BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... · pedagang kaki lima yang terdiri dari...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... · pedagang kaki lima yang terdiri dari...
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Pasar Cik Puan
A. Letak geografis
Pasar Cik Puan terletak di jalan di Jl.Tuanku Tambusai, Kelurahan
Jadirejo ,Kecamatan Sukajadi. Kecamatan sukajadi merupakan salah satu
dari 12 kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru. Luas wilayah kecamatan
sukajadi adalah 3,76 km2 yng terdiri dari 7 kelurahan dengan luas masing
masing kelurahan sebagai berikut:
(1) Kelurahan Jadirejo dengan luas wilayah 0,60km2 persegi
(2) Kelurahan Kampung Tengah dengan luas wilayah 0,55 km2
persegi
(3) Kelurahan Kampung Melayu dengan luas wilayah 0,93km2
persegi
(4) Kelurahan Kedung Sari dengan luas wilayah 0,41 km2 persegi
(5) Kelurahan Harjosari dengan luas wilayah 0,39 km2 persegi
(6) Kelurahan Sukajadi dengan luas wilayah 0,44 km2 persegi
(7) Kelurahan Pulau Karomah dengan luas wilayaah 0,44 km2
persegi
Pasar Cik Puan mempunyai batas wilayah yakni sebagai berikut:
1) Sebelah Timur berbatasan dengan Panti Asuhan Putra
Muhammadiyah
2) Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Terminal Mayang
Terurai
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Tuanku Tambusai
4) Sebelah Utara berbatasan dengan jalan Kusuma
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
41
B. Sejarah Pasar Cik Puan
Pasar Cik Puan Pekanbaru merupakan salah satu pasar yang
berada di kota Pekanbaru tepatnya di wilayah Kelurahan Kampung
Melayu Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. Kalau dilihat dari letak posisinya
Pasar Cik Puan Pekanbaru berada pada posisi yang sangat strategis yaitu
berada ditengah-tengah kota Pekanbaru dan dekat dengan pusat
perbelanjaan modern.
Pasar Cik Puan Pekanbaru sebelum menjadi salah satu pasar
tradisional yang besar di kota Pekanbaru pada awalnya hanyalah berupa
pasar lingkungan Kecamatan dengan sarana dan prasarana seadanya, yaitu
berupa kios-kios, los dan kaki lima, untuk menampung atau memenuhi
kebutuhan masyarahat sekitarnya dan berada dibawah wewenang
Kecamatan Sukajadi, namun seiring dengan berkembangnya kota
Pekanbaru, secara otomatis Pasar Cik Puan Pekanbaru berkembanpula
menjadi besar seperti yang ada pada saat sekarang ini, hal tersebut sangat
membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin besar
pula jumlahnya.
Pasar Cik Puan Pekanbaru didirikan diatas tanah milik Pemerintah
Daerah Kotamadya Pekanbaru, dengan luas tanah 1965 m. Pada saat
sekarang Pasar Cik Puan Pekanbaru memiliki 570 kios, 235 los dan 75
pedagang kaki lima yang terdiri dari bermacam-macam pedagang seperti :
pedagang pakaian, sepatu, barang harian, makanan dan minuman, ikan,
ayam potong, semua jenis barang-barang yang umumnya ada di pasar
tradisional.
Nama lain dari Pasar Cik Puan yaitu Pasar Inpres yang didirikan
pada tahun 1978, sesuai dengan wawancara yang dilakukan penulis
dengan kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknik Dinas) Pasar Cik Puan
Pekanbaru bapak Weli Amrul, Pasar Cik Puan adalah Pasar yang berada
di Kecamatan Sukajadi yang didirikan pada awal tahun 1978 dengan
nama Pasar Inpres. Namun setelah terjadi musibah kebakaran pada tahun
1988, kemudian pasar ini dibangun dengan swadaya pedagang dan
menjadi Pasar tradisional dengan nama Pasar Cik Puan.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
42
Pasar Cik Puan Pekanbaru yang dikenal oleh kebanyakan
masyarakat pekanbaru sebenarnya memiliki arti, Cik Puan dalam bahasa
melayu merupakan panggilan kesayangan bagi anak dara yang belum
menikah, cik puan juga menjadi salah satu ikon perjuangan wanita
melayu. Cik Puan merupakan pejuang perempuan yang berasal dari
Tembelan (Bintan). Ia bergabung bersama Laksamana Raja Dilaut dalam
menaklukkan Sambas, Kalimantan Barat, pada masa Pemerintahan Raja
Siak Assayyidis Sarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Balaw.
