BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai...
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sraten 01, berada di Desa
Sraten RT 03 RW IV, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Letak SD Negeri Sraten 01 berada kurang lebih 7 kilometer dari
kecamatan dan SD Negeri Sraten 01 berada kurang lebih 100 meter dari Jl. Raya
Sraten. SD Negeri Sraten terletak di sebelah timur Kantor Kelurahan Desa Sraten.
Akses jalan menuju SD Negeri Sraten 01 sangat mudah, karena dekat dengan jalur
yang dilalui oleh angkot, yaitu angkot nomer 1.
4.2 Karakteritik Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Sraten 01 sebanyak 17 siswa. Karakteristik siswa-siswi SD Negeri Sraten 01
adalah sebagai berikut : suka bermain, rasa ingin tahunya tinggi khususnya dalam
menerima pelajaran, suka terhadap hal-hal yang baru, senang bekerja dalam
kelompok. Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang
manusia, anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk sosial yang
bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka
membentuk suatu kelompok tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut
anak dapat belajar memenuhi aturan-aturan kelompok.
4.3 Pelaksanaan Tiap Siklus
4.3.1 Pelaksanaan Pra Siklus
Sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu
melakukan observasi awal dengan tujuan mendapatkan data-data awal yang ada di
lapangan. Data-data inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk
menentukan tindakan yang harus dilakukan pada langkah-langkah selanjutnya.
Pelaksanaan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2014.
Hasil observasi awal yang peneliti lakukan bahwa hasil belajar siswa mata
37
38
pelajaran IPA masih rendah dari KKM. Dari 17 siswa, 10 siswa sudah mencapai
ketuntasan dengan KKM yang ditentukan oleh guru kelas yaitu 70. Dan 7 siswa
belum memenuhi target ketuntasan. Rata-rata kelas untuk mata pelajaran IPA
yaitu 64,94. Hal ini disebabkan oleh tingkat pemahaman yang kurang terhadap
materi pelajaran. Cara mengajar guru yang masih konvensional. Guru belum
mampu mengadakan inovasi pembelajaran seperti penggunaan metode-metode
pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi.
Itulah kenyataan yang ada di SD Negeri Sraten 01 sebagai hasil observasi
awal oleh peneliti, yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan
yang peneliti lakukan pada langkah-langkah selanjutnya. Untuk mengetahui
kejelasan rentang nilai pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13
Rekapitulasi Rentang Nilai Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Kelas V
SD Negeri Sraten 01
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 40 – 49 Belum tuntas 3
2 50 – 59 Belum tuntas 2
3 60 – 69 Belum tuntas 2
4 70 – 79 Tuntas 9
5 80 – 89 Tuntas 1
Tabel 13 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada pra siklus. Pada pra
siklus ini peneliti menjadi observer. Jadi yang mengajar adalah guru kelasnya.
Guru kelas menggunakan metode yang konvensional. Dengan hasil nilai diketahui
untuk rentang nilai 40 - 49 terdapat 3 siswa, nilai 50 - 59 terdapat 2 siswa, nilai 60
- 69 terdapat 2 siswa, nilai 70 - 79 terdapat 9 siswa, nilai 80 - 89 terdapat 1 siswa.
Dari data tersebut diperoleh rata-rata 64,94 dengan nilai terendah 40 dan nilai
tertinggi 80.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas V pada
kondisi pra siklus dapat lebih jelas dilihat pada tabel 14.
Tabel 14
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus Mata Pelajaran IPA
Kelas V SD Negeri Sraten 01
39
Berdasarkan tabel 14, terlihat bahwa pada pra siklus ini sebanyak 17
siswa terdapat 10 siswa atau 58,9% yang sudah tuntas dalam belajarnya yaitu
yang memperoleh nilai ≥70 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh
sekolah, sedangkan 7 siswa lainnya atau 41,1% belum mencapai ketuntasan
belajarnya yaitu yang memperoleh nilai <70. Berikut ini disajikan diagram
ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus.
