BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

16
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim di Desa Sumber Makmur memiliki curah hujan yaitu 2.800 mm dengan bulan hujan 7-8 bulan dan suhu rata-rata harian 28 °C. Tinggi tempat di desa tersebut yaitu 28 mdpl dengan bentang wilayah datar. Beberapa kegunaan lahan di Desa Sumber Makmur yaitu untuk lahan perkebunan seluas 588 hektare, pemukiman 301 hektare, dan sisanya adalah untuk fasilitas umum. Jenis perkebunan di Desa Sumber Makmur yaitu berupa perkebunan sawit seluas 235 hektare dan perkebunan karet seluas 353 hektare. Selain perkebunan, terdapat juga lahan untuk tanaman pangan yaitu berupa jagung seluas 2 hektare dan singkong seluas 10 hektare. Pemeliharaan peternakan di Desa Sumber Makmur berupa sapi, ayam, kambing, dan bebek dengan total populasi secara keseluruhan sebanyak 1.144 ekor. Jumlah penduduk Desa Sumber Makmur ada sebanyak 2.027 jiwa, dengan komposisi penduduk lelaki ada sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.069 jiwa. Adapun kepadatan penduduk desa adalah 228 orang / km 2 . Batas Desa Sumber Makmur yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Catur Karya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penawar Rejo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Agung Dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Penawar Jaya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sumber Makmur dapat dilihat pada tabel 4.1. Pekerjaan warga Desa Sumber Makmur terbanyak adalah berprofesi sebagai buruh swasta sebanyak 536 jiwa (26%), dalam hal ini pekerjaan buruh swasta yang dimaksud adalah yang bekerja pada sektor hilirisasi pabrik pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud adalah yang bekerja sebagai wirausaha seperti tukang cukur, tukang jahit, montir bengkel, dan lainnya.

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten

Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim di Desa

Sumber Makmur memiliki curah hujan yaitu 2.800 mm dengan bulan hujan 7-8

bulan dan suhu rata-rata harian 28 °C. Tinggi tempat di desa tersebut yaitu 28

mdpl dengan bentang wilayah datar. Beberapa kegunaan lahan di Desa Sumber

Makmur yaitu untuk lahan perkebunan seluas 588 hektare, pemukiman 301

hektare, dan sisanya adalah untuk fasilitas umum. Jenis perkebunan di Desa

Sumber Makmur yaitu berupa perkebunan sawit seluas 235 hektare dan

perkebunan karet seluas 353 hektare. Selain perkebunan, terdapat juga lahan

untuk tanaman pangan yaitu berupa jagung seluas 2 hektare dan singkong seluas

10 hektare. Pemeliharaan peternakan di Desa Sumber Makmur berupa sapi, ayam,

kambing, dan bebek dengan total populasi secara keseluruhan sebanyak 1.144

ekor.

Jumlah penduduk Desa Sumber Makmur ada sebanyak 2.027 jiwa, dengan

komposisi penduduk lelaki ada sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 1.069 jiwa. Adapun kepadatan penduduk desa adalah 228 orang / km2.

Batas Desa Sumber Makmur yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Catur

Karya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penawar Rejo, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Agung Dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa

Penawar Jaya.

Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sumber Makmur dapat dilihat pada

tabel 4.1. Pekerjaan warga Desa Sumber Makmur terbanyak adalah berprofesi

sebagai buruh swasta sebanyak 536 jiwa (26%), dalam hal ini pekerjaan buruh

swasta yang dimaksud adalah yang bekerja pada sektor hilirisasi pabrik

pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud

adalah yang bekerja sebagai wirausaha seperti tukang cukur, tukang jahit, montir

bengkel, dan lainnya.

