BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping...

53
74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Subyek penelitian ini meliputi ketua kelompok kerja prakerin, guru pembimbing, dan instruktur di instusi pasangan yang semuanya berjumlah 29 orang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing, 2) kesiapan fasilitas praktik di dunia usaha/industri, 3) pelaksanaan Prakerin di dunia usaha/industri, 4) pelaksanaan monitoring, 5) pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi, dan 6) pelaksanaan evaluasi. Kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis

sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan.

Subyek penelitian ini meliputi ketua kelompok kerja prakerin, guru

pembimbing, dan instruktur di instusi pasangan yang semuanya berjumlah 29

orang.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) kesiapan pelaksanaan

prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya,

kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing, 2) kesiapan

fasilitas praktik di dunia usaha/industri, 3) pelaksanaan Prakerin di dunia

usaha/industri, 4) pelaksanaan monitoring, 5) pelaksanaan uji kompetensi dan

sertifikasi, dan 6) pelaksanaan evaluasi.

Kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan

organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru

pembimbing. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal

pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin

sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh

kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi

oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam

prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

75

Administrasi ini dapat berupa perizinan, pembuatan surat tugas, buku

panduan, surat pengantar, pengarsipan, dll.

Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi

sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk operasional

pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku panduan, pembuatan

kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber dari alokasi dana sekolah

hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat dialokasikan dari sponsor atau

pihak lain yang tidak terikat. Program kerja merupakan salah satu hal pokok

yang perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dalam

pelaksanaannya. Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal

yang akan dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah

satu kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu. Guru

pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut

mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat

membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan

prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami, penyelesaian penugasan, dll.

Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing

harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang

iklim di DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu

faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya.

Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan di

DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga

pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di bidangnya akan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

76

semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas yang terdapat dalam

DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat dalam menguasai

kompetensi yang disyaratkan.

Kegiatan di DU/DI yang dilaksanakan oleh siswa pada dasarnya

merupakan keahlian kompetensi industri yang belum didapatkan di sekolah.

Pokok dari pelaksanaan prakerin adalah membentuk iklim kerja pada peserta

didik melalui berbagai ketrampilan tambahan di industri sehingga ketika lulus

nanti sudah memiliki gambaran tentang iklim kerja di DU/DI.

Monitoring merupakan salah satu upaya untuk mengetahui proses

pelaksanaan prakerin di DU/DI diantaranya adalah keterlaksanaan program,

sikap dan perilaku siswa, hambatan yang ada, sarana dan prasarana di DU/DI,

dll. Monitoring dilaksanakan pada saat siswa melaksanakan PSG di dunia

usaha/industri oleh guru pembimbing secara periodik. Hasil dari pelaksanaan

monitoring sebagai salah satu bahan dalam pelaksaanaan evaluasi

pelaksanaan prakerin.

Uji kompetensi merupakan salah satu media untuk mengetahui sejauh

mana ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Uji

kompetensi ini perlu dilaksanakan oleh industri sebagai pihak yang telah

mengetahui kemampuan siswa selama prakerin. Sedangkan sertifikasi

diberikan pada siswa yang telah dinyatakan lulus uji kompetensi sebagai

pengakuan tertulias atas kompetensi yang telah dikuasainya.

Pada dasarnya evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat

penting dan perlu dilakukan dalam setiap program kerja. Evaluasi merupakan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

77

suatu langkah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program dengan yang

telah direncanakan, hambatan yang ada, masukan atau saran, dan tindak

lanjutnya.

Deskripsi data hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kesiapan pelaksanaan prakerin

Pelaksanaan prakerin menuntut dipersiapkannya kondisi-kondisi

yang memungkinkan prakerin dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

di DU/DI. Kesiapan yang diperlukan diantaranya adalah kesiapan

administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan

program, dan kesiapan guru pembimbing.

a. Kesiapan administrasi dan organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan

prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

hal pokok penggerak utama berjalannya program. Administrasi yang

tertib dan sesuai dengan petunjuk yang ada akan memperlancar dalam

proses persiapan pelaksanaan Prakerin. Begitu juga dengan

pengorganisasian dalam menempatkan sumber daya manusia (SDM)

yang tepat dan kompeten di bidangnya masing-masing akan

meningkatkan kualitas program yang dibuat. Variabel kesiapan

administrasi dan organisasi terdiri dari 18 butir pertanyaan yang

terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembentukan organisasi dan

penunjukan personil, aspek pelaksanaan surat menyurat, dan aspek

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

78

pemetaan DU/DI. Hasil pengisian instrumen oleh ketua pokja

prakerin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Penelitian Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Variabel Aspek Kesiapan Jumlah

Butir

Nomor

Butir

pada

Instrumen

Prosen

-tase

(%)

Kesiapan

administrasi

dan

organisasi

1. Pembentukan

organisasi dan

penunjukan personil

pengelola Prakerin

2. Pelaksanaan surat

menyurat/kesekretari

atan

3. Pemetaan DU/DI

7

8

3

1-3, 5-8

11-18

4, 9-10

100%

62,5%

100%

Rata-rata 87,5%

Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan administrasi dan

organisasi prakerin mencapai rata-rata 87,5% termasuk dalam

kategori sangat tinggi. Dari beberapa aspek kesiapan administrasi dan

organisasi, dua aspek diantaranya telah memenuhi kesiapan 100%

yaitu aspek pembentukan organisasi dan administrasi dan aspek

pemetaan DU/DI. Sedangkan untuk aspek pelaksanaan surat

menyurat baru mencapai tingkat kesiapan 62,5% masuk dalam

kategori tinggi. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dan

data instrumen terbuka dengan ketua pokja diperoleh keterangan

tambahan sebagai berikut :

1) Personil kelompok kerja prakerin terdiri dari WKS 4 bidang

Humas selaku penanggung jawab program, Ketua Pokja,

sekretaris, bendahara dari unsur guru, dan semua Ketua

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

79

Kompetensi Keahlian (K3). Sedangkan pembimbing siswa berasal

dari guru produktif yang direkomendasikan oleh K3. Untuk

pembimbing tidak masuk dalam kelompok kerja.

2) Tidak diterbitkan buku panduan untuk pembimbing dikarenakan

peserta sudah diberikan buku panduan agenda kegiatan, sehingga

penduan pembimbingan, penilaian, dan agenda kegiatan

terintegrasi menjadi satu dengan buku panduan siswa.

3) Pelaksanaan surat menyurat tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya

dikarenakan ada beberapa DU/DI yang dikategorikan berskala

kecil.

4) Pemilihan lokasi DU/DI sebagian besar berada di sekitar SMK 3

Pacitan dalam hal ini area Kabupaten Pacitan, sedangkan yang

berada di luar Pacitan hanya terdapat beberapa saja. Dari 27 lokasi

DU/DI yang digunakan, 16 lokasi berada di dalam Pacitan,

sedangkan 11 lokasi tersebar di luar Pacitan yaitu Ponorogo 2

lokasi, Sukoharjo 5 lokasi, Wonogiri 2 lokasi, Yogyakarta 1

lokasi, dan Tangerang 1 lokasi. Persebaran lokasi yang sebagian

besar berada di dalam Pacitan dikarenakan sebagian besar siswa

memilih untuk mencari lokasi di dalam Pacitan. Selain itu faktor

kesiapan mental untuk mencari tantangan baru di luar Pacitan juga

masih sangat rendah. Padahal lokasi DU/DI di area Pacitan yang

termasuk menengah keatas sangat sedikit bahkan hanya beberapa

saja.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

5) Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan

untuk prakerin, diantaranya adalah surat balasan

DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program

keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai,

jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak.

Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembi

koordinator wilayah.

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi

yang disajikan pada tabel 5

diagram sebagai berikut

Gambar 2

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pro

sen

tase

Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan

untuk prakerin, diantaranya adalah surat balasan kesanggupan dari

DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program

keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai,

jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak.

Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembi

koordinator wilayah.

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi

yang disajikan pada tabel 5. dapat pula digambarkan dalam bentuk

diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Batang Kesiapan Administrasi dan Organisasi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Aspek-aspek Kesiapan

Administrasi dan

Organisasi

100%

62,50%

100%

Aspek Pembentukan

Organisasi dan

Penunjukan Personil

Prakerin

Aspek Surat

menyurat/Kesekretariat

an

Pemetaan DU/DI

80

Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan

kesanggupan dari

DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program

keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai,

jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak.

Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembimbing atau

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi

dapat pula digambarkan dalam bentuk

. Diagram Batang Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Aspek Pembentukan

Organisasi dan

Penunjukan Personil

Prakerin

Aspek Surat-

menyurat/Kesekretariat

Pemetaan DU/DI

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

81

b. Kesiapan biaya

Variabel kesiapan biaya terdiri dari 5 butir pertanyaan yang

terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek sumber biaya, aspek

pengelolaan biaya, dan aspek pelaporan. Data kesiapan biaya

diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan

disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat

dilihat pada lampiran 3.

Tabel 6. Hasil Penelitian Kesiapan Biaya

Variabel Aspek penilaian Jumlah

Butir

Nomor

Butir

pada

Instrumen

Prosentase

(%)

Kesiapan

Biaya

1. Sumber biaya

pelaksanaan

Prakerin

2. Pengelolaan

biaya Prakerin

3. Pelaporan

2

2

1

1-2

3-4

5

50%

100%

100%

Rata-rata 83,33%

Tabel 6. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pembiayaan

prakerin mencapai rata-rata 83,33% termasuk dalam kategori sangat

tinggi. Aspek pengelolaan biaya dan pelaporan mencapai tingkat

kesian sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek sumber

pembiayaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Berdasarkan

penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh

keterangan tambahan sebagai berikut :

1) Biaya operasional untuk pelaksanaan Prakerin ini diambilkan dari

dana Komite dan dana BOS yang meliputi pembuatan buku

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

82

agenda, surat menyurat, monitoring, evaluasi, pemetaan DU/DI,

pelaporan, pembuatan kenang-kenangan untuk DU/DI.