Gambar 3
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus Mata
Pelajaran IPA kelas V SD Negeri Sraten 01
4.3.2 Pelaksanaan Siklus I
4.3.2.1 Perencanaan
Setelah diperoleh data pada Pra Siklus atau observasi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas V mengenai penyebab dari rendahnya hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA, yang kemudian dilanjutkan melaksanakan
Siklus I. Pelaksanaan siklus I ini peneliti bertindak sebagai guru atau pengajar
sedangkan guru/ wali kelas V berperan sebagai observer. Pertemuan pertama pada
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2014. Siklus 1 ini dibagi menjadi 2
No. Ketuntasan Skor Jumlah Persentase
(%)
1. Tuntas ≥70 10 58,9
2. Belum Tuntas <70 7 41,1
Jumlah 17 100
59%41%
Tuntas
Tidak Tuntas
40
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Februari
2014 dengan materi pesawat sederhana khususnya pengungkit dan pertemuan
kedua pada hari Jumat tanggal 28 Februari 2014 dengan materi pesawat sederhana
khususnya bidang miring, katrol, dan roda. Sebelum mengajar pada pertemuan
pertama dan kedua, maka peneliti menyiapkan perlengkapan yang nantinya
digunakan pada saat mengajar. Perlengkapan tersebut diantaranya adalah
membuat RPP, menyiapkan soal-soal yang berjumlah 20 butir soal untuk setiap
pertemuan yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, menyiapkan lembar
observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan alat peraga yang akan
berhubungan dengan materi.
4.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama peneliti mengajar mata pelajaran IPA dengan
materi pesawat sederhana khususnya pengungkit. Kegiatan pembelajarannya
adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi, yaitu guru bertanya pada siswa, ”siapa yang pernah bermain jungkat-
jungkit?”. Setelah itu, guru menyampaikan informasi materi yang akan dipelajari
dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang
pesawat sederhana khususnya pengungkit dengan menerapkan pendekatan
contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community. Konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pada kegiatan inti, awalnya guru berdemonstrasi membuka botol
41
menggunakan tangan, kemudian membuka botol mengunakan pembuka botol.
Guru mengaitkan antara materi pengungkit dengan situasi dunia nyata.
Pelaksanaan langkah dengan learning community dilakukan secara
sistematis, yaitu siswa dibagi beberapa kelompok secara heterogen, siswa diberi
lembar diskusi untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Dalam persoalan diskusi
selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Setelah siswa berdiskusi, siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa yang lain
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Guru membahas hasil diskusi dan
memberi kesempatan para siswa untuk bertanya apabila terdapat materi yang
belum dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik
kesimpulan, guru memberikan evaluasi berupa plihan ganda sebanyak 20 butir
soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
2. Pertemuan II
Kegiatan dalam pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari
pertemuan pertama. Sebelum pelaksanaan pertemuan kedua maka peneliti terlebih
dahulu merencanakan segala sesuatu yang nantinya digunakan dalam pertemuan
kedua. Perencanaan tersebut diantaranya adalah mendiskusikan bersama observer
untuk menentukan waktu pelaksanaan pertemuan ke dua, membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, merancang kegiatan belajar yang lebih baik, dan
membuat lembar observasi atau lembar pengamatan. Kegiatan pembelajaran pada
pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi, yaitu guru menunjukkan gambar jalan yang ada di pegunungan yang
berelok-kelok. Setelah itu, guru menyampaikan informasi materi yang akan
dipelajari yaitu tentang pesawat sederhana khususnya bidang miring. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
42
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang
pesawat sederhana khususnya bidang miring, katrol, dan roda dengan menerapkan
pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community.
Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pada pelaksanaan kegiatan inti, untuk menggali pengetahuan siswa,
guru menunjukkan gambar seorang anak yang hendak menaruh beras sekarung ke
dalam truk. Dan guru memberikan pertanyaan pada siswa, ”bagaimana cara yang
mudah untuk anak itu memasukkan beras sekarung ke dalam truk?”. Guru
mengaitkan antara materi bidang miring dengan situasi pada kehidupan sehari-
hari.
Pelaksanaan langkah dengan learning community dilakukan secara
sistematis, yaitu siswa dibagi beberapa kelompok secara heterogen, siswa diberi
lembar diskusi untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Dalam persoalan diskusi
selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Setelah siswa berdiskusi, siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa yang lain
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Guru membahas hasil diskusi dan
memberi kesempatan para siswa untuk bertanya apabila terdapat materi yang
belim dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi berupa plihan ganda sebanyak 20 butir soal yang telah
diuji validitas dan reliabilitasnya.
