setyawati, perempuan sebagai penggerak pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Nganjuk melalui lembaga atau Yayasan
Spirit Pelangi.
43
Gambar 2. Pendampingan Spirit Pelangikepada ODHA
(sumber : https://www.nganjukkab.go.id/home/detail-kabar/spirit-pelangi-secercah-sinar-penyemangat-
penderita-hiv-aids-nganjuk diakses 20 mei 2020)
Dilihat dari gambar diatas, keputusan untuk membentuk suatu tempat yang
memberikan wadah dan mendampingi para pecandu NAPZA yang lingkupnya lebih
besar di Jawa Timur. Setelah itu, melalui Harm Reductionyaitu merupakan suatu cara
praktis yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari
penyalahgunaan Narkoba. Kemudian kasus ini bisa diminimalisir, akan tetapi
berubah arus penularannya melalui perilaku seksual bebas. Mulai dari sinilah harus
ada gerakan, bagaimana supaya dampaknya ini tidak ke masyarakat.
Tahun 2008 adalah titik puncak kegundahannya pada HIV. Di Nganjuk,
muncul kasus ibu hamil menularkan HIV kepada anak. Trisna tidak bisa tinggal diam
dengan fenomena ini. “Sanubarinya bergejolak. Tak butuh waktu lama, ia
memutuskan harus konsen untuk mencegah dan menanggulangi HIV. Dan mulai
tahun 2008 itu, Trisna didampingi oleh dr. Agus Pribadi mulai intens untuk
mendampingi orang yang positif HIV”.
44
Gambar 3. Sosialisasi dan Konseling dengan ODHA. (sumber : https://www.nganjukkab.go.id/home/detail-kabar/spirit-pelangi-secercah-sinar-penyemangat-
penderita-hiv-aids-nganjuk. diakses 20 mei 2020)
Dilihat dari gambar diatas, Trisna Eka Setyawati aktif bergerak dalam kasus lain
yang masih berhubungan dengan penanggulangan dan pencegahan penularan
HIV/AIDS. Total pekerja seks komersial (PSK) di Kabupaten Nganjuk yang positif
HIV/AIDS dipastikan bertambah. Ini setelah hasil pemeriksaan kesehatan terhadap
empat PSK yang terjaring razia satpol PP, Rabu malam lalu (17/7/19), ada dua yang
dinyatakan positif.
Penggerak Lembaga Yayasan Spirit Pelangi Kabupaten Nganjuk Trisna Eka
Setyowati mengatakan, dari dua PSK yang dinyatakan positif itu, “satu PSK
merupakan pasien lama”. Namun, pihaknya belum berani memastikan asal daerahnya.
“Kami perlu berkoordinasi lagi,” ujar Trisna kepada Jawa Pos Radar Nganjuk.
Untuk diketahui, dari razia petugas gabungan di eks lokalilasi Kandangan, Desa
Kedungrejo, Tanjunganom, Rabu lalu (17/7/19), satpol PP berhasil menciduk empat
orang PSK. Dua orang berasal dari Ngronggot dan Loceret. Sedangkan dua orang lagi
dari Kabupaten Malang.
45
Trisna memaparkan, bahwa :
“KPAD perlu memastikan dua orang yang positif HIV tersebut dengan
mendatangi eks lokalisasi Kandangan. Pasalnya, setelah diciduk dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan, empat orang PSK dikembalikan lagi ke eks lokalisasi”.
“Kami perlu dampingi untuk pengobatan, pencarian dua orang PSK positif HIV itu
rencananya akan dilakukan Senin besok”(22/7/19). Pihaknya berharap, keduanya
masih tinggal di sana. Sebab, jika mereka pulang ke tempat asalnya, KPAD sulit
melakukan pendampingan. “Tidak ada penanganan,”sumber terbesar virus HIV
berasal dari PSK yang tidak tertangani. Apalagi mereka berasal dari luar Kabupaten
Nganjuk. “Itu sumber penularannya. Dia bisa ke mana-mana,”(22/7/19). urai
perempuan yang juga aktivis LSM Spirit Pelangi Nganjuk ini.