Sedangkan biaya yang menyangkut dengan kebutuhan siswa

seperti biaya hidup, biaya transportasi, dll ditanggung sepenuhnya

oleh siswa. Namun apabila ada siswa yang kurang mampu

ekonominya akan dibantu yang teknisnya dibahas bersama

dengan bendahara sekolah dan bendahara pokja.

2) Sumber biaya masih dari dana BOS dan Komite, untuk pencarian

sponsor dalam bentuk uang belum dilakukan karena kerjasama

sponsor biasanya langsung pada DU/DI terkait yang termasuk

dalam DU/DI menengah keatas. Biasanya DU/DI tersebut berani

memberikan fasilitas lebih pada siswa yang melaksanakan

prakerin di tempatnya.

3) Pelaporan hanya disampaikan pada Kepala Sekolah selaku

pimpinan UPT SMK 3 Pacitan karena sumber pembiayaan berasal

dari sekolah.

Hasil kategori penilaian kesiapan biaya yang disajikan pada

tabel 6. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

berikut:

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

c. Kesiapan pengelolaan program

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek

siswa, aspek

pada peserta.

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam

tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada

lampiran 3.

Tabel 7. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program

Variabel

Kesiapan

Pengelolaan

Program

Rata-rata

20%

40%

60%

80%

100%

Pro

sen

tase

Gambar 3. Diagram Batang Kesiapan Biaya

Kesiapan pengelolaan program

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek

, aspek koordinasi pelaksanaan program, dan aspek

pada peserta. Data kesiapan pengelolaan program diperoleh dari

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam

tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada

n 3.

. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program

Variabel Aspek penilaian Jumla

h

Butir

Nomor

Butir

pada

Instrumen

Kesiapan

Pengelolaan

Program

1. Pembekalan

siswa

2. Koordinasi

pelaksanaan

Prakerin

3. Sosialisasi

kepada siswa

peserta Prakerin

2

2

4

1,3

5-6

2,4,7-8

rata

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Aspek-aspek Kesiapan Biaya

50%

100% 100%

Aspek Sumber Biaya

Pelaksanaan Prakerin

Aspek Pengelolaan Biaya

Aspek Pelaporan

83

. Diagram Batang Kesiapan Biaya

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembekalan

, dan aspek sosialisasi

Data kesiapan pengelolaan program diperoleh dari

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam

tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada

. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program

Nomor

Butir

pada

Instrumen

Prosentase

(%)

8

50%

50%

100%

66,66%

Aspek Sumber Biaya

Pelaksanaan Prakerin

Aspek Pengelolaan Biaya

Aspek Pelaporan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

84

Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pengelolaan

program prakerin mencapai rata-rata 66,66% termasuk dalam

kategori tinggi. Aspek sosialisasi pada peserta mencapai tingkat

kesiapan sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek pembekalan

peserta dan koordinasi pelaksanaan baru mencapai tingkat sedang

(50%). Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua

pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

1) Peserta diberikan pembekalan sebelum penerjunan ke DU/DI.

Dalam pembekalan disampaikan mengenai gambaran umum

prakerin, agenda kegiatan, sistem penilaian, dan pelaporan. Di

samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama

prakerin. Pembekalan secara umum disampaikan oleh ketua pokja

dan K3. Namun dalam pelaksanaan pembekalan ini belum dapat

menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI untuk memberikan

penjelasan singkat mengenai gambaran iklim kerja, tata tertib, hak

dan kewajiban, dll di DU/DI.

2) Dalam pelaksanaan rapat koordinasi baru dilaksanakan intern

pokja dan belum mengundang pihak DU/DI secara langsung untuk

dapat memberikan saran dan masukan pelaksanaan prakerin.

3) Pembekalan secara teknis diserahkan pada masing-masing

pembimbing siswa.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

Hasil

disajikan pada tabel 7

sebagai berikut:

Gambar

d. Kesiapan

Variabel kesiapan guru pembimbing

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi

prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan

organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program

bimbingan. Data pelaksanaan kesiapan g

dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan

Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan

disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat

dilihat pada lampiran

Pro

sen

tase

Hasil kategori penilaian kesiapan pengelolaan program yang

disajikan pada tabel 7. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram

sebagai berikut:

Gambar 4. Diagram Batang Kesiapan Pengelolaan Program

Kesiapan Guru Pembimbing

Variabel kesiapan guru pembimbing terdiri dari 15 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi

prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan

organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program

bimbingan. Data pelaksanaan kesiapan guru pembimbing diperoleh

dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan

Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan

disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat

dilihat pada lampiran 3.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Aspek-aspek Kesiapan

Pengelolaan Program

50% 50%

100%P

rose

nta

se

Aspek Pembekalan

Siswa

Aspek Koordinasi

Pelaksanaan Prakerin

Aspek Sosialisasi pada

Peserta

85

kategori penilaian kesiapan pengelolaan program yang

dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram

. Diagram Batang Kesiapan Pengelolaan Program

terdiri dari 15 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi

prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan

organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program

uru pembimbing diperoleh

dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan

Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan

disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat

Aspek Pembekalan

Siswa

Aspek Koordinasi

Pelaksanaan Prakerin

Aspek Sosialisasi pada

Peserta

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

86

Tabel 8. Hasil Penelitian Kesiapan Pembimbing

Aspek penilaian

Prosentase (%) Rata-rata

tiap

Aspek % Res-1 Res-2 Res-3 Res-4 Res-5 Res-6

Res-

7

1. Mendapatkan

informasi

tentang Prakerin

2. Mengetahui

konsep Prakerin

3. Pengalaman

industri

4. Keterlibatan

dalam organisasi

Prakerin maupun

kegiatan

kesiswaan

5. Prosedur belajar

mengajar pada

Prakerin

100

100

66,67

66,67

100

100

100

66,67

100

100

100

100

33,33

33,33

66,7

100

100

66,67

66,67

100

100

100

100

66,67

100

100

100

66,67

66,67

100

100

100

100

100

100

100

100

71,43

76,19

95,24

Rata-rata tiap

Responden 86,67 93,33 66,67 93,33 93,33 86,67 100

Rata-rata 88,57%

Tabel 8. menunjukkan data kesiapan pembimbing dalam

pelaksanaan Prakerin di SMK 3 Pacitan. Rata-rata mencapai tingkat

kesiapan sangat tinggi yaitu 88,57%. Sedangkan dari rata-rata

masing-masing pembimbing diperoleh tingkat kesiapan mencapai

tingkat sangat tinggi yaitu di atas 80%. Untuk masing-masing aspek

kesiapan, pada aspek mendapatkan informasi tentang prakerin semua

pembimbing telah mendapatkan informasi tersebut.

Dari hasil wawancara dan instrumen terbuka informasi

didapatkan dari ketua pokja, K3, kepala sekolah, dan Humas. Pada

aspek mengetahui konsep prakerin semua pembimbing juga telah

mengetahui konsep tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

87

mendapatkan tingkat kesiapan sangat tinggi (100%). Berdasarkan

wawancara dan pengisian angket, disebutkan konsep prakerin

diantaranya adalah sebagai latihan siswa untuk mengetahui iklim

kerja di DU/DI, sistem pembelajaran ganda selain disekolah,

mengaplikasikan ketrampilan yang sudah didapatkan di sekolah

dalam kerja nyata, menanamkan sikap dan mental kerja, dan melatih

diri untuk bersiap menghadapi persaingan global.

Pada aspek pengalaman industri, baru mencapai tingkat

kesiapan 71,43% yaitu kategori tinggi. Namun dari data yang

diperoleh, ada beberapa pembimbing yang belum pernah magang di

industri karena setelah lulus sarjana langsung menjadi guru. Ada juga

yang sebelum menjadi guru menjadi salah satu bagian di dunia

industri. Selain itu ada beberapa pembimbing juga yang belum

pernah mengadakan kunjungan industri. Industri yang dimaksud

adalah industri berskala menengah ke atas sehingga dapat belajar

untuk masalah manajemennya.

Pada aspek keterlibatan di pokja maupun kegiatan kesiswaan

mencapai tingkat kesiapan tinggi yaitu 76,19%. Sebagian besar

terlibat dalam pokja meskipun tidak masuk di dalam SK Pokja.

Keterlibatan yang dimaksud adalah dalam hal rapat koordinasi. Ada

beberapa pembimbing yang selain menjadi guru pembimbing

prakerin juga menjadi pembimbing kesiswaan seperti Pramuka,

OSIS, Futsal, dan PMR. Pada aspek prosedur pembelajaran mencapai

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari

tujuh pembimbing y

kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana

adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan

prakerin.

Hasil kategori penilaian kesiapan

aspek yang disajikan pada

bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar

2. Kesiapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/Industri

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

Pro

sen

tase

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari

tujuh pembimbing yang ada hanya 1 pembimbing yang tingkat

kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana

adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan

prakerin.