4.3.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Pada pelaksanaan siklus I telah diterapkan pendekatan contextual
teaching and learning dengan learning community dalam pembelajaran. Siklus I
ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada siklus I ini mengalami peningkatan
dari pra siklus. Pada siklus I pertemuan I ini siswa yang tuntas dengan KKM ≥70
43
terdapat 12 siswa, sedangkan yang belum mengalami ketuntasan belajar 5 siswa.
Pada pertemuan II mengalami peningkatan hasil belajar. Siswa yang tuntas
dengan KKM ≥70 terdapat 14 siswa, sedangkan yang belum mengalami
ketuntasan belajar 3 siswa.
2. Hasil Observasi kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada kegiatan pembelajaran
diukur dengan menggunakan lembar observasi. Dari lembar observasi tersebut
dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan dan kelebihan selama
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan I
dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I Pertemuan I
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 5 15
4 4 17 68
Jumlah 83
Tabel 15 mendiskripsikan bahwa implementasi pelaksanaan
pembelajaran oleh peneliti yang diamati oleh observer pada siklus I pertemuan 1,
terdapat 5 untuk skor 3 dan 17 untuk skor 4. Dapat diketahui skor perolehan pada
siklus I pertemuan I ini mencapai 83. Jumlah 83 termasuk kualifikasi A.
Selanjutnya, untuk melihat hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
I dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I pertemuan II
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 7 21
4 4 15 60
Jumlah 81
44
Tabel 16 mendiskripsikan bahwa implementasi pelaksanaan
pembelajaran oleh peneliti yang diamati oleh observer pada siklus I pertemuan II,
terdapat 7 untuk skor 3 dan 15 untuk skor 4. Dapat diketahui skor perolehan pada
siklus I pertemuan II ini mencapai 81. Jumlah 81 termasuk kualifikasi A.
3. Refleksi
Setelah guru melakukan proses pembelajaran, ternyata terdapat
kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran. Kelebihan yang didapat
dalam pembelajaran pada siklus I ini kemudian dipertahankan untuk melanjutkan
tindakan ke siklus II sedangkan kekurangan atau kendalanya harus dicarikan
penyelesainnya untuk perbaikan dan penyempurnaan pada siklus II.
Identifikasi kelebihan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Guru sudah baik dalam memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media
pembelajaran.
b. Guru sudah melaksanakan apersepsi sesuai dengan materi ajar.
c. Guru sudah menunjukkan penguasaan materi pelajaran.
d. Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut.
e. Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
f. Guru sudah dapat membuat siswa aktif bertanya dan menjawab atau
mengemukakan pendapatnya.
g. Guru sudah menunjukkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam mengajar.
h. Guru sudah melatih siswa untuk berpikir kritis dalam membuat pertanyaan.
i. Guru sudah mampu melatih siswa untuk memahami makna tanggung jawab.
Identifikasi kekurangan atau kendala pada pelaksanaan siklus I adalah
sebagai berikut :
a. Pertemuan 1
1. Kurang menggunakan waktu sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan.
2. Guru belum memantau kemajuan belajar siswa.
3. Kurangnya pengelolaan kelas sehingga situasi kelas menjadi tidak kondusif.
4. Guru belum maksimal dalam membimbing siswa untuk membuat rangkuman
b. Pertemuan 2
45
1. Kurang menggunakan waktu sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan.
2. Kurangnya tanya jawab antara guru dengan siswa.
3. Siswa belum mampu membuat rangkuman atau kesimpulan dengan bahasa
mereka sendiri, masih terpaku pada guru.
4. Guru belum maksimal dalam membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
Cara mengatasi kekurangan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Guru mengalokasikan waktu di setiap kegiatan pembelajaran dan berusaha
cermat dalam mengtur waktu
b. Guru memantau kemajuan belajar dari setiap kelompok dan merespon positif
terhadap pertanyaan yang timbul dalam kelompok.
c. Guru memberikan sedikit ice breaking untuk melepas ketegangan saat
pembelajaran kemudian setelah itu meminta siswa untuk tenang. Maka dari
itu guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik.
d. Untuk membimbing siswa membuat rangkuman, maka guru memberikan
catatan penting pada siswa dan dituliskan di papan tulis.
e. Guru memberikan pertanyaan pada seluruh siswa
f. Untuk melatih siswa membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri agar tidak
terpaku pada guru, maka guru menyuruh siswa untuk menuliskan tentang apa
yang dipahami dari materi yang telah diajarkan.
