BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Mongolato merupakan salah satu puskesmas yang terletak di
kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dan berada di dekat dengan Ibukota
Propinsi Gorontalo. Secara geografis Puskesmas Mongolato mempunyai Luas
wilayah kerja 5.308 Ha dan terdiri dari 9 (Sembilan ) Desa Yaitu : Desa Bulila,
Desa Mongolato, Desa Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga
Barat, Desa Dulohupa, Dan 2 ( Dua ) desa sulit yaitu Desa Dulamayo Selatan dan
Dulamayo Barat.
Puskesmas Mongolato berdiri sejak tahun 1952 dan mempunyai jumlah
tenaga kesehatan yang ada sebanyak 36 orang, yang terdiri dari tenaga dokter
umum 3 orang, dokter gigi 1 orang. Adapun tenaga Kesehatan masyarakat
sebanyak 3 orang, tenaga apoteker 1 orang, tenaga farmasi 1 orang, tenaga
perawat 10 orang dan tenaga bidan 9 orang yang terdiri dari 1 orang bidan yang
bertugas di ruangan KIA dan KB Puskesmas Mongolato serta 8 orang bidan yang
terbagi di setiap desa yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas, perawat gigi
1 orang, petugas sanitasi 2 orang, petugas imunisasi 1 orang, tenaga sanitasi 2
orang, tenaga pekarya 2 orang.
Program kesehatan Puskesmas Mongolato mengacu pada program
kesehatan nasional dengan mempertimbangkan paradigma masyarakat, dimana
masyarakat semakin sadar akan tuntutan pelayanan kesehatan yang lebih optimal,
40
dengan di landasi oleh kesadaran dan keyakinan bahwa kesehatan merupakan hak
azasi manusia, sehingga pemerintah dalam hal ini lembaga pelayanan kesehatan
dituntut peka terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang berkembang
dimasyarakat serta memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada masyarakat.
Program ini di dukung oleh program pemerintah Kabupaten Gorontalo. Dengan
visi Puskesmas adalah Menjadi Puskesmas Terbaik 2015. salah satu program
Diantaranya yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak (KIA) dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) agar tidak terjadi masalah-masalah selama
kehamilan.
4.2 Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen yaitu usia, paritas,
pendidikan, pengetahuan, sikap, maupun independen yaitu kunjungan antenatal
care.
Tabel 4.2.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Puskesmas
Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo. No Usia ibu hamil n Persentase 1. 2.
20-35 Tahun < 20 atau >35 Tahun
24 21
53,3 46,7
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2.1 menunjukkan distribusi ibu
hamil berdasarkan kelompok umur tidak merata untuk masing-masing kelompok
umur. Ibu hamil yang tergolong usia 20–35 tahun sebanyak 24 responden (53,3%)
lebih sedangkan ibu hamil yang tergolong usia < 20 tahun atau > 35 tahun 21
responden (46,7%).
41
Tabel 4.2.2 Distribusi reponden berdasarkan paritas di Puskesmas Mongolato Kec.
Telaga Kab. Gorontalo No Paritas n Presentase 1 2
Primipara Multipara
26 19
57,8 42,2
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.2.2 menunjukkan sebagian besar
ibu hamil dengan paritas < 2 sebanyak 26 responden (57,8%), sedangkan ibu
dengan paritas 2 - 4 hanya ada 19 responden (42,2%).
Tabel 4.2.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendididkan di Puskesmas
Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo. No Tingkat pendidikan n Presentase 1 2
Tinggi Rendah
27 18
60 40
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2.3 peneliti membagi tingkat
pendidikan menjadi dua kategori yaitu tingkat pendidikan tinggi dan rendah. Ibu
hamil berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 27 ibu hamil (60%) lebih tinggi
dibandingkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah yaitu hanya 18 ibu
hamil (40%).
Tabel 4.2.4 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Puskesmas Mongolato
Kec. Telaga Kab. Gorontalo. No Pengetahuan n Presentase 1 2
Baik Kurang
22 23
48,9 51,1
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
42
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2.4 peneliti membagi
pengetahuan responden menjadi dua kategori yaitu pengetahuan baik dan
kurang. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik hanya 22 ibu hamil (48,9%)
lebih rendah dibandingkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang yaitu
sebayak 23 ibu hamil (51,1%).
