BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN · 2017. 10. 31. · 30 BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN . Pada bab ini...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN · 2017. 10. 31. · 30 BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN . Pada bab ini...
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menyajikan hasil analisa dari data
yang telah dikumpulkan di Dispenda Kota Kupang untuk
menjawab persoalan penelitian. Sistematika penyajian dimulai
dengan gambaran obyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
hasil pembahasan dan peposisi dari pandangan perilaku beretika
dalam Dispenda, sehingga akan didapat bagaimana perilaku
beretika individu yang ada dalam Dispenda.
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
4.1.1 Profil Dispenda Kota Kupang
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang, yang selanjutnya
disingkat Dispenda Kota Kupang, merupakan entitas Koordinator
dan Pengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang. Dinas
ini awalnya terbentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Indonesia Nomor KUPD.7/12/A-101 Tahun 1978.
Awalnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang berstatus sebagai
Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang dan
dalam tugasnya melakukan kegiatan penagihan Pendapatan Asli
Daerah dan IPEDA pada tahun 1980 s/d 1992 Nama IPEDA
diubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang saat itu
masih gabung dengan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Kupang. Selanjutnya status Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota
Administratif Kupang diganti menjadi Cabang Dinas Pendapatan
31
Daerah Kota Administratif Kupang pada tahun 1983 s/d 1996 yang
dalam tugasnya menangani penagihan PAD dan PBB dari tahun
1992 s/d saat ini. Cabang Dinas diganti nama lagi menjadi Dinas
Pendapatan Kota Madya Kupang pada tahun 1996 s/d 1998 diganti
menjadi Dispenda Kota Kupang tahun 1998 s/d 2008 diganti lagi
menjadi Dispenkeu Kota Kupang pada tahun 2008 s/d Maret 2014
sekarang menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang
tetap dalam menangani dana kepengurusan APBD dan pendapatan
Asli Daerah lainya.
Sejak pembentukan kota Administratif Kupang menjadi
Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang sesuai Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1996 maka dibentuklah Dinas Pendapatan Daerah
Kota Kupang dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I NTT Nomor 20 Tahun 1996. Pada perkembangannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor
34 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas dan Lembaga Teknik Daerah Kota Kupang sekaligus
Pemberian Porsi Tanggung Jawab Dalam Pemungutan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) di wilayah Kota Kupang yang bekerja sama
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang. Selanjutnya
pada tahun 2013 berdasarkan keputusan PBB-P2 dialihkan
menjadi Pajak Daerah.
Nama-nama Pejabat yang memimpin Dinas Pendapatan Daerah
Kota Kupang dari tahun 1980 sampai dengan saat ini dapat dilihat
pada tabel berikut.
32
Tabel 4.1.1
Nama-nama Pejabat yang Memimpin Dispenda
Kota Kupang
No Nama Tahun
Penugasan
Jabatan
1 Yohanes Pah Pena (1980 s/d
1983)
1. Suku Dinas Pendapatan
Kota Administratif.
2 Drs. J. V.
Nenobahan, SH
(1983 s/d
1998)
2. Cabang Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Kupang
sampai tahun 1996 menjadi
Dinas Pendapatan Daerah
Kota Madya Kupang.
3 Jonas Salean,SH.,
M.Si
(1998 s/d
2001)
3. Dispenda Kota Kupang.
4 Winestra E.
Manuhutu, S.I.P
(2001 s/d
2004)
4. Dispenda Kota Kupang.
5 Yohanes Baker, SH (2004 s/d
2005)
5. Dispenda Kota Kupang.
6 Drs. Jakob L.
Tokoh, M.,Si (PH)
(2005 s/d
2008)
6. Dispenda Kota Kupang.
7 Noldi Dethan, SH (2008 s/d
2010)
7. Dispenkeu Kota Kupang.
8 Plt. Esther Muhu.
Dra
(Februari
2010 s/d
Juni 2010)
Dispenkeu Kota Kupang.