4.3.3 Pelaksanaan Siklus II
4.3.3.1 Perencanaan
Siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan
pada Siklus I. Siklus II ini merupakan tahap penyempurnaan dari siklus I. Siklus
II dilaksanakan selama 2 pertemuan. Pertemuan I pada tanggal 7 Maret 2014
dengan materi sifat-sifat cahaya dan pertemuan kedua pada tanggal 17 Maret 2014
dengan materi alat-alat yang memanfaatkan cahaya. Sebelum mengajar pada
pertemuan pertama dan kedua, maka peneliti menyiapkan perlengkapan yang
nantinya digunakan pada saat mengajar. Perlengkapan tersebut, diantaranya
adalah membuat RPP, menyiapkan soal-soal yang berjumlah 20 butir soal setiap
pertemuan yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, menyiapkan lembar
46
observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan alat peraga yang akan
berhubungan dengan materi cahaya.
4.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama peneliti mengajar mata pelajaran IPA dengan
materi sifat-sifat cahaya. Kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan absensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi, yaitu siswa mengamati cahaya yang masuk melalui jendela kelas.
Setelah itu, guru menyampaikan informasi materi yang akan dipelajari yaitu
tentang cahaya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang cahaya
dengan menerapkan pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan
learning community. Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada pelaksanaan kegiatan inti, untuk
menggali pengetahuan siswa, guru mengaitkan apersepsi yaitu siswa mengamati
cahaya yang masuk melalui jendela kelas kemudian guru bertanya pada siswa
”bagaimana arah rambat cahaya yang asuk melalui jendela?”. Guru mengaitkan
antara sifat-sifat cahaya dengan situasi pada kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan langkah pembelajaran dengan learning community
dilakukan secara sistematis, yaitu siswa dibagi beberapa kelompok secara
heterogen, siswa diberi lembar diskusi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.
Dalam persoalan diskusi selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Setelah
siswa berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan
siswa yang lain menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Guru membahas
47
hasil diskusi dan memberi kesempatan para siswa untuk bertanya apabila terdapat
materi yang belim dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik
kesimpulan, guru memberikan evaluasi berupa plihan ganda sebanyak 20 butir
soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
2. Pertemuan II
Kegiatan dalam pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari
pertemuan pertama. Sebelum pelaksanaan pertemuan kedua maka peneliti terlebih
dahulu merencanakan segala sesuatu yang nantinya digunakan dalam pertemuan
kedua. Perencanaan tersebut diantaranya adalah mendiskusikan bersama observer
untuk menentukan waktu pelaksanaan pertemuan ke dua, membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, merancang kegiatan belajar yang lebih baik, dan
membuat lembar observasi atau lembar pengamatan. Kegiatan pembelajaran pada
pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan absensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi, yaitu guru menyuruh salah satu siswa untuk bercermin di depan cermin
datar dan kaca spion. Setelah itu, guru menyampaikan informasi materi yang akan
dipelajari yaitu tentang cermin datar, cekung, cembung, dan benda yang
memanfaatkan cahaya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang cahaya
dengan menerapkan pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan
learning community. Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada pelaksanaan kegiatan inti, untuk
48
menggali pengetahuan siswa, guru mengaitkan apersepsi dengan kegiatan inti
yaitu siswa bercermin di depan cermin datar dan kaca spion kemudian guru
bertanya pada siswa ”kaca spion termasuk jenis cermin apa?”. Guru mengaitkan
antara macam-macam cermin dan contohnya dengan situasi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Pelaksanaan langkah pembelajaran dengan learning community dilakukan
secara sistematis, yaitu siswa dibagi beberapa kelompok secara heterogen, siswa
diberi lembar diskusi untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Dalam persoalan
diskusi selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Setelah siswa berdiskusi,
siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa yang lain
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Guru membahas hasil diskusi dan
memberi kesempatan para siswa untuk bertanya apabila terdapat materi yang
belim dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi berupa plihan ganda sebanyak 20 butir soal yang telah
diuji validitas dan reliabilitasnya.
4.3.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Pada pelaksanaan siklus II masih menerapkan pendekatan contextual
teaching and learning (ctl) dengan learning community dalam pembelajaran.
Siklus II ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada siklus II hasil belajar
siswa mengalami peningkatan. Pada siklus II pertemuan I siswa yang tuntas
dengan KKM ≥70 terdapat 16 siswa, sedangkan yang belum mengalami
ketuntasan belajar 1 siswa. Pada pertemuan II, seluruh siswa tuntas dengan KKM
≥70.