Trisna menerangkan, dar pihaknya akan mendampingi PSK yang positif sampai
tuntas. Apabila mereka beralamat di luar Nganjuk, KPAD memberikan pilihan kepada
yang bersangkutan. “Tetap tinggal di Nganjuk atau kembali ke kota asal”(22/7/19).
tegas perempuan berambut ikal ini.
Jika memilih di daerah Nganjuk, Trisna menyebut, orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) wajib mengikuti prosedur pendampingan. Namun, ketika memilih pulang
kampung, pihakanya akan berkooordinasi dengan KPAD di kota/kabupaten asal.
“Supaya tetap dilakukan pemdampingan sehingga tidak menular,”(22/7/19) papar
Trisna.
Untuk diketahui, sampai akhir Maret lalu, ODHA dari kelompok PSK
ditemukan sebanyak 11 orang. Lima orang di antaranya dinyatakan positif setelah
dinas kesehatan (dinkes) melakukan voluntary counseling and testing (VCT) di eks
lokalisasi Kandangan dan Guyangan. (dikutip
darihttps://radarkediri.jawapos.com/read/2019/07/20/147080/dua-psk-positif-hiv. online).
“Perjuangan dalam menangani HIV, tidak semudah membalikan tangan.
Semangat yang tinggi, membentur pada persoalan sosial klasik. Cap atau label negatif
masyarakat terhadap penderita HIV, bagai gunung terjal dihadapannya”.
46
“Kalau berbicara tentang HIV, 10 atau 15 tahun lalu di Kabupaten Nganjuk
sangat berat. Waktu itu, karena full stigma, discrimination itu juga harus kita
gempur. Agar semuanya bisa sama-sama jalan. Selama ada stigma, discrimination
bagaimana kita mau menjalankan program?”(22/7/19) ungkap atlit basket ketika
muda itu.
Bagi Trisna, “kasus HIV tidak hanya dilihat dari sisi kesehatannya, tetapi juga
dari sosialnya. Perlakuan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tanpa stigma, selayaknya
berinteraksi dengan orang lain pada umumnya, secara tidak langsung membantu
pencegahan penularan HIV/AIDS”.
“Sekarang kita tidak usah membicarakan umur pada orang yang positif HIV, itu
milik Tuhan. Tapi bagaimana sebetulnya keterlibatan atau peran masyarakat umum,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah untuk mendesain ini semua supaya kasus
HIV itu bisa di minimalisir,”(22/7/19) urai perempuan berambut ikal ini.
“Saya merasa dulu keluarga Semua Odha dengan dukungan sebaya mengakui
bahwa KDS memiliki peran dalam meminimalisir stigma dan diskriminasi yang di
dapat atau dialami Odha pada lingkungan terdekatnya.
“Tidak ada stigma dari keluarga karena ibu selalu saya ajak dalam pertemuan
KDS. Tidak pernah mengalami stigma di keluarga. Tapi, tetangga iya pernah. Jadi
Ibu tau tentang HIV“(20/7/20) (IJ, perempuan, 29 tahun).
“Sebagian rumah atau kantor KDS dipakai sebagai tempat singgah sementara untuk
Odha yang mengalami diskriminasi di keluarganya, sebagaimana diungkapkan Odha berikut
ini: Sempat menolak kehadiran saya, akhirnya saya tinggal di KDS. Alhamdulillah sampai
saat ini tidak ada stigma, tetapi tidak tahu juga yah kalau yang bicara di belakang
saya”(20/7/20),(PJ, laki-laki, 30 tahun).
Terdapat 3 informan : 1 dari pihak Spirit Pelangi yaitu Trisna Eka Setyawati dan
2 informan yang berstatus penyandang HIV/AIDS dan dalam bimbingan Spirit Pelangi
yaitu M (pria, 29) dan SD (wanita, 37).
Wawancara pertama di laksanakan pada kediaman Trisna Eka Setyawati pagi
hari (17/10/20), di hadiri oleh penulis sebagai penanya dan Trisna Eka Setyawati
sebagai narasumber. Pada kesempatan itu penulis memberikan beberapa pertanyaan
pokok tentang kondisi Kabupaten Nganjuk perihal penyabaran virus HIV/AIDS.
Sebelumnya penulis dan informan melakukan perjanjian yaitu wawancara bersifat
santai namun serius dan akurat, di karenakan waktu yang terbatas.