16

Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumber Makmur

No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Buruh Swasta 536 68,6

2 Buruh Tani 80 10,2

3 Pedagang 50 6,4

4 Petani 24 3,1

5 Peternak 20 2,6

6 PNS 17 2,2

7 Guru 8 1

8 Bidan 1 0,1

9 Pekerjaan lainnya 45 5,8

Jumlah 781 100

Sumber : Data Mata Pencaharian Kelurahan Sumber Makmur Tahun 2015

Pengambilan 40 responden berasal dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet

milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo,

Kabupaten Tulang Bawang. Nama ketiga perusahaan tersebut adalah

CV.SINTUA, CV.KEMI JAYA, dan CV.STP. Luas lahan di CV.SINTUA adalah

50 hektare (ha), dimana TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 40 ha dan TBM

(Tanaman Belum Menghasilkan) seluas 10 ha. Usia pohon TM di perusahaan

tersebut berusia 25 tahun. Luas lahan di CV.KEMI JAYA adalah 46 ha, dimana

TM seluas 40 ha dan TBM seluas 6 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut

berusia 20 tahun. Luas lahan di CV.STP adalah 24 ha, dimana TM seluas 20 ha

dan TBM seluas 4 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun.

Sistem alur pekerjaan di semua perusahaan karet di Desa Sumber Makmur

sama, yaitu yang pertama adalah absen kehadiran, kemudian mulai menyadap

getah di blok areal masing-masing, setelah menyadap getah dikumpulkan kedalam

wadah plastik atau ember tampungan yang sudah dibawa oleh setiap buruh,

kemudian getah dibawa ke area titik kumpul untuk ditimbang hasil sadapan

terlebih dahulu, setelah itu karet kemudian dicetak kedalam wadah yang sudah

disiapkan, kemudian setelah dicetak karet kembali ditimbang hasil cetakannya

karena untuk mengetahui susutnya, setelah itu karet disimpan didalam gudang

sampai seminggu kemudian dijual oleh pihak perusahaan.

17

4.2. Gambaran Responden

Dalam penelitian ini menampilkan hasil penelitian tentang produktivitas

buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur dimana gambaran variabel yang

diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan

insentif yang akan dibahas. Apakah variabel-variabel yang dimaksud diatas

berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerjaannya sebagai buruh sadap karet.

Dalam penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 40 responden yang

diambil dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di

Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang.

Pengukuran pendapatan upah berasal dari hasil getah karet yang didapat dalam

kilogram (kg) dikalikan dengan standar upah masing-masing perusahaan dalam

rupiah (Rp), sedangkan pengukuran pendapatan insentif berasal dari yaitu yang

pertama dari tingkat kehadiran, yaitu jika hadir setiap hari selama sebulan

mendapat bonus sebesar Rp.120.000,-/bulan, tetapi jika tidak hadir akan dikurangi

sebesar Rp.5.000,-/hari. Yang kedua yaitu kebersihan getah dalam wadah, apabila

kebersihan getah dijaga setiap hari, akan mendapatkan bonus tambahan sebesar

Rp.20.000,-/bulan, tetapi jika tidak bersih tidak mendapat bonus. Sedangkan

pengukuran pendapatan berasal dari penjumlahan tingkat upah ditambah insentif.

4.2.1. Produktivitas Responden

Tingkat produktivitas responden dapat dilihat pada tabel 4.2. Produktivitas

buruh sadap karet adalah perbandingan hasil sadapan yang dicapai buruh sadap

per bulan. Keberhasilan operasi perusahaan akan tergantung pada produktivitas

kerja dari tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut langsung berhubungan dengan

operasi perusahaan dan pemanfaatan waktu sepenuhnya, juga tergantung pada

mereka. Berdasarkan perhitungan matematis, jenis tingkat produktivitas

responden dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) kelas, yaitu sangat rendah (400-

430 kg), cukup rendah (431-460 kg), rendah (461-490 kg), sedang (491-520 kg),

cukup tinggi (521-550 kg), dan tinggi (551-580 kg). Rata-rata produktivitas kerja

buruh sadap adalah 484,2 kg/bulan.

18

Tabel 4.2. Tingkat Produktivitas Responden

No.

Produktivitas

Kg Tingkat Produktivitas

1 400-430 Sangat Rendah

2 431-460 Cukup Rendah

3 461-490 Rendah

4 491-520 Sedang

5 521-550 Cukup Tinggi

6 551-580 Tinggi

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

4.2.2. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan umur responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi

jenjang umur dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.3 berikut

ini.