Semangat perjuangan inilah yang mengilhami Pemerintah Kota
Pekanbaru memberikan nama tersebut sebagai salah satu nama pasar yang
ada di Kota Pekanbaru yang diharapkan mampu menjadi salah satu
simbol perjuangan kaum perempuan terutama kaum ibu untuk lebih
mandiri. Terlebih mayoritas pedagang merupakan kaum ibu, yang
membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Tabel 4.1
Data Pasar Pemilik Pemerintah Kota Pekanbaru
Pasar Pemerintah Kota Pekanbaru yang di Kelola Oleh Dinas
Pasar Kota Pekanbaru
No Nama Pasar Alamat
1 Pasar pusat Jalan H. Agus Salim,
Kecamatan Pekanbaru
Kota
2 Pasar Cik Puan Jalan Tuanku Tambusai,
Kecamatan Sukajadi
3 Pasar Labuh Baru Jalan Durian, kecamatan
Payung Sekaki
4 Pasar Rumbai Jalan Khayangan/Sekolah,
Kecamatan Rumbai
5 Pasar Selasa Jalan H.R. Subrantas,
Kecamatan Tampan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
43
6 Pasar Lima Puluh Jalan Sultan Syarif Qasim,
Kelurahan Lima Puluh
Sumber data: Dinas Pasar Kota Pekanbaru
Karena perkembangan Kota Pekanbaru semakin Pesat, maka
sebagai pasar Kota seperti Kota-kota besar lainnya, perlu dibangun pasar-
pasar modern atau semi modern sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk mewujudkannya hal tersebut diatas perlu dilaksanakn kerjasama
dengan pihak ketiga (investor) sebagai penyandang dana untuk
membangun pasar tersebut, karena untuk mewujudkan semua itu
membutuhkan dana yang tidak sedikit, saat ini ada empat pasar
Pemerintah Kota Pekanbaru yang dibangun oleh Investor dari Pasar
Tradisional menjadi Pasar Modern dan Pasar semi modern yaitu:
Tabel 4.2
Pasar Pemerintah Kota Pekanbaru yang di Kelola Oleh Pihak III (Investor)
No Nama Pasar Alamat
1 Pasar Bawah Jalan Saleh Abbas, Kecamatan
Senapelan
2 Plaza Sukaramai Jalan Jendral Sudirman, Kecamatan
Pekanbaru Kota
3 Pasar Sail Jalan Hangtuah, Kecamatan Sail
4 Pasar Senapelan/Pasar
Kodim
Jalan Ahmad Yani, Kecamatan
Senapelan
Sumber data: Dinas Pasar Kota Pekanbaru
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
44
Selain Pasar milik Pemerintah Kota, Juga terdapat beberapa Pasar
milik Swasta antara lain seperti di bawah ini:
Tabel 4.3
Data Pasar Swasta di Kota Pekanbaru
No Nama Pasar Swasta Alamat
1 Pasar Palapa Jl. Jendral Sudirman, kecamatan
Marpoyan Damai
2 Pasar Arengka Jl. Soekarno Hatta, Kecamatan
Marpoyan Damai
3 Pasar Tangor Jl. Lintas Timur, Kecamatan Tenayan
Raya
4 Pasar sago Jl. Ir. Juanda, Kecamatan Senapelan
5 Pasar Jondul Jl. Lokomotif, Kecamatan Lima Puluh
6 Pasar Yos Sudarso Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai
Pesisir
7 Pasar Maronan/Palas Jl. Siak II, Kecamatan Rumbai
8 Pasar Teleng Jl. Pepaya, Kecamatn Sukajadi
9 Pasar Kartini Jl. Kartini, Kecamatan Pekanbaru
Kota
Sumber data: Dinas Pasar Kota Pekanbaru
Pasar merupakan salah satu tempat bertemunya antara pedagang
dan pembeli, sebagai tempat yang mempertemukan antara penjual dan
pembeli tentunya pasar menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang
terdiri dari berbagai suku bangsa. Sebagaimana yang terdapat di Pasar
Cik Puan, keadaan masyarakatnya sangat majemuk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa diantaranya yaitu suku Minang dan suku Batak.
c. Struktur Organisasi
Sistem pengelolaan pasar yang ada di Kota Pekanbaru pada
umumnya dikelola langsung oleh Dinas Pasar, yaitu sejak adanya Dinas
Pasar tingkat II Pekanbaru, berdasarkan surat Keputusan Wali Kota KDH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
45
Tingkat II Pekanbaru No. SK. 130.30/HOT-35/1982 Tanggal 13
September 1982 serta tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Tingkat II Kota Pekanbaru No. SK.061.2/HOT-36/1982,
dikukuhkan pula dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 15 Tahun 1983,
maka terhitung sejak adanya peraturan daerah tersebut, Pasar Cik Puan
dikelola langsung oleh Dinas Pasar.
Dari sistem pengelolaannya Pasar Cik Puan Pekanbaru pada saat
sekarang ini mengacu pada peraturan baru yang dikeluarkan oleh
pemerintahan daerah tingkat II kota Pekanbaru, adapun peraturan daerah
yang dikeluarkan oleh wali kota Pekanbaru diantaranya adalah:
a. Peraturan Daerah (PERDA) No. 04 Tahun 2000 Tentang Retribusi
Kebersihan.
b. Peraturan Daerah (PERDA) No. 06 Tahun 2000 Tentang Retribusi
Pasar.
c. Peraturan Daerah (PERDA) No. 05 Tahun 2001 Tentang Ketertiban
Umum.
d. Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 Tahun 2001 Tentang K-5.
yang ditempati oleh pedagang yang ada di Pasar Cik Puan
Pekanbaru, sistem pengelolaannya adalah sebagai berikut:
a. Kios/los dibangun oleh pedagang dengan dana swadaya setelah
mendapat persetujuan dari pemerintah daerah tingkat II Pekanbaru.
b. Pembangunan kios/los dikoordinir oleh Developer dengan
pertimbangan:
1) Agar tercipta keseragaman bentuk bangunan
2) Mempermudah bagi pedagang yang kurang mampu yaitu
membayar dengan cicilan
3) Mempermudah koordinasi pengurusan administrasi
c. Sebagai konpensasi, kepada para pedagang diberikan hak prioritas
pengelolaan selama 5 (Lima) tahun
e. Setelah batas waktu tersebut Kios/Los dikembalikan kepada
pemerintah daerah dan status pedagang menjadi penyewa
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
46
f. Untuk Kios /Los yang berada dibawah Puskopol (dibelakang kantor
polisi) tanahnya merupakan tanah milik Puskopol dan sepenuhnya
dikelola oleh Puskopol
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwasanya pengelolaan
pasar yang ada di wilayah kota Pekanbaru dikelola langsung oleh dinas
pasar pemerintah kota Pekanbaru. Secara struktural Organisasi Dinas
Pasar Kotamadya Pekanbaru adalah sebagai berikut:
a. Organisasi dinas pasar terdiri dari:
1) Pemimpin yaitu Kepala Dinas
2) Pembantu Pemimpin yaitu bagian Tata Usaha (TU)
3) Unsur pelaksanaan yaitu seksi-seksi dan sub seksi dan Unit
Pelaksanaan Teknik Dinas (UPTD).