2. Hasil Observasi kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada kegiatan pembelajaran
diukur dengan menggunakan lembar observasi. Dari lembar observasi tersebut
dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran
49
berlangsung. Kinerja guru pada siklus II ini lebih baik dari siklus I. Hasil
observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II Pertemuan I
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 4 12
4 4 18 72
Jumlah 84
Tabel 17 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati oleh
observer pada siklus II pertemuan 1, terdapat 4 untuk skor 3 dan 18 untuk skor 4.
Dapat diketahui skor perolehan pada siklus I pertemuan I ini mencapai 84. Jumlah
nilai 84 ini termasuk kualifikasi A. Selanjutnya, untuk melihat hasil observasi
kinerja guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II pertemuan II
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 1 3
4 4 21 84
Jumlah 87
Tabel 18 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati
oleh observer pada siklus II pertemuan II, terdapat 1 untuk skor 3 dan 21 untuk
skor 4. Dapat diketahui skor perolehan pada siklus II pertemuan II ini mencapai
87. Jumlah nilai 87 ini termasuk kualifikasi A.
3. Refleksi
Melihat dari observasi yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa
selama proses pembelajaran berlangsung, kinerja guru lebih baik dari siklus I.
Hasil ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus II sudah memenuhi target
50
indikator keberhasilan yaitu ≥90%, maka tidak perlu melakukan siklus III. Hasil
analisis evaluasi dari pertemuan pertama pada siklus II, dari 17 siswa terdapat 1
siswa yang belum tuntas dan pertemuan ke dua seluruh siswa tuntas dengan KKM
≥70.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Kondisi Awal ( Pra Siklus )
Berdasarkan hasil analisis data, terlihat bahwa hasil belajar IPA kelas V
SD Negeri Sraten 01 masih rendah dari KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu
≥70. Dari 17 siswa, 10 siswa sudah mencapai target ketuntasan dan 7 siswa belum
memenuhi target ketuntasan. Rata-rata nilainya adalah 64,94. Hal ini disebabkan
oleh cara mengajar guru yang masih konvensional.
4.4.2 Siklus I
Setelah diperoleh data pada Pra Siklus atau observasi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai penyebab dari rendahnya hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan kemudian diterapkannya pendekatan
contextual teaching and learning dengan learning community dalam
pembelajaran. Siklus I ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Berdasarkan
proses belajar mengajar dengan pendekatan contextual teaching and learning
dengan learning community, didapat hasil belajar pada pertemuan I dengan
rentang nilai yang dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus I Pertemuan I Mata Pelajaran IPA
Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 50 – 59 Tidak tuntas 2
2 60 – 69 Tidak tuntas 3
3 70 – 79 Tuntas 4
4 80 – 89 Tuntas 5
5 90 – 99 Tuntas 3
Tabel 19 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I,
diketahui untuk nilai 50 - 59 terdapat 2 siswa, nilai 60 - 69 terdapat 3 siswa, nilai
70 - 79 terdapat 4 siswa, nilai 80 - 89 terdapat 5 siswa, nilai 90 - 99 terdapat 3
51
siswa. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 75, dengan nilai terendah 50 dan nilai
tertinggi 95.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 5 pada
kondisi siklus I pertemuan I dapat lebih jelas dilihat pada tabel 20.
Tabel 20
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan I Mata
Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 12 70,5
2 Tidak tuntas <70 5 29,5
Jumlah 17 100
Pada siklus I pertemuan I ini mengalami peningkatan dari pra siklus yaitu
dari 17 siswa terdapat 5 siswa atau 29,5% yang belum tuntas dalam belajarnya
yaitu yang memperoleh nilai < 70, sedangkan 12 siswa lainnya atau 70,5% telah
mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini
disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I.
Gambar 4
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dalam siklus I pertemuan II.
Hasil belajar siswa pada pertemuan II ini lebih baik dari pertemuan I. Rentang
nilai pada pertemuan II secara jelas dapat dilihat pada tabel 21.