Hasil kategori penilaian kesiapan guru pembimbing

yang disajikan pada tabel 8. dapat pula digambarkan dalam

bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 5. Diagram Batang Kesiapan Guru Pembimbing

Kesiapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/Industri

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Aspek-aspek Kesiapan

Guru Pembimbing

100% 100%

71,43%76,19%

95,24%

Pro

sen

tase

Aspek Mendapatkan

Informasi tetang

Prakerin

Aspek Mengetahui

Konsep Prakerin

Pengalaman Industri

Keterlibatan dalam

pokja maupun kegiatan

kemahasiswaaan

Prosedur Bimbingan

Prakerin

88

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari

ang ada hanya 1 pembimbing yang tingkat

kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana

adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan

guru pembimbing pada tiap

dapat pula digambarkan dalam

. Diagram Batang Kesiapan Guru Pembimbing tiap Aspek

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

Aspek Mendapatkan

Informasi tetang

Prakerin

Aspek Mengetahui

Konsep Prakerin

Pengalaman Industri

Keterlibatan dalam

pokja maupun kegiatan

kemahasiswaaan

Prosedur Bimbingan

Prakerin

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

89

ketersediaan ruangan, kondisi ruangan, ketersediaan bahan praktik,

ketersediaan alat praktik, dan ketersediaan penunjang keselamatan kerja.

Data kesiapan fasilitas praktik di DU/DI diperoleh dari instruktur di

DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data kesiapan

fasilitas praktik di industri dapat dilihat pada tabel di bawah, sedangkan

data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 9. Hasil Penelitian Kesiapan Fasilitas Praktik di DU/DI

No Aspek Kesiapan

Rata-rata

Tingkat

Kesiapan (%)

1 Ketersediaan ruang praktik dan ruang

pendukung lainnya

66,7

2 Keadaan ruang praktik 84,7

3 Ketersediaan alat praktik 91,7

4 Ketersediaan bahan praktik 87,5

5 Ketersediaan sarana keselamatan kerja 50,8

Rata-rata 76,28

Berdasarkan data pada tabel 9. diketahui bahwa rata-rata dari 24

DU/DI ditinjau dari aspek kesiapan ketersediaan ruang praktik dan ruang

pendukung lainnya baru mencapai tingkat kesiapan 66,7 % yaitu tingkat

kesiapan tinggi. Apabila dilihat dari kesiapan masing-masing DU/DI ada

5 lokasi yang mencapai tingkat kesiapan 100 % yaitu kategori sangat

tinggi. DU/DI tersebut merupakan industri yang berskala besar sehingga

mempunyai beberapa ruangan dengan fungsi masing-masing seperti

ruang praktik, ruang ganti/istirahat, ruang bahan, ruang alat, kantor, dll.

Sepuluh DU/DI memiliki tingkat kesiapan 75% (tinggi). Dari data yang

ada juga dapat dilihat bahwa masih ada 2 DU/Di yang memiliki tingkat

kesiapan yang baru mencapai 25% (rendah).

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

90

Berdasarkan hasil wawancara, industri tersebut memang

merupakan industri berskala kecil yang belum mempunyai bangunan

sendiri dan masih meminjam atau kontrak sehingga ruangan yang

dimiliki pun masih sangat terbatas. Ruangan yang dimiliki hanya sebatas

ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan saja.

Sedangkan apabila ditinjau dari aspek keadaan ruangan praktik

rata-rata dari DU/DI yang digunakan untuk prakerin memiliki tingkat

kesiapan sangat tinggi yaitu 84,7 %. Indikator yang termasuk dalam

aspek ini meliputi penataan ruangan, pembersihan, pengecatan, dan

keadaan ruangan. Dari 24 lokasi yang digunakan untuk prakerin, rata-rata

memiliki tingkat kesiapan di atas 66,67 % bahkan 14 diantaranya

memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya satu DU/DI

yang memiliki tingkat kesiapan baru mencapai 33,3 %. Hal itu

dikarenakan karena hanya mempunyai sebuah ruangan yang berisi

peralatan, bahan, dan lainnya sehingga pengaturannya cukup susah.

Selain itu ruangan yang digunakan untuk praktik juga hanya sebatas

ruangan terbuka.

Tingkat kesiapan fasilitas apaila ditinjau dari aspek ketersediaan

peralatan praktik seperti kompresor, toolkit, dongkrak memiliki rata-rata

tingkat kesiapan 91,7 % (kategori sangat tinggi). Tiap DU/DI juga

memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya dua lokasi

yang memiliki kesiapan peralatan 0%. Peralatan yang dimiliki oleh

DU/DI rata-rata juga menyesuaikan dengan skala industri tersebut.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

91

DU/DI yang berskala besar juga memiliki peralatan yang lengkap pula,

begitu juga sebaliknya.

Apabila ditinjau dari aspek ketersediaan bahan praktik seperti

spare part, oli, dan bahan penunjang lainnya rata-rata memiliki tingkat

kesiapan sangat tinggi yaitu 87,5%. Rata-rata masing-masing DU/DI

mencapai tingkat kesiapan 100% dan hanya 3 DU/DI yang memiliki

kesiapan 0%. Menurut hasil wawancara meskipun sebagian besar industri

memiliki tingkat kesiapan 100% namun untuk bahan penunjang mereka

masih mencari di toko yang menyediakan spare part. Industri tersebut

biasanya hanya menyediakan spare part yang umum dipakai seperti

kampas rem, oli, busi, dan minyak rem. Itupun hanya beberapa pack saja.

Namun ada juga beberapa DU/DI yang berskala besar yang juga

memiliki toko atau gudang bahan sendiri. Mereka memiliki persediaan

bahan-bahan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan di lokasi

bengkel.

Tingkat kesiapan fasilitas ditinjau dari ketersediaan penunjang

sarana keselamatan kerja baru mencapai 50,8 % yaitu kategori sedang.

Sarana yang dimaksud adalah ketersediaan kotak P3K dan isinya,

ketersediaan rambu-rambu K3, adanya APAR, dan peralatan keselamatan

kerja seperti masker, helm, earphone, sarung tangan, dan kaca mata.

DU/DI yang memiliki tingkat kesiapan 100% baru ada tujuh lokasi yang

juga merupakan DU/DI berskala menengah ke atas. Tiga DU/DI

memiliki tingkat kesiapan 80% (sangat tinggi), enam DU/DI memiliki

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

92

tingkat kesiapan 40 % (sedang), dua DU/DI memilki kesiapan 20%

(rendah), dan enam DU/DI lainnya mencapai kesiapan 0% (sangat

rendah). Berdasarkan wawancara dengan pihak industri sebagian besar

industri yang berskala menengah ke bawah tidak memilki sarana yang

disebutkan di atas dikarenakan industri mereka hanya industri kecil

sehingga belum mampu untuk melengkapi segala sarana tersebut.

Sedangkan industri yang lain yang berskala besar sudah memilki

ketersediaan sarana keselamatan kerja karena memang hal tersebut

merupakan salah satu standar operational procedure (SOP) yang ada.

Apabila ditinjau dari rata-rata kesiapan seluruh aspek dari setiap

DU/DI yang ada tingkat kesiapan sangat tinggi dicapai lima DU/DI yaitu

100%, sedangkan satu DU/DI masih memiliki tingkat kesiapan paling

rendah yaitu 35,7 % (rendah).

Hasil kategori penilaian kesiapan fasilitas praktik di industri pada

tiap aspek yang disajikan pada tabel 9. dapat pula digambarkan dalam

bentuk diagram sebagai berikut:

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

Gambar

3. Pelaksanaan Prakerin

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian

praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan

pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI

sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Data lengkap angke

dapat dilihat pada lampiran

Tabel 10. Hasil

No

1 Komponen Keahlian Praktik Kejuruan/praktik

industri

2 Sikap dan perilaku kerja

Pro

sen

tase

Gambar 6. Diagram Batang Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI

tiap Aspek

Pelaksanaan Prakerin di Dunia Usaha/Industri

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian

praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan

pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI

sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Data lengkap angket yang diberikan

dapat dilihat pada lampiran 3.

. Hasil Penelitian Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Aspek Pelaksanaan

Pelaksanaan (%)

Komponen Keahlian Praktik Kejuruan/praktik

industri

Sikap dan perilaku kerja

Rata-rata

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Aspek-aspek Fasilitas

Sarana dan Prasarana

di DU/DI

66,67%

84,70%

91,70%87,50%

50,80%P

rose

nta

se

Ketersediaan Ruang

Praktik

Keadaan Ruang Praktik

Ketersediaan Alat

Praktik

Ketersediaan Bahan

Praktik

Ketersediaan Sarana

K3

93

. Diagram Batang Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir

pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian

praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan

pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI

t yang diberikan

di DU/DI

Rata-rata

Tingkat

Pelaksanaan (%)

88,69

83,89

86,29

Ketersediaan Ruang

Praktik

Keadaan Ruang Praktik

Ketersediaan Alat

Praktik

Ketersediaan Bahan

Praktik

Ketersediaan Sarana

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

94

Berdasarkan data pada tabel 10. ditinjau dari aspek pelaksanaan

komponen keahlian praktik industri rata-rata mencapai tingkat

pelaksanaan dalam kategori sangat tinggi yaitu 88,69%. Aspek

pelaksanaan ini meliputi kegiatan yang dilaksanakan di industri,

kesesuaian materi yang diberikan di sekolah dengan di industri, tingkat

pemahaman siswa, dan pendampingan dari instruktur. Sedangkan apabila

ditinjau dari pelaksanaan masing-masing industri tingkat pelaksanaan

sangat tinggi yaitu 100% dimilki oleh 10 DU/DI. Lima DU/DI memilki

tingkat pelaksanaan 71,43% (tinggi) dan industri yang lainnya kisaran

85%. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak industri, sebagian besar

siswa sudah mempunyai bekal yang cukup sebelum melaksanakan

prakerin namun dirasa masih kurang karena pelaksanaan prakerin

dilaksanakan pada tahun kedua semester pertama sehingga bekal yang

didapatkan tentang kompetensi keahlian masih sedikit. Selain itu pada

industri yang berskala besar siswa yang melaksanakan prakerin terdapat

instruktur yang mendampingi siswa tersebut sehingga apabila ada

pemasalahan atau pertanyaan dapat dikonsultasikan dengan

pembimbingnya langsung. Pemilik perusahaan tidak menjadi

pembimbing langsung namun menunjuk staff atau karyawannya,

sedangkan pada industri kecil pemilik bengkel yang juga sebagai

mekanik juga bertindak langsung sebagai pembimbing siswa. Evaluasi

kegiatan oleh pembimbing industri pada siswa dilakukan setiap apel sore,

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

95

setiap minggu, atau bahkan pada saat setiap selesai melaksanakan

pekerjaan.