9 Alfred A.
Lakabela,S.Pd.,
M.Pd
(Juni 2010
s/d maret
2013)
8. Dispenkeu Kota Kupang.
10 Drs. Ferdinandus
D. Lehot
(Maret 2013
s/d Juni
2013)
Dispenkeu Kota Kupang.
33
S
u
mber : Subag Umum dan Kepegawaian Dispenda Kota Kupang,
2015
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Kupang telah diubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Kupang yang di Kepalai oleh Jeffry Edward Pelt,SH merupakan
instansi pemerintah yang melaksanakan tugas pada bidang
pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah yang melayani
khusus pendataan, penetapan dan penagihan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
melakukan penyuluhan mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan.
Kegiatan utama Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota
Kupang adalah:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum
dibidang pendapatan.
3. Pembianaan dan pelaksanakan tugas dibidang pendapatan.
4. Pembinaan unit pelaksanaan teknis dinas.
5. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan
umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian dan pelaporan.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota dibidang
pendapatan.
11 Plt.. Drs Jakob L.
Tokoh, M.Si
(Juni 2013
s/d Maret
2014)
Dispenkeu Kota Kupang.
12 Jeffry E. Pelt, SH (Maret 2014
s/d
Sekarang)
Dispenda Kota Kupang.
34
4.1.2 Profil Responden
Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah para
pegawai yang ada didalam Dispenda Kota Kupang dan beberapa
wajib pajak. Responden wawancara dalam penelitian kualitatif ini
dipilih sendiri. Dimana jumlah responden bukan mewakili
populasi akan tetapi mewakili informasi yang akan didapat. Guna
mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka
wawancara dilakukan secara personal yang dibagi dalam 3
kategori yaitu: Dispenda/Q (kepala dinas, kepala bidang, kepala
seksi) selaku pihak yang bertanggung jawab dalam internal
organisasi, para staff/R dan honorer/S yang menjadi juru pungut
pajak karena dianggap sebagai pelaku (Oknum yang menjalankan
praktek Ethical Behavior), kemudian wajib pajak/T ditambahkan
hanya sebagai tambahan informasi kinerja dan pelayanan dari juru
pungut pajak. Profil responden dalam wawancara dapat dilihat
dalam Tabel berikut:
Tabel 4.1.2
Profil Responden Kategori
Q,R,S
Kode Jenis kelamin Total Umur Pendidikan Lama
bekerja
Q Laki-laki 4 34 – 50
Tahun
SMA – S2 9 – 29
Tahun
Perempuan 2 35 – 39
Tahun
S1 10 – 15
Tahun
R Laki-laki 4 32 – 44
Tahun
S1 1 – 18
Tahun
Perempuan 2 33 – 43 D3 – S1 5 – 8
35
Tahun Tahun
S Laki-laki 2 27 – 32
Tahun
SMA – S1 1 – 6
Tahun
Perempuan 2 29 – 30
Tahun
S1 1 – 3
Tahun
Ket: Identitas responden diketahui peneliti dan pembimbing
(Sumber: Data Primer)
Profil Responden Kategori T
Nama Jenis Pajak
T1 PBB
T2 REKLAME
T3 VISCA
Ket: Identitas responden diketahui peneliti dan pembimbing
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan tabel tersebut, peneliti berhasil mewawancarai 16
orang responden dari Dispenda Kota Kupang yang memenuhi
kriteria sebagai responden, dan profil responden yang yang peneliti
peroleh ini adalah hasil pembagian dari bidang sekretariat
Dispenda Kota Kupang berdasarkan permintaan jumlah dan
permohonan jumlah responden dari peneliti, setelah didapat nama
dari para responden maka peneliti telah menyaring resoponden
yang relevan dan yang tidak relevan, dimana mayoritas responden
adalah laki-laki sebanyak 10 orang dan responden perempuan
sebanyak 6 orang.