Tabel 4.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur

Umur

(Th)

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

Jumlah No. Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

1 23-28 1 2 2 1 - - 6

2 29-34 1 1 2 4 2 - 10

3 35-40 3 2 2 1 4 2 14

4 41-46 1 3 1 - 1 1 7

5 47-52 - - - - 1 - 1

6 53-58 1 - 1 - - - 2

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.3, terlihat pada kelompok umur 23-28 tahun, dari sebanyak 6

buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah

dan rendah. Pada kelompok umur 29-34 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 4

buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada kelompok umur

35-40 tahun, dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki

tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 41-46 tahun, dari

sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas

cukup rendah. Pada kelompok umur 47-52 tahun, dari sebanyak 1 buruh terdapat

19

1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok

umur 53-58 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki

tingkat produktivitas sangat rendah dan rendah. Rata-rata umur buruh sadap karet

adalah 36,4 tahun. Dari tabel diatas tidak terlihat pola distribusi yang

menunjukkan hubungan antara umur dengan produktivitas buruh sadap, dimana

terlihat pola mengacak (tidak teratur) antara umur dan produktivitas buruh sadap

pada tabel.

4.2.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan pendidikan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan

tabulasi jenjang pendidikan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada

tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

No.

Pendidikan

(Th)

Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

Jumlah

1 1-2 - - - - 2 - 2

2 3-4 2 2 - - - 1 5

3 5-6 1 2 2 2 4 1 12

4 7-8 2 1 3 1 - - 7

5 9-10 2 1 2 3 1 1 10

6 11-12 - 2 1 - 1 - 4

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.4, terlihat pada kelompok pendidikan 1-2 tahun, dari sebanyak 2

buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi.

Pada kelompok pendidikan 3-4 tahun, dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh

sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan cukup rendah. Pada

kelompok pendidikan 5-6 tahun, dari sebanyak 12 buruh terdapat 4 buruh sadap

yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 7-8

tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat

produktivitas rendah. Pada kelompok pendidikan 9-10 tahun, dari sebanyak 10

buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada

20

kelompok pendidikan 11-12 tahun, dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap

yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Rata-rata pendidikan buruh

sadap karet adalah 7,025 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan SMP. Dari

tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendidikan

dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola antara pendidikan dan

produktivitas buruh sadap pada tabel.

4.2.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman Kerja

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan pengalaman kerja responden, maka akan diuraikan dengan

menggunakan tabulasi jenjang pengalaman kerja dan jenjang produktivitas seperti

yang tersaji pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman

Kerja

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

No Pengalaman

(Th)

Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

Jumlah

1 3-4 - 1 1 - - - 2

2 5-6 3 6 1 1 - - 11

3 7-8 3 1 1 3 - - 8

4 9-10 1 - 2 1 2 - 6

5 11-12 - - - 1 3 1 5

6 13-14 - - 2 - 2 1 5

7 15-16 - - 1 - 1 1 3

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.5, terlihat pada pengalaman kerja (3-4 tahun), dari sebanyak 2

buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah

dan rendah. Pada pengalaman kerja (5-6 tahun), dari sebanyak 11 buruh terdapat 6

buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada pengalaman kerja (7-8

tahun), dari sebanyak 8 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat

rendah dan sedang. Pada pengalaman kerja (9-10 tahun), dari sebanyak 6 buruh

terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada

pengalaman kerja (11-12 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 3 buruh sadap

21

dengan produktivitas cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (13-14 tahun), dari

sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup

tinggi. Pada pengalaman kerja (15-16 tahun), dari sebanyak 3 buruh terdapat 1

buruh sadap dengan produktivitas rendah, cukup tinggi, dan tinggi. Rata-rata

pengalaman kerja buruh sadap karet adalah 8,8 tahun. Dari tabel diatas mulai

terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pengalaman kerja

dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara

pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap karet.

