BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1 Implementasi ...eprints.unram.ac.id/2353/4/BAB IV Rev LAST...
Transcript of BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1 Implementasi ...eprints.unram.ac.id/2353/4/BAB IV Rev LAST...
24
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1 Implementasi Simulasi
Untuk mengetahui dan membandingkan kinerja jaringan pada protokol routing
DSDV, DSR dan AODV akan dilakukan seperti pada skenario dan variasi perencanaan
serta beberapa tambahan analisa untuk memantapkan proses perbandingan kinerja pada
masing-masing protokol.
Berikut adalah cara yang digunakan untuk menjalankan simulasi yang telah dibuat
pada terminal linux mint:
Misalnya nama yang digunakan setelah pembuatan skrip tcl pada protokol AODV
adalah “skripAODV.tcl”, kemudian akan dijalankan pada terminal yang tersedia pada
linux mint, maka pada tampilan terminalnya diketikkan “ns skripAODV.tcl”, begitu pula
pada protokol DSR yaitu “ns skripDSR.tcl” dan protokol DSDV yaitu “ns skripDSDV.tcl.
Ketiga cara tersebut digunakan untuk memulai menjalankan simulasi berdasarkan
protokol routing masing-masing dengan ekstensi file “.tcl”. Adapun nama skrip yang
penulis gunakan adalah 10old.tcl, 20old.tcl, 30old.tcl, …, 100old.tcl.
Setelah simulasi selesai dijalankan, akan menghasilkan output file berupa nam file
“.nam” yang terlihat pada Gambar 4.1a dan trace file “.tr” yang dapat dilihat pada Gambar
4.1b. Nam file digunakan untuk menampilkan proses simulasi secara visual, sedangkan
trace file untuk merekam setiap pertukaran data yang terjadi pada setiap node selama
simulasi berlangsung (Altman dan Jimenez, 2003).
Setelah trace file dan nam file dihasilkan, hal yang dilakukan selanjutnya adalah
mencari nilai throughput, delay, packetloss dan packet delivery ratio pada trace file yang
telah dihasilkan, caranya dengan membuat awk file dengan cara menyaring informasi
pada trace file berupa node sumber dan tujuan, koneksi antar node, ukuran paket, dan lain
sebagainya. Kemudian diatur kembali dengan menggunakan persamaan untuk mencari
nilai yang diinginkan.
25
Gambar 4.1a Contoh nam file (.nam)
r 10.000988195 _9_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[0:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.000988319 _4_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[0:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.000988413 _3_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[0:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.000988479 _2_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[0:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.000988748 _6_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[0:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
s 10.001869422 _9_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 0 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003057558 _4_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003057617 _0_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003057712 _3_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003057856 _2_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
Gambar 4.1b Contoh trace file (.tr) saat penemuan jalur pada node
26
r 10.003058040 _6_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003058154 _5_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
r 10.003058181 _1_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 9 800] -------
[9:255 -1:255 29 0] [0x2 2 1 [1 0] [0 4]] (REQUEST)
s 10.003058181 _1_ RTR --- 0 AODV 44 [0 0 0 0] ------- [1:255 0:255
30 9] [0x4 1 [1 4] 10.000000] (REPLY)
Gambar 4.1b Contoh trace file (.tr) saat penemuan jalur pada node
Adapun pada tugas akhir ini, penulis menggunakan jumlah node yang bervariasi
yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 node. Berikut adalah beberapa tampilan
nam dari hasil percobaan yang penulis kerjakan:
Gambar 4.2a Tampilan nam pada jumlah 40 node sebelum simulasi dimulai
Pada Gambar 4.2a memperlihatkan tampilan nam pada jumlah node 40 disaat
awal sebelum proses simulasi dimulai. Pada skenario ini node sumber berada pada node
0 dan node tujuan berada pada node 1. Kemudian setelah simulasi dijalankan maka node
0 akan bergerak kearah bawah dan node 1 akan bergerak kearah atas seperti yang terlihat
pada Gambar 4.2b. Setelah simulasi berakhir, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa kinerja berdasarkan informasi yang diperoleh saat simulasi berakhir.
27
Gambar 4.2b Tampilan nam pada jumlah 40 node setelah simulasi berakhir
4.2 Pengambilan Data
Perhitungan throughput, delay, packetloss, dan PDR dilakukan dengan menggunakan
program awk file seperti yang terlihat pada Gambar 4.3, dimana program ini akan
mengacu pada data yang terdapat pada trace file ketika dijalankan pada terminal.
{
event = $1
time = 0 + $2
node_id = $3
pkt_size = 0 + $8
level = $4
if (level == "AGT" && event == "s" && $7 == "tcp") {
sent++
if (!startTime || (time < startTime)) {
startTime = time
}
Gambar 4.3 Contoh skrip awk
28
}
if (level == "AGT" && event == "r" && $7 == "tcp") {
receive++
if (time > stopTime) {
stopTime = time
}
recvdSize += pkt_size
}
}
END {
printf("start Time = %f, stopTime = %f\n", startTime, stopTime)
printf("sent_packets\t %d\n",sent)
printf("received_packets %d\n",receive)
printf("PDR = %.2f %\n",(receive/sent)*100);
printf("Packetloss = %.2f %\n",(receive-sent)/100);
printf("Delay = %f s\n",(stopTime/receive));
printf("Throughput = %.2f kbps\tStartTime=%.2f\tStopTime = %.2f\n",
(recvdSize/(stopTime-startTime))*(8/1000),startTime,stopTime);
}
Gambar 4.3 Contoh skrip awk
Setelah awk diselesaikan dan disimpan dengan format “.awk”, kemudian memanggil
fungsi awk tersebut pada terminal linux mint yang nanti akan mengeksekusi trace file
berdasarkan program yang telah diatur pada program awk diatas.
Berikut adalah cara yang digunakan untuk menjalankan awk script yang telah dibuat
sebelumnya pada terminal linux mint:
#awk -f (nama file awk).awk (nama trace file).tr
29
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4a dibawah ini:
Gambar 4.4a Cara menjalankan file awk
Kemudian setelah dijalankan akan muncul hasilnya seperti yang terlihat pada
Gambar 4.4b dibawah:
Gambar 4.4b Contoh script dan hasil eksekusi trace file dengan program awk
Pada Gambar 4.4b diatas dapat dilihat hasil dari proses pencarian kinerja jaringan
dengan menggunakan file awk sehingga didapatkan informasi yang diinginkan berupa
nilai throughput, delay, packetloss dan PDR.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Perbandingan Kinerja Protokol Routing AODV, DSDV dan DSR Berdasarkan
Perbedaan Ukuran Paket.
Pada Bab 4.3.1 ini akan membahas tentang perbandingan nilai throughput, delay,
packetloss dan PDR berdasarkan perbedaan ukuran paket yang diberikan. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut.
4.3.1.1 Perbandingan Nilai Throughput pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan
DSR Berdasarkan Perbedaan Ukuran Paket.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario nilai throughput berdasarkan perbedaan ukuran paket.
30
Tabel 4.1a Tabulasi data nilai throughput pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol (kbps) 128 (bytes) 256 (bytes) 512 (bytes) 1024 (bytes)
DSDV 10 52.11 249.47 343.03 122.74
DSR 10 126.01 305.56 428.64 339.26
AODV 10 89.43 195.26 271.88 232.62
DSDV 20 87.15 122.47 168.27 206.5
DSR 20 125.75 185.85 261.71 338.6
AODV 20 98.17 139.96 187.96 233.46
DSDV 30 91.17 128.34 175.8 233.99
DSR 30 125.76 185.9 261.83 338.62
AODV 30 89.49 130.69 181.98 232.63
DSDV 40 88.08 123.99 169.59 214.92
DSR 40 117.43 118.05 249.67 318.83
AODV 4/0 89.53 130.73 181.85 232.48
DSDV 50 85.33 112.57 166.18 206.14
DSR 50 125.96 185.96 260.32 338.68
AODV 50 89.5 130.93 182.1 232.08
DSDV 60 136.9 139.44 184.25 300.52
DSR 60 120.3 177.64 250.01 322.56
AODV 60 89.46 130.68 181.86 232.68
DSDV 70 126 176.68 237.08 273.54
DSR 70 90.3 123.92 185.71 225.52
AODV 70 84.83 124.31 173.01 220.77
DSDV 80 85.38 121.37 166.39 212.08
DSR 80 104.45 161.91 216.6 279.89
AODV 80 89.48 130.73 181.74 231.78
DSDV 90 124.4 174.75 239.36 300.84
DSR 90 122.44 179.93 252.85 326.34
AODV 90 89.7 130.9 182.06 232.35
DSDV 100 86.41 107.51 159.61 209.91
DSR 100 114.8 167.9 233.99 298.03
AODV 100 85.37 110.72 153.91 220.97
Pada Tabel 4.1a diatas terlihat nilai throughput pada masing – masing protokol
routing yaitu protokol DSDV, DSR dan AODV pada ukuran paket berdasarkan skenario
simulasi yaitu 128, 256, 512 dan 1024 bytes sehingga nantinya memungkin untuk
mengetahui kinerja dari setiap protokol routing tersebut.