Dilihat dari umur, bahwa rata-rata pegawai Dispenda sudah
diatas umur 25 tahun yang berarti bahwa mereka sudah dewasa
dan mampu menangkap topik percakapan dari peneliti, kemudian
hal ini didukung oleh tingkat pendidikan mayoritas responden
yaitu S1 yang menunjukan bahwa mereka mampu mengerti,
36
menjawab, dan menjabarkan pertanyaan didalam wawancara. Hal
lain yang dinilai peneliti dapat menjawab kebutuhan penelitian
etika di Dispenda Kota Kupang adalah lama bekerja responden
yang mayoritas bekerja diatas 5 tahun, sehingga mampu
memberikan informasi, respon etika, dan cara pandang beretika
didalam kantor dengan lebih akurat.
Kemudian informasi yang didapat oleh peneliti dari hasil
wawancara kepada staff PNS dan honorer dipakai peneliti dengan
cara mengisi dan melengkapi kesenjangan dari pernyataan masing-
masing responden yang hasilnya mirip. Profil responden yang
peneliti peroleh ini memperlihatkan bahwa latar belakang
responden dari faktor jabatan dan struktural dikantor, jenis
kelamin, lama bekerja, umur dan pendidikan justru mampu
menunjukan gaya beretika dan cara pandang etika yang ada
didalam kantor.
Sedangkan 3 responden yang mewakili wajib pajak diambil
oleh penulis secara acak dan yang bersedia diwawancara pada saat
peneliti melakukan observasi di Dispenda, 3 responden ini hanya
sebagai tambahan informasi akan kinerja dan pelayanan dari juru
pungut pajak.
4.2 Hasil Penelitian
Melalui 16 responden dalam hasil penelitian maka perolehan
data penelitian berkaitan dengan persoalan penelitian yang muncul
pada bab 1, yang diwawancarai hanya responden Q, R, dan S,
sedangkan untuk responden T hanya sebagai dampak dari
pelayanan di Dispenda.
37
4.2.1 Hasil Wawancara Persoalan Penelitian 1
Perolehan data untuk persoalan 1 hanya dengan mewawancarai
responden Q, karena telah dibagi menjadi kategori berdasarkan
informasi yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian.
Berikut ini adalah hasil olahan data yang bersumber dari para
responden :
38
Persoalan Penelitian 1 - Bagaimana peran para pemimpin Dispenda kota Kupang dalam menanggulangi
permasalahan etis yang terjadi di internal kantor guna meningkatkan pelayanan dan perilaku etis para
juru pungut pajak?
Tabel 4.2.1
Hasil Wawancara dengan Responden Kategori, Kategori dan Pola Mengenai Persoalan Penelitian 1
Pertanyaan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Kategori Pola
Apakah pada
saat anda
merekrut
pegawai atau
mendapat
pegawai baru
dalam bidang
anda, anda telah
mengkomunikasi
kan harapan
kantor kepada
staff? (visi dan
Misi, program
atau kebijakan)
Pertama
ada staff
yang
masuk
kepala
bidang
yang
sampaikan
dan ketika
masuk ke
seksi kita
hanya
langsung
menjalank
an.
Sudah kami
komunikasik
an, kurang
lebih
gambaranny
a kita sudah
beritahukan
Secara
bidang
sudah kita
jelaskan
tupoksinya,
dan kalau
visi dan
misi sudah
pasti ada
dalam
tujuan
mereka
melaksanak
an tugas.
Komunikasi
kan jadi
pada saat
mereka
kerja,
mereka tahu
konsekuensi
dan hasilnya.
Tapi terus
terang dalam
pelaksanaan
nya
mencapai
harapan
kantor
belum,
dimana
programnya
belum dan
ada juga
Kalau
khusus
untuk
pegawai
baru dari
dinas luar
atau honor
yang baru
masuk
akan ada
pengenala
n kantor
disekretari
at, jadi
sebelumny
a mereka
akan
diajarkan
sistem
kerja dan
Sudah
secara
umum
kita
arahkan
-
Pendelegasi
an Tugas
-
Komunikas
i langsung
- Kontrol
-
Pembinaan
- Fleksibel
Sudah
merupakan
peran
pemimpin
dalam
membuat
norma
internal.
Didalamnya,
terdapat
disiplin
pegawai
selain aturan
baku dari
pemerintah
mengenai
disiplin.