b. Sub bagian Tata Usaha (TU) terdiri dari:
1) Urusan Umum
2) Urusan Kepegawaian
3) Urusan keuangan
4) Urusan Perlengkapan dan Kerumahtanggaan.
c. Seksi Perencanaan, Pengawasan, Penelitian dan Pembangunan
terdiri dari:
1) Sub-Seksi Perencanaan
2) Sub-SeksiPengawasan
3) Sub-Seksi Penelitian dan Pengembangan Teknik Administrasi.
d. Seksi ketertiban dan kebersihan pasar terdiri dari:
1) Sub-Seksi Ketertiban
2) Sub-seksi Kebersihan Pasar.
e. Seksi Retribusi Pasar terdiri dari:
1) Sub-Seksi Tata Usaha (TU)
2) Sub-Seksi Penghitungan dan Pendapatan daerah
3) Sub-Seksi Pembukuan dan Penerimaan.
f. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari:
1) Urusan Tata Usaha (TU)
2) Urusan Juru Tagih.
Sebagai pengelola Pasar, kepala UPTD mempunyai fungsi untuk
mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan retribusi pasar dalam wilayah
kewenangannya, selanjutnya menyampaikan laporan priodik tentang
pemasukan keuangan serta bertanggungjawab atas keamanan, ketertiban
dan keindahan pasar.
Sesuai dengan fungsinya yaitu bertanggungjawab atas keamanan,
ketertiban dan keindahan pasar, maka kantor UPTD tidak berada dalam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
47
lingkup kantor dinas pasar melainkan berada ditengah-tengah pasar dan
begitu pula yang ada di Pasar Cik Puan Pekanbaru, kantor UPTD terletak
ditengah-tengah Pasar Cik Puan itu sendiri, selain letaknya yang cukup
strategis juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam memantau keadaan
disekeliling Pasar.
Untuk kepengurusan UPTD Pasar Cik Puan Pekanbaru adalah
sebagai berikut:
Sumber: Kantor UPTD Pasar Cik Puan
Gambar 4.1
KEPALA DINAS
Drs. H. Samsul Bahri
TataUsaha UPTD
Toto Setiadi
Kepala Keamanan
Bagindo Ismail
Kepala UPTD Pasar
Cik Puan
Weli Amrul
Seksi Kebersihan
Pasar
1. Samidi 2. Antoni
3. Firman
Seksi Retribusi
1. Harapan Hutahusut
2. Eriyana
2. Jasmadi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
48
d. Sosial Ekonomi Sekitar Pasar Cik Puan
Pasar merupakan salh satu tempat bertemunya antara pedagang
dan pembeli, sebagaimana tempat yang mempertemukan antara penjual
dan pembeli tentunya pasar menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Sebagaimana yang terdapat pada
pasar Cik Puan, keadaan masyarakat sangat majemuk terdiri dari
berbagai suku bangsa diantaranya suku Minang dan Batak.
Bahasa daerah dan bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahasa daerah digunakan
pedagang ketika berinteraksi dengan pedagang atau pembeli yang
memiliki suku yang sama, namun ketika berinteraksi dengan pedagang
atau pembeli yang memiliki suku yang berbeda biasanya mereka
menggunakan bahasa Indonesia.
Pasar Cik Puan selalu dipenuhi berbagai jenis pedagang yang
datang dari berbagai daerah di pekanbaru, seperti dari Bangkinag,Pasir
Pangaraian, Duri, Tapung, Danau Bingkuang, dan pedagang musiman.
Banyaknya jumlah pedagang yang berjualan berbagai kebutuhan sehari-
hari juga memiliki poin tersendiri yang membuat ketertarikan pada
pembeli yang dating dari berbagai daerah yang memang bertujuan untuk
berbelanja kebutuhan sehari harinya. Para konsumen/pembeli merasa
barang yang diperdagangkan dipasar Cik Puan cukup lengkap untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik dari kebutuhan rumah tangga,
sayur-sayuran, dan jenis-jenis makanan, smua tersedia ada
diperdagangkan oleh pedagang dengan kualitas segar.
Adapun jenis-jenis pedagang yang selalu ada dipasar Cik Puan yaitu
diantaranya:
1) Pedagang sayuran
2) Pedagang buah
3) Pedagang rempah-rempah
4) Pedagang ikan
5) Pedagang pakaian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
49
6) Pedagang makanan
7) Pedagang daging sapi dan ayam.
4.2 pembahasan
4.2.1 Deskripsi subjek Penelitian
Dalam rangka untuk mendapatkan data yang akurat dan dijamin
kualitasnya maka sebelum menentukan subjek/informan penelitian akan
dilakukan overview atau penjajakan terhadap anggota masyarakat yang
dianggap repepresentatif memberikan informasi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Selanjutnya barulah ditentukan subjek/informan. Informasi awal
pilih orang dapat membuka jalan untuk menentukan informan berikutnya
dan berhenti apabila data yang dibutuhkan sudah cukup.