Apabila ditinjau dari aspek perilaku siswa, rata-rata perilaku siswa

di DU/DI menunjukkan tingkat perilaku mencapai 83,89% (kategori

sangat tinggi). Aspek perilaku siswa meliputi kedisiplinan, tanggung

jawab, kualitas kerja, kerja sama, dan keselamatan kerja atau penggunaan

SOP yang berlaku. Apabila ditinjau dari perilaku siswa di masing-masing

DU/DI, tingkat perilaku siswa tertinggi mencapai 100% (sangat tinggi)

yang terdapat di lima DU/DI. Sedangkan aspek perilaku terendah yaitu

60% (kategori tinggi). Berdasarkan wawancara dengan industri,

kedisiplinan siswa masih kurang diantaranya adalah keterlambatan siswa

dalam masuk kerja dan kehadirannya. Selain itu siswa dalam

melaksanakan pekerjaannya juga masih kurang memperhatikan SOP

yang berlaku.

Berdasarkan data lampiran, apabila ditinjau dari rata-rata setiap

aspek di DU/DI, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan

tiap-tiap lokasi memperlihatkan perbedaaan yang tidak terlalu signifikan.

Ada empat DU/DI yang menunjukkan pelaksanaan prakerin mencapai

tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100% sedangkan tingkat pelaksanaan

terendah yaitu 62,4 % (tinggi).

Hasil kategori penilaian pelaksanaan Prakerin di DU/DI pada tiap

aspek yang disajikan pada tabel 10. dapat pula digambarkan dalam

bentuk diagram sebagai berikut:

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

Gambar

4. Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan

yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek

materi monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan

monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang

diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap

dapat dilihat pada lampiran

Tabel 11. Hasil

Variabel

Monitoring

Rata-rata

Pro

sen

tase

Gambar 7. Diagram Batang Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan

yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek

monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan

monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang

diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap

dapat dilihat pada lampiran 3.

. Hasil Penelitian Pelaksanaan Monitoring

Aspek penilaian Jumlah

Butir

Nomor

Butir pada

Instrumen

Monitoring 1. Keterlaksanaan

Program

2. Materi

monitoring

3. Intensitas

monitoring

2

3

3

1-2

3-5

6-8

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Aspek-aspek

Pelaksanaan

Prakerin di DU/DI

88,69%83,89%

Pro

sen

tase Komponen

Keahlian Praktik

Kejuruan

Sikap dan Perilaku

Kerja

96

. Diagram Batang Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan

yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek

monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan

monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang

diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap

Nomor

Butir pada

Instrumen

Prosentase

(%)

100%

100%

100%

100%

Komponen

Keahlian Praktik

Sikap dan Perilaku

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

97

Tabel 11. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan monitoring

mencapai rata-rata 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ketiga

aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%.

Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja

diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

a. Monitoring dilaksanakan oleh pokja bersama dengan pembimbing

selama 3 kali yaitu pada saat penyerahan siswa, pertengahan periode,

dan penarikan sisswa. Namun apabila pihak DU/DI membutuhkan

pembimbing diluar jadwal tersebut maka dapat menyesuaikan.

b. Materi monitoring meliputi presensi kehadiran, sikap, kinerja,

hambatan-hambatan siswa, ketercapaian ketrampilan di buku

panduan, masukan dari instruktur di DU/DI dan kondisi dari DU/DI

sendiri.

c. Apabila lokasi DU/DI berada di dalam wilayah Pacitan maka

sewaktu-waktu dapat dilakukan monitoring tambahan di luar jadwal

tersebut oleh pembimbing.

d. Pada kegiatan monitoring, yang ditemui adalah pimpinan DU/DI,

pembimbing industri, dan siswa prakerin.

Hasil kategori pelaksanaan monitoring pada tiap aspek yang

disajikan pada tabel 11. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram

sebagai berikut:

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

Gambar

5. Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10

butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat,

pembiayaan.

diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI.

Rangkuman data

pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan

dapat dilihat pada lampiran

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Pro

sen

tase

Gambar 8. Diagram Batang Pelaksanaan Monitoring

Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10

butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat,

pembiayaan. Data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi

diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI.

Rangkuman data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi

pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan

dapat dilihat pada lampiran 3.

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Aspek-aspek Pelaksanaan

Monitoring

66,67%

84,70%

91,70%

Keterlaksanaan

Program

Materi Monitoring

Intensitas Monitoring

98

. Diagram Batang Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10

butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat, sarana, dan

sertifikasi di DU/DI

diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI.

pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi dapat dilihat

pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan

Keterlaksanaan

Materi Monitoring

Intensitas Monitoring

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

99

Tabel 12. Hasil penelitian pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

No Aspek Pelaksanaan Rata-rata Tingkat

Pelaksanaan (%)

1 Keterlaksanaan 19,4

2 Materi uji kompetensi 39,6

3 Sertifikasi 51,4

4 Sarana dan prasarana 29,2

5 Biaya 25

Rata-rata 32,92

Berdasarkan tabel 12. pada aspek keterlaksanaan uji kompetensi

rata-rata DU/DI mendapat presentase 19,4% dan masuk dalam kategori

sangat rendah. Apabila dilihat dari masing-masing industri masih banyak

yang mendapatkan prosentase 0%. DU/DI yang menunjukkan tingkat

pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100% ada tiga. Sedangkan tiga industri

menunjukkan pelaksanaan 33,33% (rendah) dan satu industri memiliki

tingkat kesiapan sedang yaitu 66,67%. Berdasarkan data wawancara yang

diperoleh di lapangan diketahui bahwa sebagian besar DU/DI tidak

melaksanakan uji kompetensi bagi peserta prakerin. Alasan yang

disampaikan beragama diantaranya adalah tidak adanya waktu untuk

melaksanakan uji kompetensi, kekurangan tenaga penguji karena pemilik

bengkel juga sebagai mekanik dan pembimbing, dan sarana dan

prasarana yang kurang memadai. Penilaian kompetensi dilakukan selama

siswa masuk pertama kali hingga selesai prakerin. Namun ada juga

DU/DI yang melaksanakan uji kompetensi dengan membentuk tim

penguji di akhir prakerin. Penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan

siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, kehadiran, kedisiplinan,

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

100

perilaku, kualitas kerja, dan aspek ketrampilan. Pihak bengkel tinggal

mengisi buku agenda yang sudah dibawakan dari sekolah.

Ditinjau dari aspek materi uji kompetensi, rata-rata industri

mendapat prosentase 39,6% (kategori rendah). Sebagian besar DU/DI

menunjukkan tingkat pelaksanaan masih sangat rendah yaitu 0%. Namun

ada juga industri yang menunjukkan tingkat pelaksanaan sangat tinggi

yaitu 100%, dan satu industri 50% (sedang). Berdasarkan hasil

wawancara, meskipun sebagian besar tidak melaksanakan uji kompetensi

namun untuk materi yang disusun untuk menilai siswa diambilkan dari

jenis ketrampilan yang sering dilaksanakan di lapangan seperti servis

ringan yang meliputi pengecekan busi, roda, sistem rem, kelistrikan, dan

pelumasan. Karena sebagian besar lokasi yang digunakan untuk prakerin

adalah bengkel dengan skala menengah ke bawah maka kegiatan yang

ada di dalamnya juga sebatas kegiatan ringan saja.

Ditinjau dari aspek sertifikasi, dapat diketahui bahwa tingkat

pelaksanaan sertifikasi rata-rata adalah 51,4% (kategori sedang). Apabila

dilihat dari masing-masing industri hampir semuanya sudah

melaksanakan sertifikasi, meskipun sebagian besar tingkat

pelaksanaannya rata-rata masuk kategori rendah (33,33%) dan hanya dua

industri saja yang belum (0%). Dari data wawancara dan instrumen

terbuka diketahui bahwa sebagian besar insdutri tidak menerbitkan

sertifikat untuk diberikan kepada siswa yang telah lulus uji kompetensi.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

101

Format isian nilai sudah masuk dalam buku agenda dari sekolah dan

pihak industri tinggal memberikan paraf dan stempel industri saja.

Dari aspek sarana dan prasarana, diketahui rata-rata tingkat

pelaksanaan adalah 29,2% (kategori rendah). DU/DI yang melaksanakan

uji kompetensi maupun penilaian menggunakan sarana dan prasarana

yang ada di bengkel tersebut. Dapat dilihat bahwa ada tujuh industri yang

memiliki tingkat pelaksanaan 100% sedangkan yang lainnya masih 0%

(sangat rendah). Dari data wawancara diperoleh beberapa informasi

tambahan diantaranya adalah bahwa sarana dan prasarana yang ada di

bengkel digunakan untuk menunjang sistem penilaian, sehingga uji

kompetensi atau penilaian disesuaikan dengan sarana yang ada. Jenis

ketrampilan yang ada sedangkan pihak bengkel tidak mempunyai sarana

maka tidak dilaksanakan penilaian.