Prosesnya
adalah
melalui rapat
39
SDM yang
lemah.
keadaan
dispenda
dan pada
saat
mereka
masuk
kebidang
juga ada
pembinaa
n awal,
khusus
etika akan
dijelaskan
juga,
karena
tiap
bidang
beda,
karena
kalau
dibidang
kami lebih
fleksibel
dari cara
berpakaia
n dan
kondisi
kerja
karena
dilapanga
evaluasi yang
disepakati
oleh pejabat
struktural
sehingga
dapat
dihimbaukan
kepada staff
baik secara
langsung,
maupun
tidak
langsung.
Penanaman
tujuan
organisasi
termasuk
didalamnya
nilai etis
organisasi
pada staff
baru adalah
tugas yang
didegelasika
n. Prosesnya
adalah
bidang
sekretariat
bertugas
untuk
40
n berbeda
dengan
bidang
yang
melayani
di
administra
si
melakukan
pembinaan
dan
komunikasi
langsung hal-
hal mengenai
etika
organisasi,
setelah itu
kepala
bagian yang
menjelaskan
tujuannya
secara
khusus
selanjutnya
fungsi
kontrol
dilakukan
oleh kepala
seksi secara
fleksibel.
Namun
dalam
pelaksanaan
nya tidak
konsisten
karena
faktor SDM
Bagaimana
tanggapan anda jika
ada staff yang
menerima hadiah
atau pemberian dari
orang yang dilayani?
Menurut saya
pribadi kita
lihat dulu ia yang
meminta atau
dikasih, kalau dia yang
meminta
berarti dia
salah, karena
dia sudah
menyalahi kode etik kita
bahwa tidak
boleh menerima
suap dan
sejenisnya, tetapi kalau
dia dikasih
karena merupakan
balasan atas
jasa dan pelayan yang
dia berikan
Wujud
terimakasih
tidak masalah yang penting
pelayanan
dikedepankan
Kalau secara
aturan itu
tidak boleh, tetapi kalau
orang
suguhkan snack yah
tidak masalah,
dan selama itu
kerelaan dari
wajib pajak,
itu tidak apa-apa.
No problem,
kalau itu bukan
memaksa karena kalau
dikasih
mungkin karena pelayanan
bagus asalkan
bukan minta
atau paksa
Tidak
masalah
sepanjang itu bukan
permintaan
dalam arti itu adalah
imbalan atas
jasa yang
mereka buat.
Itu
dilarang
tapi kalau mereka
layani
dengan baik dan
tidak
minta
tidak apa-
apa
-Pengecualian
aturan
-Kebijakan
khusus
-Pembenaran
tindakan
41
tanpa melakukan
penyeleweng
an pada pajak yang ada, itu
tidak apa-
apa.
yang rendah
dan toleransi
organisasi
yang tinggi
terhadap
pelanggaran
yang
dilakukan
serta
terdapat
pengecualian
terhadap
aturan yang
berlaku
secara
tertulis. Oleh
karena itu
dibutuhkan
tanggung
jawab
pribadi dari
masing-
masing
anggota
organisasi,
dengan
berpatokan
pada aturan
tertulis dan
Apakah anda
menyiapkan buku
panduan, file dsb
untuk membantu
staff anda dalam
berperilaku etis?
Kalau tindakan etis
tidak ada
buku panduan,
biasanya hanya
peraturan
biasa, dan seperti
peraturan-
peraturan
tang ditempel
biasa (jangan
merokok)
Hanya ada buku kontrol
penerima dan
setoran saja, selain itu tidak
ada
Kalau tertulis belum ada
tetapi secara
lisan sering dan mungkin
belum jadi kebutuhan
utama.