Penelitian ini akan dilakukan dengan cara pilih secara sengaja yaitu
orang yang dianggap dapat memberikan informasi terhadap masalah,
melalui wawancara mendalam dengan total informan sebanyak enam (6)
orang yang berjuaan di Pasar Cik Puan Pekanbaru dengan perincian:
a. Etnis Minang : Tiga (3)
b. Etnis Batak : Tiga (3)
Informan etnis Minang yaitu tiga orang pedagang etnis
Minang,sedangkan etnis Batak yaitu tiga orang pedagang etnis Batak.
a. Syahrial merupakan pedagang etnis Minang yang terlah berjualan di
Pasar Cik Puan Pekanbaru lebih dari lima tahun lamanya. Pada
awalanya bapak syahrial berjualan di Pasar Cik Puan bersama istinya,
namun pada saat ini dia melanjutkan usahanya tersebut seorang diri
dikarenakan istrinya telah meninggal 3 tahun lalu. Saat ini syahrial
berusia 61 tahun dan menganut agama islam. Syahrial lahir dan besar
di keluarga yang berkebudayaan Minang kabau.
b. Nurmi merupakan pedagang sayuran yang berasal dari Etnis Minang
asli dan sudah lama tinggal di pekanbaru. Nurmi berjualan di pasar
Cik Puan kurang lebih 30 tahun lamanya. Saat ini usia Nurmi 65 tahun
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
50
dan menganut agama islam. Nurmi lahir dan besar dari keluarga yang
berkebudayaan Minang asli.
c. Afrizal/Romo merupakan pedagang ayam potong yang beretnis
Minang. Romo berjualan di pasar Cik Puan sudah 10 tahun dan
sangatlah dekat dengan pedagang etnik Batak. Romo merupakan
pedagang etnis minang yang berasal dari Pesisir Selatan, Sumatera
Barat. Romo lahir dan besar dari keluarga minang dan beragama
Islam.
d. Midaria Hutapea merupakan pedagang Etnis Batak yang berasal dari
Simalungun . Midaria merupakan pedagang sayuran sejak tahun 1984
hingga saat ini. Midaria beragama Kristen Protestan yang lahir dan
besar dari keluarga yang bebudaya batak asli.
e. Inang Tembok/Nainggolan merupakan pedagang sayuran yang
berasal dari etnik Batak. Nainggolan berjualan di Pasar Cik Puan lebih
dari 30 tahun. Nainggolan lahir dan besar dari keluarga Batak dan
memeluk agama Kristen Protestan .
f. Mamak Rotua merupakan pedagang sayuran di pasar Cik Puan
Pekanbaru. Rotua merupakan pedagang yang berasal dari etnik Batak
di pasar Cik Puan. Mamak Rotua pada saat ini berusia 65 tahun.
Mamak Rotua berjualan sayuran di Pasar Cik Puan selama 20 tahun
lebih. Mamak Rotua lahir dan besar dari keluarga etnis Batak dan
memeluk agama Kristen Protestan
Tabel 4.1 : Profil Informan
No Nama Jenis
Kelamin
Usia Pekerjaan Etnik
1 Syahrial Pria 61
Tahun
Pedagang
sayuran
Minang
2 Nurmi Wanita 65
Tahun
Pedagang
Sayuran
Minang
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
51
3 Afrizal/Romo pria 45
Tahun
Pedagang
Ayam
potong
Minang
4 Midaria Hutapea Wanita 60
Tahun
Pedagang
Sayuran
Batak
5 Inang
Tembok/Nainggolan
Wanita 60
Tahun
Pedagang
sayuran
Batak
6 Mamak Rotua Wanita 65
Tahun
Pedagang
Sayuran
Batak
4.2.2 Deskripsi Data Penelitian
Pada hari kamis 18 juli 2019, peneliti telah turun kelapangan dalam
upaya mencari data yang sesuai dengan focus penelitian melalui proses
wawancara. Peneliti bertanya tentang apa saja proses komunikasi yang
terjadi diantara Etnik Minang dan Etnik Batak kepada informan yang
bersangkutan di Pasar Cik Puan pekanabaru yang berlatar belakang beraneka
ragam budaya. Wawancara dilakukan terhadap beberapa pedagang yang
peneliti pilih. Sejumlah pedagang ini merupakan perwakilan dari berbagai
informan yang terpilih untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat
susuai dengan judul peneliti.
1. Syahrial
Wawancara pertama saya tujukan kepada syahrial sebagai
perwakilan Etnis minang untuk mendapatkan informasi.
“namanya suku batak ya keraslah orangnya”
Menurutnya pedangang etnis Batak itu keras orangnya ,
maksudnya yaitu intonasi nada dari orang batak itu memang tinggi dan
mereka sangat memahami sekali masing-masing dari setiap individu.
Terkadang syahrial sekali-kali bergaul dengan mereka dikarenakan
syahrial masih berhubungan kontak dalam berlangganan. Peneliti melihat
pola komunikasi yang terjadi diantara dua etnik ini berlangung aman dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
52
damai , tetapi dari segi lain syahrial mengatakan pertikaian sering terjadi
di subuh hari seperti dikatakanya sebagai berikut:
“ya, saya lihat kalau pagi-pagi subuh tu ada Cuma kalau
dibelakang ini kan rata-rata yang jual ayam,jual sayur itukan
orang minang dan orang bangkinang , nampaknya akur, kalau
didepan itu seringlah cekcok mulut”
Sejauh ini tidak ada terjadi pertikaian dalam pola berkomunikasi
antar pedagang , akan tetapi syahrial mengatakan cekcok mulut sering
terjadi pada pagi hari diantara etnik Minang dan Batak di bagian depan
Pasar Cikpuan dikarenakan perebutan tempat dan barang dagangan.