4.2.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan tingkat upah responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan

tabulasi jenjang tingkat upah dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada

tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah

Tingkat

Upah

(Ribu Rp)

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

Jumlah

No. Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

1 601-650 6 - - - - - 6

2 651-700 1 7 1 - - - 9

3 701-750 - 1 6 1 - - 8

4 751-800 - - 1 5 2 - 8

5 801-850 - - - - 5 2 7

6 851-900 - - - - 1 1 2

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.6, terlihat pada tingkat upah (Rp.601.000,- s/d Rp.650.000,-),

dari sebanyak 6 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.

Pada tingkat upah (Rp.651.000,- s/d Rp.700.000,-), dari sebanyak 9 buruh

terdapat 7 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada tingkat upah

(Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 6 buruh sadap

dengan produktivitas rendah. Pada tingkat upah (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-),

dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas sedang. Pada

tingkat upah (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 7 buruh terdapat 5

22

buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada tingkat upah (Rp.851.000,-

s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan

produktivitas cukup tinggi dan tinggi. Rata-rata tingkat upah buruh sadap karet

adalah Rp.735.150,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang

menunjukkan hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap,

dimana terlihat pola yang teratur antara tingkat upah dengan produktivitas buruh

sadap karet.

4.2.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan insentif responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan

tabulasi jenjang insentif dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel

4.7 berikut ini.

Tabel 4.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

No. Insentif

(Ribu Rp)

Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

Jumlah

1 100-107 2 - - 1 - - 3

2 108-114 - 1 - - - - 1

3 115-121 2 - 1 - 1 - 4

4 122-128 - - 2 1 1 - 4

5 129-135 3 3 3 - 4 1 14

6 136-142 - 4 2 4 2 2 14

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.7, terlihat pada insentif (Rp.100.000,- s/d Rp.107.000,-), dari

sebanyak 3 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.

Pada insentif (Rp.108.000,- s/d Rp.114.000,-), dari sebanyak 1 buruh terdapat 1

buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.115.000,- s/d

Rp.121.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas

sangat rendah. Pada insentif (Rp.122.000,- s/d Rp.128.000,-), dari sebanyak 4

buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif

(Rp.129.000,- s/d Rp.135.000,-), dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap

dengan produktivitas cukup tinggi. Pada insentif (Rp.136.000,- s/d Rp.142.000,-),

23

dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah

dan sedang. Rata-rata insentif buruh sadap karet adalah Rp.130.380,-/bulan. Dari

tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara insentif

dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara insentif

dengan produktivitas buruh sadap karet.

4.2.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan

Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap

berdasarkan pendapatan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan

tabulasi jenjang pendapatan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada

tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan

Produktivitas Buruh Sadap (Kg)

No. Pendapatan

(Ribu Rp)

Sangat

Rendah

(400-430)

Cukup

Rendah

(431-460)

Rendah

(461-490)

Sedang

(491-520)

Cukup

Tinggi

(521-550)

Tinggi

(551-580)

Jumlah

1 701-750 3 - - - - - 3

2 751-800 4 2 - - - - 6

3 801-850 - 5 4 - - - 9

4 851-900 - 1 4 3 - - 8

5 901-950 - - - 3 3 - 6

6 951-1000 - - - - 5 3 8

Jumlah 7 8 8 6 8 3 40

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel 4.8, terlihat pada pendapatan (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari

sebanyak 3 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.

Pada insentif (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 4

buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.801.000,- s/d

Rp.850.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas

cukup rendah. Pada insentif (Rp.851.000,- s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 8

buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif

(Rp.901.000,- s/d Rp.950.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 3 buruh sadap

dengan produktivitas sedang dan cukup tinggi. Pada insentif (Rp.951.000,- s/d

Rp.1.000.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan

produktivitas cukup tinggi. Rata-rata pendapatan buruh sadap karet adalah

24

Rp.865.900,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan

hubungan antara pendapatan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat

pola yang teratur antara produktivitas dengan pendapatan buruh sadap karet.