Apabila ditinjau dari aspek pembiayaan, dapat dilihat bahwa rata-

rata mencapai tingkat pelaksanaan 25% (kategori rendah). Hal tersebut

dikarenakan rata-rata sebagian besar tidak mengeluarkan biaya untuk uji

kompetensi atau tidak melaksanakan uji kompetensi sehingga tidak

mengeluarkan biaya. Dari 24 bengkel yang ada, 18 bengkel menunjukkan

tingkat pelaksanaan 0% (sangat rendah) namun ada 6 bengkel yang

mencapai tingkat pelaksanaan 100% (sangat tinggi). Dari hasil

wawancara dengan pihak industri yang melaksanakan uji kompetensi,

pembiayaan yang ada tidak terlalu besar hanya untuk penerbitan sertifikat

bagi yang menerbitkan. Selain itu karena uji kompetensi atau penilaian

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

dilaksanakan terintegrasi dengan aktivitas sehari

memerlukan biaya yang cu

sepeserpun.

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap

aspek yang disajikan pada tabel 12

bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 9. Diagram Batang Pelaksanaa

6. Pelaksanaan evaluasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang

terbagi menjadi

komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil

evaluasi, dan tindak lanjut

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di

bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Pro

sen

tase

dilaksanakan terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari maka tidak

memerlukan biaya yang cukup besar bahkan tidak memerlukan biaya

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap

aspek yang disajikan pada tabel 12. dapat pula digambarkan dalam

bentuk diagram sebagai berikut:

. Diagram Batang Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Pelaksanaan evaluasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang

terbagi menjadi 6 aspek yaitu aspek tim evaluasi, pelaksanaan evaluasi,

komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil

evaluasi, dan tindak lanjut. Data pelaksanaan evaluasi

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di

bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Aspek-aspek Pelaksanaan

Uji Komptetensi dan

Sertifikasi

19,40%

39,60%

51,40%

29,20%25,00%

Keterlaksanaan

Materi Uji Kompetensi

Sertifikasi

Sarana dan Prasarana

Pembiayaan

102

hari maka tidak

kup besar bahkan tidak memerlukan biaya

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap

dapat pula digambarkan dalam

n Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang

tim evaluasi, pelaksanaan evaluasi,

komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil

evaluasi diperoleh dari

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di

bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Keterlaksanaan

Materi Uji Kompetensi

Sarana dan Prasarana

Pembiayaan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

103

Tabel 13. Hasil Penelitian Pelaksanaan Evaluasi

Variabel Aspek penilaian Jumlah

Butir

Nomor

Butir pada

Instrumen

Prosentase

(%)

Evaluasi 1. tim evaluasi

2. pelaksanaan

evaluasi

3. komponen yang

dievaluasi

4. pengolahan

evaluasi

5. pelaporan hasil

evaluasi

6. tindak lanjut

2

1

1

1

1

1

2-3

1

4

5

6

7

50%

100%

100%

100%

100%

100%

Rata-rata 91,67%

Tabel 13. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan evaluasi

mencapai rata-rata 91,67% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Enam

aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%.

Sedangkan aspek tim evaluasi baru mencapai tingkat kesiapan sedang

yaitu 50%. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua

pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

a. Tim evaluasi terdiri dari Kepala Sekolah, pokja, pembimbing, guru

BP/BK, dan wali kelas. Untuk saat ini belum bisa menghadirkan

perwakilan dari pihak DU/DI secara langsung untuk evalusi.

Masukan dari pihak DU/DI disampaikan melalui pembimbing pada

saat monitoring. Hal itu sudah dianggap cukup sebagai salah satu

bahan evaluasi. Materi evaluasi meliputi hasil monitoring,

pembiayaan, kondisi siswa, tujuan program, dan hambatan-hambatan

yang ada.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

104

b. Laporan oleh siswa ada pada buku agenda kegiatan prakerin yang

berisi catatan kegiatan yang dilakukan setiap hari selama

melaksanakan prakerin yang diketahui oleh pembimbing dari

industri.

c. Sumber evaluasi berasal dari guru pembimbing, tim monitoring,

pembimbing dari DU/DI, buku agenda kegiatan prakerin siswa, dan

dari data-data penunjang lainnya.

d. Hambatan yang terjadi diantaranya adalah :

1) Pada saat awal-awal pekan pelaksanaan prakerin banyak siswa

yang kurang sesuai dengan tempat DU/DI.

2) Banyak ketrampilan yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi

DU/DI dikarenakan kondisi DU/DI yang berskala kecil sehingga

sepi kegiatan

3) Ada beberapa lokasi DU/DI yang memberlakukan sistem shift

pada peserta dikarenakan terlalu banyaknya siswa yang

melaksanakan prakerin di tempat tersebut.

4) Ada beberapa DU/DI yang memberikan masukan bahwa siswa

yang melaksanakan prakerin di lokasi tersebut belum

mempunyai pengetahuan dan ketrampilan keahlian yang cukup

sehingga dalam melaksanakan suatu kegiatan banyak

kekurangpahaman.

5) Banyak lokasi DU/DI yang berskala kecil sehingga menghambat

proses pembelajaran di dunia kerja

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

e. Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku

management

Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan

pada tabel 13

berikut:

Gambar

B. Pembahasan

1. Kesiapan Pelaksanaan Prakerin

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan

organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan

guru pembimbing.

a. Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan

prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Pro

sen

tase

Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku

management dan wali murid sebagai laporan pelaksanaan program.

Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan

pada tabel 13. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

Gambar 10. Diagram Batang Pelaksanaan Evaluasi

Kesiapan Pelaksanaan Prakerin

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan

organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan

guru pembimbing.

Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan

prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Aspek-aspek Pelaksanaan

Evaluasi

50

,00

%

10

0,0

0%

10

0,0

0%

10

0,0

0%

10

0,0

0%

10

0,0

0%

Tim Evaluasi

Pelaksanaan Evaluasi

Komponen yang

Dievaluasi

Pengolahan Hasil

Evaluasi

Pelaporan Hasil

Evaluasi

Tindak Lanjut

105

Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku top

dan wali murid sebagai laporan pelaksanaan program.

Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan

dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

. Diagram Batang Pelaksanaan Evaluasi

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan

organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan

prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

Tim Evaluasi

Pelaksanaan Evaluasi

Komponen yang

Pengolahan Hasil

Pelaporan Hasil

Tindak Lanjut

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

106

hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam

prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi

dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi

prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang

lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang

utama dalam proses kegiatan. Administrasi ini dapat berupa

perizinan, pembuatan surat tugas, buku panduan, surat pengantar,

pengarsipan, dll. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kesiapan

administrasi dan organisasi rata-rata mencapai 87,5% yaitu masuk

dalam kategori sangat tinggi. Apabila ditinjau dari masing-masing

aspek kesiapan, dua aspek mendapatkan kategori sangat tinggi yaitu

100% sedangkan satu aspek baru mencapai 62,55 (kategori tinggi).

Dalam pelaksanaan aspek tersebut tim pokja prakerin sudah

melaksanakan sistem admninistrasi dengan baik dan terstruktur

diantaranya adalah pembentukan tim pokja di awal tahun ajaran baru,

pemetaan lokasi prakerin yang dimulai dengan survei lokasi baik

dilakukan oleh guru produktif atau oleh siswa sendiri, memberikan

surat permohonan tempat dan surat balasan kesanggupan industri, dan

penerbitan surat perizinan.

Susunan tim pokja meliputi Kepala sekolah, Waka bidang

Humas, dan dewan guru. Susunan ini sudah cukup homogen karena

menurut Ahmad Sonhaji (1998) dalam penelitiannya yang berjudul

Pelaksanaan Pendidikan Sistem ganda di Suatu Sekolah Menegah

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

107

Kejuruan menyimpulkan bahwa tentang pembentukan pokja prakerin

belum ada petunjuk pelaksanaan sehingga kemungkinan bentuk

organisasinya bervariasi antar SMK satu dengan yang lain. Kegiatan

administrasi dan organisasi dalam sebuah kegiatan atau program

merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak-pihak

terkait. Aspek administrasi dan manajemen perencanaan juga sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A, yaitu mulai

dari menyusun program pemantauan, membuat jurnal kegiatan siswa,

menyusun daftar pemetaan siswa dan surat menyurat. Akan tetapi

pelaksanaan surat menyurat belum sepenuhnya optimal dikarenakan

kondisi dari masing-masing DU/DI yang berbeda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pokja yang belum

dilakukan secara sepenuhnya adalah surat menyurat balasan dari

DU/DI. Ada beberapa DU/DI yang secara administratif tidak dapat

memberikan surat balasan kesanggupan untuk menjadi mitra

pasangan dikarenakan keterbatasan dari DU/Di itu sendiri. Biasanya

DU/DI itu merupakan bengkel kecil milik perseorangan yang volume

kegiataanya juga tidak terlalu ramai, tidak mempunyai banyak

karyawan administratif, dan juga tidak mempunyai komputer atau

sejenisnya sehingga balasan kesanggupan untuk menjadi mitra hanya

sebatas lisan saja pada tim survei. Meskipun aspek kesiapan

pemetaan DU/DI sudah mencapai tingkat sangat tinggi yaitu 100%

namun dari hasil wawancara diketahui beberapa hal diantaranya

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

108

lokasi yang digunakan untuk prakerin mayoritas berada di dalam

daerah Pacitan, padahal DU/DI lokal sebagian besar yang dipilih oleh

siswa merupakan bengkel kecil milik perseorangan. Alasan pemilihan

di dalam daerah mayoritas karena faktor ekonomi dan kesiapan

mental. Adapun syarat utama yang ditetapkan oleh sekolah mengenai

tempat yang dapat dijadikan lokasi prakerin diantaranya adalah

DU/DI tersebut dapat menerima siswa prakerin yang dibuktikan

dengan surat balasan permohonan prakerin, sedangkan untuk kriteria

yang lain seperti kelengkapan fasilitas praktik, besar/kecilnya

bengkel, jarak/lokasi dapat disesuaikan. Hal inilah yang sebenarnya

juga masih diupayakan oleh pihak sekolah dalam menentukan kriteria

tempat, sehingga siswa dapat mendapatkan tempat yang benar-benar

dapat menempa diri siswa pada dunia kerja.