2. Nurmi
Informan kedua yaitu Nurmi yang mewakili pedagang etnis
Minang di Pasar Cik Puan, ia mengatakan dalam berkomunikasi terhadap
etnik batak tidak ada terjadi perselisihan , akan tetapi Nurmi mengatakan
watak dari etnik batak itu memang keras pada dasarnya dikarenakan
mereka sudah kenal lebih dari 20 tahun, seperti pernyataan berikut:
“kami sama-sama berjuang untuk menyambung kehidupan kami,
baik baik saja, tidak ada terjadi perselisihan”
Selama ini tidak pernah terjadi persielisihan antara Nurmi dengan
pedagang lain di karenakan Nurmi sudah memahami watak dari orang
Batak yang keras seperti dikatanya sebagai berikut:
“Dia omongannya memang kasar tetapi jiwanya baik,memang
wataknya baik, dasar watak ngomongnya emang gitu”
Sejauh ini Nurmi sudah memahami pola komunikasi dari etnik
batak, dan pada saat ini komunikasi nurmi dengan pedagang etnik batak
tidak ada terjadi pertikaian. Apabila terjadi petikaian atau keributan
diantara etnik Minang dan Etnik Batak maka cara nurmi mengatasinya
dengan cara memberitahu pihak keamanan dan diserahkan kepada pihak
yang berwajib agar permasalahan bisa di selesaikan dengan cara
kekeluargaan seperti dikatakan nurmi sebagai berikut:
“ya masalah itu kan ada ketua pasar atau pengurus pasar ini,ya
kita komunikasikanlah kepada yang dituakan di pasar ini.”
Sejauh ini tidak ada terjadi perselisihan yang terjadi pada Nurmi
terhadap pedagang etnik Batak dan lainnya.
3. Afrizal/Romo
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
53
Informan terakhir yang mewakili pedagang etnik Minang. Romo
mengatakan bahwa para pedagang disini semuanya bersaudara, berasal
dari suku manapun tidak ada yang dia bedakan seperti yang dia katakana
berikut ini:
“tidak ada yang saya bedakan, mau dia batak,jawa,atau minang .
semua sama saja, Cuma iya kalau orang batak itukan emang dari
awal saya jumpa emang tinggi nadanya, sayapun takut waktu itu
kalau lagi ngomong sama orang batak, akan tetapi lama-lama
saya sudah beradaptasilah dengan mereka, apalagi tetangga saya
di rumah ada orang batak juga kok”
Bahasa yang di gunakan oleh Romo adalah bahasa minang, dia
tidaklah lancar menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa lain.
Tetapi itu tidaklah menjadi hal sulit bagi Romo, dikarenakan pedagang
lainnya jauh sudah memahami bahasa minang.
“tidak, saya tidak pandai bahasa Indonesia, sama siapa saja saya
menggunakan bahasa minang, saya sudah lama tinggal di tanah
minang dan itu sudah jadi bahasa saya sehari hari, bahkan sama
orang Batak saja saya menggunakan bahasa minang mereka
paham dengan bahasa saya”
Romo dengan pedagang Batak sangatlah dekat. Dikarenakan dia
tidak membeda-bedakan teman ketika bergaul. Peneliti melihat
kedekatan Romo dengan pedagang batak sangat akrab, dikarenakan
bahasa minangnya yang totok menjadikan obrolan yang menarik bagi
etnik batak sehingga bisa di jadikan bahan candaan kecil dengan etnik
batak.
4. Midaria Hutapea
Informan selanjutnya yaitu Midaria Hutapea mewakili pedagang
etnik Batak di pasar Cik Puan merupakan pedagang sayuran. Midaria
mengatakan bahwa komunikasi antara pedagang etnik minang dan
pedagang etnik batak sejauh ini lancar dan aman-aman saja, jika terjadi
pertikaian atau perbedaan pendapat mereka saling memahaminya satu
dengan yang lainnya seperti dikatakan Midaria Hutapea berikut ini:
“bagus, sungguh bagus karna ada kesatuan hati, ya harus saling
mengerti , dan sudah biasa menghadapi perbedaan pendapat
dengan orang minang, tidak perlu diambil pusing”
Sejauh ini Midaria Hutapea tidak ada terjadi perbedaan pendapat
dikarenakan mereka sudah saling memahami satu dengan yang lainnya.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
54
Pada pola bahasa Midaria tidak kesulitan di karenakan Midaria sudah
lama berdagang di pasar Cik Puan seperti dikatakannya berikut ini:
“ya, saya berjualan di Pasar Cik Puan sudah lama sejak tahun
1984, saya bisa bahasa minang , tidak sulit kok. Sudah lama saya
pandai bahasa minang , ya saya gunakan untuk menawarkan
dagangan saya kalau pembelinya orang minang, apalagi tetangga
saya banyak orang minang, kita bersaudara”
Midaria Hutapea sangat akrab dengan pedagang etnik minang
dikarenakan ,midaria tinggal bertetanggaan dengan orang minang
dirumahnya, di pasar bahasa minang dia gunakan untuk menawarkan
barangnya ke pembeli dan digunakan untuk membeli barang pada
pendagang Minang lainnya.