4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Dan Pembahasan

Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis dan pembahasan terhadap

penelitian yang telah dilakukan dengan menguraikan model dari analisis regresi

berganda dan model dari analisis regresi sederhana.

Analisis terhadap regresi berganda ini menunjukan pengaruh dari variabel

bebas: umur (X1), pendidikan (X2), pengalaman kerja (X3), tingkat upah (X4),

insentif (X5) terhadap variabel tidak bebas : produktivitas buruh sadap (Y),

dengan persamaan sebagai berikut :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5

Y = -4,184 + 0,141 X1 - 1,304 X2 + 1,345 X3 + 0,589 X4 + 0,367 X5

Analisis secara serempak pada model regresi berganda ini dilakukan dengan

melihat nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai

signifikansi masing-masing variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan

parameter model regresi berganda menunjukan nilai koefisien determinasi (R2

adjusted) 0,969. Ini menunjukan sekitar 96,90% variasi dari variabel produktivitas

buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang meliputi : umur,

pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif, sedangkan sisanya 3,1%

variasi dari produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas

lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi berganda diatas. Adapun

signifikansi model regresi berganda ini menunjukan nilai yang signifikan pada

taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (242,115) > F tabel (2,49),

sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara variabel bebas

terhadap Produktivitas (Y). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Dengan melihat hipotesis didalam bab sebelumnya terdapat hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Umur (X1) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y)

2. Pendidikan (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y)

3. Pengalaman (X3) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).

25

4. Upah (X4) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).

5. Insentif (X5) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).

6. Produktivitas (Y) berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Z)

Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai

koefisien regresi dari variabel akan diuji signifikansinya :

H0 = Variabel (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y)

H1 = Variabel (X) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y).

Dasar pengambilan keputusan :

H0 diterima dan H1 ditolak jika nilai t hitung < t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05)

atau jika tingkat signifikansi 95%.

H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai t hitung > t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05)

atau jika tingkat signifikansi 95%.

Tabel 4.9. Hasil Uji Komputasi Regresi Berganda

No Variabel Parameter

Dugaan (b)

Nilai

t hitung

Taraf Uji

(α=0,05)

Tingkat

Signifikansi

1 Konstanta (b0) -4,184 -0,170 0,866 -

2 Umur (X1) 0,141 0,637 0,528 Tidak signifikan

3 Pendidikan (X2) -1,304 (2,428) 0,021 Signifikan

4 Pengalaman kerja (X3) 1,345 2,046 (*) 0,049 Signifikan

5 Tingkat upah (X4) 0,589 19,766 (*) 0,000 Signifikan

6 Insentif (X5) 0,367 2,685 (*) 0,011 Signifikan

R2 adjusted = 0,969 F hitung = 242,115 F tabel = 2,49 t tabel = 2,032

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

4.3.1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Buruh Sadap

Variabel umur (X1) nilai t hitung sebesar 0,637 < t tabel 2,032 dan nilai

signifikansinya adalah 0,528 > 0,05. Sedangkan nilai b1 umur adalah sebesar

0,141 artinya jika umur bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah

0,141 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang

artinya usia (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi

hipotesis tentang umur yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini

26

ditolak, karena umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap

karet di Desa Sumber Makmur.

Umur buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang

termuda berumur 23 tahun dan tertua berumur 56 tahun. Seperti pada tabel 4.3,

menunjukkan distribusi umur terhadap produktivitas tidak berpola teratur

(mengacak), sehingga menyebabkan umur tidak mempengaruhi secara nyata

terhadap produktivitas. Hal ini diduga karena umur tidak menjadi tolak ukur untuk

meningkatkan produktivitas karena keuletan individu setiap buruh sadap di

lapangan berbeda-beda. Menurut Rahmawati (2012), semakin tua umur tenaga

kerja maka produktivitas semakin menurun. Menurut pengalaman di lapangan,

umur tidak selamanya terkait dengan produktivitas, biasanya yang dibutuhkan

produktivitas adalah pengalaman kerja dan teknis faktor pohon. Umur yang tinggi

tidak selalu mempunyai pengalaman yang tinggi, begitu juga umur yang lebih

muda tidak selalu mempunyai pengalaman yang rendah.

