BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/797/5/T1_292008030_BAB...
Transcript of BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/797/5/T1_292008030_BAB...
48
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012.
Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti
melakukan observasi untuk mengetahui data siswa. Hasil dari observasi itu
adalah kelas eksperimen yaitu di kelas V SD Negeri 2 Krangganharjo ada 27
siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dan kelas
kontrol yaitu di kelas V SD Negeri 3 Krangganharjo ada 22 siswa yang terdiri
12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
Kelas kontrol diampu oleh guru dengan menggunakan pembelajaran
konvensional. Sedangkan kelas eksperimen diampu oleh guru dengan
menggunakan pembelajaran matematika realistik. Penelitian dengan
menggunakan pembelajaran matematika realistik dan konvensioanal
dilakukan dengan kolaborasi yaitu oleh guru kelas V sebagai pengajar. Dalam
penelitian ini khususnya di kelas eksperimen juga dibutuhkan guru observer
sebagai pengamat jalannya pembelajaran sesuai apa yang diharapkan, guru
observer dalam penelitian ini adalah guru kelas III. Peneliti dalam penelitian
ini adalah sebagai pembuat RPP dan instrumen penelitian yang
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN 2
Krangganharjo.
Pelaksanaan uji coba tes kreativitas dilakukan pada hari Sabtu, 03
Maret 2012 dengan resonden 25 siswa kelas V SD Negeri 1 Krangganharjo
sebagai SD uji coba. Setelah mendapatkan data tes kreativitas dari SD uji
coba tersebut, peneliti menganalisis validitas dan reliabilitas. Soal yang valid
nantinya akan diberikan sebagai soal pretes dan postes.
Pelaksanaan uji coba atau triout tretmen atau perlakuan yaitu
pembelajaran matematika realistik dilakukan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012
di kelas III SDN 2 Krangganharjo yang dilakukan oleh guru kelas V yaitu Ibu
Deri Aprilia. Uji coba tretmen ini dilakukan guru untuk mengetahui langkah-
48
49
langkah pembelajaran matematika realistik. Dalam uji coba ini terlihat guru
merasa lebih mudah dalam mengajar siswapun juga merasa lebih mudah
dalam belajar. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Setelah tretmen ini
berhasil diuji cobakan atau ditrioutkan maka pelaksanaan penelitian pada
kelas eksperimen dapat dilakukan.
Peneliti membagikan pretest di kelas V SD Negeri 2 Krangganharjo
sebagai kelas eksperimen dan di kelas V SD Negeri 3 Krangganharjo sebagai
kelas kontrol pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Dari data pretes peneliti
menganalisis normalitas dan homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada 16, 17 dan 24 Maret 2012 peneliti meneliti di kelas eksperimen
dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik yang diampu oleh
guru kelas V yaitu Ibu Deri Aprilia dan sebagai guru observer adalah guru
kelas III yaitu Ibu Eta Puspasari. Pada tanggal 20, 21, dan 22 Maret 2012
peneliti meneliti pada kelas kontrol yang diampu oleh Ibu Siti Solechah
sebagai guru kelas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran matematika realistik pertemuan pertama pada kelas
eksperimen dilakukan pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 pada jam kedua
dan jam ketiga. Pada pertemuan pertama kelas eksperimen membahas materi
tentang sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, dan
jajargenjang. Ketika guru menyampaikan pokok materi, penyampaian dimulai
dengan pengamatan benda berbentuk bangun datar yang ada di ruang kelas
dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru membentuk kelompok kemudian
memberikan tugas berupa LKS untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun
datar dari benda yang ada di ruang kelas melalui pemodelan menggunakan
kertas yang berbentuk berbagai bangun datar dan alat yang telah disediakan
guru. Guru mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka dan dari presentasi itu ada
siswa atau kelompok lain yang menanggapi. Dengan bimbingan guru dari
hasil diskusi dan presentasi siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun datar.
Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sebagai evaluasi
guru memberikan PR kepada siswa. Tetapi pada pertemuan pertama lembar
50
observasi yang diisi oleh guru observer, guru kelas lupa menyampaikan
tujuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama ini juga, siswa terlihat merasa
asing dan malu karena di dalam kelas ada guru observer dan peneliti. Tetapi
ketika kegiatan diskusi siswa mulai merasa nyaman di dalam kelas, siswa
mulai aktif dalam diskusi.
Pada pertemuan kedua kelas eksperimen dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 17 Maret 2012 pada kedua dan ketiga. Pada pertemuan kedua ini
membahas tentang sifat-sifat bangun datar trapesium, belah ketupat, layang-
layang, dan lingkaran. Pada pertemuan kedua sebelum penyampaian materi
guru bersama siswa mengoreksi PR yang diberikan pada pertemuan pertama.