Dari segi ekonomi, orang tua merasa keberatan apabila putranya

melaksanakan prakerin di luar Pacitan karena akan menambah biaya

transportasi, biaya hidup, dan biaya kebutuhan lainnya. Sedangkan

dari segi kesiapan mental lebih condong pada siswa. Siswa tidak siap

mental apabila jauh dari orang tua, melaksanakan prakerin di luar

daerah apalagi di DU/DI yang bonafit karena siswa sudah terbiasa

dengan sesuatu yang santai dan kurang nyaman dengan iklim kerja

yang disiplin dan tertib. Kedua faktor tersebut harusnya dapat

dicarikan solusinya oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan

yang bertanggung jawab penuh terhadap kualitas lulusannya. Dari

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

109

segi ekonomi dapat dicari solusi misalkan siswa yang dari keluarga

kurang mampu diberikan beasiswa atau keringanan biaya yang

diperoleh dari dana sekolah atau sponsor sehingga dapat

melaksanakan prakerin di luar daerah. Sedangkan dari faktor

kesiapan mental sekolah dapat melakukan pendekatan dengan orang

tua. Selain itu tim pokja juga bisa memperketat syarat-syarat kriteria

DU/DI yang akan digunakan untuk melaksanakan prakerin sehingga

apabila DU/Di di dalam daerah tidak ada yang sesuai dengan kriteria

dapat mencari di luar daerah. Hal tersebut perlu dilakukan karena

tujuan prakerin adalah untuk memberikan pengalaman siswa yang

tidak diperoleh di sekolah dan untuk meningkatkan mental iklim

kerja sehingga dapat bersaing di lapangan kerja.

b. Kesiapan Biaya

Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus

dipenuhi sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk

operasional pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku

panduan, pembuatan kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber

dari alokasi dana sekolah hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat

dialokasikan dari sponsor atau pihak lain yang tidak terikat.

Berdasarkan tabel hasil penelitian, rata-rata kesiapan biaya mencapai

tingkat sangat tinggi yaitu 83,33%. Sedangkan apabila ditinjau dari

segi beberapa aspek, ada dua aspek yang sudah mencapai tingkat

kesiapan 100% sedangkan satu aspek masih mencapai 50%.

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

110

Kesiapan biaya dalam melaksanakan kegiatan terutama prakerin

sangat perlu diperhatikan. Biaya disini untuk menunjang kegaiatan

operasional dan kebutuhan yang berkaitan dengan prakerin mulai dari

surat menyurat, pembuatan buku agenda, monitoring, survei,

pembuatan kenang-kenangan, dan pengadaan lainnya. Perlu

diperhatikan juga hendaknya dalam pelaksanaannya segala biaya yang

berkaitan dengan operasional tidak menarik iuran dari siswa. Sumber

biaya diupayakan dari dana sekolah atau bisa juga berasal dari

sponsor. Sumber biaya yang ada di SMK 3 masih berasal dari dana

sekolah dan komite sedangkan tim pokja sendiri belum bisa

bekerjasama dengan pihak sponsor. Pengelolaan biaya oleh tim pokja

juga sudah dilakukan secara transparan dan dikelola untuk beberapa

pos dalam prakerin seperti untuk keperluan yang disebutkan di atas.

Pelaporan juga dilaksanakan dan dilaporkan pada kepala sekolah dan

bendahara sekolah untuk selanjutnya disampaikan pada Dinas terkait

oleh sekolah.

Dalam hal pembiayaan, usaha yang telah dilakukan oleh pokja

prakerin juga sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri

No 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya, bahwa negara wajib

membiayai sistem pendidikan bagi setiap warga negara yang

dialokasikan 20% dari APBN maupun APBD. Secara terperinci

anggaran untuk pelaksanaan prakerin dapat dianggarkan melalui dan

BOS setiap tahunnya.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

111

c. Kesiapan Pengelolaan Program

Program kerja merupakan salah satu hal pokok yang perlu

direncanakan , dilaksanakan, dan dievaluasi dalam pelaksanaannya.

Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal yang akan

dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah satu

kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu.

Berdasarkan data hasil penelitian, kesiapan pengelolaan program baru

mencapai rata-rata 66,66% yaitu tingkat tinggi. Beberapa aspek yang

mempengaruhi dalam kesiapan ini masih sangat perlu ditingkatkan

lagi. Dari aspek pembekalan siswa, tim pokja sudah melakukan

pembekalan pada siswa mengenai gambaran prakerin, agenda

kegiatan, tata tertib, pengisian buku agenda, pelaporan, dan hal lain

terkait prakerin. Namun dari tim pokja belum menghadirkan dari

pihak DU/DI yang nantinya akan bertindak sebagai pembimbing di

industri. Selain itu perwakilan dari industri juga dapat menyampaikan

gambaran iklim kerja di industri, tata tertib, aktivitas, dll. Diharapkan

uraian yang disampaikan dapat memberikan gambaran pada siswa

sehingga akan meningkatkan kesiapan fisik dan mental serta

ketrampilannya. Tentunya perwakilan yang dihadirkan berasal dari

DU/DI yang berskala menengah ke atas sehingga dapat memberikan

kesan tersendiri pada peserta. Selain dalam pembekalan siswa, pihak

industri hendaknya juga perlu dihadirkan dalam koordinasi persiapan

pelaksanaan. Hal itu mengingat perlunya berkoordinasi dalam setiap

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

112

hal dengan pihak DU/DI. Diharapkan koordinasi ini bisa terwujud

mulai dari penerimaan siswa baru. Ini berkaitan dengan lulusan yang

nantinya dapat diserap oleh DU/DI tersebut sehingga konsep

kebijakan link and match yang telah dicetuskan mulai tahun 1994

dapat terealisasikan. Hal ini didasari pemikiran bahwa kebijakan

tersebut mengharapkan perbaikan yang mendasar dan menyeluruh

tentang perbaikan konsep, program, dan perilaku operasionalnya,

membuka dan mendorong hubungan kemitraan antara pendidikan

kejuruan dengan dunia usaha/industri yang pada dasarnya

mendekatkan supply dan demand.

Dalam penelitian evaluasi implementasi kebijakan pendidikan

sistem ganda di sekolah kejuruan yang dilakukan oleh Wahyu

Nurhadjadmo (2008) menyatakan bahwa salah satu tahap persiapan

prakerin adalah pembekalan siswa yang materinya meliputi orientasi

DU/DI, tugas dan kewajiban siswa selama di DU/DI, petunjuk

pengisian buku jurnal, pembenahan sikap, dan latihan kesemaptaan.

Sedangkan petugas yang memberikan pembekalan terdiri dari guru

sekolah, instruktur dari DU/DI, TNI/Polri, dan Majelis Sekolah.

Melihat salah satu realita di SMK ini semakin dirasa perlu bahwa

untuk pembekalan siswa memang harus menghadirkan perwakilan

dari DU/DI atau pihak lain untuk meningkatkan pengetahuan,

kedisiplinan, dan etos kerja siswa. Sehingga ketika sudah berada di

dunia kerja siswa sudah memilki bekal yang sangat cukup.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

113

Program yang telah disusun dan dibuat bersama dengan pihak

industri selanjutnya dapat menjadi sebuah program yang nantinya

dapat menunjang tujuan prakerin itu sendiri. Sehingga setelah selesai

melaksanakan prakerin siswa benar-benar memahami iklim kerja

ketika sudah di dunia industri. Sosialisasi kepada siswa juga sangat

penting seperti jadwal pelaksanaan, penugasan, kegiatan di industri,

bimbingan, dll mengingat salah satu tujuan prakerin adalah untuk

meningkatkan ketrampilan siswa yang tidak dapat diperoleh di

sekolah.

Dalam hal ini Depdiknas (2008) juga mengungkapkan bahwa

perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi

silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi

dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan prakerin sebagai

bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan Dunia Kerja

mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini

diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik

untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan

dipelajari.

d. Kesiapan Guru Pembimbing

Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin

yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing

gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan

pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami,

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

114

penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru

pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai

konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di

DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu

faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut

mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kesiapan guru

pembimbing di atas 66,67% dan sudah mencapai tingkat kesiapan

tinggi dan sangat tinggi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

minimal guru pembimbing prakerin di SMK 3 Pacitan sudah bisa

dikatakan mempunyai kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam

menjalankan fungsinya sebagai pembimbing prakerin harus

mempunyai siap di beberapa hal. Kesiapan guru pembimbing yang

dimaksud adalah ketersediaan guru yang memenuhi syarat-syarat

yang telah ditetapkan yang ditunjukkkan dengan ciri-ciri: (1)

mendapatkan informasi tentang PSG, (2) memahami masalah PSG,

(3) mampu memberikan pengarahan kepada siswa, (4) menyiapkan

sarana prosedur belajar mengajar dalam PSG, (5) keterlibatan dalam

organisasi pengelola PSG, dan (6) memiliki pengalaman industri.