5. Inang Tembok/Nainggolan
Informan ke lima yaitu Nainggolan/Inang Tembok pedagang
sekitar menyebutnya. Nainggolan merupakan pedagang sayuran yang
berjualan dari pukul 6.00 pagi hingga pukul 16.00. Nainggolan
merupakan perwakilan dari pedagang etnik Batak. Nainggolan
mengatakan komunikasi diantara Pedagang Batak dengan Pedagang
Minang tidak ada terjadi perselisihan. Bahkan yang ada , mereka saling
membantu satu dengan lainnya seperti dikatakannya berikut ini:
“baik bah, tidak ada pertikaian kami disini saudara, tidak,tidak
ada terjadi perselisihan diantara kami, orang batak emang keras
nadanya, itu sudah bawaan dari kami orang batak, mereka pun
paham dengan kami, aman kok”
Selama berdagang nainggolan tidak pernah malukan pertengkaran
sesama pedagang , baik pedagang minang ataupun sesame pedagang
batak seperti yang Nainggolan katakana berikut ini:
“ah gak suka aku kelahi-kelahi sama siapapun itu gak mau aku,
aku emang keras kalau bicara, tapi maksud aku baik, kalau ada
yang bertengkar kami selesaikan dengan baik baik, tak ada
masalah dari aku bah”
Interksi pola komunikasi Nainggolan dengan pedagang minang
tidak pernah terjadi peselisihan. Kalau terjadi keributan itu hal biasa di
pasar ini, semua masalah bisa kami selesaikan dengan cara kekeluargaan
menurut Nainggolan. Hubungan Nainggolan dengan Pedagang Etnik
minang sangalah dekat, terkadang Nainggolan sering melakukan canda
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
55
gurau dengan logat Bataknya yang keras kepada pedagang etnik minang
dan etnik lainnya.
6. Mamak Rotua
Informan terakhir mewakili pedagang etnik Batak yaitu Mamak
Rotua merupakan pedagang sayuran di Pasar Cik Puan Pekanbaru. Rotua
mengatakan Pedagang etnik minang sangatlah baik, mereka tidak pernah
melakukan kesalahan dalam berkomunikasi, tetapi terkadang ada terjadi
perselisihan dikarenakan perebutan kekuasaan serta kesalahan dalam
berucap seperti informan katakana berikut ini
“gak apa sama aja semuanya, awak sudah lebih 20 tahun
berjualan enggak pernah ada pertengkaran gitu,kalau melihat
orang ya pernah, kalau ibuk gak pernah, saya gak pernah cekcok
mulut dengan siapa aja.pernah sih terjadi pertengkaran
dikarenakan kesalahan dalam berucap , akupun marah , tapi iya
kan di pasar wajar aja itu”
Mamak Rotua juga beranggapan jika terjadi pertikaian maka akan
di selesaikan dengan cara kekeluargaan, kalau tidak selesai dengan cara
itu maka di serahakan kepada ketua pasar atau keamanan pasar seperti
dikatakan Rotua berikut ini:
“kalau saya melihat terjadi perkelahian , ya saya lerai
langsunglah, turun saya, tapi kalau masalahnya besar ya kami
serahkan saja ke ketua pasar atau keamanan pasar, saya gak mau
rebut orangnya”
Pada saat ini hubungan Mamak Rotua dengan pedagang minang
tidak pernah terjadi perselisihan , akan tetapi pedagang lainnya pernah
melakukan hal tersebut. Selain itu pedagang enik Batak dan pedagang
etnik Minang sejauh ini tidak pernah terjadi perselisihan. Akan tetapi
tingkah laku para pedagang batak memang terdengar kasar padahal itu
tidaklah benar. Para pedagang pasar Cik Puan amatlahn ramah dan
terbuka terhadap peneliti, dikarenakan Peneliti merupakan salah satu
pedagang di pasar Cik Puan.
Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh informan, peneliti
menemukan beberapa hal pada saat melakukan observasi bahwa pedagang
minang ketika berkomunikasi dengan pedagang etnik batak sangat lancar
dan tidak ada terjadi pertikaian seperti peneliti duga. Akan tetapi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
56
kesalahan dalam berkomunikasi pernah terjadi tetapi tidak menimbulkan
dampak yang sangat negative begitu juga dengan pedagang etnik Batak.
Kemudian para pedagang di pasar Cik Puan sangatlah ramah
terhadap siapa saja yang datang , baik muda maupun tua para pedagang
melayani pendatang sangatlah terbuka dan relatif aman dan terkendali.
Pada umumnya pedagang etnik Minang berjualan kuliner,
kebutuhan pokok makanan, pakaian, daging sapi, ayam pedaging, dan
lainnya.sedangkan pedagang dari etnik Batak pada umunyanya berjualan
sayuran, ikan asin, ikan basah, buah buahan, rempah-rempah, dan lain
sebagainya.
4.2.3 Analisis Faktor pemghambat dan pendukung dalam melakukan
Proses Komunikasi Antarbudaya Antara Pedagang Etnik
Minang dan Pedagang etnik Batak di Pasar Cik Puan Pekanbaru
a. faktor penghambat
faktor penghambat merupakan hal penting yang harus di perhatikan ketika
melakukan komunikasi antarbudaya, karena dengan memperhatikan faktor
penghambat maka dapat menjadi tolak ukur keberhasilan Komunikasi
Antarbudaya itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan beberapa
faktor penghambat dalam berkomunikasi diantara pedagang etnik minang
dan pedagang etnik batak di Pasar Cik Puan sebagi berikut:
1) Bahasa
Semakin banyak suatu budaya yang terdapat dalam suatu
komunitas mengakibatkan banyaknya bahasa yang ada. Bahasa
merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Dari hasil wawancara peneliti dapat menemukan beberapa faktor
yang menjadi pembiasan ketika berkomunikasi. Sebab pola bahasa
yang digunakan oleh beberapa informan yang peneliti jumpai
masihlah fasih dengan logat bahasa daerahnya, terlebih bahasa
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
57
minang seperti menjadi bahasa utama ketika peneliti berada di pasar
Cik Puan.