31
Tabel 4.1b Nilai throughput rata-rata pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol Throughput rata-rata (bytes)
DSDV 167.7565
DSR 217.337
AODV 160.751
Berdasarkan Tabel 4.1b dapat disimpulkan bahwa nilai throughput rata-rata yang
dihasilkan oleh protokol DSR adalah sebesar 217.337 kbps, protokol DSDV sebesar
167.7565 kbps dan protokol AODV sebesar 160.751 kbps. Hasil dari throughput rata-rata
ini membuktikan bahwa protokol DSR memiliki kinerja yang lebih unggul dari protokol
AODV dan DSDV yang ditinjau dari segi nilai throughput yang dihasilkan dengan rata-
rata nilai throughput yang paling besar yaitu sebesar 217.337 kbps.
Hasil keseluruhan kinerja nilai throughput pada protokol routing AODV, DSDV dan
DSR yang ditinjau dari pengaruh perubahan ukuran paket, diperoleh kesimpulan bahwa
semakin besar ukuran paket yang diberikan maka nilai throughput yang dihasilkan akan
semakin besar.
Berikut adalah grafik hasil perhitungan kinerja jaringan berupa throughput pada
node 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 dengan ukuran paket 128, 256, 512, dan 1024
bytes.
Gambar 4.5 Pengaruh nilai throughput pada 10 node
0
200
400
600
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 10 node
DSDV 10 DSR 10 AODV 10
32
Gambar 4.6 Pengaruh nilai throughput pada 20 node
Gambar 4.7 Pengaruh nilai throughput pada 30 node
Gambar 4.8 Pengaruh nilai throughput pada 40 node
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 20 node
DSDV 20 DSR 20 AODV 20
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 30 node
DSDV 30 DSR 30 AODV 30
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 40 node
DSDV 40 DSR 40 AODV 40
33
Gambar 4.9 Pengaruh nilai throughput pada 50 node
Gambar 4.10 Pengaruh nilai throughput pada 60 node
Gambar 4.11 Pengaruh nilai throughput pada 70 node
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 50 node
DSDV 50 DSR 50 AODV 50
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 60 node
DSDV 60 DSR 60 AODV 60
0
100
200
300
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 70 node
DSDV 70 DSR 70 AODV 70
34
Gambar 4.12 Pengaruh nilai throughput pada 80 node
Gambar 4.13 Pengaruh nilai throughput pada 90 node
Gambar 4.14 Pengaruh nilai throughput pada 100 node
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5 - 4.14 menunjukkan bahwa semakin besar
ukuran paket yang diberikan saat pertukaran data maka nilai throughput yang dihasilkan
0
100
200
300
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 80 node
DSDV 80 DSR 80 AODV 80
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 90 node
DSDV 90 DSR 90 AODV 90
0
100
200
300
400
128 256 512 1024Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Ukuran Paket (bytes)
Throughput pada 100 node
DSDV 100 DSR 100 AODV 100
35
akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena besar nilai throughput dipengaruhi oleh
besarnya ukuran paket yang diterima oleh node terhadap total waktu pengiriman data.
Sehingga jika ukuran paket semakin besar maka nilai throughput yang dihasilkan akan
semakin besar.
Grafik pada Gambar 4.6 - 4.9, 4.12 dan 4.14 menunjukkan bahwa nilai throughput
pada protokol routing AODV, DSDV dan DSR relatif stabil dengan fluktuasi data yang
sangat rendah sehingga menunjukkan bahwa pada protokol DSR memiliki nilai
throughput yang lebih besar dibandingkan dengan protokol routing AODV dan DSDV.
Sedangkan pada protokol routing AODV dan DSDV sendiri memiliki nilai throughput
yang relatif sama dimana protokol AODV sedikit lebih unggul.
Keunggulan protokol routing DSR disebabkan karena protokol routing ini bekerja
dengan membentuk route on demand berdasarkan source routing pada intermediate
device. Intermediate device ini sendiri bekerja dengan memanfaatkan route cache yang
menyebabkan delay yang lebih kecil sehingga mempengaruhi besarnya nilai throughput
pada protokol DSR ini. Hal inilah yang memberikan nilai lebih pada prtokol DSR
dibandingkan dengan prtokol AODV dan protokol DSDV. Penyebab kurangnya nilai
throughput pada protokol AODV dan DSDV karena pada protokol AODV node sumber
harus membroadcast paket Route Request (RREQ) untuk pencarian rute sehingga
membutuhkan waktu yang lama agar intermediate node mengirimkan paket Route Replay
(RREP) yang mengakibatkan delay yang lebih besar dari protokol DSR. Sedangkan pada
protokol DSDV terlalu sering meng-update tabel routing pada setiap intermediate node
sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan protokol DSR.
Grafik pada Gambar 4.10 menunjukkan inkonsistensi nilai throughput pada protokol
DSDV. Gambar 4.11 menunjukkan nilai pada protokol DSDV lenih besar dari protokol
AODV dan DSR. Kemudian pada Gambar 4.5 dan 4.13 menunjukkan nilai throughput
pada protokol DSDV lebih besar dari protokol AODV. Masalah pada Gambar 4.5, 4.10,
4.11 dan 4.13 menyelisihi kinerja throughput pada Gambar 4.6 - 4.9, 4.12 dan 4.14. Hal
ini dikarenakan kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat proses pertukaran data
36
seperti rapatnya jarak antara node dengan intermediate node, padatnya jalur trafik,
terlambatnya respon dari node tujuan untuk membalas RREP kembali ke node sumber,
dan terjadinya collision antar paket dan menyebabkan bertambahnya delay waktu pada
saat akan membangun koneksi baru. Kerugian semacam ini juga dapat terjadi karena
terlalu banyaknya jumlah node yang beroperasi pada suatu area dengan tingkat keluasan
yang kecil, seperti kasus pada tugas akhir ini yang hanya menggunakan luas area 400x400
m2 dengan jumlah node yang agak banyak sehingga memungkinkan terjadinya collision
antar node yang dapat mengakibatkan kinerja pada suatu protokol routing menjadi tidak
maksimal. Sedangkan pengaruh dari perubahan ukuran paket akan mempengaruhi
besarnya nilai throughput pada semua protokol routing sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin besar ukuran paket yang diberikan maka nilai throughput akan semakin
besar. Hal ini berbanding terbalik dengan besar delay, dimana semakin kecil suatu delay
maka nilai throughput yang dihasilkan akan semakin besar.
4.3.1.2 Perbandingan Besar Delay pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan DSR
Berdasarkan Perbedaan Ukuran Paket.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario besar delay berdasarkan perbedaan ukuran paket
Tabel 4.2a Tabulasi data besar delay pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol (s) 128 (bytes) 256 (bytes) 512 (bytes) 1024 (bytes)
DSDV 10 0.036047 0.012665 0.016671 0.088027
DSR 10 0.01333 0.009686 0.012875 0.031344
AODV 10 0.018781 0.015155 0.020296 0.045701
DSDV 20 0.021555 0.025771 0.033934 0.052343
DSR 20 0.013357 0.015923 0.021087 0.031405
AODV 20 0.017111 0.021143 0.029353 0.045544
DSDV 30 0.020605 0.024594 0.032482 0.048272
DSR 30 0.013356 0.015918 0.021075 0.031483
AODV 30 0.018768 0.02264 0.030317 0.045699
DSDV 40 0.021338 0.025478 0.033711 0.050393
DSR 40 0.014304 0.057588 0.022101 0.033351
AODV 40 0.018799 0.022633 0.03338 0.045731
37
Tabel 4.2b Delay rata-rata pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol Delay rata-rata (s)
DSDV 0.031081
DSR 0.02325
AODV 0.029266
Berdasarkan Tabel 4.2b dapat disimpulkan bahwa besar delay rata-rata yang
dihasilkan oleh protokol DSR adalah sebesar 0.02325s, pada protokol AODV sebesar
0.029266s dan protokol DSDV sebesar 0.031081s. Hasil dari delay rata-rata ini
membuktikan bahwa protokol DSR memiliki kinerja yang lebih unggul dari protokol
AODV dan DSDV yang ditinjau dari segi besar delay yang dihasilkan dengan rata-rata
delay yang paling kecil yaitu 0.02325s.