Kebanyakan aspek yang belum dapat sepenuhnya dilakukan adalah

aspek pengalaman industri dan aspek keterlibatan dalam organisasi

prakerin maupun kegiatan kesiswaan. Pengalaman industri sangat

penting bagi seorang tenaga pendidik apalagi di sekolah kejuruan.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

115

Hal ini untuk menanamkan pengalaman industri pada siswanya. Guru

dapat mengikuti pelatihan, diklat, ataupun magang di industri ketika

menjadi guru. Pihak sekolah seharusnya dapat menjembatani dengan

pihak industri. Hal ini untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik

sehingga memiliki kemampuan di bidang akademik dan kejuruan.

Keterlibatan guru dalam kegiatan kesiswaan juga cukup penting

karena ketika guru terbiasa menjadi pembina di salah satu kegiatan

kesiswaan maka kedekatan guru dan siswa dalam hal pembimbingan,

pengarahan, dan komunikasi juga akan tercipta. Dalam hal prakerin

peran guru pembimbing sangat penting mengingat siswa perlu

membutuhkan bimbingan, pengarahan, dan masukan ketika berada di

DU/DI. Sehingga apabila ada terjadi sesuatu hal siswa tidak merasa

takut pada pembimbingnya. Hasil penelitian ini senada dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) di STM Negeri 1

Surakarta yang menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan guru

pembimbing prakerin mencapai rata-rata 73,21% termasuk dalam

tingkat kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam prakerin

mempunyai tugas penting yaitu mempersiapkan, mengarahkan,

memotivasi, melatih, menilai, dan membimbing siswa. Karena

tingkat kesiapan guru pembimbing baru mencapai 73,21%, maka

masih perlu ditempuh usaha-usaha untuk meningkatkan kesiapan

guru. Dit. Dikmenjur (dalam Supardi, 1996) menganjurkan bahwa

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

116

untuk meningkatkan kesiapan guru pembimbing, diharapkan pihak

sekolah dapat memagangkan guru-gurunya di industri.

Penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. (1998) menyatakan

bahwa kualifikasi guru pembimbing ditandai dengan tingkat dan jenis

pendidikan formal, pengalaman profesi, pengalaman pembimbingan,

dan pengalaman pelatihan. Penunjukan guru pembimbing diutamakan

sarjana S1 sesuai dengan bidang studi siswa yang dibimbingnya.

Sebagian besar mereka telah berpengalaman cukup lama dalam

membimbing siswa prakerin. Sementara hanya terdapat beberapa

guru saja yang berpengalaman mengikuti pelatihan tentang prakerin.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. ini sesuai dengan

hasil penelitian di SMK 3 Pacitan. Sebagian besar guru pembimbing

yang ditunjuk sudah berpengalaman cukup lama dalam membimbing

siswa prakerin. Namun pengalaman dalam pelatihan masih terdapat

beberapa yang belum karena belum ada program khusus dari sekolah.

2. Fasilitas Praktik di DU/DI

Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan

di DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran

sehingga pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di

bidangnya akan semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas

yang terdapat dalam DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat

dalam menguasai kompetensi yang disyaratkan. Fasilitas sarana dan

prasarana di sebuah DU/DI akan mengikuti seberapa kecil atau besarnya

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

117

sebuah industri. Apabila DU/DI tersebut merupakan milik perseorangan

dan hanya mengerjakan servis umum saja maka peralatan yang ada juga

kurang memadai. Sedangkan apabila DU/DI tersebut merupakan milik

suatu Perseroan Terbatas (PT), CV, milik pemerintah, atau milik dari

beberapa orang biasanya sarana dan prasarana cukup memadai bahkan

sangat lengkap. Selain itu kedua bengkel tersebut juga mempunyai

perbedaan manajemen di dalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kesiapan fasilitas praktik,

kesiapan terendah dicapai pada aspek ketersediaan sarana keselamatan

kerja yang baru mencapai 50,8% (kategori sedang). Hal ini disebabkan

karena sebagian besar lokasi yang digunakan untuk prakerin merupakan

DU/DI skala kecil yang dimiliki oleh perseorangan sehingga sarana dan

prasarana yang dimiliki salah satunya ketersediaan sarana keselamatan

kerja masih kurang. Sarana K3 sangat diperlukan dalam aktivitas sehari-

hari mengingat dalam setiap aktivitas selalu terjadi kontak langsung

dengan bahan kimia, bahan padat dan keras, debu, dll sehingga

diperlukan sarana untuk melindungi tubuh kita dari hal itu semua. Selain

itu K3 juga merupakan salah satu SOP dalam melakukan aktivitas

keahlian praktik industri.

Sedangkan rata-rata kesiapan fasilitas sarana praktik di industri

mencapai 72,38 % dan merupakan kategori tinggi. Namun dari hasil

dokumentasi di lapangan, tidak semua bengkel mempunyai perlengkapan

yang memadai. Perlengkapan yang ada hanya disesuaikan dengan bidang

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

118

jasa bengkel tersebut. Misalkan perlengkapan bengkel yang hanya

melayani servis umum kendaraan dengan bengkel yang melayani servis

umum dan pengecatan akan berbeda. Dengan demikian kelengkapan

sarana dan prasarana bengkel akan disesuaikan dengan bidang

jasa/produksi suatu bengkel tersebut. Hasil yang sama juga dialami di

STM Negeri 1 Surakarta dalam penelitian yang dilakukan oleh Supardi

(1996) yang menyatakan bahwa latihan kerja siswa di industri didukung

dengan fasilitas kerja sehari-hari yang telah ada sebelumnya, sehingga

beberapa industri terbukti memiliki tingkat kesiapan kelengkapan

fasilitas sangat rendah.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 24 DU/DI yang

digunakan untuk melaksanakan Prakerin, 1 bengkel dengan kategori

rendah, 5 bengkel kategori sedang, 8 bengkel kategori tinggi, dan 10

bengkel kategori sangat tinggi. Meskipun cukup banyak bengkel yang

mendapatkan predikat kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi, namun

diperlukan perbaikan dan catatan khusus tentang fasilitas praktik yang

ada.

3. Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Kegiatan di DU/DI yang dilaksanakan oleh siswa pada dasarnya

merupakan keahlian kompetensi industri yang belum didapatkan di

sekolah. Pokok dari pelaksanaan prakerin adalah membentuk iklim kerja

pada peserta didik melalui berbagai ketrampilan tambahan di industri

sehingga ketika lulus nanti sudah memiliki gambaran tentang iklim kerja

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

119

di DU/DI. Berbagai kegiatan yang dilakukan diantaranya meliputi aspek

teknis dan aspek non teknis. Aspek teknis meliputi pelaksanaan

kompetensi keahlian kejuruan seperti perbaikan sistem rem, sistem

pendinginan, sistem kelistrikan, servis ringan, dll. Sedangkan aspek non

teknis meliputi kedisiplinan, kualitas kerja, kerja sama, kuantitas, dll.

Berdasarkan data hasil penelitian, rata-rata komponena aspek

keahlian praktik industri mencapai tingkat pelaksanaan sangat tinggi

yaitu 88,69% sedangkan aspek sikap dan perilaku kerja mencapai tingkat

pelaksanaan sangat tinggi yaitu 83,89%. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pihak industri, sebagian besar siswa sudah mempunyai bekal

yang cukup sebelum melaksanakan prakerin namun dirasa masih kurang

karena pelaksanaan prakerin dilaksanakan pada tahun kedua semester

pertama sehingga bekal yang didapatkan tentang kompetensi keahlian

masih sedikit. Selain itu pada industri yang berskala besar siswa yang

melaksanakan prakerin terdapat instruktur yang mendampingi siswa

tersebut sehingga apabila ada pemasalahan atau pertanyaan dapat

dikonsultasikan dengan pembimbingnya langsung. Pemilik perusahaan

tidak menjadi pembimbing langsung namun menunjuk staff atau

karyawannya, sedangkan pada industri kecil pemilik bengkel yang juga

sebagai mekanik juga bertindak langsung sebagai pembimbing siswa.

Sebagian besar siswa dalam satu tempat mengerjakan kompetensi yang

sama, sedangkan volume kegiatan di tiap lokasi Du/DI tidak sama. Hal

ini tergantung pada tingkat skala DU/DI tersebut, hal ini juga sama

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

120

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) yang

menyimpulkan bahwa komponen kegiatan yang dilakukan beberapa

siswa di suatu industri adalah sejenis. Kegiatan siswa di industri

dilakukan secara berkelompok dengan tempat, waktu, dan jenis kegiatan

yang sama. Hal ini sesuai dengan data dari jurnal kegiatan maupun

lembar isian kegiatan yang diberikan pada siswa.

Apabila ditinjau dari aspek perilaku siswa, rata-rata perilaku siswa di

DU/DI menunjukkan tingkat perilaku mencapai 83,89% (kategori sangat

tinggi). Aspek perilaku siswa meliputi kedisiplinan, tanggung jawab,

kualitas kerja, kerja sama, dan keselamatan kerja atau penggunaan SOP

yang berlaku. Apabila ditinjau dari perilaku siswa di masing-masing

DU/DI, tingkat perilaku siswa tertinggi mencapai 100% (sangat tinggi)

yang terdapat di lima DU/DI. Sedangkan aspek perilaku terendah yaitu

60% (kategori tinggi). Berdasarkan wawancara dengan industri,

kedisiplinan siswa masih kurang diantaranya adalah keterlambatan siswa

dalam masuk kerja dan kehadirannya. Selain itu siswa dalam

melaksanakan pekerjaannya juga masih kurang memperhatikan SOP

yang berlaku. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian yang serius dari

pihak industri maupun sekolah dikarenakan salah satu tujuan dari

prakerin adalah membentuk perilaku kerja di setiap siswa. Apabila

mereka sudah terbiasa santai pada saat prakerin maka ketika sudah terjun

di dunia kerja yang sesungguhnya nanti mereka juga akan melakukan hal

yang sama. Solusi yang bisa ditempuh diantaranya adalah mencarikan

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

121

lokasi DU/DI yang berskala menengah ke atas sehingga iklim kerja akan

terbentuk di sana.