71%
29%
Tuntas
Tidak Tuntas
52
Tabel 21
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus I Pertemuan II Mata Pelajaran IPA
Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 60 – 69 Belum tuntas 3
2 70 – 79 Tuntas 3
3 80 – 89 Tuntas 5
4 90 – 99 Tuntas 6
Tabel mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan II,
diketahui untuk nilai 50 - 59 terdapat 0 siswa, nilai 60 - 69 terdapat 3 siswa, nilai
70 - 79 terdapat 3 siswa, nilai 80 - 89 terdapat 5 siswa, nilai 90 - 99 terdapat 6
siswa. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 80,29, dengan nilai terendah 60 dan
nilai tertinggi 95.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 5 pada
kondisi siklus I pertemuan II dapat lebih jelas dilihat pada tabel 22.
Tabel 22
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 14 82,3
2 Tidak tuntas <70 3 17,7
Jumlah 17 100
Pada siklus I pertemuan II ini mengalami peningkatan dari siklus I
pertemuan I yaitu dari 17 siswa terdapat 3 siswa atau 17,7% yang belum tuntas
dalam belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang
ditentukan oleh peneliti, sedangkan 14 siswa lainnya atau 82,3% telah mencapai
ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini disajikan
diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan II.
53
Gambar 5
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sraten 01
4.4.3 Siklus II
Siklus II ini merupakan penyempurnaan dari siklus I. Kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam siklus I ini kemudian di sempurnakan di dalam
siklus II. Siklus II ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Pada siklus II ini
mengalami peningkatan dari pra siklus dan siklus I. Selanjutnya, untuk melihat
secara jelas rentang nilai hasil belajar pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada
tabel 23.
Tabel 23
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus II Pertemuan I Mata Pelajaran IPA
Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 60 – 69 Belum tuntas 1
2 70 – 79 Tuntas 6
3 80 – 89 Tuntas 6
4 90 – 99 Tuntas 4
Tabel 23 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan I,
diketahui untuk nilai 60 - 69 terdapat 1 siswa, nilai 70 - 79 terdapat 6 siswa, nilai
80 - 89 terdapat 6 siswa, nilai 90 - 99 terdapat 4 siswa. Dari data tersebut
diperoleh rata-rata 80,58 dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 5 pada
siklus II pertemuan I dapat lebih jelas dilihat pada tabel 24.
82%
18%
Tuntas
Tidak Tuntas
54
Tabel 24
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 16 94,1
2 Tidak tuntas <70 1 5,9
Jumlah 17 100
Pada siklus I pertemuan II ini mengalami peningkatan dari pra siklus dan
siklus I yaitu dari 17 siswa terdapat 1 siswa atau 5,9% yang belum tuntas dalam
belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang telah
ditentukan oleh peneliti, sedangkan 16 siswa lainnya atau 94,1% telah mencapai
ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini disajikan
diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan I.
Gambar 6
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sraten 01
Dalam siklus II pertemuan II ini tergolong sukses. Ketuntasan belajar kelas
pada pertemuan II ini telah melebihi pencapaian indikator keberhasilan penelitian
yaitu 90%. Hasil ketuntasan belajar pertemuan II secara lebih jelas dapat dilihat
pada tabel rentang nilai 25.
94%
6%
Tuntas
Tidak Tuntas
55
Tabel 25
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus II Pertemuan II Mata Pelajaran IPA
Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 70 – 79 Tuntas 4
2 80 – 89 Tuntas 3
3 90 – 99 Tuntas 10
Tabel 25 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan II,
diketahui untuk nilai 70 - 79 terdapat 4 siswa, nilai 80 - 89 terdapat 3 siswa, nilai
90 - 99 terdapat 10 siswa. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 85,88 dengan nilai
terendah 75 dan nilai tertinggi 95.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 5 pada kondisi
siklus I pertemuan II dapat lebih jelas dilihat pada tabel 26.
Tabel 26
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Kategori
Ketuntasan
Skor Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 17 100
2 Tidak tuntas <70 0 0
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel 26 diatas dari 17 siswa terdapat 2 siswa atau 6,25%
yang belum tuntas dalam belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai
dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, sedangkan 30 siswa lainnya
atau 93,75 telah mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥
70. Berikut ini disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
pertemuan II.