Bahkan peneliti menjumpai beberapa pedagang nonminang sudah
lancar menggunakan bahasa minang. Akan tetapi pedagang batak
yang sudah berumur tidaklah paham dengan bahasa minang begitu
juga sebaliknya dengan orang minang, bahkan beberapa pedagang
Minang tidaklah pandai menggunakan bahasa Indonesia dikarenakan
status bahasa ibu sering digunakan dalam kehidupan sehari-harinya
begitu juga dengan beberapa pedagang Batak yang tidak memahami
bahasa Indonesia.
2) Streotip
Streotip adalah adanya suatu pemikiran atau persepsi terhadap
pelaku komunikasi baik tentang kebudayaan atau yang lain, mau
tidak mau ikut mempengaruhi cara orang dalam berkomunikasi di
dalamnya. Selain itu streotip yang buruk akan berdampak kurang
baik bagi proses komunikasi yang dilakukan.
Seperti peneliti temukan ketika malakukan observasi dan
wawancara. Peneliti menemukan beberapa kendala ketika melakukan
komunikasi dengan Syahrial yang kurang menyukai karakter dari
pedagang etnik Batak dikarenakan sifat dari orang batak itu yang
keras, kadang kala perkataanya dapat menyinggung perasaan
sehingga menimbulkan keributan. Begitu juga dengan orang batak
yang tidak menyukai etnik minang dikarenakan enik minang lebih
mudah berbaur dengan pedagang dan pembeli dari suku lain dikarena
faktor kepercayaan yang sama.sehingga kedua belah etnik terjebak
dalam streotip etnis masing masing.
3) Karakteristik dari Individu
Setiap komunikasi pada umunya di pengaruhi oleh watak
komunikator dan komunikan itu sendiri. Jika komunikator
menunjukan sikap keakraban maka komunikannya akan melakukan
feedback yang serupa. Namun sebaliknya jika komunikator
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
58
menunjukan sikap yang kurang baik maka bisa saja komunikan juga
memberikan respon yang kurang baik.
Selain watak, karakteristik komunikator dan komunikan juga perlu
di perhatikan. Karakteristik ini meliputi tingkat pendidikan, usia,
jenis kelamin, dan sebagainya yang perlu di pahami oleh pelaku
komuniksai.hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa pedagang
Minang maupun Pedagang etnik Batak yang sudah berumur dan yang
tidak pernah mengeyam pendidikan tinggi, sehingga kesulitan
berkomunikasi dengan sesame pedagang maupun orang lain.
b. Faktor pendukung
Faktor yang berpengaruh terhadap proses komunikasi antara pedagang
enik Minang dan Pedagang etnik Batak sekaligus menjadi faktor pendukung
adalah:
Pertama, ketika keduanya dapat saling memahami dan saling menghargai
budaya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat tidak adanya terjadi
konflik pada setiap informan yang peneliti wawancarai, bahkan proses
penelitian yang peneliti lakukan berjalan lancar dan tidak ada kendala.
Kedua, dari segi bahasa para pedagang disini menggunakan bahasa
Indonesia pada umumnya dan sebagian lagi menggunakan bahasa Daerah
menjadikan bahasa kedua untuk memeperat komunikasi diantara dua etnik,
apalagi bahasa Minang menjadi bahasa Favorit diantara dua etnik ini.
Ketiga, yaitu dari segi keakraban diantara dua etnik ini sangatlah kompak
diakarenakan kawasan pasar Cik Puan sangatlah terbuka dan luas, sehingga
para pedagang sudah saling kenal satu dengan yang lainnya walaupun jarak
mereka saling berjauhan.
4.2.4 proses komunikasi antarbudaya pedagang etnik Minang dan Pedagang
etnik Batak di Pasar Cik Puan Pekanbaru
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antara satu
orang yang berbeda budaya dengan orang yang berbeda kebudayaannya.
Komunikasi yang terjadi diantara pedang etnik Minang dan Pedagang etnik
Batak sangatlah baik. Hal itu bisa di saksikan ketika Pedagang Batak yang
melakukan komunikasi dengan Pedagang minang dengan menggunakan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
59
bahasa minang. Dan itu tentu hal sangat mustahil dilakukan oleh orang yang
memiliki kebudayan yang berbeda.
Jika kita merasakan jadi salah satu pedagang di pasar Cik Puan , maka
kita akan merasaka apa itu rasanyanya punya keluarga dipasar. Hal itu telah
peneliti rasakan ketika melakukan observasi secara langsung.
Berdasarkan penyajian data yang di peroleh oleh peneliti dapat dipastikan
serta di analisis bahwa proses komunikasi yang terjadi di Pasar Cik Puan
Pekanbaru antara etnik Minang dan etnik Batak yang memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda di lakukan melalui tatap muka secara
langsung. Hal ini agar dapat memberikan proses komunikasi Antarbudaya
bisa berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.
Perbedaan budaya bukanlah menjadi hambatan bagi setiap pedagang
etnik Minang maupun etnik Batak, perbedaan itu bisa menjadi acuan bagi
mereka untuk saling berbagi kebudayaan di pasar Cik Puan Pekanbaru.