Ketika guru menyampaikan materi, penyampaian dimulai dengan cerita dari
guru, cerita itu berjudul Lebaran di Rumah Ami kemudian dilanjutkan tanya
jawab. Guru membentuk kelompok kemudian memberikan tugas berupa
LKS untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dari masalah yang ada
dalam cerita itu yaitu sifat-sifat dari ketupat, mainan layang-layang, atap
rumah, dan kue donat melalui pemodelan menggunakan kertas yang
berbentuk berbagai bangun datar dan alat yang telah disediakan guru. Guru
mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka dan dari presentasi itu ada
siswa atau kelompok lain yang menanggapi. Dengan bimbingan guru dari
hasil diskusi dan presentasi siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun datar.
Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sebagai tindak
lanjut guru juga memberikan PR. Pada pertemuan kedua aspek dalam lembar
observasi semua sudah dilakukan oleh guru kelas. Pada pertemuan kedua ini
siswapun sudah tidak merasa asing dan malu, siswa sudah merasa nyaman,
aktif, dan tertarik dalam pembelajaran karena siswa belajar menemukan
sendiri sehingga siswa merasa lebih bangga dan senang terhadap apa yang
mereka pelajari.
Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ketiga dilakukan pada hari Sabtu,
24 Maret 2012 pada jam kedua dan ketiga. Pada pertemuan ini hanya
mengulang semua materi sifat-sifat bangun datar yang disampaikan pada
51
pertemuan pertama dan kedua serta pemberian evaluasi berupa tes kreativitas
sebagai postes.
Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan pada jam pertama dan
kedua. Sama dengan kelas eksperimen kelas kontrol juga dilakukan dalam
tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Selasa, 20 Maret
2012. Pada pertemuan ini membahas materi tentang sifat-sifat bangun datar
segitiga, persegi, persegi panjang, dan jajargenjang. Pertemuan kedua
dilakukan pada hari Rabu, 21 Maret 2012. Pada pertemuan kedua membahas
tentang sifat-sifat bangun datar trapesium, belah ketupat, layang-layang, dan
lingkaran. Dan pertemuan ketiga dilakukan pada hari Kamis, 22 Maret 2012.
Pertemuan terakhir ini mengulang semua materi pada pertemuan pertama dan
kedua dilanjutkan dengan evaluasi berupa tes kreativitas sebagai postes. Pada
kelas kontrol ini pembelajaran hanya terfokus oleh guru dan buku. Guru
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam pembelajaran ini
guru menjelaskan siswa memperhatikan, guru bertanya siswa menjawab.
Tetapi ada juga siswa ketika ditanya oleh guru siswa hanya diam saja.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yaitu pada pertemuan ketiga di
kelas eksperimen, selanjutnya diadakan diskusi atas semua kegiatan
pembelajaran matematika realistik. Untuk itu sebelum data dianalisis peneliti
bersama guru kelas dan guru observer beserta beberapa siswa melakukan
diskusi tentang pembelajaran matematika realistik yang telah dilakukan.
Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran matematika
realistik bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini
didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran matematika
realistik mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta
guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran
matematika realistik dirasa mudah diterima, dipahami dan lebih kreatif, serta
bagi guru observer dan peneliti yang kelak menjadi guru juga mendapat
pengalaman tentang pembelajaran matematika realistik.
52
Item-Total Statistics
45.68 91.893 .906 .89445.28 97.960 .675 .94045.92 97.993 .673 .94145.76 92.690 .916 .89345.84 93.723 .939 .890
No.3No.4No.6No.7No.10
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Validitas Instrumen
a. Pembelajaran Matematika Realistik
Uji validitas instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik
menggunakan validitas konstruksi yaitu menggunakan pendapat para ahli
(jugmen expert) dan disesuaikan dengan aspek-aspek yang akan diukur sesuai
teori. Dari hasil dari para ahli yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd sebagai dosen
pembimbing dan Deri Aprilia sebagai guru kelas V SDN 2 Krangganharjo
instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik sudah sesuai dengan
aspek dan teori yang digunakan.
b. Soal Tes Kreativitas
Uji validitas tes dihitung dengan cara mengkorelasikan antara nilai yang
diperoleh dari setiap butir soal dengan keseluruhan yang diperoleh.
Tekniknya dengan mencari koefisien corrected item total correlation.
Menurut Budiyono (2003) menyatakan suatu item instrument penelitian
dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item total correlation > 0,3.