Tabel 4.2.5 Distribusi responden berdasarkan sikap ibu di Puskesmas Mongolato Kec.
Telaga Kab. Gorontalo. No Sikap n Presentase 1 2
Baik Kurang
31 14
68,9 31,1
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasi penelitian pada tabel 4.2.5 menunjukkan sebagian besar
ibu hamil memiliki sikap baik yaitu sebanyak 31 ibu hamil ( 68,9%), sedangkan
ibu hamil yang memiliki sikap kurang sebanyak 14 ibu hamil (31,1%).
Tabel 4.2.6 Distribusi responden berdasarkan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas
Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo. No Kunjungan Antenatal Care n Presentase 1 2
Lengkap Tidak lengkap
25 20
55, 6 44,4
Total 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2.6 dapat menunjukkan ibu
hamil yang yang melakukan kunjungan antenatal care yaitu sebanyak 25 ibu
hamil (55,6%) sedangkan ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care
secara tidak lengkap sebanyak 20 org (44,4%).
43
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel
independen yaitu usia, paritas, pendidikan, pengetahuan, dan sikap dengan
variabel dependen yaitu kunjungan antenatal care. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
1. Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care.
Tabel 4.3. 1 Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
N o
Usia ibu hamil
Kunjungan antenatal care p- value Lengkap Tidak lengkap Jumlah
n % n % n % 1 2
20-35 Tahun < 20 atau >35
Tahun
18 7
75,0 33,3
6 14
25,0 66,7
24 21
100 100
0,005
Total 25 55,6 20 44,4 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan pada tabel 4.3.1 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
tergolong usia kehamilan (umur 20-35 tahun) sebanyak 24 sampel, dimana ibu
hamil yang melakukan kunjungan lengkap sebanyak 18 responden (75,0%) dan
ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap
sebanyak 6 responden (25,0%). Sedangkan ibu hamil yang tergolong usia
kehamilan (umur <20 atau >35 tahun) sebanyak 21 sampel,dimana ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal secara lengkap sebanyak 7 responden (33,3%)
dan ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak
lengkap sebanyak 14 responden (66,7%).
44
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi- Square
dengan nilai p- value= 0,005< α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antar usia
ibu hamil dengan kunjungan antenatal care.
2. Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Antenatal Care.
Tabel 4.3. 2 Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
N o
Paritas Kunjungan antenatal care
p- value Lengkap Tidak lengkap Jumlah n % n % n %
1 2
Primipara Multipara
19 6
73,1 31,6
7 13
26,9 68,4
26 19
100 100
0,006
Total 25 55,6 20 44,4 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan pada tabel 4.3.2 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
memiliki paritas < 2 (primipara) sebanyak 26 sampel, dimana ibu hamil yang
memiliki paritas < 2 (primipara) melakukan kunjungan lengkap sebanyak 19
responden (73,1%) dan ibu hamil yang memiliki paritas < 2 (primipara) yang
tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 7
responden (26,9%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai jumlah anak > 2
(multipara) sebanyak 19 sampel, dimana ibu hamil yang mmiliki paritas > 2
(multipara) yang melakukan kunjungan antenatal secara lengkap sebanyak 6
responden (31,6%) dan ibu hamil yang memiliki paritas > 2 (multipara) yang
tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 13
responden (68,4%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi- Square
dengan nilai p- value= 0,006 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
paritas/jumlah anak dengan kunjungan antenatal care.
45
3. Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care.
Tabel 4.3. 3 Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care Di
Puskesmas Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo.
N o
Pendidikan Kunjungan antenatal care
p- value Lengkap Tidak lengkap Jumlah n % n % n %
1 2
Tinggi Rendah
19 6
70,4 33,3
8 12
29,6 66,7
27 18
100 100
0,014
Total 25 55,6 20 44,4 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan pada tabel 4.3.3 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 27 sampel, dimana ibu hamil yang
melakukan kunjungan lengkap sebanyak 19 responden (70,4%) dan ibu hamil
yang tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 8
responden (29,6%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah
sebanyak 18 sampel, dimana ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
secara lengkap sebanyak 6 responden (33,3%) dan ibu hamil yang tidak
melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 12 responden
(66,7%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi- Square
dengan nilai p- value= 0,014 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal care.