Hasil keseluruhan kinerja besar delay pada protokol routing AODV, DSDV dan DSR
yang ditinjau dari pengaruh perubahan ukuran paket, diperoleh kesimpulan bahwa
semakin besar ukuran paket yang diberikan maka besar delay yang dihasilkan akan
semakin besar.
Protokol (s) 128 (bytes) 256 (bytes) 512 (bytes) 1024 (bytes)
DSDV 50 0.022026 0.028062 0.034406 0.052543
DSR 50 0.014886 0.017759 0.023656 0.034961
AODV 50 0.018767 0.0226 0.030301 0.045819
DSDV 60 0.013731 0.022564 0.031029 0.036047
DSR 60 0.013962 0.01666 0.022071 0.032969
AODV 60 0.018775 0.022642 0.030337 0.0457
DSDV 70 0.014915 0.017877 0.02441 0.039574
DSR 70 0.0186 0.02538 0.029708 0.050015
AODV 70 0.019799 0.023803 0.031891 0.048155
DSDV 80 0.022157 0.026026 0.034358 0.051066
DSR 80 0.016081 0.018279 0.025475 0.037989
AODV 80 0.018773 0.022636 0.030357 0.045867
DSDV 90 0.012085 0.018074 0.023877 0.035986
DSR 90 0.010975 0.016447 0.021822 0.032586
AODV 90 0.014979 0.022604 0.030307 0.045767
DSDV 100 0.021753 0.029383 0.035816 0.051593
DSR 100 0.014631 0.017626 0.023584 0.035679
AODV 100 0.019675 0.026079 0.035826 0.04811
38
Berikut ini adalah grafik hasil perhitungan kinerja jaringan berupa delay pada node
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 dengan ukuran paket 128, 256, 512, dan 1024 bytes.
Gambar 4.15 Pengaruh besar delay pada 10 node
Gambar 4.16 Pengaruh besar delay pada 20 node
Gambar 4.17 Pengaruh besar delay pada 30 node
0
0.01
0.02
0.03
0.04
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 10 node
DSDV 10 DSR 10 AODV 10
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 20 node
DSDV 20 DSR 20 AODV 20
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 30 node
DSDV 30 DSR 30 AODV 30
39
Gambar 4.18 Pengaruh besar delay pada 40 node
Gambar 4.19 Pengaruh besar delay pada 50 node
Gambar 4.20 Pengaruh besar delay pada 60 node
0
0.02
0.04
0.06
0.08
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 40 node
DSDV 40 DSR 40 AODV 40
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 50 node
DSDV 50 DSR 50 AODV 50
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 60 node
DSDV 60 DSR 60 AODV 60
40
Gambar 4.21 Pengaruh besar delay pada 70 node
Gambar 4.22 Pengaruh besar delay pada 80 node
Gambar 4.23 Pengaruh besar delay pada 90 node
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024D
ela
y(s
)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 70 node
DSDV 70 DSR 70 AODV 70
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 80 node
DSDV 80 DSR 80 AODV 80
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024
Del
ay
(s)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 90 node
DSDV 90 DSR 90 AODV 90
41
Gambar 4.24 Pengaruh besar delay pada 100 node
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.15 – 4.24 menunjukkan bahwa semakin besar
ukuran paket yang diberikan maka delay yang dihasilkan akan semakin besar karena
disebabkan saat proses pertukaran data dengan ukuran paket yang besar akan memakan
lebih banyak waktu, karena pada saat proses pertukaran data paket-paket akan dipecah
dan di enkapsulasi kedalam bentuk segmen, frame lalu menjadi bit data. Sehingga
semakin besar ukuran paket, maka paket yang akan di enkapsulasi akan memakan waktu
yang lama dan mengakibatkan delay yang terjadi akan semakin besar.
Grafik pada Gambar 4.16, 4.17, 4.19, 4.22 dan 4.24 menunjukkan bahwa besar delay
pada protokol AODV, DSDV dan DSR relatif stabil dengan tingkat fluktuasi yang hampir
sama. Pada kasus ini menunjukkan protokol DSR memiliki ukuran delay yang lebih kecil
dibandingkan dengan protokol AODV dan DSDV. Sedangkan protokol AODV memiliki
delay yang lebih kecil dari protokol DSDV. Kasus ini memperlihatkan bahwa protokol
DSR lebih unggul dari protokol AODV dan DSDV pada pengaruh perubahan besar delay,
hal ini mempengaruhi kecepatan pertukaran data atau nilai throughput yang akan
dihasilkan, seperti yang terlihat sebelumnya pada Gambar 4.6 - 4.9, 4.12 dan 4.14 yang
menunjukkan besar nilai throughput dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran suatu delay,
semakin besar throughput maka delay yang dihasilkan akan semakin kecil.
Penyebab protokol DSR lebih unggul disebabkan karena pada protokol DSR bekerja
dengan membentuk route on demand berdasarkan routing sumber pada intermediate node,
dimana intermediate node tersebut menggunakan route cache sehingga ukuran delay pada
0
0.02
0.04
0.06
128 256 512 1024D
ela
y(s
)
Ukuran Paket (bytes)
Delay pada 100 node
DSDV 100 DSR 100 AODV 100
42
protokol DSR lebih kecil dari protokol AODV dan DSDV. Pada protokol AODV node
sumber harus melakukan broadcast paket pada seluruh node, sehingga membutuhkan
waktu untuk node tetangganya untuk mengirimkan kembali respon balasan untuk node
sumber. Sedangkan pada protokol DSDV saat proses pertukaran data terlalu sering
melakukan update tabel routing sehingga mempengaruhi waktu pertukaran data yang
mengakibatkan delay yang besar.
Grafik pada Gambar 4.15, 4.20 dan 4.23 menunjukkan delay pada protokol DSDV
lebih kecil dari protokol AODV, sedangkan grafik pada Gambar 4.16, 4.17, 4.19, 4.22
dan 4.24 menunjukkan bahwa protokol DSDV memiliki ukuran delay yang lebih besar
dari protokol AODV, sedangkan protokol DSR tetap memilki delay yang paling dari
protokol AODV dan DSDV. Grafik pada Gambar 4.18 menunjukkan inkonsistensi pada
protokol DSR dimana pada ukuran paket 256 bytes nilai DSR lebih besar dari protokol
AODV dan DSDV. Grafik pada Gambar 4.21 menunjukkan perubahan tingkat besar delay
yang awalnya protokol DSDV memiliki delay yang paling besar, namun pada grafik ini
protokol DSDV memiliki delay yang paling kecil. Permasalahan pada Gambar 4.15, 4.18,
4.20, 4.21 dan 4.23 kemungkinan terjadi karena pada saat proses pertukaran data terjadi
kesalahan seperti terlalu padat dan rapatnya node-node yang dilalui oleh paket data
sehingga mengakibatkan delay yang besar dari biasanya. Kasus seperti ini wajar terjadi
mengingat luas area yang digunakan hanya 400x400 m2 dengan jumlah node yang
semakin banyak sehingga memungkinkan kinerja dari protokol routing tidak bekerja
secara maksimal. Adapun pengaruh dari semakin besarnya ukuran paket yang diberikan
akan mempengaruhi delay yang terjadi sebagaimana pada kasus pengaruh perubahan nilai
throughput sebelumnya, dimana semakin besar ukuran paket yang diberikan maka delay
yang dihasilkan akan semakin besar.
Dapat disimpulkan bahwa dilihat secara gairs besar kinerja dari protokol DSR lebih
baik daripada protokol DSDV dan AODV sehingga membuktikan bahwa protokol DSR
lebih unggul pada ukuran delay yang dihasilkan.
43
4.3.1.3 Perbandingan Nilai Packetloss pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan
DSR Berdasarkan Perbedaan Ukuran Paket.