Adapun hasil validitas instrumen tes kreativitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Validitas Instrumen Tes Kreativitas di Kelas Uji Coba
SDN 1 Krangganharjo
Dari hasil perhitungan validitas 10 item soal di SD uji coba yaitu SD
Negeri 1 Krangganharjo dengan jumlah responden 25 siswa adalah dari hasil
validitas berdasarkan rentang koefisien validitas, dari 10 item soal adalah 5
soal yang valid yaitu No. 3, No. 4, No. 6, No.7 karena corrected item to total
correlation > 0,3.
53
Reliability Statistics
.929 5
Cronbach'sAlpha N of Items
4.2.2 Reliabilitas Instrumen
a. Pembelajaran Matematika Realistik
Uji Reliabilitas instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik
adalah seperti uji validitas instrumen tindakan pembelajaran matematika yaitu
menggunakan pendapat para ahli (jugmen expert) dan disesuaikan dengan
aspek-aspek yang akan diukur sesuai teori. Dari hasil dari para ahli yaitu Prof.
Dr. Slameto, M.Pd sebagai dosen pembimbing dan Deri Aprilia sebagai guru
kelas V SDN 2 Krangganharjo instrumen tindakan pembalajaran matematika
realistik sudah sesuai dengan aspek dan teori yang digunakan.
b. Soal Tes Kreativitas
Reliabilitas diukur dengan menghitung korelasi skor butir soal dengan
komposit totalnya. Tingkat Reliabilitas instrumen menurut pedoman yang
dikemukakan oleh Sekaran (Priyanto, 2009), yang didasarkan pada nilai
koofisien Alpha Cronbach (α). Adapun hasil reliabilitas instrumen tes
kreativitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes Kreativitas di Kelas Uji Coba
SDN 1 Krangganharjo
Hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes kreativitas di SD Negeri 1
Krangganharjo menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.929
yang artinya reliabilitas instrumen tes kreativitas adalah baik.
4.2.3 Hasil Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan analisis data, maka dilakukan uji prasyarat analisis
data. Dalam uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
54
a. Normalitas Data Pretes
Uji normalitas diambil dari nilai pretes sebelum dilakukan perlakuan
pada kelas eksperimen dan pada Kelas Kontrol. Syarat suatu data dikatakan
berdistribusi normal jika signifikansi > 0.05 Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji kolmogorov smirnov dengan menggunakan bantuan
program SPSS 16.0. Berikut adalah hasil analisis uji normalitas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari tabel 4.3 terlihat uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan
kelas kontrol kelompok laki-laki nilai sig adalah 0,098 karena nilainya lebih
dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal.
Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kelompok perempuan nilai sig
adalah 0,168 karena nilainya lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
sebaran data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas
menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 diperoleh bahwa seluruh data
berdistribusi normal.
b. Homogenitas Data Pretes
Uji homogenitas diambil dari nilai pretes pada kelas eksperimen dan
pada Kelas Kontrol. Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan
sampel yaitu seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi.
Syarat homogenitas adalah jika sig > 0,05 maka sampel dinyatakan
homogen, jika sig < 0,05 maka sampel dikatakan tidak homogen. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0.
Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas.
KELAS GENDER
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
NILAI EKSPERIMEN L .154 27 .098
KONTROL P .157 22 .168
55
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari tabel 4.4 terlihat hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi atau probabilitas adalah 0,943 karena nilainya lebih dari 0,05, maka
dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan adalah
seragam.
4.2.4 Pembelajaran Matematika Realistik
Deskripsi pembelajaran matematika realistik didapat dari hasil
observasi. Observasi dilaksanakan untuk memantau jalannya perlakuan dalam
pembelajaran agar sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan dan
subjek dalam penelitian. Observasi tindakan dilakukan oleh guru kelas III
yang memantau secara langsung proses pembelajaran pada kelas eksperimen
yaitu dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik. Lebih
jelasnya hasil observasi yang diisi oleh guru observer dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.5 Hasil Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik
di Kelas Eksperimen
Langkah-Langkah Deskripsi
Pertemuan
1 2 3
Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan cara informal berupa stimulis-stimulus yang berkaitan dengan materi.
√ √ √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. x √ √
Inti
Guru memberikan tugas berupa pertanyaan yang berhubungan dengan dunia nyata atau riil.
√ √ x
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan masalah atau soal yang belum √ √ x
Nilai df1 df2 Sig
Pretes 1 47 .943
56
Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik di
Kelas Eksperimen
Langkah-Langkah Deskripsi
Pertemuan
1 2 3
dipahami dan guru hanya memberikan petunjuk seperlunya.
Siswa dengan kerja kelompok mendeskripsikan masalah riil, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah.
√ √ x
Siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya dan dengan pemanfaatan model atau alat peraga.