46
4. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care.
Tabel 4.3. 4 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care Di
Puskesmas Mongolato Kec. Telaga Kabupaten Gorontalo.
N o Tingkat
pengetahuan
Kunjungan antenatal care p- value Lengkap Tidak lengkap Jumlah
N % N % N % 1 2
Baik Kurang
17 8
77,3 34,8
5 15
22,7 65,2
22 23
100 100
0,004
Total 25 55,6 20 44,4 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan pada tabel 4.3.3 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 22 sampel, dimana ibu hamil yang
melakukan kunjungan lengkap sebanyak 17 responden (77,3%) dan ibu hamil
yang tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 5
responden (22,7%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang
sebanyak 23 sampel, dimana ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
secara lengkap sebanyak 8 responden (34,8%) dan ibu hamil yang tidak
melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 15 responden
(65,2%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi- Square
dengan nilai p- value= 0,004 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan antenatal care.
47
5. Hubungan sikap Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care.
Tabel 4.3. 5 Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care Di
Puskesmas Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo.
N o Sikap Kunjungan antenatal care
p- value Lengkap Tidak lengkap Jumlah N % N % N %
1 2
Baik Kurang
22 3
71,0 21,4
9 11
29,0 78,6
31 14
100 100
0,004
Total 25 55,6 20 44,4 45 100 Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan pada tabel 4.3.5 menunjukkan bahwa ibu hamil yang
mempunyai sikap yang baik sebanyak 31 sampel, dimana ibu hamil yang
melakukan kunjungan lengkap sebanyak 22 responden (71,0%) dan ibu hamil
yang tidak melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 9
responden (29,0%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai sikap kurang
sebanyak 14 sampel, dimana ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
secara lengkap sebanyak 3 responden (21,4%) dan ibu hamil yang tidak
melakukan kunjungan antenatal care secara tidak lengkap sebanyak 11 responden
(78,6%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi- Square
dengan nilai p- value= 0,004 < α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan antar
sikap ibu hamil dengan kunjungan antenatal care.
4.4 Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan utuk melihat lebih dari satu variabel yang
paling berhubungan dengan kunjungan antenatal care.
1. Besarnya hubungan masing – masing variabel (usia, paritas, pendidikan,
pengetahuan, dan sikap) terhadap kunjungan antenatal care.
48
Tabel 4.4.1 Hubungan Masing – Masing Variabel Terhadap Kunjungan Antenatal Care
DI Puskesmas Mongolato Kec. Telaga Kab. Gorontalo. No Variabel Wald Exp (B) 1 Paritas 7.995 0.038 2 Sikap 4.274 0.101 3 Pengetahuan 3.700 0.157 4 Umur 2.416 0.213 5 Pendidikan 0.130 1.422
Berdasarkan table 4.4.1 diatas menunjukkan bahwa dari hasil analisis
multivariat, dapat diketahui dari ke 5 variabel (umur, paritas, pendidikan,
pengetahuan, sikap) yang hubungan terhadap kunjungan antenatal care. Di
urutkan berdasarkan variabel yang paling berhubungan yaitu paritas dengan nilai
Wald sebesar 7.416 dan Exp (B) 0.038, kemudian sikap dengan nilai Wald 4.274
dan Exp(B) 0.101, setelah itu disusul oleh pengetahuan dengan nilai Wald 3.700
dan Exp(B) 0.157, kemudian umur dengan nilai Wald sebesar 2.416 dan Exp(B)
0.213 dan urutan yang paling terakhir yaitu pendidikan dengan nilai Wald 0.130
dan Exp(B) 1.422.