47
Setelah menyepakati perjanjian secara lisan, penulis sebagai penanya
memberikan pertanyaan pertama kepada narasumber. “ Mbak Trisna. dengan semakin
bertambah nya jumlah ODHA disini (Kab.Nganjuk), apa yang di lakukan Spirit
Pelangi untuk meminimalisir lonjakan jumlah ODHA?”. Jawaban narasumber,“ Saya
rasa, kurang adil jika penanganan ODHA yang meningkat hanya dilimpahkan kepada
Lembaga Spirit Pelangi saja, butuh berbagai dukungan dari berbagai element sosial
termasuk ODHA itu sendiri”. Lalu narasumber menjelaskan apa maksud dari
jawabannya. “ Ini adalah musibah kemanusiaan, kita tidak bisa menyelesaikan
sendiri problematika yang bisa dikatakan berantai ini. Element sosial yang di
butuhkan tidak hanya satu, menyatukan beberapa kepala yang memiliki ahli di bidang
yang yang bersangkutan menjadi jawaban untuk menyelesaikan musibah
kemanusiaan ini”.
Pertanyaan kedua kepada narasumber. “ Bagaimana cara Mbak Trisna untuk
mendapatkan kepercayaan dari ODHA di sini ( Kabupaten Nganjuk)?”. Jawaban
narasumber, “ Menyambung dengan pertanyaan pertama tadi, Saya memliki tekat dan
harapan pada diri saya sendiri dan juga kepada ODHA yaitu kita bisa hidup lebih
baik. Kita percaya jika kita melakukan bersama, mencari jalan keluar bersama akan
mendapatkan hasil yang kita capai. Keberadaan Spirit Pelangi ini di harapkan
mampu menjadi rumah atau tempat mencari perlindungan bagi ODHA khususnya di
Kabupaten Nganjuk dan menumbuhkan rasa percaya pada ODHA minimal rasa
percaya pada diri sendiri untuk bangkit dan berubah menjadi lebih baik dan saya
yakin itu“.
Pertanyaan ketiga. “Apa yang di lakukan saat ini untuk menekan angka
penyebaran ODHA dan juga tindakan yang di berikan kepada ODHA?”. Jawaban
narasumber, “ Kita di hadapkan dengan bebagai macam karakter dan kondisi
manusia, tidak hanya ODHA itu sendiri namun manyakat umum lain yang memiliki
kondisi jasmani yang sehat minim sekali tentang pengetahuan virus HIV/AIDS serta
penularannya. Dari situ lah kita masuk melakukan sosialisasi seputar
HIV/AIDS,masyarakat umun menjadi sasarannya dan membentuk jaringan kerjasama
untuk menumbuhkan kesadaran akan sesama. Tidak hanya itu, penjemputan bola pun
juga di lakukan untuk optimalisasi pencegahan penularan HIV/AIDS. Kita bisa saya
yakin itu”.
Pertanyaan keempat. “ Hambatan apa yang di hadapi selama ini?”. Jawaban
narasumber, “ Banyak sekali. Mengingat apa yang saya katakan tadi, perbedaan
karakter dan kondisi masyarakat menjadi salah satu penghambat awal yang cukup
besar bagi kita. Mulai dari karakter yang tertutup karna rasa malu yang di alami
ODHA, informasi yang belum menyebar luas sampai ke plosok sampai ke kondisi
ekonomi. Berbicara tentang tertutupnya nya pribadi ODHA karna rasa malu kita
berupaya melewati hambatan tersebut dengan melihat kondisi keseluruhan ODHA
mencari informasi sebanyak mungkin lalu memberikan pendekatan dan penanganan
yang sesuai dengan informasi yang di dapat. Dari segi informasi, kita berupaya
selalu memediasi segala bentuk tindakan dan kegiatan melalui sosial media sampai
kepada kenjemputan bola agar informasi yang di sampaikan tersebar secara akurat.
Dari segi ekonomi, kita tidak dapat memungkiri ekonomi sulit menjadi alasan yang
mutlak untuk melakuakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan. Contohnya PSK,
menjual kehormatan diri untuk keberlangsungan hidup tanpa tau akibat yang akan di
48
dapat. Jalan keluar yang di berikan memberikan konseling dan ketrampilan yang di
tujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak”.