Ini yang menarik, buku
etika
seharusnya tidak perlu ada
karena semuanya sudah
dewasa jadi
seharusnya sadar kalau
buku tidak ada
seharusnya tau
sendiri karena
masing-masing
sudah dewasa tetapi
dilapangan yang
terjadi ada juga yang perlakuaan
kurang sopan
terhadap wajib pajak, dan buku
saku tidak ada
tapi secara lisan saja
Belum ada, tetapi dengan
berlakunya
UU ASN staff sendiri
sudah ada penilaian
khusus mulai
dari kinerja hingga etika
dan ASN
baru akan
dilaksanakan
Belum secara
tertulis
tapi secara
lisan norma-
norma
yang ada kita
sampaika
n kepada
staff
- Aturan
tertulis dan
tidak tertulis
- Tanggung
jawab pribadi
Apakah anda
memperbolehkan
Masing-
masing saling
Kerja sama
team untuk
Saling
membantu itu
Sering
himbauan untuk
Saling
membantu Saling
menduku- Kepedulian
- Kerjasama
42
staff anda untuk
saling membantu
teman dalam tugas
mereka Walaupun
diluar tupoksinya?
kerja sama saling membantu
wajib saling bantu walaupun diluar
tupoksi untuk
keberhasilan bidang
ng dan harus
kerja
sama dan sama-
sama
bekerja
- Dukungan
- Kewajiban tidak tertulis
secara
strategis, dan
didukung
oleh sikap
peduli, serta
kerjasama
sebagai
sebuah
keharusan
agar dapat
diterapkan
dengan baik.
Dari pola
diatas
muncul
variable-
variable
yaitu:
1. Pela
nggaran
etis
2. Kebi
jakan
3. Atas
an
4. Baw
ahan
Bagaimana cara anda
dalam
memperhatikan
kinerja dan perilaku
etis staff anda?
Kalau dari
kinerja dan
cara kerja
yaitu dalam masuk keluar
kantor, dan cara
berpakaian
Tiap kali kerja
lapangan dan
administrasi jadi
ada penilaian kerja atau
penagihan petugas,
sedangkan
perilaku etis dinilai dari cara
berpakaian dan
disiplin dalam kantor.
Dari perilaku
etis mereka
saya lihat dari
disiplin mereka, kalau
dari kinerja mereka yaitu
dari hasil
kerja mereka.
Kinerja itu dari
cara kerja,
waktu dan hasil,
sedangkan etika dilihat dari
keseharian, interaksi, jadi
akan nampak
Penilaian
secara umum
untuk hasil
kerja mereka dan dari hasil
kerja keluaran
bidang
sedangkan untuk
etikanya dari
pelananyan dan
perbuatannya
Dilihat
dari hasil
kerja
didalam laporan
tiap bidang
dan kalau
untuk etika kita
hanya
melihat hubungan
yang
terjadi disetiap
bidang
dan kedisiplin
an
mereka
- Disiplin
pegawai
- Hasil kerja
- Waktu
- Sikap
- Laporan
tertulis
Sudahkah anda
secara rutin
mengambil keputsan
etis atas laporan yang
anda terima dari
staff dan tindakan
apa saja yang anda
lakukan?
Sering saya ambil
keputusan
etis biasanya saya lakukan
pemanggilan
kepada pelaku dan
kemudian
Sejauh ini dalam bidang
saya masih
dalam tataran biasa saja dan
tidak urgent
Sudah tapi tidak selalu
ada laporan,
kalaupun ada orangnya saya
panggi dan
saya tanyai
Tidak mesti karena saya
biasa akan
mencari tahu apa betul atau
tidak dulu
dalam bentuk cerita atau
bicara biasa dan
Sering dan ambil
tindakan
untuk pergaulan
antar bidang
dan pernah kejadian
sampai
Tidak pernah
karena itu
berjenjang
- Peringatan
terstruktur
-Pengamatan
- Interogasi
- Penyelidikan
- Proses
hukum
- Struktur
43
mengamati lagi baru saya
ambil
keputusan.
kalau betul saya tegur
kantor polisi dan akhirya
staff tersebut
dikeluarkan dari bidang
saya karena
kebetuln juga dia adalah
staff
langsung dibawah
saya.
44
Apakah atasan anda
atau kepala lainnya
memiliki suatu
standart etika
tertentu? Dan
sudahkan standart
etika tersebut
ditunjukan juga oleh
staff?