4.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Produktivitas Buruh Sadap

Variabel pendidikan (X2) nilai t hitung sebesar (2,428) > t tabel (2,032) dan

nilai signifikansinya adalah 0,021 < 0,05. Sedangkan nilai b2 pendidikan adalah

sebesar -1,304, artinya jika pendidikan bertambah 1 satuan, maka produktivitas

akan berkurang -1,304 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, yang artinya pendidikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pendidikan dalam penelitian ini diterima,

karena pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di

Desa Sumber Makmur.

Pendidikan buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari

yang terendah berpendidikan 2 tahun dan tertinggi berpendidikan 12 tahun. Hal

ini diduga walaupun pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas namun pada

dasarnya produktivitas buruh sadap karet tidak memerlukan pendidikan yang

tinggi karena itu hasil regresinya menunjukkan arah yang negatif. Menurut

pengamatan di lapangan didalam pekerjaan sebagai buruh sadap karet, secara

dominan hanya memerlukan kekuatan tenaga fisik karena buruh sadap pada

umumnya adalah pekerjaan kasar. Berdasarkan pandangan Rahmawati (2012),

pekerjaan kasar yang mengandalkan fisik yang kuat tidak memerlukan pendidikan

27

secara khusus, pendidikan kecenderungan negatif, artinya pendidikan yang tinggi

justru menurunkan produktivitas tenaga kerja. Tetapi jika ada perbaikan

produktivitas didalam perbaikan teknologi, pendidikan menjadi sangatlah penting,

karena penggunaan teknologi didalam pekerjaan membutuhkan kecerdasan

intelektual buruh sadap karet.

4.3.3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Buruh Sadap

Variabel pengalaman (X3) nilai t hitung sebesar 2,046 > t tabel 2,032 dan

nilai signifikansinya adalah 0,049 < 0,05. Sedangkan nilai b3 pengalaman kerja

adalah sebesar 1,345, artinya jika pengalaman kerja bertambah 1 satuan, maka

produktivitas akan bertambah 1,345 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima, yang artinya pengalaman (X3) berpengaruh signifikan

terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pengalaman kerja dalam

penelitian ini diterima, karena pengalaman kerja berpengaruh nyata terhadap

produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur.

Pengalaman kerja buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam,

mulai dari yang termuda berpengalaman 3 tahun dan tertua berpengalaman 15

tahun. Seperti pada tabel 4.5, menunjukkan distribusi pengalaman kerja terhadap

produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan pengalaman kerja

mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Nasir (2008), masa

kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk

perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya.

Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masing-

masing pihak perlu untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki,

keberanian, dan mawas diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga

kerja dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi.

4.3.4. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Buruh Sadap

Variabel tingkat upah (X4) nilai t hitung sebesar 19,766 > t tabel 2,032 dan

nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b4 tingkat upah adalah

sebesar 0,589, artinya jika tingkat upah bertambah 1 satuan, maka produktivitas

akan bertambah 0,589 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, yang artinya tingkat upah (X4) berpengaruh signifikan terhadap

28

produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang tingkat upah dalam penelitian ini

diterima, karena tingkat upah berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh

sadap karet di Desa Sumber Makmur.

Tingkat upah buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai

dari yang upah terkecil Rp.619.000,- dan upah terbesar Rp.856.000,-. Seperti pada

tabel 4.6, menunjukkan distribusi tingkat upah terhadap produktivitas berpola

teratur sehingga menyebabkan tingkat upah mempengaruhi secara nyata terhadap

produktivitas. Menurut Adhadika (2013), besar kecilnya upah yang diberikan

perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

produktivitas kerja karyawan Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah

yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat.

Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat

memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi.

Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja

dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas.