Pertanyaan kelima. Penanya, “ fokus penanganan apa yang saat ini dilakukan
oleh Spirit Pelangi?”. Jawaban narasumber, “ Saat ini fokus yang di tangani adalah
optimalisasi SUFA yaitu Strategi Use ARV. Melihat kondisi di lapangan fokus SUFA
benar benar di galakan terhadap ODHA . Tidak hanya itu, mediasi ke masyarakat
umum sampai saat ini terus berlanjut untuk pencegahan penularan virus HIV/AIDS
tersebut. Selain itu pendampingan lanjutan dari anggota Spirit Pelangi terus di
lakukan agar ODHA memiliki semangat yang semakin meningkat”.
Ada 2 narasumber lain di penelitian ini. wawancara di lakuakn di tempat dan
waktu yang berbeda dan kondisi atau latar belakang narasumber yang berbeda juga.
Wawancara dengan M (pria,29) pada tanggal 7/11/20, di lakuan di pos
kampling dekat rumah narasumber (atas permintaan narasumber). Sebelum
melakukan wawancara penanya dan informan melakukan kesepakatan seperti
identitas di rahasiakan dan narasumber enggan memberikan data lain seperti foto atau
hal yang menyangkut privasi untuk tidak di publis.
Penulis tetap melampirkan data wawancara ini di karenakan jawaban dari
sodara M (pria,29) memiliki bobot yang cukup penting untuk di paparkan. Informan
juga menyuarakan pendapatnya tentang perubahan yang dialami setelah ikut dalam
kegiatan Spirit Pelangi.
Pertanyaan pertama. Penanya “ Bagaimana ceritanya mas M bisa tau tentang
Spirit Pelangi?”. Jawaban narasumber. “ Saya awalnya tidak tahu jika ada lembaga
atau yayasan yang menangani orang kena HIV, saya tidak sengaja tau ketika Spirit
Pelangi melakukan kegiatan kumpul kumpul di alun alun Nganjuk. Saya kira itu
politik dan demo, setelah saya amati ternyata gerakan pencegahan HIV”.
Dari pertanyaan pertama narasumber secara langsung bercerita dari mana
narasumber menjadi ODHA. Cerita narasumber, “ Saya pernah jadi sopir truk antar
barang, trayek saya antar provinsi. Dulu saya punya kebiasaan yang buruk setelah
saya tau bahwa itu buruk, saya suka jajan di tempat karaoke tempat supir
beristirahat. Selama saya menjadi supir kebiasaan jajan saya tidak terkontrol karna
tergiur dengan harga yang murah. Jika mas tau dulu jajan di tempat seperti itu 30
ribu saja suda dapat. Singkat cerita suatu saat saya merasa tidak enak badan dan
saya memutuskan untuk periksa ke salah satu rumah sakit di daerah gresik, badan
lemas konsentrasi menurun dan akhirnya pihak rumah sakit memutuskan untuk rawat
49
inap. Setelah beberapa hari kondisi saya belum membaik, lalu pihak rmh sakit
melakukan uji lab. Dan di situlah saya tau positif HIV. Saya berhenti menjadi sopir
dan menjadi pengangguran, lalu singkatnya setelah satu tahun tidak bekerja saya tau
Spirit Pelangi seperti yang saya ceritakan awal tadi”.
Pertanyaan ke dua penanya, “ setelah mas M mengikuti kegiatan Spirit Pelangi
apa yang di dapat oleh mas M?”. Jawaban narasmber,” Saya awalnya malu dengan
kondisi Saya, Saya merasa sendiri dan ngg mau berinteraksi dengan sembarang
orang. Karna Saya tau itu aib buat Saya. Sekali datang ke Spirit Pelangi saya tidak
merasakan manfaat ikut konseling di Spirit Pelangi itu, tapi di balik ego Saya yang
mengatakan tidak ada guna dan percuma ada beberapa orang yang mendorong Saya
dan memotivasi Saya untuk terus bersemangat menjalani hidup. Termasuk mba
Trisna. Beberapa kali Saya iku barulah saya mngerti apa itu kebersamaan dalam
berjuang. Saya punya teman bahkan keluarga, pikiran saya yang sendiri dan
terkucilkan pun hilang”.