Kayaknya tidak ada,
jujur saja
dibidang kami tuan
rumahnya
bebrapa, untuk etika
saja lebih
banyak telatnya dan
tidak tepat
waktu, kepala saja
telat apalagi
anak buah
Untuk atasan saya yaitu kadis
biasanya
komunikatif, sederhana,
responsif, baik,
disiplin, merangkul
staff.
Sedangkan 5 orang kepala
lainnya disini
tidak semua seperti kadis
dan ada juga
yang tidak komunikatif,
sedangkan
kalau saya sendiri standart
yang saya
terapkan adalah adaptif dan
fleksibel. Dan
kebanyakan mereka udah
menunjukan hal
yang sama
- Merangkul, bersahabat dan
ramah tetapi
lebih spesifik orang yang
nilai, dan
keabanyakan mengikuti
hanya satu atau
dua orang saja yang tidak
Kabid orangnya
teliti dan
kepala seksi santai tapi
serius.
Berpulang pada pribadi
jadi tidak
semua.
Kadis orangnya
rendah hati,
tegas. Kemanusiaan
yang tinggi,
bersahabat, sedangakan
saya sendiri
menerapkan standart
tegas dan
bersahabat dan sudah
dicontohi
- Keteladanan
- Pengaruh
pemimpin
- Pilihan diri
45
Tujuan dalam persoalan penelitian pertama adalah untuk
mengetahui dan menelusuri bagaimana peran para pemimpin
Dispenda kota Kupang dalam hal ini para pejabat dalam
menanggulangi permasalahan etis yang terjadi di internal kantor
guna meningkatkan pelayanan dan perilaku etis para juru pungut
pajak. Oleh karena itu terdapat tujuh pertanyaan kepada responden
Q yang diharapkan dapat menjawab persoalan pertama.
Dari ketujuh pertanyaan tersebut, diketahui bahwa awalnya
penanaman nilai etis organisasi, serta kontrolnya ada pada
kewenangan para pemimpin. Walaupun, didalam proses
penerapannya tidaklah konsisten. Masing-masing kepala memiliki
alasan yang berbeda satu sama lain, namun alasan yang paling
sering muncul adalah karena penerapan kebijakan, dan beberapa
faktor lainnya diluar kebijakan tersebut. Seperti pada hasil
wawancara dengan Q5, yaitu:
“Kalau khusus untuk pegawai baru dari dinas luar atau honor
yang baru masuk akan ada pengenalan kantor disekretariat, jadi
sebelumnya mereka akan diajarkan sistem kerja dan keadaan
dispenda dan pada saat mereka masuk kebidang juga ada
pembinaan awal, khusus etika akan dijelaskan juga, karena tiap
bidang beda, karena kalau dibidang kami lebih fleksibel dari
cara berpakaian dan kondisi kerja karena dilapangan berbeda
dengan bidang yang melayani di administrasi. “
Kemudian penerapan kebijakan lainnya hasil wawancara dengan
Q1 mengenai penerimaan hadiah dari wajib pajak:
“Menurut saya pribadi kita lihat dulu ia yang meminta atau
dikasih, kalau dia yang meminta berarti dia salah, karena dia
sudah menyalahi kode etik kita bahwa tidak boleh menerima
suap dan sejenisnya, tetapi kalau dia dikasih karena merupakan
balasan atas jasa dan pelayan yang dia berikan tanpa melakukan
penyelewengan pada pajak yang ada, itu tidak apa-apa.”
Rata-rata responden Q menyiratkan dalam jawaban hasil
wawancara mereka bahwa penerapan kebijakan yang dilakukan
46
tidaklah melanggar aturan dan sudah sesuai prosedur yang berlaku
dimana dalam penerapannya dilapangan tergantung pada sikonnya.
Penerapan kebijakan ini tidak serta merta hanya untuk kepentingan
staff tetapi juga pada kepentingan organisasi dan kemajuan
organisasi itu sendiri. Padahal setiap staff mempunyai Tupoksi
masing-masing yang terkait dengan bidangnya. Namun penerapan
kebijakan khusus membuat mereka harus melanggar hal tersebut,
seperti yang diungkapkan oleh Q4:
“Sering himbauan untuk saling bantu walaupun diluar tupoksi
untuk keberhasilan bidang.”