Berikut adalah hasil tabulasi nilai packetloss berdasarkan perbedaan ukuran paket:
Tabel 4.3a Tabulasi data nilai packetloss pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol (%) 128 (bytes) 256 (bytes) 512 (bytes) 1024 (bytes)
DSDV 10 0.05 0.1 0.12 0.21
DSR 10 0.1 0.18 0.01 0.13
AODV 10 0.09 0.08 0.11 0.08
DSDV 20 0.27 0.23 0.04 0.24
DSR 20 0.1 0.09 0.15 0.12
AODV 20 0.03 0.06 0.08 0.11
DSDV 30 0.24 0.23 0.13 0.08
DSR 30 0.09 0.08 0.1 0.1
AODV 30 0.1 0.09 0.07 0.08
DSDV 40 0.17 0.07 0.15 0.24
DSR 40 0.13 0.11 0.12 0.13
AODV 40 0.1 0.08 0.1 0.11
DSDV 50 0.3 0.28 0.18 0.12
DSR 50 0.09 0.16 0.15 0.03
AODV 50 0.1 0.11 0.13 0.11
DSDV 60 0.17 0.16 0.29 0.12
DSR 60 0.09 0.09 0.09 0.13
AODV 60 0.11 0.11 0.11 0.09
DSDV 70 0.08 0.26 0.32 0.25
DSR 70 0.07 0.06 0.12 0.12
AODV 70 0.13 0.08 0.07 0.07
DSDV 80 0.25 0.18 0.31 0.22
DSR 80 0.08 0.12 0.11 0.11
AODV 80 0.11 0.11 0.01 0.13
DSDV 90 0.26 0.11 0.15 0.27
DSR 90 0.08 0.06 0.16 0.11
AODV 90 0.09 0.13 0.1 0.14
DSDV 100 0.11 0.29 0.19 0.18
DSR 100 0.07 0.05 0.14 0.05
AODV 100 0.08 0.08 0.11 0.1
44
Tabel 4.3b nilai packetloss rata-rata pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol Packetloss rata-rata (%)
DSDV 0.1905
DSR 0.102
AODV 0.0945
Berdasarkan Tabel 4.3b dapat disimpulkan bahwa nilai packetloss rata-rata yang
dihasilkan oleh protokol AODV adalah sebesar 0.0945%, pada protokol DSR sebesar
0.102% dan protokol DSDV sebesar 0.1905%. Hasil dari nilai packetloss rata-rata ini
membuktikan bahwa protokol AODV dan DSR memiliki kinerja yang lebih unggul dari
protokol DSDV yang ditinjau dari segi packetloss rata-rata yang.
Hasil keseluruhan kinerja nilai packetloss pada protokol routing AODV, DSDV dan
DSR yang ditinjau dari pengaruh perubahan ukuran paket, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh perubahan ukuran paket menghasilkan perbedaan nilai packetloss rata-rata
dengan tingkat perbedaan yang tidak terlalu besar yang dihasilkan pada setiap protokol
routing.
Selanjutnya adalah grafik hasil perhitungan kinerja jaringan berupa packetloss pada
node 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 dengan ukuran paket 128, 256, 512, dan 1024
bytes.
Gambar 4.25 Pengaruh nilai packetloss pada 10 node
0
0.1
0.2
0.3
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 10 node
DSDV 10 DSR 10 AODV 10
45
Gambar 4.26 Pengaruh nilai packetloss pada 20 node
Gambar 4.27 Pengaruh nilai packetloss pada 30 node
Gambar 4.28 Pengaruh nilai packetloss pada 40 node
0
0.1
0.2
0.3
128 256 512 1024Pa
cket
loss
(%)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 20 node
DSDV 20 DSR 20 AODV 20
0
0.1
0.2
0.3
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 30 node
DSDV 30 DSR 30 AODV 30
0
0.1
0.2
0.3
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 40 node
DSDV 40 DSR 40 AODV 40
46
Gambar 4.29 Pengaruh nilai packetloss pada 50 node
Gambar 4.30 Pengaruh nilai packetloss pada 60 node
Gambar 4.31 Pengaruh nilai packetloss pada 70 node
0
0.2
0.4
128 256 512 1024Pa
cket
loss
(%)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 50 node
DSDV 50 DSR 50 AODV 50
0
0.1
0.2
0.3
0.4
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 60 node
DSDV 60 DSR 60 AODV 60
0
0.1
0.2
0.3
0.4
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 70 node
DSDV 70 DSR 70 AODV 70
47
Gambar 4.32 Pengaruh nilai packetloss pada 80 node
Gambar 4.33 Pengaruh nilai packetloss pada 90 node
Gambar 4.34 Pengaruh nilai packetloss pada 100 node
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.25 - 4.34 terlihat tingkat persentasi packetloss
pada protokol AODV dan DSR relatif sama dengan besar packetloss tidak lebih dari 0,2%,
sedangkan tingkat persentasi packetloss pada protokol DSDV memiliki nilai yang lebih
0
0.1
0.2
0.3
0.4
128 256 512 1024Pa
cket
loss
(%)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 80 node
AODV 80 DSR 80 AODV 80
0
0.1
0.2
0.3
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 90 node
DSDV 90 DSR 90 AODV 90
0
0.2
0.4
128 256 512 1024
Pack
etlo
ss(%
)
Ukuran Paket (bytes)
Packetloss pada 100 node
DSDV 100 DSR 100 AODV 100
48
besar dari protokol AODV dan DSR yaitu hampir mencapai 0,4%.
Pada Gambar 4.27 terlihat bahwa nilai packetloss pada protokol DSDV mengalami
penurunan nilai seiring dengan bertambahnya ukuran paket dan tidak mengalami
fluktuasi yang besar. Ini disebabkan jalur bebas loop yang tersedia pada protokol DSDV
mengalami kinerja yang maksismal sehingga bisa menyesuaikan dengan topologi
jaringan yang berubah.
Dari grafik Gambar 4.25 – 4.34 dapat dilihat bahwa protokol DSDV secara garis
besar memiliki nilai packetloss yang lebih besar dari protokol AODV dan DSR, karena
penyebab terjadinya packetloss adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer serta
terbatasnya memori pada setiap node dimana hal ini selaras dengan kinerja dari protokol
DSDV yaitu seringnya suatu node melakukan update routing setiap pertukaran data
sehingga berdampak banyaknya packetloss yang dihasilkan karena melebihi kapasitas
buffer dan terbatasnya memori pada setiap node. Untuk protokol AODV dan DSR tidak
terlalu menampilkan perbedaan yang signifikan karena kedua protokol routing ini sama-
sama bertipe reaktif dimana protokol routing reaktif bekerja ketika dibutuhkan
komunikasi antar node sumber dan node tujuan, serta tabel routing yang dimiliki oleh
sebuah node berisi informasi rute ke node tujuan saja. Protokol routing reaktif seperti
AODV dan DSR tidak perlu melakukan update routing secara berkala sehingga nilai
packetloss yang akan didapatkan tidak terlalu besar.
Dari keterangan Gambar 4.25 – 4.34 membuktikan bahwa kinerja dari protokol DSR
lebih unggul pada ukuran packetloss dibandingkan dengan protokol routing DSDV dan
protokol routing AODV, dimana protokol routing DSDV memiliki packetloss yang lebih
besar yang akan berdampak buruk pada kinerja jaringan saat proses pertukaran data
dilakukan sehingga tingkat packetloss yang paling sedikitlah yang memiliki keunggulan
dari suatu kinerja jaringan seperti yang didapatkan pada protokol routing DSR yang
memiliki tingkat nilai packetloss yang paling kecil daripada protokol routing AODV dan
protokol routing DSDV.
49
4.3.1.4 Perbandingan Nilai PDR pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan DSR
Berdasarkan Perbedaan Ukuran Paket.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario nilai packetloss berdasarkan perbedaan ukuran paket:
Tabel 4.4a Tabulasi data nilai PDR pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol (%) 128 (bytes) 256 (bytes) 512 (bytes) 1024 (bytes)
DSDV 10 99.64 99.75 99.6 96.43
DSR 10 99.73 99.65 99.97 99.19
AODV 10 99.66 99.76 99.56 99.27
DSDV 20 98.85 98.83 99.73 97.55
DSR 20 99.73 99.71 99.37 99.25
AODV 20 99.9 99.75 99.53 99.01
DSDV 30 99.02 98.88 99.16 99.23
DSR 30 99.76 99.75 99.58 99.38
AODV 30 99.63 99.59 99.58 99.27
DSDV 40 99.28 99.64 99 97.64
DSR 40 99.63 96.03 99.47 99.14
AODV 40 99.63 99.64 99.4 99
DSDV 50 98.7 98.45 98.78 98.75
DSR 50 99.62 99.2 99 99.71
AODV 50 99.63 99.51 99.22 99
DSDV 60 99.54 99.28 98.23 99.14
DSR 60 99.75 99.7 99.6 99.15
AODV 60 99.59 99.5 99.34 99.18
DSDV 70 99.76 99.08 98.39 98.06
DSR 70 99.74 99.62 99.29 98.54
AODV 70 99.49 99.62 99.56 99.33
DSDV 80 98.88 99.07 97.91 97.8
DSR 80 99.74 99.56 99.44 99.17
AODV 80 99.59 99.5 99.4 98.82
DSDV 90 99.22 99.6 99.29 98.09
DSR 90 99.78 99.8 99.31 99.29
AODV 90 99.66 99.42 99.4 98.73
DSDV 100 99.52 98.32 98.66 98.18
DSR 100 99.8 99.82 99.34 99.64
AODV 100 99.69 99.57 99.22 99.05
50
Tabel 4.4b nilai PDR rata-rata pada skenario perbedaan ukuran paket
Protokol PDR rata-rata (%)
DSDV 98.82325
DSR 99.42375
AODV 99.43
Berdasarkan Tabel 4.4b dapat disimpulkan bahwa nilai PDR rata-rata yang dihasilkan
oleh protokol DSR adalah sebesar 99.42375%, pada protokol AODV sebesar 99.43% dan
protokol DSDV sebesar 98.82325%. Hasil dari nilai PDR rata-rata ini membuktikan
bahwa protokol AODV dan DSR memiliki kinerja yang lebih unggul dari protokol DSDV
yang ditinjau dari segi PDR rata-rata yang dihasilkan.