Sayang sekali narasumber tidak memiliki banyak waktu meskipun dari cerita
yang disampaikan sangat menarik, dan pertanyaan terakhir yang di lontarkan oleh
penanya “ Perlu atau tidak Spirit Pelangi itu?”. Jawaban narasumber, “ sangat perlu,
itu menurut saya. Karna saya dapat menemukan semangat baru dan teman bahkan
keluarga baru di Spirit Pelangi”.
Wawancara selanjutnya dengan SD (wanita,37)pada tanggal 15/11/20 asal
Kabupaten Nganjuk. Dulu berprofesi sebagai pekerja tuna susila. Data narasumber di
batasi atas permintaan narasumber yang tidak ingin di publis. Bertempat di teras
depan kediaman SD. Wawancara di lakukan antara penanya dan narasumber saja.
Pertanyaan pertama. Penanya ”Bagaimana awal mula ibuk tau bahwa ibuk
terkena HIV?”. Jawaban narasumber, ”Saya dulu jadi PSK mas dan tidak tau resiko
pekerjaan itu seperti apa, yang saya tau pekerjaan itu dosa. Tapi mau bagaimana
Saya butuh makan dan tempat tinggal, saya tidak punya ketrampilan apapun, Saya
tau jika terkena HIV ketika saya terkena razia saat saya mangkal di kabupaten
sebelah ( tidak memberikan keterangan). Saya di bawa ke kantor terus di periksa lalu
di test dan hasilnya saya positif HIV. Kejadian itu sudah 6 tahun lalu dan semenjak
itu saya tidak bekerja lagi sebagai PSK”.
Pertanyaan kedua. Penanya, “Lalu bagaimana ibuk melanjutkan kehidupan
ibuk?”. Jawaban narasumber. ”Awalnya saya di bawa ke lembaga rehabilitas selama
5 bulan saya di ajari mencari penghasilan yang halal, di berikan ketrampilan
menjait. Setelah itu saya keluar dari lembaga itu saya kembali kerumah, Saya kira di
rumah Saya bisa mendapatkan ketenangan ketika berkumpul dengan keluarga,
kenyataannya saya mendapatkan olokan dari tetangga sekitar”.
Pertanyaan ketiga. Penanya, “ Maaf ibuk jika boleh tau, Apa yang ibuk
rasakan ketika mendapatkan olokan dari tetangga?”. Jawaban narasumber, “saya
malu, tidak merasa nyaman di rumah sendiri. Saya merasa stress berat saat itu”.
50
Pertanyaan keempat. Penanya, “ lalu bagaimana ceritanya ibuk bisa melewati
semua itu?”. Jawaban narasumber. “ Saya di datangi oleh beberapa orang yang
meraka bialng dari Spirit Pelangi. Saya berfikir mereka ingin mengambil Saya sama
seperti waktu Saya di lembaga rehabilitasi, awalnya saya tidak mau dan sudah tidak
memiliki semangat hidup. Saya enggan bertemu dengan orang lain yang saya fikir
akhirnya akan mengolok Saya. Tapi ternyata tidak beberapa orang dari Spirit
Pelangi itu berbeda, mereka ramah dan membuat Saya tenang. Mereka menjelaskan
maksud kedatangan mereka untuk membantu Saya.”
Pertanyaan kelima. Penanya, “ Bagaimana kondisi ibuk setelah mngetahui
dan ikut kegiatan Spirit Pelangi?”. Jawaban Penanya, “ seperti apa yang Saya
ceritakan tadi, yang awalnya enggan berbicara dengan orang lain akhirnya Saya
mau. Saya di perlakukan sebagai manusia yang seutuhnya dengan mereka. Saya
mendapatkan semangat hidup lagi dan menemukan keluarga baru dengan mereka”.
Dari wawancara diatas penulis di beri kemudahan oleh informan atas
kesempatan dan waktu informan , namun penulis tidak bisa memberikan data berupa
foto saat wawancara karna informan tidak mau di foto meskipun sudah di jalaskan
bahwa foto akan di blur atau di samarkan wajahmya.