4.3.5. Pengaruh Insentif Terhadap Produktivitas Buruh Sadap

Variabel insentif (X5) nilai t hitung sebesar 2,685 > t tabel 2,032 dan nilai

signifikansinya adalah 0,011 < 0,05. Sedangkan nilai b5 insentif adalah sebesar

0,367, artinya jika insentif bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan

bertambah 0,367 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, yang artinya insentif (X5) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas

(Y). Jadi hipotesis tentang insentif dalam penelitian ini diterima, karena insentif

berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber

Makmur.

Insentif buruh sadap di Desa Sumber Makmur tidak terlalu beragam, mulai

dari insentif Rp.100.000,- – Rp.140.000,-. Seperti pada tabel 4.7, menunjukkan

distribusi insentif terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan

insentif mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Tasunane

(2003), insentif adalah penghargaan yang dirancang untuk mendorong dan

memotivasi pegawai untuk berusaha melampaui performansi normal yang

diharapkan. Sedangkan menurut Govindarajan dan Anthony (2004), sistem

29

insentif didesain agar dapat mempengaruhi perilaku untuk menefektifkan strategi

organisasi, dan memberi dampak pada kinerja organisasi.

4.4. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dan Pembahasan

Analisis terhadap regresi sederhana ini menunjukan pengaruh dari variabel

bebas: produktivitas buruh sadap (Y) terhadap variabel tidak bebas : pendapatan

buruh sadap (Z). Analisis model regresi sederhana ini dilakukan dengan melihat

nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi

variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi sederhana

menunjukan nilai koefisien determinasi (R2 adjusted) 0,950. Ini menunjukan

sekitar 95,00% variasi dari variabel pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh

variabel produktivitas buruh sadap (Y), sedangkan sisanya 5,0% variasi dari

pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang

tidak dimasukan kedalam model regresi sederhana diatas. Adapun signifikansi

model regresi sederhana ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α)

5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (748,592) > F tabel (4,10), sehingga

dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara produktivitas buruh sadap (Y)

terhadap pendapatan buruh sadap (Z), dengan persamaan regresi sederhana

sebagai berikut :

Z = b0 + b1Y

Z = 109,109 + 1,563Y

Tabel 4.10. Hasil Uji Komputasi Regresi Sederhana

No Variabel Parameter

Dugaan (b)

Nilai

t hitung

Taraf Uji

(α=0,05)

Tingkat

Signifikansi

1 Konstanta 109,109 3,926 0,000

2 Produktivitas (Y) 1,563 27,360 (*) 0,000

Signifikan

R2 adjusted = 0,950 F hitung = 748,592 F tabel = 4,10 t tabel = 2,024

Sumber : Analisis Data Primer, 2016

Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

Produktivitas (Y) nilai t hitung sebesar 27,360 > t tabel 2,024 dan nilai

signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b produktivitas adalah

sebesar 1,563, artinya jika produktivitas bertambah 1 satuan, maka pendapatan

akan bertambah 1,563 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

30

diterima, yang artinya produktivitas buruh sadap karet (Y) berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan buruh sadap karet (Z). Jadi hipotesis tentang produktivitas

yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini diterima, karena

produktivitas berpengaruh nyata terhadap pendapatan buruh sadap karet di Desa

Sumber Makmur. Oleh sebab itu, produktivitas buruh sadap yang semakin tinggi

menyebabkan pendapatan buruh sadap semakin tinggi pula.

Menurut Purwanti (2014), pendapatan yang seimbang dengan beban kerja

yang disumbangkan buruh adalah sangat penting, karena pendapatan buruh sadap

karet yang mencukupi bagi buruh akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pribadi sehingga pada akhirnya akan memberikan dorongan bagi buruh didalam

bekerja dan melakukan aktifitas di perusahaan, yang pada akhirnya juga akan

berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan yaitu produksi dan pendapatan

bersih perusahaan. Pada dasarnya pendapatan yang meningkat bagi buruh juga

akan memberikan peningkatan pendapatan bersih bagi perusahaan, sesuatu yang

bersifat saling menguntungkan bagi buruh dan perusahaan.