Hasil keseluruhan kinerja nilai PDR pada protokol routing AODV, DSDV dan DSR
yang ditinjau dari pengaruh perubahan ukuran paket, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
perubahan ukuran paket yang dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh mempengaruhi nilai
dari PDR yang dihasilkan pada setiap protokol routing.
Grafik perhitungan kinerja jaringan berupa Packet Delivery Ratio berdasarkan
skenario simulasi.
Gambar 4.35 Pengaruh nilai PDR pada 10 node
98
99
100
101
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 10 node
DSDV 10 DSR 10 AODV 10
51
Gambar 4.36 Pengaruh nilai PDR pada 20 node
Gambar 4.37 Pengaruh nilai PDR pada 30 node
Gambar 4.38 Pengaruh nilai PDR pada 40 node
9698
100102
128 256 512 1024PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 20 node
DSDV 20 DSR 20 AODV 20
98
99
100
128 256 512 1024PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 30 node
DSDV 30 DSR 30 AODV 30
90
95
100
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 40 node
DSDV 40 DSR 40 AODV 40
52
Gambar 4.39 Pengaruh nilai PDR pada 50 node
Gambar 4.40 Pengaruh nilai PDR pada 60 node
Gambar 4.41 Pengaruh nilai PDR pada 70 node
979899
100
128 256 512 1024PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 50 node
DSDV 50 DSR 50 AODV 50
96
98
100
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 60 node
DSDV 60 DSR 60 AODV 60
96
98
100
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 70 node
DSDV 70 DSR 70 AODV 70
53
Gambar 4.42 Pengaruh nilai PDR pada 80 node
Gambar 4.43 Pengaruh nilai PDR pada 90 node
Gambar 4.44 Pengaruh nilai PDR pada 100 node
Grafik pada Gambar 4.35 - 4.37, 4.40, 4.42 - 4.44 menunjukkan nilai PDR pada
protokol DSDV selalu lebih kecil dibandingkan dengan protokol AODV dan DSR.
Sedangkan protokol AODV dan DSR memiliki nilai PDR yang relatif sama yang secara
96
98
100
128 256 512 1024P
DR
(%
)Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 80 node
AODV 80 DSR 80 AODV 80
97
98
99
100
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 90 node
DSDV 90 DSR 90 AODV 90
97
98
99
100
128 256 512 1024
PD
R (
%)
Ukuran Paket (bytes)
PDR pada 100 node
DSDV 100 DSR 100 AODV 100
54
garis besar diatas 99%. Hal ini karena pada protokol DSDV terlalu banyak mengirim
pesan control untuk menjaga topologi jaringan pada setiap node, akibatnya akan
menghasilkan volume lalu lintas yang tinggi untuk jaringan padat, sehingga berdampak
pada nilai PDR yang semakin kecil. Masalah yang selalu dialami oleh protokol routing
pada jaringan ad hoc adalah tingkat mobilitas node yang dapat menyebabkan topologi
jaringan berubah dengan cepat yang berakibat link pada setiap rute sangat tidak permanen
dan bisa terputus kapan saja. Kasus seperti ini yang terjadi pada protokol DSDV karena
pada protokol ini harus selalu melakukan update tabel routing pada saat proses pertukaran
data dimana saat pertukaran data node sumber dan node tujuan bergerak sesuai tempat
tujuannya yang menyebabkan protokol DSDV bekerja terlalu berlebihan dalam
menentukan rute selanjutnya, hasilnya nilai PDR yang diperoleh kurang maksimal. Kasus
pada protokol AODV dan DSR memang lebih unggul dari protokol DSDV, karena pada
kedua protokol reaktif ini tidak mengirimkan pesan ke semua node yang terjangkau, tetapi
proses pencarian rute hanya akan dilakukan ketika dibutuhkan saja. hal inilah yang
menjadi kelebihan dari protokol reaktif seperti AODV dan DSR karena lebih hemat energi
dan tidak perlu mengirimkan pesan ke semua node yang terjangkau oleh node sumber.
Grafik pada Gambar 4.38 protokol DSR mengalami inkonsistensi pada ukuran paket
256 bytes yang menghasilkan nilai PDR yang lebih kecil dari protokol AODV dan DSDV.
Grafik pada Gambar 4.39 dan 4.41 memperlihatkan nilai PDR pada protokol DSR lebih
kecil dibandingkan dengan protokol AODV dan DSDV yang mana ini menyelisihi nilai
PDR pada Gambar 4.35 - 4.37, 4.40, 4.42 - 4.44 dimana nilai protokol DSR secara garis
besar lebih unggul daripada protokol AODV dan DSDV.
Permasalahan pada Gambar 4.38, 4.39 dan 4.41 kemungkinan disebabkan karena
rusaknya hubungan antara node karena pada jaringan ad hoc hubungan antara jalur sangat
tidak permanen dan bisa putus kapan saja, ditambah lagi dengan kekurangan pada
protokol DSR yang tidak dapat memperbaiki jalur yang rusak. Sehingga kinerja dari
protokol DSR ini menjadi tidak maksimal.
55
4.3.2 Perbandingan Kinerja Protokol Routing AODV, DSDV dan DSR Berdasarkan
Perbedaan Jumlah Node.
Pada Bab 4.3.2 ini akan membahas tentang perbandingan nilai throughput, delay,
packetloss dan PDR berdasarkan perbedaan jumlah node yang diberikan. Untuk
penjelasan yang lebih ringkas adalah sebagai berikut.
4.3.2.1 Perbandingan Nilai Throughput pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan
DSR Berdasarkan Perbedaan Jumlah Node.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario nilai throughput berdasarkan perbedaan jumlah node:
Tabel 4.5 Tabulasi data nilai throughput pada skenario perbedaan jumlah node
Jumlah node AODV (kbps) DSR (kbps) DSDV (kbps)
10 node 133.35 207.5 176.49
20 node 98.17 125.75 87.15
30 node 89.49 125.76 91.17
128 40 node 89.53 117.43 88.08
bytes 50 node 89.5 125.96 85.33
60 node 89.46 120.3 136.9
70 node 84.83 90.3 126
80 node 89.48 104.45 85.38
90 node 89.7 122.44 124.4
100 node 85.37 114.8 86.41
10 node 195.26 305.56 249.47
20 node 139.96 185.85 122.47
30 node 130.69 185.9 128.34
256 40 node 130.73 118.05 123.99
bytes 50 node 130.93 185.96 112.57
60 node 130.68 177.64 139.44
70 node 124.31 123.92 176.68
80 node 130.73 161.91 121.37
90 node 130.9 179.93 174.75
100 node 110.72 167.9 107.51
10 node 271.88 428.64 343.03
20 node 187.96 261.71 168.27
30 node 181.98 261.83 175.8
56
Jumlah node AODV (kbps) DSR (kbps) DSDV (kbps)
512 40 node 181.85 249.67 169.59
bytes 50 node 182.1 260.32 166.18
60 node 181.86 250.01 184.25
70 node 173.01 185.71 237.08
80 node 181.74 216.6 166.39
90 node 182.06 252.85 239.36
100 node 153.91 233.99 159.61
10 node 348.06 553.12 437.82
20 node 233.46 338.6 206.5
30 node 232.63 338.62 233.99
1024 40 node 232.48 318.83 214.92
bytes 50 node 232.08 338.68 206.14
60 node 232.68 322.56 300.52
70 node 220.77 225.52 273.54
80 node 231.78 279.89 212.08
90 node 232.35 326.34 300.84
100 node 220.97 298.03 209.91
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah node yang
bekerja, maka perubahan nilai throughput yang dihasilkan pada setiap protokol routing
memiliki tingkat fluktuasi yang tidak terlalu besar. Seperti yang terlihat pada tabel bagian
1024 bytes pada protokol AODV perubahan nilai throughput yang terjadi secara garis
besar bernilai sekitar 232 kbps dan pada protokol DSR secara garis besar sekitar 300 kbps,
kecuali pada protokol DSDV yang mengalami perubahan yang cukup besar pada
beberapa jumlah node.
Kesimpulan yang diperoleh pada kinerja nilai throughput berdasarkan perubahan
jumlah node adalah semakin banyak jumlah node pada suatu jaringan ad hoc maka nilai
throughput yang dihasilkan akan cenderung memiliki tingkat fluktuasi yang tidak terlalu
besar.