√ √ x
Inti
Guru menunjuk siswa atau perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. √ √ x
Guru sebagai fasilitator dan moderator. √ √ x Siswa atau kelompok lain memberikan tanggapan dari hasil kelompok penyaji. √ √ x
Akhir Guru menggunakan pendapat siswa untuk menarik kesimpulan bersama. √ √ x
Melakukan evaluasi. √ √ √ Keterangan Tabel:
√: jika deskripsi indikator dilakukan pada tiap pertemuan.
x: jika deskripsi indikator tidak dilakukan tiap pertemuan.
Dari tabel 4.5 di atas tentang hasil observasi, didapatkan bahwa
pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik berlangsung
dengan baik dan sesuai dengan prosedur dan teori yang digunakan hanya saja
pada pertemuan pertama guru kelas lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.
Setelah adanya diskusi peneliti bertanya pada guru kelas kenapa lupa
menyampaikan tujuan pembelajaran, ternyata guru merasa grogi karena
adanya peneliti dan guru observer. Pertemuan kedua aspek yang diamati
sudah terlaksana semua sesuai dengan pembelajaran matematika realistik.
Pada pertemuan pertama dan kedua ini guru mengajar menggunakan
pembelajaran matematika realistik. Sedangkan pada pertemuan ketiga hanya
pengulangan kembali materi pada pertemuan pertama dan kedua diakhiri
57
dengan pemberian tes kreativitas sebagai postes. Pembelajaran telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
4.2.5 Kreativitas
Hasil Kreativitas ini ada 2 tahap yaitu pretes dan postes yang
dilakukan melalui tes kreativitas. Dari nilai tes kreativitas tersebut nantinya
akan dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu kreativitas sangat tinggi,
kreativitas tinggi, kreativitas sedang, kreativitas rendah, dan kreativitas sangat
rendah.
Variabel kreativitas memiliki 5 item soal kreativitas, setiap item soal
memiliki skor tertinggi 16 dan terendah 4. Hasil pengukuran variabel
kreativitas diharapkan memiliki nilai tertinggi 100 dan terendah 25. Hasil
pengukuran ini dikategorikan dalam 5 kategori. Untuk deskripsi variabel
kreativitas siswa sesuai dengan kategori dalam penelitian ini dapat dilihat di
bawah ini.
a. Kelas Kontrol
Deskripsi kreativitas kelas kontrol dapat dilihat dalam kolom berikut ini.
Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Kreativitas Kelas Kontrol
Kreativitas Kelas Kontrol
Tingkat Kreativitas Kategori Kreativitas
Pretes Postes
f % f % Sangat Tinggi 85-99 0 0 1 4,55 Tinggi 70-84 0 0 17 77,27 Sedang 55-69 12 54,55 4 18,18 Rendah 40-54 10 45,45 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0
Jumlah 22 100 22 100 Mean 55,18 74,91
Standar Deviasi 7,42 7,07 Nilai Maksimal 65 86 Nilai Minimal 40 56
N 22 22 Berdasarkan data pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi
frekuensi kreativitas ketika pretes kelas kontrol terbanyak berada pada
58
kategori kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 dengan frekuensi
sebanyak 12 siswa dengan prosentase sebesar 54,55% kemudian diikuti oleh
kategori kreativitas rendah. Kategori kreativitas rendah atau pada rentang 40-
54 frekuensinya sebanyak 10 siswa dengan prosentase 45,45%. Hasil pretes
pada kelas kontrol tidak ada siswa yang memiliki kreativitas sangat tinggi,
tinggi, dan sangat rendah.
Selain itu, pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi
frekuensi kreativitas ketika postes kelas kontrol terbanyak berada pada
kategori kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 dengan frekuensi 17
siswa dengan prosentase sebesar 77,27% kemudian diikuti oleh kategori
kreativitas sedang atau pada rentang 55-69 frekuensinya sebanyak 4 siswa
dengan prosentase 18,18% dan kategori kreativitas sangat tinggi atau pada
rentang 85-99 frekuensinya sebanyak 1 siswa dengan prosentase 4,55%. Hasil
postes tidak ada siswa yang memiliki kategori kreativitas rendah dan
kreativitas sangat rendah.
Pada tabel 4.6 diketahui pula bahwa mean kreativitas kelas kontrol
mengalami peningkatan yaitu ketika pretes sebesar 52,92 dan ketika postes
mean kelas kontrol sebesar 57,90 dengan standar deviasi ketika pretes 8,08
dan ketika postes 5,78. Nilai minimal ketika pretes sebesar 40 dan ketika
postes sebesar 56 serta nilai maksimal ketika pretes 65 dan ketika postes
sebesar 86.