Sebagai titik acuan dalam berpelayanan dan berperilaku etis
terlepas dari aturan baku di dalam organisasi sendiri, staff dan juru
pungut yang ada didalamnya berpatokan pada kesepakatan yang
terjadi didalam rapat, peraturan tertempel, aturan lisan dari kepala,
dan peraturan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang baru mau
dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh Q6 sebagai jawaban
pada pertanyaan akan buku panduan, file dsb untuk membantu staff
dalam berperilaku etis adalah:
“Belum secara tertulis tapi secara lisan norma-norma yang ada
kita sampaikan kepada staff.”
Juga jawaban yang dikemukakan oleh Q1:
“Kalau tindakan etis tidak ada buku panduan, biasanya hanya
peraturan biasa, dan seperti peraturan-peraturan yang ditempel
biasa (jangan merokok dsb, melayani dengan sopan,dsb).”
Selain itu, ada beberapa responden yang berpendapat berbeda
dari responden lainnya dimana menurut mereka peraturan tentang
etika sebenarnya bukan menjadi kebutuhan dasar utama dalam
organisasi dan etika sendiri pada umumnya sudah diketahui oleh
tiap individu sebagai orang yang telah dewasa, sehingga untuk
47
pembuatan atau perancangan file, dokumen, atau buku panduan
pelayanan dan etika tidaklah penting. Seperti yang diungkapkan
oleh Q3, yaitu:
“Kalau tertulis belum ada tetapi secara lisan sering dan mungkin
belum jadi kebutuhan utama.”
Dan hasil wawancara yang dilakukan dengan Q4:
“Ini yang menarik, buku etika seharusnya tidak perlu ada karena
semuanya sudah dewasa jadi seharusnya sadar kalau buku tidak
ada seharusnya tau sendiri karena masing-masing sudah dewasa
tetapi dilapangan yang terjadi ada juga yang perlakuan kurang
sopan terhadap wajib pajak, dan buku saku tidak ada tapi secara
lisan saja.”
Penilaian kinerja dan perilaku etis staff di dalam kantor yang
dilakukan oleh semua responden dengan cara melihat dan menilai
hasil kerja akhir dari staff. Sedangkan untuk perilaku etis staff yang
menjadi standar penilaian terdiri dari dua faktor yaitu dari disiplin
kantor dalam aturan baku yang dilaksanakan staff, serta relasi staff
antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada jawaban
responden yang keluar dari faktor-faktor diatas.
Hal yang sama juga terlihat dari cara responden dalam
pengambilan keputusan etis atas laporan pelanggaran etika yang
mereka terima. Dimana beberapa responden mengatakan bahwa
ketika mendengar pelanggaran yang terjadi, tidak langsung
mengambil keputusan tetapi didahului dengan pengamatan,
penyelidikan, interogasi setelah itu, ditegur atau diberi peringatan.
Selain itu terdapat juga jawaban yang berbeda tentang persoalan ini
seperti yang diungkapkan oleh Q5 bahwa:
“Sering dan ambil tindakan untuk pergaulan antar bidang dan
pernah kejadian sampai kantor polisi dan akhirya staff tersebut
dikeluarkan dari bidang saya karena kebetulan juga dia adalah
staff langsung dibawah saya.”
48
Kemudian jawaban dari Q6 yaitu:
“Tidak pernah karena itu berjenjang”.
Jawaban responden Q5 mengindikasikan bahwa permasalahan
yang mungkin terjadi sudah sangat diluar dari jangkuannya
sehingga diambil kebijakan untuk dikeluarkan dari bidangnya agar
tidak mengganggu kinerja dari staff yang lain. Sedangkan jawaban
dari Q6 dengan jelas menunjukkan bahwa tindakan kebijakan
dilakukan dibuat berdasarkan fungsi struktur mereka dalam
organisasi. Maksudnya, jika ada permasalah didalam kantor
biasanya yang akan menyelesaikan adalah kepala seksi, apabila
kepala seksi tidak dapat menyelesaikan maka, dinaikan setingkat
lagi ke kepala bidang dan seterusnya. Namun biasanya
permasalahan yang terjadi tidak sampai puncak struktur, karena
masih bisa ditanggulangi di bidang masing-masing.