Dalam hal ini masing-masing individu juga memberikan respon secara
nonverbal jika seandainya salah satu pihak tidak memahami pola bahasa
yang digunakan oleh salah satu pedagang dari kebudayaan yang berbeda itu
sendiri
Komunikasi verbal yang digunakan oleh setiap etnik itu sangatlah
berbeda tidak terkecuali bagi etnik Minang. Bahasa Minang merupakan salah
satu bahasa utama yang digunakan oleh para pedagang di pasar Cik Puan dan
sebagiannya lagi menggunakan bahasa Indonesia jika tidak memahami
dalam menggunakan bahasa minang. Akan tetapi pedagang Etnik batak
sebagian kecil sudah mengerti dan memahami dari cara tata bahasa pedagang
Minang , tentu saja ini menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang
berbelanja di pasar Cik Puan ini
Komunikasi non verbal yang digunakan dalam proses adaptasi ini
adalah lambang dan simbol yang dapat mendukung komunikasi verbal
dilakukan hal itu dapat dilihat dari para pedagang yang baru pertama kali
berdagang di pasar Cik Puan, baik pedagang etnik Minang, Maupun dari
Etnik Batak. Komunikasi non verbal akan terjadi serta terlihat dari Para
pedagang Minang maupun Batak yang sudah lama berjualan di pasar Cik
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
60
Puan. Hal itu bisa terlihat dari mimik wajahnya terlihat kusam, serta
melakukan penggusuran terhadap pedagang baru.
Proses komunikasi yang terjadi diantara pedagang etnik Minang dan
pedagang etnik Batak untuk menjaga silahturahmi mereka yaitu dengan cara
saling menghormati satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat ketika pada
hari jum‟at para pedagang Minang yang ingin melaksanakan shalat Jum‟at ,
maka para pedagang minang menitipkan barang daganganya kepada para
pedagang etnik Batak yang mana sebagian besar pedagang etnik Batak itu
beragama Kristen protestan dan khatolik. Begitu juga sebaliknya pada hari
minggu para pedagang Batak juga melakukan hal yang sama, yaitu
menitipkan dagangannya kepada para pedagang etnik Minang yang mana
sebagian besar pedagang etnik Minang beragama islam dan tidak
melaksanakan ibadah pada hari minggu tersebut, sehingga proses
komunikasi diantara dua pedagang yang berlatar belakang kebudayaan
berbeda terlihat saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Setiap hari pedagang etnik Minang dan Pedagang etnik Batak
melakukan interaksi dan komunikasi antarpribadi berdasakan atas kebutuhan
informasi, pengetahuanyang dimiliki, pengalaman pribadinya, dalam
menyagkut kehidupan sehari harinya. Hal itu terlihat ketika peneliti
melakukan observasi, dimana para pedagang Minang dan Batak terlihat
saling bercanda dalam hal kecil maupun hal besar.
Dengan melakukan komunikasi antarpribadi bagi setiap pedagang etnik
Minang maupun Batak bisa memberikan solusi atas apa saja permasalahan
yang terjadi baik menyangkut kehidupan pribadi maupun kehidupan diluar,
sehingga rasa kekeluargaan pada setiap pedagang Minang dan Batak terlihat
harmonis dan saling berbagi. Akan tetapi sebagian kecil pedagang Minang
dan pedagang Batak melakukan hal yang sangat merugikan dikarenakan
sebagian pedagang minang menilai bahwa pedagang batak itu mempunyai
nalar yang kasar, dan sebagian pedagang etnik Batak menilai para pedagang
Minang itu licik, cerdik, dan pelit sehingga faktor itu menjadikan beberapa
pedagang masih memiliki karakteristik streotip yang buruk dari masing
masing etnik tersebut.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
61
Berdasarkan hasil penyajian data yang diperoleh dapat di temukan dan
dianalisis bahwa proses komunikasi antarbudaya yang berlangsung pada para
pedagang yang memeiliki latar belakng kebudayaan yang berbeda dilakukan
melalui proses tatap muka secara langsung. Hal ini dilakukan agar masing-
masing pihak yang berkomunikasi bisa berjalan lancar dan terus menerus,
selain itu proses komunikasi juga menggunakan simbol-simbol komunikasi
verbal dan nonverbal. Serta beberapa faktor budaya,streotip dan karakteristik
masing-masing budaya mempengaruhi terhadap kinerja komunikasi
antarbudaya itu sendiri.
4.2.4 Akulturasi Budaya
Proses akulturasi merupakan salah satu proses komunikasi yang dapat di
temukan pada para pedagang Minang dan Pedagang Batak di Pasar Cik Puan
Pekanbaru. Akulturasi budaya ini mereka lakukan agar mereka bisa
mengenal lebih dekat dengan pedagang yang meiliki latar belakang budaya
yang berbeda. Para pedagang di pasar Cik Puan Pekanbaru mereka
mempelajari kebudayaan dari kebudayaan lain mulai dari tata bahasa, logat,
ilmu pengetahuan. Hal itu bisa terlihat dari beberapa pedagang yang juga
memahami bahasa dari kebudayaan yang berbeda darinya seperti yang di
ungkapakan oleh Midaria Hutapea berikut ini:
“ya, saya berjualan di Pasar Cik Puan sudah lama sejak
tahun 1984, saya bisa bahasa minang , tidak sulit kok. Sudah
lama saya pandai bahasa minang , ya saya gunakan untuk
menawarkan dagangan saya kalau pembelinya orang
minang, apalagi tetangga saya banyak orang minang, kita
bersaudara”
Dalam hal ini terlihat bahwa seiring berjalannya waktu akulturasi
budaya bisa terjadi dengan sendirinya tergantung dari masing-masing
individu dalam menjalin komunikasinya. Hal ini bertujuan agar para
pedagang agar bisa saling mengenal satu dengan lainnya, sehingga
memperkecil terjadinya konflik dikarenakan perbedaan makna bahasa yang
terjadi.
.