Berdasarkan nilai rata-rata ketika pretes dan postes kelas kontrol
mengalami peningkatan. Tetapi ketika postes masih ada 4 siswa yang
memiliki kreativitas sedang, setelah tanya jawab dengan guru kelas V
ternyata 4 siswa tersebut memang siswa yang memiliki kemandirian belajar
yang kurang dan cepat bosan dengan pembelajaran yang monoton. Ada 1
siswa diantara mereka adalah siswa yang tinggal kelas, tidak memiliki orang
tua hanya tinggal bersama nenek dan adiknya. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kreativitas keempat siswa tersebut guru perlu memberikan
perhatian. Untuk mengatasi siswa yang cepat bosan dengan pembelajaran
yang monoton, guru harus pandai mencari alternatif atau strategi
59
pembelajaran yang tepat agar siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat membuat siswa nyaman dan senang dalam
belajar di kelas. Dari itu semua diharapkan kreativitas siswa dapat meningkat
jauh lebih baik.
b. Kelas Eksperimen
Deskripsi kreativitas kelas kontrol dapat dilihat dalam kolom berikut ini.
Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Kreativitas Kelas Eksperimen
Kreativitas Kelas Eksperimen
Tingkat Kreativitas Kategori Kreativitas
Pretes
Postes
f % f % Sangat Tinggi 85-99 0 0 9 33,33 Tinggi 70-84 1 3,7 18 66,67 Sedang 55-69 12 44,44 0 0 Rendah 40-54 14 51,86 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0
Jumlah 27 100 27 100 Mean 53,96 81,41
Standar Deviasi 7,76 7,73 Nilai Maksimal 70 98 Nilai Minimal 40 71
N 27 27 Berdasarkan data pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa distribusi
frekuensi kreativitas ketika pretes kelas eksperimen terbanyak berada pada
kategori kreativitas rendah atau pada rentang nilai 40-54 frekuensinya
sebanyak 14 siswa dengan prosentasse 51,86% kemudian diikuti oleh
kategori kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 yaitu dengan
frekuensi sebanyak 12 dengan prosentase sebesar 44,44% dan kategori
kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 frekuensinya sebanyak 1 siswa
dengan prosentase 3,7%. Hasil pretes pada kelas eksperimen tidak terdapat
siswa dengan kategori kreativitas sangat tinggi, rendah, dan sangat rendah.
Selain itu, pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
kreativitas ketika postes kelas eksperimen terbanyak adalah pada kategori
kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 frekuensinya sebanyak 18
60
siswa dengan prosentase 66,67% dan diikuti oleh kategori kreativitas sangat
tinggi atau pada rentang nilai 85-99 frekuensinya sebanyak 9 siswa dengan
prosentase 33,33%.
Pada tabel 4.7 diketahui pula bahwa mean kreativitas kelas eksperimen
mengalami peningkatan yaitu ketika pretes sebesar 53,96 dan ketika postes
mean kelas eksperimen sebesar 81,41 dengan standar deviasi ketika pretes
7,76 dan ketika postes 7,73. Nilai minimal ketika pretes sebesar 40 dan ketika
postes sebesar 71 serta nilai maksimal ketika pretes 70 dan ketika postes
sebesar 98.
Berdasarkan nilai rata-rata ketika pretes dan postes kelas eksperimen
mengalami peningkatan dan semua siswa ketika postes memiliki kreativitas
tinggi dan sangat tinggi, tidak ada lagi siswa yang memiliki kategori
kreativitas sedang, kreativitas rendah, dan kreativitas sangat rendah. Ini
artinya hasil kreativitas siswa dari postes lebih baik dari pada ketika pretes.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik dapat
meningkatkan semua kelompok siswa, baik yang memiliki kreativitas tinggi,
sedang, ataupun rendah. Setelah tanya jawab dengan guru, siswa yang
memiliki kreativitas tinggi ketika pretes adalah siswa yang pandai, ulet dan
memiliki kemandirian belajar yang tinggi di kelas, sedangkan siswa yang
memiliki kreativitas sedang ketika pretes adalah siswa yang kemampuan
belajarnya berada pada rata-rata kelas, dan siswa yang memiliki kreativitas
rendah ketika pretes adalah siswa yang cepat bosan dengan pembelajaran
yang monoton dan memiliki kemandirian belajar yang kurang. Jadi
pembelajaran matematika realistik cocok digunakan untuk siswa yang pandai,
ulet, memiliki kemandirian belajar yang tinggi di kelas, siswa yang
kemampuan belajarnya berada pada rata-rata kelas, siswa yang bosan dengan
pembelajaran yang monoton dan siswa dengan kemandirian belajar yang
kurang.