56
Gambar 7
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Sraten 01
4.5 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa
kegiatan pembelajaran siswa kelas 5 di SD Negeri Sraten 01 Kecamatan Tuntang,
terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan
contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community. Peningkatan
hasil belajar siswa yang tinggi dan maksimalnya aktivitas baik siswa maupun guru
dalam pembelajaran dapat terjadi itu tergantung dari bagaimana proses
pembelajaran itu berlangsung di dalam kelas. Peningkatan hasil ketuntasan belajar
pada pra siklus, siklus I, dan siklus II secara jelas dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27
Rekapitulasi Kenaikan Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II Mata
Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
No Kondisi
Jumlah
siswa yang
belum
tuntas
Persentase
(%)
Jumlah
siswa yang
tuntas
Persentase
(%)
1 Pra siklus 7 41,1 10 58,9
2 Siklus I
Pertemuan I 5 29,5 12 70,5
Pertemuan II 3 17,7 14 82,3
3 Siklus II
Pertemuan I 1 5,9 16 94,1
Pertemuan II 0 0 17 100
100%
0%
Tuntas
Tidak Tuntas
57
Perbandingan ketuntasan belajar siswa secara lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 8.
Gambar 8
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
Siklus II Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Sraten 01
Berdasarkan pengamatan pada gambar 8, secara keseluruhan rangkaian
proses penelitian ini membuktikan bahwa dengan menerapkan pendekatan
contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community pada pokok
bahasan pesawat sederhana dan cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari tabel 27 pada Pra Siklus, siswa yang tuntas sebanyak 58,9% atau 10 siswa
dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 41,1% atau 7 siswa. Pada Siklus 1
pertemuan 1, terdapat peningkatan hasil belajar. Siswa yang tuntas sebanyak
70,5% atau 12 siswa. Terjadi peningkatan hasil belajar, karena terdapat kelebihan
dari pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan learning
community, kelebihannya yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam siklus 1
pertemuan 1, terdapat siswa yang tidak tuntas, yaitu sebanyak 29,5% atau 5 siswa.
Siswa yang belum tuntas dalam belajarnya diduga disebabkan karena faktor
intelegensi. Faktor intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan berpengaruh.
0
5
10
15
20
Tuntas
Belum Tuntas
58
Pada Siklus 1 pertemuan 2, terdapat peningkatan hasil belajar dari Siklus 1
pertemuan 1. Siswa yang tuntas sebanyak 82,3% atau 14 siswa. Terjadi
peningkatan hasil belajar dari sebelumnya, karena terdapat kelebihan dari
pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community,
kelebihannya yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan siswa berbagi pengalaman antar teman,
antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran
kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya
heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai
dengan siswa yang lambat. Dalam siklus 1 pertemuan 2, terdapat siswa yang tidak
tuntas, yaitu sebanyak 17,7% atau 3 siswa. Siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya diduga disebabkan karena faktor intern dan ekstern yang kurang
mendukung. Faktor intern, salah satunya yaitu intelegensi. Faktor intelegensi
adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan berpengaruh.
Faktor ekstern salah satunya factor keluarga. Karena perhatian orang tua akan
menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat
dan sebagainya. Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
Pada Siklus 2 pertemuan 1, terdapat peningkatan hasil belajar dari Siklus 1
pertemuan 2. Siswa yang tuntas sebanyak 94,1% atau 16 siswa. Terjadi
peningkatan hasil belajar dari sebelumnya, karena adanya kelebihan dari
pendekatan contextual teaching and learning (ctl) dengan learning community,
kelebihannya yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan siswa berbagi pengalaman antar teman,
antar kelompok. Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-
59
kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja
sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Siswa yang tuntas
dalam belajarnya, diduga karena adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang
sangat mendukung. Dalam siklus 2 pertemuan 1, terdapat siswa yang tidak tuntas,
yaitu sebanyak 5,6% atau 1 siswa. Siswa yang belum tuntas dalam belajarnya
diduga disebabkan karena faktor intern. Faktor intern, salah satunya yaitu
intelegensi. Faktor intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan berpengaruh. Siswa yang belum tuntas ini, sulit untuk
menyesuaikan diri dengan teman 1 kelompok. Jadi, saat pelaksanaan diskusi siswa
tersebut tidak ikut bertukar pikiran dengan teman lainnya.
Pada Siklus 2 pertemuan 2, terdapat peningkatan hasil belajar dari Siklus 2
pertemuan 1. Siswa yang tuntas sebanyak 100% atau 17 siswa. Siswa pada
pertemuan sebelumnya belum tuntas, pada pertemuan kedua menjadi tuntas, hal
ini disebabkan karena faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa sudah
teratasi.