2. Menilai kualitas rumus yang diperoleh dari analisis multivariat.
Kualitas rumus yang diperoleh dapat dinilai berdasarkan diskriminasi dan
kalibrasi.
a. Diskriminasi
Diskriminasi dilihat berdasarkan Area Curve (AUC) pada analisis ROC,
suatu rumus dikatakan memiliki diskriminasi yang baik jika nilai AUC semakin
mendekati angka 1. Pada analisi multivariat, nilai AUC yang diperoleh adalah
0.093, dengan demikian dapat dikatakan persamaan yang diperoleh memiliki
diskriminasi kategori yang lemah.
49
b. Kalibrasi
Kalibrasi dinilai berdasarkan uji Hosmer and Lameshow Test. Suatu
rumus dikatakan memiliki kalibrasi yang baik apabila nilai p > 0,05 pada uji
Hosmer and Lameshow Test. Pada analisis multivariat, nilai p pada uji Hosmer
and Lameshow Test yang diperoleh adalah 0.805, dengan demikian dapat
dikatakan persamaan yang diperoleh memiliki kalibrasi kategori yang baik.
4.5 Pembahasan
1. Usia Ibu Hamil
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel
4.3.1 diperoleh p value 0,005 < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara
usia ibu hamil dengan kunjungan antenatal care di puskesmas mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Umur sangat mempengaruhi proses reproduksi. Seorang ibu
sebaiknya hamil pada umur 20 - 35 tahun, karena masa ini merupakan
masa yang aman untuk hamil. Mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian
tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan. Selain itu pada umur
tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi seorang ibu.
Lain halnya dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan
panggulnya belum berkembang dengan baik, sehingga perlu diwaspadai
adanya kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan
kehamilan. Sedangkan ibu yang berumur di atas 35 tahun, kesehatan dan
keadaan rahimnya sudah tidak seperti umur 20 - 35 tahun, sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan.
50
Hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa ibu hamil
yang tergolong dalam usia baik yaitu 20-35 tahun memiliki presentase
lebih tinggi dalam melakukan kunjungan antenatal care sebesar 75,0%
dibandingkan ibu hamil yang tergolong usia kehamilan < 20 atau > 35
tahun sebesar 33,3% dalam melakukan kunjungan antenatal care.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa ibu
hamil yang yang usia tergolong 20-35 tahun lebih banayak melakukan
kunjungan antenatal care bila dibandingkan dengan ibu hamil yang
tergolong usia kurang dari 20 tahun atau pun lebih dari 35 tahun. Hal ini
karena ibu yang tergolong usia 20-35 memiliki kesiapan untuk hamil
dimana dalam proses kehamilan diperlukan kematangan psikologis
seorang ibu, kesabaran, pemahaman kebutuhan ibu hamil dan ketrampilan
yang dimiliki demi untuk keselamatan dalam proses persalinan. Dan pada
penelitiaan ini juga tampak usia ibu hamil yang tergolong kurang dari 20
tahun atau pun lebih dari 35 tahun masih sangat kurang untuk melakukan
antenatal care secara selangkap seharusnya ibu hamil yang usi tergolong
mudah atau kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun harus lebih
efektif lagi untuk melakukan kunjungan antenatal care karena di usia yang
tergolong kurang baik ini lebih banyak mengalami kesulitan dalam proses
kehamilan dimana dalam usia kurang dari 20 tahun kematangan rahim dan
psikologis seorang wanita belum begitu baik dan di usia lebih dari 35
tahun sudah tergolong kehamilan beresiko karena bisa mengalami
51
preeklamsi dan eklamsi saat menjalani proses kehamilan dikarenakan
bukanlah usia yang baik untuk menjalani kehamilan.
Hasil ini sejalan dengan konsep menurut Rohmah (2010) yaitu
kesiapan ibu hamil dalam mengikuti pelayanan antenatal bermakna dengan
perubahan yang terjadi akibat proses pertumbuhan dan perkembangan
(bertambahnya umur) dan interaksi dengan latar belakang pengalaman.
Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan
dan mengikuti pelayanan antenatal, apabila terlalu muda atau terlalu tua
mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal. Dalam
hal ini ada kesesuaian antara teori tersebut dengan hasil analisis yaitu
banyaknya kelompok umur ibu hamil antara 20–35 tahun yang
memanfaatkan kunjungan antenatal secara lengkap dibandingkan dengan
kelompok umur ibu hamil < 20 atau > 35 tahun.