Berikut adalah grafik hasil perhitungan kinerja jaringan berupa nilai throughput pada
ukuran paket 128, 256, 512 dan 1024 bytes berdasarkan perbedaan jumlah node yaitu 10,
20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 node.
57
Gambar 4.45 Pengaruh nilai throughput pada 128 bytes
Gambar 4.46 Pengaruh nilai throughput pada 256 bytes
Gambar 4.47 Pengaruh nilai throughput pada 512 bytes
0
100
200
300
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Jumlah Node
Throughput pada 128 bytes
AODV DSR DSDV
0
100
200
300
400
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Jumlah Node
Throughput pada 256 bytes
AODV DSR DSDV
0
200
400
600
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Jumlah Node
Throughput pada 512 bytes
AODV DSR DSDV
58
Gambar 4.48 Pengaruh nilai throughput pada 1024 bytes
Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.45 – 4.48 menunjukkan semakin besar
jumlah node yang bekerja maka nilai throughput pada protokol AODV mengalami
fluktuasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan protokol DSR dan DSDV dimana kedua
protokol ini sama-sama terlihat memiliki fluktuasi yang lebih banyak ketika bearda pada
jumlah 60 node keatas. Ini terjadi karena pada protokol DSDV terlalu banyak
mengirimkan pesan kontrol untuk menjaga topologi jaringan pada setiap node, sehingga
menghasilkan volume lalu lintas yang tinggi dimana pada jumlah node diatas 60 node
mengalami lalu lintas yang lebih padat. Sedangkan pada protokol DSR tidak dapat
memperbaiki jalur yang rusak terlebih lagi jika jaringan tersebut dengan jumlah node
yang banyak. Pada protokol AODV yang mengalami fluktuasi yang lebih sedikit
disebabkan rute yang diperoleh sesuai dengan tujuan dengan tingkat efisiensi penggunaan
kanal yang bagus sehingga memungkinkan kinerja pada protokol AODV lebih terjaga
dengan tingkat perubahan data yang sedikit.
Berdasarkan Gambar 4.45 - 4.48 dapat dilihat secara garis besar bahwa nilai
throughput pada protokol DSR lebih unggul dari protokol AODV dan DSDV, karena pada
protokol DSR bekerja dengan membentuk route on demand berdasarkan source routing
pada intermediate device. Intermediate device ini sendiri bekerja dengan memanfaatkan
route cache yang menyebabkan delay yang lebih kecil sehingga mempengaruhi besarnya
nilai throughput. Penyebab kurangnya nilai throughput pada protokol AODV dan DSDV
0
200
400
600
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Jumlah Node
Throughput pada 1024 bytes
AODV DSR DSDV
59
karena pada protokol AODV node sumber harus membroadcast paket Route Request
(RREQ) untuk pencarian rute sehingga membutuhkan waktu yang lama agar intermediate
node mengirimkan paket Route Replay (RREP) yang mengakibatkan delay yang lebih
besar dari protokol DSR. Sedangkan pada protokol DSDV terlalu sering mengupdate
Tabel routing pada setiap intermediate node sehingga memerlukan waktu yang cukup
lama dibandingkan protokol DSR.
4.3.2.2 Perbandingan Besar Delay pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan DSR
Berdasarkan Perbedaan Jumlah Node.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario besar delay berdasarkan perbedaan jumlah node:
Tabel 4.6 Tabulasi data besar delay pada skenario perbedaan jumlah node
Jumlah node AODV (s) DSR (s) DSDV (s)
10 node 0.012598 0.008096 0.010651
20 node 0.017111 0.013357 0.021555
30 node 0.018768 0.013356 0.020605
128 40 node 0.018799 0.014304 0.021338
bytes 50 node 0.018767 0.014886 0.022026
60 node 0.018775 0.013962 0.013731
70 node 0.019799 0.0186 0.014915
80 node 0.018773 0.016081 0.022157
90 node 0.014979 0.010975 0.012085
100 node 0.019675 0.014631 0.021753
10 node 0.015155 0.009686 0.012665
20 node 0.021143 0.015923 0.025771
30 node 0.02264 0.015918 0.024594
256 40 node 0.022633 0.057588 0.025478
bytes 50 node 0.0226 0.017759 0.028062
60 node 0.022642 0.01666 0.022564
70 node 0.023803 0.02538 0.017877
80 node 0.022636 0.018279 0.026026
90 node 0.022604 0.016447 0.018074
100 node 0.026079 0.017626 0.029383
10 node 0.020296 0.012875 0.016671
20 node 0.029353 0.021087 0.033934
60
Jumlah node AODV (s) DSR (s) DSDV (s)
30 node 0.030317 0.021075 0.032482
512 40 node 0.030338 0.022101 0.033711
bytes 50 node 0.030301 0.023656 0.034406
60 node 0.030337 0.022071 0.031029
70 node 0.031891 0.029708 0.02441
80 node 0.030357 0.025475 0.034358
90 node 0.030307 0.021822 0.023877
100 node 0.035826 0.023584 0.035816
10 node 0.030558 0.01923 0.024749
20 node 0.045544 0.031405 0.052343
30 node 0.045699 0.031483 0.048272
1024 40 node 0.045731 0.033351 0.050393
bytes 50 node 0.045819 0.034961 0.052543
60 node 0.0457 0.032969 0.036047
70 node 0.048155 0.050015 0.039574
80 node 0.045867 0.037989 0.051066
90 node 0.045767 0.032586 0.035986
100 node 0.04811 0.035679 0.051593
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah node yang
diberikan, maka perubahan besar delay yang dihasilkan pada setiap protokol routing tidak
terlalu berbeda jauh. Misalnya seperti yang terlihat pada tabel bagian 1024 bytes pada
protokol AODV perubahan besar delay yang terjadi secara garis besar bernilai sekitar
0.04s dan pada protokol DSR secara garis besar sekitar 0.03s, kecuali pada protokol
DSDV yang mengalami perubahan yang cukup besar pada beberapa jumlah node.
Kemungkinan terjadinya delay dengan fluktuasi yang besar karena pada saat proses
pertukaran data terjadi kesalahan seperti terlalu padat dan rapatnya node-node yang
dilalui oleh paket data sehingga mengakibatkan delay yang besar dari biasanya.
Kesimpulan yang diperoleh pada kinerja besar delay berdasarkan perubahan jumlah
node adalah semakin banyak jumlah node pada suatu jaringan ad hoc maka besar delay
yang dihasilkan mengalami perubahan yang tidak terlalu besar.
Berikut hasil perhitungan kinerja jaringan berupa besar delay pada ukuran paket
berdasarkan perbedaan jumlah node.
61
Gambar 4.49 Pengaruh besar delay pada 128 bytes
Gambar 4.50 Pengaruh besar delay pada 256 bytes
Gambar 4.51 Pengaruh besar delay pada 512 bytes
0
0.01
0.02
0.03
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Del
ay
(s)
Jumlah Node
Delay pada 128 bytes
AODV DSR DSDV
0
0.02
0.04
0.06
0.08
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Del
ay
(s)
Jumlah Node
Delay pada 256 bytes
AODV DSR DSDV
0
0.01
0.02
0.03
0.04
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Del
ay
(s)
Jumlah Node
Delay pada 512 bytes
AODV DSR DSDV
62
Gambar 4.52 Pengaruh besar delay pada 1024 bytes
Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.49 – 4.52 menunjukkan semakin besar
jumlah node yang diberikan maka besar delay pada protokol AODV dan DSR secara garis
besar sama-sama terlihat mengalami tingkat fluktuasi yang sedikit, kecuali pada protokol
DSDV yang terlihat memiliki besar delay dengan tingkat fluktuasi yang lebih besar. Ini
terjadi karena protokol DSDV terlalu sering meng-update tabel routing pada setiap
intermediate node sehingga menghasilkan kinerja yang tidak konsisten pada setiap node
yang mengakibatkan fluktuasi yang dihasilkan cukup besar pada protokol DSDV.
Pada Gambar 4.50 terlihat pada jumlah 40 node protokol DSR mengalami kenaikan
besar delay yang cukup besar. Ini disebabkan pada kekurangan yang dimiliki oleh
protokol DSR dimana ketika terjadi kerusakan jalur maka protokol DSR tidak dapat
memperbaiki jalur yang rusak tersebut yang mengakibatkan delay yang lebih besar dari
biasanya.
Kemungkinan terjadinya delay dengan fluktuasi yang besar karena pada saat proses
pertukaran data terjadi kesalahan seperti terlalu padat dan rapatnya node-node yang
dilalui oleh paket data sehingga mengakibatkan delay yang besar dari biasanya.