61
c. Deskripsi Kreativitas Berdasarkan Gender
Deskripsi dalam penelitian ini adalah hasil dari variabel kreativitas
berdasarkan variabel gender setelah adanya variabel tindakan. Adapun
deskrispinya adalah sebagai berikut ini.
Tabel 4.8 Deskripsi Silang Kreativitas Data Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Berdasarkan Gender
Kreativitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tingkat Katego-ri
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol L P L P
f % f % f % f % Sangat Tinggi 85-99 5 18,52 4 14,81 0 0 1 4,55
Tinggi 70-84 10 37,04 8 29,63 9 40,91 8 36,35 Sedang 55-69 0 0 0 0 3 13,64 1 4,55 Rendah 40-54 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 55,56 12 44,44 12 54,55 10 45,45 Mean 81,07 81,83 73,67 76,40
Standar Deviasi 8,02 7,67 8,82 6,11 Nilai Maksimal 98 98 83 86 Nilai Minimal 71 73 56 64
N 15 12 12 10
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
kreativitas kelas eksperimen berada pada kategori kreativitas sangat tinggi
dan tinggi. Kreativitas sangat tinggi atau pada rentang nilai 85-99 yang terdiri
dari frekuensi siswa laki-laki sebanyak 5 siswa dengan prosentase 18,52%
dan frekuensi siswa perempuan sebanyak 4 siswa dengan prosentase siswa
perempuan sebesar 14,81%. Kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84
yang terdiri dari frekuensi siswa laki-laki sebanyak 10 siswa dengan
prosentase 37,04% dan frekuensi siswa perempuan sebanyak 8 siswa dengan
prosentase sebesar 14,81%. Hasil kreativitas siswa di kelas eksperimen
menunjukkan tidak ada siswa dengan kategori kreativitas sedang, rendah,
maupun kreativitas sangat rendah baik siswa laki-laki maupun perempuan.
62
Mean kelas eksperimen siswa laki-laki adalah 81,07 dan standar
deviasinya adalah 8,02. Nilai maksimal kelas eksperimen siswa laki-laki
adalah 98 dan nilai minimalnya adalah 71 dengan jumlah siswa adalah 15
siswa. Rata-rata kelas eksperimen siswa perempuan adalah 81,83 dan standar
deviasinya adalah 7,67. Nilai maksimal kelas eksperimen siswa perempuan
adalah 98 dan nilai minimalnya adalah 73 dengan jumlah siswa adalah 12
siswa.
Selain itu, pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa distribusi
frekuensi kreativitas kelas kontrol berada pada kategori kreativitas sangat
tinggi, kreativitas tinggi, dan kreativitas sedang. Kreativitas sangat tinggi atau
pada rentang nilai 85-99 yang hanya terdiri dari frekuensi siswa perempuan
sebanyak 1 siswa dengan prosentase siswa perempuan sebesar 4,55%.
Kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 yang terdiri dari frekuensi
siswa laki-laki sebanyak 9 siswa dengan prosentase 40,91% dan frekuensi
siswa perempuan sebanyak 8 siswa dengan prosentase sebesar 36,35%.
Kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 terdiri dari frekuensi siswa
laki-laki sebanyak 3 siswa dengan prosentase 13,64% dan frekuensi siswa
perempuan sebanyak 1 siswa dengan prosentase 4,55%. Hasil kreativitas
siswa di kelas kontrol menunjukkan tidak ada siswa dengan kategori
kreativitas rendah dan kreativitas sangat rendah baik siswa laki-laki maupun
perempuan.
Mean kelas kontrol siswa laki-laki adalah 73,67 dan standar deviasinya
adalah 7,82. Nilai maksimal kelas kontrol siswa laki-laki adalah 83 dan nilai
minimalnya adalah 56 dengan jumlah siswa adalah 12 siswa. Mean kelas
kontrol siswa perempuan adalah 76,40 dan standar deviasinya adalah 6,11.
Nilai maksimal kelas kontrol siswa perempuan adalah 86 dan nilai
minimalnya adalah 64 dengan jumlah siswa adalah 10 siswa.
Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa nilai mean atau rata-
rata kreativitas kelas eksperimen lebih baik daripada Kelas Kontrol. Dilihat
dari mean juga menunjukkan bahwa mean siswa perempuan lebih besar dari
pada mean siswa laki-laki. Kategori kreativitas kelas eksperimen yaitu siswa
63
memiliki kreativitas sangat tinggi dan kreativitas tinggi baik siswa laki-laki
maupun perempuan, sedangkan kelas kontrol masih ada 4 siswa dengan
kategori kreativitas sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
4.2.6 Gender
Gender disini hanya dibatasi pada perbedaan jenis kelamin, yaitu siswa
laki-laki atau perempuan. Data gender diperoleh dengan penggunaan metode
dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
dokumentasi untuk mendapatkan data jenis kelamin siswa kelas V di kelas
eksperimen dan kelas kontrol melalui absensi siswa kelas V. Adapun rekap
absensi siswa kelas V adalah sebagai berikut ini.