4. Monitoring

Monitoring merupakan salah satu upaya untuk mengetahui proses

pelaksanaan prakerin di DU/DI diantaranya adalah keterlaksanaan

program, sikap dan perilaku siswa, hambatan yang ada, sarana dan

prasarana di DU/DI, dll. Monitoring dilaksanakan pada saat siswa

melaksanakan PSG di dunia usaha/industri oleh guru pembimbing secara

periodik. Hasil dari pelaksanaan monitoring sebagai salah satu bahan

dalam pelaksaanaan evaluasi pelaksanaan prakerin.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata tingkat pelaksanaan

monitoring mencapai tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100%.

Begitu juga di setiap aspeknya mencapai 100%. Dari hasil wawancara

juga diperoleh data tambahan bahwa monitoring dilaksanakan oleh guru

pembimbing dan tim pokja pada saat awal, pertengahan, dan akhir

prakerin. Materi monitoring meliputi keterlaksanaan program sesuai yang

direncanakan, hambatan yang ada beserta solusinya, pemeriksaan buku

agenda siswa, kedisiplinan siswa, keterlaksanaan kompetensi siswa, dan

fasilitas yang terdapat di DU/DI. Selain itu diperoleh juga keterangan

bahwa dari 27 lokasi yang digunakan untuk DU/DI sebagian besar masih

merupakan industri skala kecil karena dimiliki oleh perseorangan

sehingga untuk sarana dan prasarana, volume kegiatan, dan iklim kerja

masih sangat minim sekali.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

122

Intensitas monitoring yang dilakukan oleh pokja prakerin SMK N

3 Pacitan juga sama seperti di SMK N 2 Klaten dalam penelitian yang

dilakukan oleh Wahyu Nurharjadmo (2008) yang mana dilakukan

sebanyak 3 (tiga) kali dalam 6 bulan. Hendaknya meskipun monitoring

oleh pokja dilakukan dalam intensitas yang cukup sedikit seharusnya

monitoring dapat dilakukan secara berkala dan efektif oleh guru

pembimbing siswa.

5. Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Uji kompetensi merupakan salah satu media untuk mengetahui

sejauh mana ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi tertentu.

Uji kompetensi ini perlu dilaksanakan oleh industri sebagai pihak yang

telah mengetahui kemampuan siswa selama prakerin. Sedangkan

sertifikasi diberikan pada siswa yang telah dinyatakan lulus uji

kompetensi sebagai pengakuan tertulias atas kompetensi yang telah

dikuasainya.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata keterlaksanaan uji

kompetensi masih sangat rendah yaitu 19,4%. Hal ini dikarenakan pihak

DU/DI banyak yang tidak melaksanakan uji kompetensi pada saat

prakerin. Sistem penilaian dilaksanakan berdasarkan jenis ketrampilan

yang dilaksanakan setiap hari baik dari aspek teknis maupun aspek non

teknis. Selain itu banyak juga pihak DU/Di yang tidak memberikan

sertifikat kompetensi pada siswa. Mereka hanya mengisi lembar penilaian

yang ada di buku agenda siswa. Dalam bentuk tanda tangan dan stempel

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

123

industri. Hal yang sama juga dialami oleh SMK 2 Klaten dalam penelitian

yang dilakukan oleh Warseno (1997) yang menyatakan bahwa pencapaian

pelaksanaan sertifikasi untuk jurusan otomotif baru mencapai 2,81 %.

Data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sertifikasi prakerin di

SMK 2 Klaten masih tergolong rendah.

Dengan demikian sekolah seharusnya harus mengadakan

pendekatan dan komunikasi dengan pihak industri tempat dilaksanakan

prakerin agar dapat melaksanakan ujian kompetensi dan sertifikasi.

Sehingga siswa benar-benar dapat mendapat pengakuak secara tertulis

tentang kompetensi yang sudah dikuasainya.

Dalam pelaksanaan PSG, pada dasarnya siswa telah bekerja

langsung pada bidang pekerjaan sesungguhnya, sehingga sebenarnya

siswa telah memiliki kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman

kerja. Untuk mengakui kemampuan yang dimiliki, perlu dikembangkan

sistem pengujian yang mengacu pada penguasaaan berdasarkan standar

tertentu atau didasarkan atas standar keahlian. Penilaian terhadap siswa

selama melaksanakan pekerjaan di dunia usaha/industri sepenuhnya

menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak industri. Aspek yang

dinilai berupa aspek non teknis yang meliputi kedisiplinan, tanggung

jawab, kreativitas, kemandirian, maupun etos kerja. Sedangkan aspek

teknis yang meliputi tingkat penguasaaan ketrampilan dalam

melaksanakan pekerjaan sebaiknya dilakukan dalam bentuk uji

kompetensi. Penilaian Prakerin mencakup penilaian proses dan hasil

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

124

pekerjaan siswa selama berada di industri. Penilaian ini terutama berisi

tentang bagaimana menentukan tingkatan keberhasilan siswa dalam

menguasai kemampuan dan perilaku selama prakerin.

Adapun pedoman pelaksanaan kegiatan penilaian prakerin

sebagaimana tercantum dalam Kurikulum SMK meliputi penilai, aspek

yang dinilai, dan kriteria penilaian. Menurut Kurikulum SMK Pedoman

Pelaksanaan penilaian menjadi wewenang penuh pihak industri, selama

pelaksanaan Prakerin. Sekolah hanya menerima hasil penilaian dari

industri untuk kemudian dikonversikan terhadap mata pelajaran terkait.

Pada akhir praktek kerja industri, siswa akan memperoleh hasil yang

berbentuk nilai prestasi. Prestasi tersebut untuk mengakui kemampuan

yang dimiliki oleh siswa dari hasil pengembangan di lapangan. Hasil yang

diperoleh siswa akan ditunjukkan dalam bentuk sertifikat. Dalam

sertifikat adalah tanda/surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak

dari orang yang berwenang (DU/DI) yang dapat digunakan sebagai bukti

suatu kejadian (prestasi yang diperoleh siswa dalam praktik kerja

industri). Angka yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa

merupakan hasil penilaian yang dilakukan dunia industri (Instruktur di

dunia usaha/dunia industri), dengan aspek yang dinilai adalah sebagai

berikut : a) Aspek teknis adalah tingkat penguasaan ketrampilan siswa

dalam menyelesaikan pekerjaannya (kemampuan produktif), b) Aspek

non teknis adalah sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha dan

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

125

dunia industri yang menyangkut antara lain : disiplin, tanggung jawab,

kreativitas, kemandirian, kerjasama, ketaatan dan sebagainya.

6. Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan salah satu komponen yang

sangat penting dan perlu dilakukan dalam setiap program kerja. Evaluasi

merupakan suatu langkah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan

program dengan yang telah direncanakan, hambatan yang ada, masukan

atau saran, dan tindak lanjutnya. Biasanya juga evaluasi sejalan dengan

pelaporan.

Berdasarkan data hasil penelitian, rata-rata tingkat pelaksanaan

evaluasi sudah mencapai 91,66% (kategori sangat tinggi). Hal ini

menunjukkan bahwa di SMK 3 Pacitan, di akhir program prakerin sudah

dilaksanakan evaluasi oleh tim pokja. Apabila dilihat dari setiap aspek

yang ada, dari enam aspek lima diantaranya sudah mencapai tingkat

pelaksanaan 100%. Sedangkan salah satu aspek baru mencapai 50%

(kategori sedang). Aspek tersebut adalah aspek tim evalusi. Komponen

evaluasi yang dilibatkan dalam hal ini hendaknya meliputi tom pokja,

guru pembimbing, perwakilan dari DU/DI, dan siswa. Perwakilan DU/DI

perlu dilibatkan dalam proses evalusi untuk memberikan gambaran proses

kegiatan yang telah dilaksanakan selama prakerin, sikap dan perilaku

siswa, keterserapan materi di industri, dan masukan untuk pelaksanaan

selanjutnya.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil …eprints.uny.ac.id/21874/4/BAB IV.pdf · samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara

126

Dalam evaluasi yang dilaksanakan oleh tim pokja prakerin SMK 3

Pacitan belum menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI secara

langsung namun masukan yang berasal dari DU/DI disampaikan melalui

tim monitoring atau guru pembimbing. Pelaksanaan evaluasi ini juga

sesuai dengan yang dituliskan oleh Depdiknas (2008) bahwa Program

prakerin yang sudah dilakukan peserta didik perlu dievaluasi untuk

melihat kesesuaian antara program dengan pelaksanaannya. Hal ini

dimaksudkan sebagai dasar untuk penyusunan program tindak lanjut yang

harus dilakukan baik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik

maupun terhadap program prakerin. Evaluasi dilakukan dengan cara

melakukan analisis hasil laporan yang dibuat oleh peserta didik dan hasil

penilaian yang yang dilakukan oleh pembimbing dari Dunia Kerja dan

paparan hasil prakerin setiap peserta didik.