Pada penelitian lain yang dilakukan Hariastuti (2003) yang
menunjukkan adanya distribusi yang bermakna antara umur dengan
kunjungan antenatal secara lengkap, yaitu pada ibu yang berumur 20 - 35
tahun mempunya peluang 1,56 kali untuk memanfaatkan pelayanan
antenatal, dibandingkan dengan ibu yang berumur < 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan yaitu bidan harus lebih banyak
melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil agar mereka lebih sering
melakukan kunjungan antenatal care karena di usia yang terlalu muda dan
usia yang lebih tua sebagian besar mengalami penyulit pada saat hamil.
52
2. Paritas
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.3.2
diperoleh p value 0,006 < α 0,05 hal ini berarti ada hubungan antara
paritas/ jumlah anak dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas
Mongolato Kecamaatan Telaga.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dialami oleh
seorang wanita Bagi ibu yang baru pertama kali hamil, antenatal care
merupakan suatu hal yang baru sehingga memiliki motivasi tinggi dalam
memeriksakan kehamilannya pada pelayanan kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali mempunyai anggapan
bahwa ia sudah memiliki pengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya (BKKBN, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo diperoleh bahwa kelompok ibu
yang memiliki paritas < 2 (primipara) yang lebih banyak melakukan
kunjungan antenatal care secara lengkap sebesar 73,1% lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok ibu hamil yang memiliki anak > 2
(multipara) sebesar 31,6%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa ibu
hamil yang mempunyai anak < 2 lebih rajin dan teratur memeriksakan
kehamilannya dibanding ibu yang mempunyai anak banyak > 2
(multipara), hal ini dikarenakan ibu hamil yang mempunyai anak < 2 atau
primipara lebih termotivasi untuk melakukan kunjungan antenatal care
53
dan sangat mengharapkan kehamilannya baik-baik saja sehingga ia
memeriksakan kehamilannya secara teratur agar selama kehamilannya
tidak ada masalah yang terjadi sehingga berakhir dengan baik dan
mendapatkan anak yang sehat dan tidak tidak terjadi masalah pada bayi
yang dilahirkan, dan pada penelitian ini juga masih tamapak sebagian kecil
ibu hamil yang mempunyai anak > 2 (multipara) tidak melakukan
kunjungan antenatal care secara lengkap karena mereka lebih merasa
memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam proses kehamilan sampai
melahirkan sehinggga mereka tidak begitu perduli dengan program
pemerintah yang dicanakan dalam hal ini pemeriksaaan kehamilan (ANC),
terlebih lagi bila selama kehamilannya ibu tidak mengalami peristiwa atau
pun kejadian seperti pendarahan yang banyak dan lama mungkin tidak
merasa perlu untuk memeriksakan kehamilannya. Mereka tidak menyadari
bahwa dalam melakukan antenatal care ibu hamil dapat mengetahui apa
yang terjadi dengan keadaan tubuhnya dan kelainan pada janin yang
dikandungnya.
Penelitian Simanjuntak (2002) yang mengungkapkan bagi ibu yang
hamil pertama kali, kunjungan antenatal care merupakan suatu hal yang
baru sehingga ibu memiliki motivasi yang tinggi dalam memeriksakan
kehamilannya di pelayanan kesehatan. Sebaliknya semakin banyak ibu
memiliki riwayat melahirkan, kunjungan antenatal care menjadi
berkurang karena ia menganggapp memiliki pengalaman yang cukup
sehingga kurang termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
54
Dalam penelitian Hariastuti (2003) terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas dengan frekuensi pemanfaatan pelayanan
antenatal, dari hasil analisis tersebut ibu dengan paritas kurang dari 2 anak
mempunyai peluang 2 kali untuk memanfaatkan pelayanan antenatal lebih
atau sama dengan 4 kali dibandingkan dengan ibu yang paritasnya 2-4
anak.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus lebih sering memotivasi
semua ibu hamil untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan,
agar semua ibu hamil dapat dimonitoring keadaan ibu dan bayinya
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi baik dalam masa
kehamilan, persalinan maupun masa nifas.