Tabel 4.9 Rekap Daftar Hadir Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelompok Gender
Total % L P Jumlah % Jumlah %
Kontrol 12 54,55 10 45,45 22 100 Eksperimen 15 55,56 12 44,44 27 100
Dari tabel 4.9 di atas terlihat bahwa kelas kontrol dengan jumlah siswa
22 siswa yaitu siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dengan prosentase 54,55%
dan siswa perempuan sebanyak 10 siswa dengan prosentase 45,45%. Kelas
eksperimen dengan jumlah 27 siswa yaitu 15 siswa laki-laki dengan
prosentase 55,56% dan siswa perempuan sebanyak 12 siswa dengan
prosentase 44,44%. Artinya 100% siswa baik dikelas kontrol maupun
eksperimen siswa tidak ada yang ijin artinya siswa berangkat semua untuk
mengikuti pembelajaran.
4.2.7 Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini diambil dari nilai kreativitas data
postes kelas kontrol dan kelas eksperimen.
64
a. Hipotesis 1
Hipotesis 1 (ada perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan
pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional).
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:
1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4.10 Hasil Analisis Anova Hipotesis 1
Source Type III Sum of Squares Df Mean
Square F Sig.
KELAS 494.083 1 494.083 8.693 .005 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48
Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan
pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha: ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan
pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Dari tabel 4.10 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,005
karena nilainya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti dalam penelitian ini ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa
yang menggunakan pembelajaran matematika realistik dengan kelompok
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis 2
Hipotesis 2 (ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki
dengan kelompok siswa perempuan).
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:
1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
65
Tabel 4.11 Hasil Analisis Anova Hipotesis 2
Source Type III Sum of Squares Df Mean
Square F Sig.
GENDER 36.750 1 36.750 .647 .426 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48
Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa siswa laki-
laki dan perempuan.
Ha: ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan
perempuan.
Dari tabel 4.11 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,426
karena nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti dalam penelitian ini tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok
siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan.
c. Hipotesis 3
Uji Hipotesis 3 (ada pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik terhadap
kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi
sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara
kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012).
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:
1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Anova Hipotesis 3
Source Type III Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
KELAS * GENDER 11.603 1 11.603 .204 .654 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48
Ho: tidak ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap
kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi
66
sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara
kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012
Ha: ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas
berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara kabupaten
Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.
Dari tabel 4.12 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig. adalah 0,654
karena nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti dalam penelitian ini tidak ada pengaruh pembelajaran matematika
realistik terhadap kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki
Hajar Dewantara kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.
4.3 Pembahasan
Dari hasil uji hipotesis dapat dilihat bahwa dari ketiga hipotesis yang
dibuat oleh peneliti ternyata pada hipotesis pertama diterima yaitu ada
perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran
matematika realistik dengan kelompok siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional, ini dibuktikan secara statistik nilai sig. 0,005
karena nilainya lebih kecil dari probabilitas (0,05). Dilihat dari rata-rata
kreativitas kelas eksperimen adalah 81,41 dan rata-rata kelas kontrol adalah
74,91 ini berarti kelas eksperimen dengan pembelajaran matematika realistik
lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional, dengan kata lain treatment atau perlakuan yang diberikan
dalam pembelajaran itu mempengaruhi kreativitas siswa. Kreativitas siswa
kelas V SD N 2 Krangganharjo setelah pembelajaran matematika realistik
tidak ada yang memiliki kreativitas sedang, rendah, dan sangat rendah
melainkan hanya memiliki kreativitas sangat tinggi dan kreativitas tinggi,
maka dari itu pembelajaran matematika realistik cocok digunakan untuk
semua siswa yang semula yang memiliki kreativitas tinggi, sedang, maupun
rendah. Baik siswa yang pandai, ulet, memiliki kemandirian belajar yang
67
tinggi di kelas, siswa yang kemampuan belajarnya berada pada rata-rata
kelas, siswa yang bosan dengan pembelajaran yang monoton dan siswa
dengan kemandirian belajar yang kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui Pembelajaran
Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa antara yang diberi pembelajaran matematka realistik
dengan pembelajaran biasa.