Kesimpulan yang diperoleh pada kinerja besar delay berdasarkan perubahan jumlah
node adalah semakin banyak jumlah node pada suatu jaringan ad hoc maka besar delay
yang dihasilkan mengalami perubahan yang tidak terlalu besar.
0
0.02
0.04
0.06
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Del
ay
(s)
Jumlah Node
Delay pada 1024 bytes
AODV DSR DSDV
63
4.3.2.3 Perbandingan Nilai Packetloss pada Protokol Routing AODV, DSDV, dan
DSR Berdasarkan Perbedaan Jumlah Node.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario nilai packetloss berdasarkan perbedaan jumlah node:
Tabel 4.7 Tabulasi data nilai packetloss pada skenario perbedaan jumlah node
Jumlah node AODV (%) DSR (%) DSDV (%)
10 node 0.13 0.02 0.08
20 node 0.03 0.1 0.27
30 node 0.1 0.09 0.24
128 40 node 0.1 0.13 0.17
bytes 50 node 0.1 0.09 0.3
60 node 0.11 0.09 0.17
70 node 0.13 0.07 0.08
80 node 0.11 0.08 0.25
90 node 0.09 0.08 0.26
100 node 0.08 0.07 0.11
10 node 0.08 0.18 0.1
20 node 0.06 0.09 0.23
30 node 0.09 0.08 0.23
256 40 node 0.08 0.11 0.07
bytes 50 node 0.11 0.16 0.28
60 node 0.11 0.09 0.16
70 node 0.08 0.06 0.26
80 node 0.11 0.12 0.18
90 node 0.13 0.06 0.11
100 node 0.08 0.05 0.29
10 node 0.11 0.01 0.12
20 node 0.08 0.15 0.04
30 node 0.07 0.1 0.13
512 40 node 0.1 0.12 0.15
bytes 50 node 0.13 0.15 0.18
60 node 0.11 0.09 0.29
70 node 0.07 0.12 0.32
80 node 0.01 0.11 0.31
90 node 0.1 0.16 0.15
100 node 0.11 0.14 0.19
10 node 0.13 0.06 0.22
64
Jumlah node AODV (%) DSR (%) DSDV (%)
20 node 0.11 0.12 0.24
30 node 0.08 0.1 0.08
1024 40 node 0.11 0.13 0.24
bytes 50 node 0.11 0.03 0.12
60 node 0.09 0.13 0.12
70 node 0.07 0.12 0.25
80 node 0.13 0.11 0.22
90 node 0.14 0.11 0.27
100 node 0.1 0.05 0.18
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah node yang
diberikan, maka perubahan nilai packetloss yang dihasilkan pada setiap protokol routing
mengalami perubahan yang tidak terlalu besar. Misalnya seperti yang terlihat pada tabel
bagian 1024 bytes pada protokol AODV dan DSR perubahan nilai packetloss yang
dihasilkan hanya memiliki nilai kurang dari 0.2%, kecuali pada protokol DSDV yang
cenderung memiliki perubahan yang relatif besar.
Kesimpulan yang diperoleh pada kinerja nilai packetloss berdasarkan perubahan
jumlah node adalah semakin banyak jumlah node pada suatu jaringan ad hoc maka nilai
packetloss yang dihasilkan akan cenderung lebih sedikit dan tidak terlalu banyak
berpengaruh.
Berikut hasil perhitungan kinerja jaringan berupa nilai packetloss pada ukuran paket
128, 256, 512 dan 1024 bytes berdasarkan perbedaan jumlah node yaitu 10, 20, 30, 40,
50, 60, 70, 80, 90 dan 100 node.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100Pack
etlo
ss(%
)
Jumlah Node
Packetloss pada 128 bytes
AODV DSR DSDV
65
Gambar 4.53 Pengaruh nilai packetloss pada 128 bytes
Gambar 4.54 Pengaruh nilai packetloss pada 256 bytes
Gambar 4.55 Pengaruh nilai packetloss pada 512 bytes
Gambar 4.56 Pengaruh nilai packetloss pada 1024 bytes
0
0.1
0.2
0.3
0.4
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100Pack
etlo
ss(%
)
Jumlah Node
Packetloss pada 256 bytes
AODV DSR DSDV
0
0.1
0.2
0.3
0.4
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100Pack
etlo
ss(%
)
Jumlah Node
Packetloss pada 512 bytes
AODV DSR DSDV
0
0.1
0.2
0.3
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100Pack
etlo
ss(%
)
Jumlah Node
Packetloss pada 1024 bytes
AODV DSR DSDV
66
Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.53 – 4.56 secara garis besar
memperlihatkan bahwa protokol DSDV memiliki nilai packetloss yang paling besar
dibandingkan dengan protokol AODV dan DSR. Nilai packetloss pada protokol AODV,
DSR dan DSDV mengalami fluktuasi yang cukup besar pada kasus ini, dimana pada
protokol DSDV mengalami tingkat fluktuasi yang paling besar. Ini karena pada jaringan
ad hoc memilki topologi yang tidak menentu disebabkan karena pergerakan beberapa
node sehingga link pada rute sangat tidak permanen dan bisa putus kapan saja. Penyebab
lain dari perubahan topologi ini adalah kemungkinan terjadinya collision atau tabrakan
antar node atau paket sehingga memberikan peluang terjadinya hilang data semakin besar.
Inilah yang menyebabkan protokol DSDV mengalami ketidakstabilan nilai packetloss,
karena protokol DSDV harus selalu melakukan update tabel routing sehingga setiap
terjadi perubahan topologi pada jaringan maka akan mempengaruhi besarnya paket yang
hilang ataupun paket yang diterima.
Berdasarkan Gambar 4.53 – 4.56 dapat disimpulkan secara garis besar bahwa
protokol DSDV memiliki nilai packetloss yang paling besar dibandingkan dengan
protokol AODV dan DSR. Ini terjadi karena karena penyebab terjadinya packetloss
adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer serta terbatasnya memori pada setiap node
dimana hal ini selaras dengan kinerja dari protokol DSDV yaitu seringnya suatu node
melakukan update routing setiap pertukaran data sehingga berdampak banyaknya
packetloss yang dihasilkan karena melebihi kapasitas buffer dan terbatasnya memori pada
setiap node.
Penyebab terjadinya packetloss adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer serta
terbatasnya memori pada setiap node dimana hal ini selaras dengan kinerja dari protokol
DSDV yaitu seringnya suatu node melakukan update routing setiap pertukaran data
sehingga berdampak banyaknya packetloss yang dihasilkan karena melebihi kapasitas
buffer dan terbatasnya memori pada setiap node.
Jadi, nilai packetloss yang paling besar adalah pada protokol DSDV dengan tingkat
fluktuasi data yang paling besar.
67
4.3.2.4 Perbandingan Nilai Packetloss dan Nilai PDR pada Protokol Routing AODV,
DSDV, dan DSR Berdasarkan Perbedaan Jumlah Node.
Berikut adalah hasil tabulasi data yang diperoleh saat simulasi selesai dilakukan pada
skenario nilai PDR berdasarkan perbedaan jumlah node:
Tabel 4.8 Tabulasi data nilai PDR pada skenario perbedaan jumlah node
Jumlah node AODV (%) DSR (%) DSDV (%)
10 node 99.67 99.97 99.83
20 node 99.9 99.73 98.85
30 node 99.63 99.76 99.02
128 40 node 99.63 99.63 99.28
bytes 50 node 99.63 99.62 98.7
60 node 99.59 99.75 99.54
70 node 99.49 99.74 99.76
80 node 99.59 99.74 98.88
90 node 99.66 99.78 99.22
100 node 99.69 99.8 99.52
10 node 99.76 99.65 99.75
20 node 99.75 99.71 98.83
30 node 99.59 99.75 98.88
256 40 node 99.64 96.03 99.64
bytes 50 node 99.51 99.2 98.45
60 node 99.5 99.7 99.28
70 node 99.62 99.62 99.08
80 node 99.5 99.56 99.07
90 node 99.42 99.8 99.6
100 node 99.57 99.82 98.32
10 node 99.56 99.97 99.6
20 node 99.53 99.37 99.73
30 node 99.58 99.58 99.16
512 40 node 99.4 99.47 99
bytes 50 node 99.22 99 98.78
60 node 99.34 99.6 98.23
70 node 99.56 99.29 98.39
80 node 99.4 99.44 97.91
90 node 99.4 99.31 99.29
100 node 99.22 99.34 98.66
10 node 99.21 99.77 98.92
68
Jumlah node AODV (%) DSR (%) DSDV (%)
20 node 99.01 99.25 97.55
30 node 99.27 99.38 99.23
1024 40 node 99 99.14 97.64
bytes 50 node 99 99.71 98.75
60 node 99.18 99.15 99.14
70 node 99.33 98.54 98.06
80 node 98.82 99.17 97.8
90 node 98.73 99.29 98.09
100 node 99.05 99.64 98.18
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah node yang
bekerja, maka perubahan nilai PDR yang dihasilkan pada setiap protokol routing relatif
konstan. Misalnya seperti yang terlihat pada tabel bagian 1024 bytes pada protokol
AODV dan DSR perubahan nilai PDR yang dihasilkan hanya memiliki perbedaan kurang
0.2%, kecuali pada protokol DSDV yang cenderung memiliki perubahan yang relatif
besar seperti yang terlihat pada node 30 dengan nilai PDR 99.23% dimana pada jumlah
node yang lain relative dibawah 99%.