3. Pendidikan ibu
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.3.3
diperoleh p value 0,014< 0,05 hal ini berarti bahwa ada hubungan
pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas
Mongolato.
Pendidikan sangat penting bagi seseorang dimana pendidikan
formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori
dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan
kepribadian. Dalam hubunganya dengan pelayanan kesehatan, bila
seseorang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka
akan mempercepat penerimaan pesa-pesan, informasi yang disampaikan
tentang manfaat dan jenis pelayanan yang disediakan.
55
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo diperoleh bahwa responden
memiliki latar latar belakang pendidikan yang beragam mulai dari tingkat
pendidikan SD sampai dengan perguruan tinggi. Pada penelitian ini
responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebesar 70,4% masih
sangat jauh dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan rendah sebesar 33,3%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang khususnya ibu hamil semakin baik
pula melakukan kunjungan antenatal care karena pendidikan merupakan
hal yang penting dengan pendiddikan ibu hamil yang tinggi dapat
mendukung pengetahuan dan informasi-informasi yang dimilikinya
sehingga dapat memacu ibu hamil dalam melakukan antenatal care demi
keselamatan dirinya dan lebih khusus pada janin yang sedang
dikandungnya. Dan pada penelitian ini ini juga masih tampak sebagian
kecil ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, dengan
pendidikan yang rendah pula menyebabkan kurangnya pengetahuan
seorang ibu terhadap pentingnya antenatal care secara teratur karena
mereka masih kurang menemukan informasi-informasi yang baru tentang
masalah kesehatan khususnya pemeriksaan kehamilan (ANC) selain itu
masih juga di pengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam
memutuskan suatu hal, termasuk dalam hal kunjungan antenatal care.
56
Pendidikan lebih tingi memiliki pandangan lebih luas tentang suatu hal
dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan yang baru
sedangkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang kurang
memyebabkan daya intelektualnya masih terbatas sehingga perilakunya
masih dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tura (2007)
mengungkapkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan lebih mudah menerima informasi yang diberikan kepadanya serta
memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada ibu dengan tingkat
pendidikan rendah.
Penelitian Watti (2011) yang mengungkapkan terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal care.
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu hamil, frekuensi kunjungan
antenatal semakin meningkat. Pendidikan yang tinggi mencerminkan
pengetahuan yang dimiliki semaki baik dan mempengaruhi seseorang
dalam menerapkannya terhadap pelaksanaan antenatal care.
4. Pengetahuan Ibu
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.3.4
diperoleh p value 0,004 < 0,05 hal ini berarti bahwa ada hubungan
pengetahuan ibu dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas
Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Keadaan ini mencerminkan bahwa secara parsial mempunyai
keeratan hubungan pengetahuan dengan kunjungan antenatal care, artinya
57
semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi ibu hamil melakukan
kunjungan antenatal care. pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang
kunjungan antenatal care mempengaruhi dirinya dalam bertindak untuk
menghindari kejadian yang beresiko pada masa kehamilan.
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
rangka merubah pola pikir dan prilaku dalam lingkungan masyarakat, oleh
sebab itu semakin tinggi pengetahuan yang di miliki seseorang khususnya
ibu hamil semakin baik pula tindakan yang di ambil dalam hal ini
kunjungan antenatal care.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo diperoleh bahwa responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 77,3% masih jauh berbeda
bila dibandingkan dengan pengetahuan kurang sebesar 34,8%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu semakin baik pula khusunya untuk
kunjungan antenatal care karena dengan pengetahuan yang baik dapat
membuka cakrawala berpikir ibu hamil sehingga lebih mengetahui tentang
manfaat dilakukannya antenatal care (ANC) bagi dirinya serta bayi yang
dikandungnya. Selain itu, ibu hamil yang mempunyai pengetahuan baik
mengetahui kapan sebaiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan pertama
kali. Dengan pengetahuan yang baik pula akan lebih menjaga
kesehatannya selama kehamilannya sampai tiba proses melahirkan. Dan
pada peneltian ini juga masih tampak sebagian kecil ibu hamil yang
58
mempunyai pengetahuan rendah dikarenakan kurangnya informasi yang
didapatkan atau pun kurangnya pengetahuan tentang antenatal care yang
di miliki ibu sehingga masih ada sebagian kecil ibu hamil yang tidak
melakukan kunjungan antenatal care secara lengkap. selain itu dengan
pengetahuan yang kurang terhadap pemeriksaan selama kehamilan
merupakan penyebab utama terjadinya kematian pada saat melahirkan.
Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan
tindakan. Jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap
kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga
kesehatan dan memotivasi untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Ibu
hamil yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan selama
kehamilan akan termotivasi untuk menjaga kehamilannya dengan
melakukan antenatal care yang teratur (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian yang dilakukan Watti (2011) mengungkapkan bahwa
semakin baik pengetahuan yang ibu hamil miliki, semakin mudah pula
mereka memahami dan menerima Kunjungan antenatal care sebagai suatu
bentuk pelayanan kesehatan yang digunakan untuk memonitor kondisi
kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan.
Dan penelitian lain yang dilakukan Twinn & Yim (2011) bahwa
ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan selama
kehamilannya akan termotivasi untuk menjaga kehamilan dengan
melakukan antenatal care secara teratur.
59
Oleh sebab itu tenaga kesehatan yaitu bidan lebih banyak
melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil khususnya yang
berpengetahuan kurang agar mereka lebih sering melakukan kunjungan
antenatal care.
5. Sikap Ibu
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.3.5
diperoleh p value 0,004 < 0,05 hal ini menunjukka bahwa ada hubungan
sikap ibu dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu, sikap
disposisi tindakan atau prilaku.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa ibu hamil
yang memiliki sikapyang kategori baik terhadap kunjungan antenatal care
sebesar 71,0% masih jauh bila dibandingkan dengan ibu hamil yang
memiliki sikap yang kategori kurang terhadap kunjungan antenatal care
sebesar 21,4%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa ibu
hamil yang mempunyai sikap tentang antenatal care kategori baik lebih
banyak yang melakukan kunjungan antenatal care sesuai dengan umur
kehamilan yang baik, dengan sikap yang baik pula ibu hamil selalu
berkeinginan untuk melakukan antenatal care karena mengingat dirinya
60
sedang hamil dan harus sering melakukan kunjungan untuk memeriksakan
kehamilanya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor sikap dengan kunjungan
antenatal care merupakan variabel yang saling berkaitan dengan
kelengkapan kunjungan antenatal care, dimana dengan sikap yang baik
terhadap kehamilan ibu hamil akan selalu mengetahui kondisi kesehatan
untuk diri dan bayi yang dikandungnya disetiap melakukan kunjungan
antenatal care. Dan pada peneltian ini juga masih tampak sebagian kecil
ibu hamil yang memiliki sikap kurang terhadap kunjungan antenatal care,
ini dikarenakan ibu hamil masih kurang tanggap dalam hal kunjungan
antenatal care. Selain itu ibu hamil yang mempunyai sikap yang kurang
terhadap pemeriksaan kehamilan tidak menyadari bahwa tindakan ataupun
sikap yang mereka lakukan dapat mempengaruhi selama proses kehamilan
karena tidak mengetahui bagaimana kondisi saat ini yang sedang
dialaminya selama hamil.
Lebih lanjut aspek sikap dalam pemeriksaan kehamilan dapat
dijelaskan menurut pendapat Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari
berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab. Mengacu kepada tingkatan sikap yang disebutkan di
atas dapat dijelaskan bahwa tingkatan sikap ibu hamil di Puskesmas
Mongolato terhadap kunjungan antenatal care dengan persentase terbesar
tergolong pada kategori baik dapat dikelompokkan pada tingkatan
menerima dan mampu merespon.
61
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adri (2008) menyatakan
bahwa ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap antenatal care lebih
banyak melakukan antenatal care dari pada ibu dengan sikap negatif
terhadap antenatal care.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan khususnya bidan harus lebih giat
untuk melakukan survey terhadap ibu-ibu hamil agar mereka lebih sering
melakukan kunjungan antenatal care.