Hasil hipotesis kedua didapatkan ada perbedaan kreativitas antara
kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan, ini dibuktikan
dengan nilai rata-rata siswa laki-laki 77,78 dan rata-rata siswa perempuan
79,36 tetapi secara statistik dilihat nilai sig. 0,426 (lebih besar dari 0,05)
artinya tidak signifikan. Artinya gender tidak mempengaruhi kreativitas
siswa. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang
berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa
SMP melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan kritis siswa berdasarkan gender. Tetapi hasil
penelitian ini sejalan dengan teori Munandar (2004) yang menyatakan bahwa
kreativitas tidak dipengaruhi oleh gender.
Sedangkan hasil hipotesis ketiga didapatkan tidak ada pengaruh atau
interaksi pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas berdasarkan
gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
kelas V SD, ini dibuktikan secara statistik yaitu nilai sig. 0,654 (lebih besar
dari 0,05). Ini sejalan dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang berjudul
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP
melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa tidak terdapat interaksi
antara pembelajaran matematika realistik dengan gender terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
Munandar (2004), mengatakan kreativitas dapat terwujud dimana saja
dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-ekonomi, atau
tingkat pendidikan tertentu. Menurut Eleanor Maccoby dan Carol Jaklin
68
(Santrock, J. W., 2007), dalam pembahasan klasik mengenai gender,
menyimpulkan bahwa laki-laki memiliki kemampuan matematika lebih baik
dari pada perempuan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti
ternyata kreativitas siswa tidak dipengaruhi oleh gender. Kreativitas antara
siswa laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Jadi hasil penelitian ini
sejalan dengan teori Munandar (2004) yang menyatakan bahwa kreativitas
tidak dipengaruhi oleh gender. Sedangkan teori Eleanor Maccoby dan Carol
Jaklin (Santrock, J. W., 2007) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki
kemampuan matematika lebih baik daripada perempuan tidak sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dapat dilihat dari hasil
penelitian dapat terlihat bahwa rata-rata kreativitas siswa laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda bahkan sedikit lebih baik siswa perempuan, ini
dibuktikan dengan rata-rata kelompok siswa laki-laki pada kelas eksperimen
adalah 81,07 dan perempuan 81,83. Artinya kemampuan matematika
perempuan sedikit lebih baik daripada laki-laki ini membuktikan bahwa
kemampuan matematika laki-laki tidak lebih baik dari pada perempuan.
Tetapi secara statistik tidak ada perbedaan kreativitas dilihat berdasarkan
gender.
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan strategi mengajar yang
ditekankan pada siswa. Sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk
mengkonstruksikan pengetahuan matematikanya, dimana siswa menemukan
kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah
nyata. Pembelajaran Matematika Realistik, dimulai dari hal-hal yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sifatnya konkrit. Dengan begitu
siswa akan tertarik dalam pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang
aktif karena tahu hal apa yang mereka pelajari dan dapat mereka bayangkan.
Dengan demikian siswa laki-laki ataupun perempuan tidak lagi dipandang
sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan
kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Dengan kata
lain kreativitas siswa baik laki-laki maupun perempuan dapat meningkat.
69
Berdasarkan pembahasan di atas berikut ini peneliti sampaikan implikasi.
Adapun implikasinya adalah implikasi secara teoritis dan implikasi praktis.
a. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis ini berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi
pendidikan. Adapun implikasi teoritisnya adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah sehari-hari
sebagai sumber belajar atau pada hal-hal nyata bagi siswa, siswa
mengkontruksi sendiri melalui model atau alat peraga, hasil pemecahan
masalah adalah kontribusi dari siswa sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi kontruktif dan produktif, siswa belajar dalam
interaksi sosial, serta pembelajaran terjadi adanya keterkaitan topik.
Setelah pembelajaran matematika realistik disesuaikan dengan standar
proses maka pembelajaran matematika realistik lebih mudah digunakan
oleh guru, karena sudah mengalami perubahan dari teori pembelajaran
matematika realistik. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa
kreativitas siswa dengan pembelajaran matematika realistik lebih baik
dari pada pembelajaran konvensional.
2) Munandar (2004) yang menyatakan bahwa kreativitas dapat terwujud
dimana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung pada jenis kelamin,
sosial, dan tingkat pendidikan tertentu. Hasil penelitian membuktikan
bahwa secara signifikan kreativitas tidak dipengaruhi oleh geder siswa.
b. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ada perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan
pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Hasratuddin (2010) yang berjudul
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP
melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang diberi
pembelajaran matematka realistik dengan pembelajaran biasa.
70
2) Secara Signifikan tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa
laki-laki dengan kelompok siswa perempuan. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui
Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan kritis siswa berdasarkan gender.
3) Tidak ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap
kreativitas berdasarkan gender siswa. Ini sejalan dengan penelitian
Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui Pembelajaran Matematika
Realistik, bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran matematika
realistik dengan gender terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.