Kesimpulan yang diperoleh pada kinerja nilai PDR berdasarkan perubahan jumlah
node adalah semakin banyak jumlah node pada suatu jaringan ad hoc maka nilai PDR
yang dihasilkan akan mengalami perubahan yang kecil, dimana terlihat bahwa nilai PDR
pada protokol routing DSR lebih memiliki nilai yang paling besar daripada protokol
routing DSDV dan protokol routing AODV sehingga keunggulan nilai PDR ini akan
berdampak baik pada suatu jaringan dimana data yang dikirim dan diterima dapat
tersampaikan dengan cepat dan lengkap pada node tujuan tertentu sehingga membuktikan
bahwa semakin besar nilai PDR suatu jaringan maka kinerja dari suatu jaringan akan
sangat baik dan efektif.
Berikut hasil perhitungan kinerja jaringan berupa nilai PDR pada ukuran paket 128,
256, 512 dan 1024 bytes berdasarkan perbedaan jumlah node yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60,
70, 80, 90 dan 100 node.
69
Gambar 4.57 Pengaruh nilai PDR pada 128 bytes
Gambar 4.58 Pengaruh nilai PDR pada 256 bytes
Gambar 4.59 Pengaruh nilai PDR pada 512 bytes
98
99
100
101
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PD
R (
%)
Jumlah Node
PDR pada 128 bytes
AODV DSR DSDV
94
96
98
100
102
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PD
R (
%)
Jumlah Node
PDR pada 256 bytes
AODV DSR DSDV
96979899
100101
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PD
R (
%)
Jumlah Node
PDR pada 512 bytes
AODV DSR DSDV
70
Gambar 4.60 Pengaruh nilai PDR pada 1024 bytes
Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.57 – 4.60 memperlihatkan bahwa secara
garis besar protokol DSDV memiliki nilai PDR yang paling kecil dibandingkan dengan
protokol AODV dan DSR. Nilai PDR pada protokol AODV dan DSR dengan semakin
bertambahnya jumlah node terlihat hampir sama dengan tingkat fluktuasi yang lebih
sedikit kecuali protokol DSDV yang mengalami perubahan yang lebih besar pada jumlah
node tertentu. Ini karena pada jaringan ad hoc memilki topologi yang tidak menentu
disebabkan karena pergerakan beberapa node sehingga link pada rute sangat tidak
permanen dan bisa putus kapan saja. Penyebab lain dari perubahan topologi ini adalah
kemungkinan terjadinya collision atau tabrakan antar node atau paket sehingga
memberikan peluang terjadinya hilang data semakin besar. Inilah yang menyebabkan
protokol DSDV mengalami ketidakstabilan nilai PDR, karena protokol DSDV harus
selalu melakukan update tabel routing sehingga setiap terjadi perubahan topologi pada
jaringan maka akan mempengaruhi besarnya paket yang hilang ataupun paket yang
diterima.
Pada Gambar 4.58 terlihat pada jumlah node 40 nilai PDR pada protokol DSR
mengalami penurunan yang drastic yaitu sekitar 96%, penyebab kejadian ini adalah
ketidakmampuan suatu prtokol DSR dalam memperbaiki jalur yang rusak sehingga besar
kemungkinan terjadi penurun kualitas kinerja dari protokol DSR pada ini.
96
97
98
99
100
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PD
R (
%)
Jumlah Node
PDR pada 1024 bytes
AODV DSR DSDV
71
4.3.3 Hubungan Timbal Balik antara Skenario Perubahan Ukuran Paket dengan
Perubahan Jumlah Node
Pada skenario perubahan ukuran paket, semakin besar ukuran paket yang diberikan
maka nilai throughput akan semakin besar, delay akan semakin besar, packetloss dan PDR
mengalami perubahan yang tidak menentu. Sedangkan pada skenario perubahan jumlah
node, semakin banyak jumlah node dengan luas wilayah yang sempit maka nilai masing-
masing throughput, delay, packetloss dan PDR akan relatif konstan.
Kinerja protokol routing AODV, DSDV dan DSR berdasarkan nilai throughput, delay,
packetloss dan PDR yang dihasilkan pada skenario perubahan ukuran paket dapat
disimpulkan bahwa protokol DSR lebih unggul dibandingkan protokol AODV dan DSDV.
Hal ini berbanding lurus dengan skenario perubahan jumlah node dimana protokol DSR
lebih unggul dari protokol AODV dan DSDV. Jadi, baik pada skenario perubahan ukuran
paket dan skenario perubahan jumlah node kinerja protokol routing DSR lebih unggul
dari protokol AODV dan DSDV.
4.4 Perbandingan Kinerja Protokol Routing apabila Node Sumber dan Tujuan
Saling Menjauh dengan Waktu Simulasi 200 detik.
Pada skenario ini node sumber (0) akan mengirim paket dan bergerak menjauhi node
tujuan (1) kearah atas, dan node tujuan akan bergerak menjauhi node sumber kearah
bawah dengan waktu simulasi yang digunakan adalah 200 detik, dengan jumlah node
yang telah ditentukan yaitu 70, 80, 90 dan 100 node. Berikut adalah salah satu contoh
visualisasi pada node 70.
72
Gambar 4.61a Posisi awal node saat simulasi akan dimulai pada node 70
Pada Gambar 4.61a terlihat node sumber (0) dan node tujuan (1) berada pada posisi
yang berdekatan sebelum proses pertukaran data dilakukan.
Gambar 4.61b Posisi akhir node saat simulasi berakhir pada node 70
Pada Gambar 4.61b terlihat node sumber bergerak keatas menjuahi node tujuan,
begitu pula pada node tujuan yang bergerak menjauhi node sumber kearah bawah setelah
proses simulasi selesai dilakukan.
Kemudian menghasilkan kinerja yang diperlihatkan pada grafik Gambar 4.62 – 4.65
sebagai berikut.
73
Gambar 4.62 Nilai throughput pada skenario 200 detik
Gambar 4.63 Besar delay pada skenario 200 detik
Gambar 4.64 Nilai packetloss pada skenario 200 detik
0
100
200
300
70 80 90 100Thro
ug
hp
ut
(kb
ps)
Jumlah Node
Nilai Throughput
AODV DSR DSDV
0
0.005
0.01
0.015
70 80 90 100
Del
ay
(s)
Jumlah Node
Besar Delay
AODV DSR DSDV
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
70 80 90 100
Pa
cket
loss
(%)
Jumlah Node
Nilai Packetloss
AODV DSR DSDV
74
Gambar 4.65 Nilai PDR pada skenario 200 detik
Pada Gambar 4.62 terlihat nilai throughput pada protokol DSR relatif stabil dengan
tingkat fluktuasi yang sangat kecil, sedangkan pada protokol AODV semakin banyak
jumlah node maka nilai throughput perlahan akan semakin kecil, kemudian pada protokol
DSDV semakin banyak node maka nilai throughput perlahan akan semakin besar.
Pada Gambar 4.63 terlihat besar delay pada protokol DSR relatif stabil dengan
fluktuasi yang sangat kecil, sedangkan delay pada protokol AODV semakin banyak
jumlah node maka delay yang dihasilkan perlahan akan semakin kecil, pada protokol
DSDV semakin banyak jumlah node maka delay yang dihasilkan akan perlahan semakin
besar.
Pada Gambar 4.64 terlihat nilai packetloss pada protokol AODV mengalami fluktuasi
yang paling kecil, pada protokol DSDV memiliki nilai packetloss yang paling besar,
kemudian pada protokol DSR memiliki nilai packetloss yang paling kecil dengan tingkat
fluktuasi yang lebih besar dari AODV dan DSDV.
Pada Gambar 4.65 terlihat nilai PDR pada protokol AODV relatif stabil dengan
tingkat fluktuasi yang kecil, sedangkan pada protokol DSDV semakin banyak node maka
nilai PDR perlahan semakin kecil, pada protokol DSR memiliki nilai PDR dengan tingkat
fluktuasi yang paling besar.
99
99.2
99.4
99.6
99.8
100
70 80 90 100
PD
R (
%)
Jumlah Node
Nilai PDR
AODV DSR DSDV