Beberapa responden jika ditanyakan penilaian mereka terhadap
etika atasan mereka di dalam struktur maupun penilaian secara
horisontal kepada sesama rekan mereka serta bagaimana pengaruh
efek tersebut kepada staff, maka jawaban rata-rata responden
terhadap etika adalah yang baik dan patut diteladani, bahkan efek
tersebut menurun pada hampir semua staff. Bahkan terdapat satu
jawaban responden yang menuturkan bahwa perilaku yang dibawa
oleh atasan, akan diikuti oleh bawahan, sekalipun itu adalah
perilaku tidak etis, seperti yang dituturkan sebagai berikut:
“Kayaknya tidak ada, jujur saja dibidang kami tuan rumahnya
beberapa, untuk etika saja lebih banyak telatnya dan tidak tepat
waktu, kepala saja telat apalagi anak buah”.
Berdasarkan tujuh pertanyaan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa peran para pemimpin Dispenda kota Kupang, dalam hal ini
para pejabat dalam menanggulangi permasalahan etis yang terjadi
49
di internal kantor guna meningkatkan pelayanan dan perilaku etis
para juru pungut pajak. Melalui peraturan etika baik yang tertulis
dan lisan, tidak konsisten dalam pelaksanaannya karena faktor
SDM yang rendah dan toleransi organisasi yang tinggi terhadap
pelanggaran yang dilakukan serta, terdapat pengecualian khusus
terhadap aturan yang berlaku.
4.2.2 Hasil Wawancara Persoalan Penelitian 2
Perolehan data untuk persoalan 2 dengan mewawancarai
responden R dan S yang masuk didalam kategori berdasarkan
informasi yang dibutuhkan agar dapat menjawab tujuan penelitian.
Berikut adalah deskripsi dari hasil penelitian yang berkaitan
dengan persoalan penelitian yang ada:
50
Persoalan Penelitian 2 - Apa tanggapan juru pungut pajak DISPENDA Kota Kupang dalam menanggapi
perilaku etis di lingkup internal organisasi ?
Tabel 4.2.2
Hasil Wawancara dengan Responden Kategori, Kategori dan Pola Mengenai Persoalan Penelitian 2
Pertanyaan R1 R2 R3 R4 R5 R6 S1 S2 S3 S4 Kategori Pola
Apakah
pada saat
anda
pertama kali
dikerjakan
didalam
kantor ini,
harapan
organisasi
telah
dikomunikas
ikan kepada
anda?
Visi &
misi tidak
tetapi
lebih kepada
bagaimana
dan
apa yang
harus
dilakukan
dikanto
r
Sudah
ada penya
mpaian
dari kepala
dinas tujuan
visi
dan misi
dispen
da itu untuk
pening
katan pelaya
nan
dilapangan,
dan
tentang disiplin
sudah
termas
Tentun
ya setiap
kali
pergantian
selalu berbed
a dan
terus dikomu
nikasik
an
Diberit
ahukan dan
diberi
arahan
Kalau
dibidang tidak
karena
kita di rolling,
sedangkan
kalau
dikantor visi
dan
misi ada
tertemp
el dipapa
n besar
didepan.
Garisb
esarnya diberik
an
Sudah
diberitahukan
Sudah
pernah dari
saya
masuk 2006
Kita
pelajari sendiri
Tidak,
karena sudah
ditempel
dengan jelas
untuk kantor,
tapi kalau
untuk bidang
biasanya
ada pemberit
ahuan
oleh kepala
bidang.
Diko
munikas
ikan
Prosedu
r
Penga
rahan
Pelajari
sendiri
Pertama kali
dipekerjakan
atau
ditempatkan
didalam
organisasi
harapan
organisasi mulai
dari visi & misi,
kebijakan serta
disiplin kantor
telah
disampaikan
baik itu melalui
pengarahan
langsung
maupun melalui
peraturan yang
ditempel dan
dipelajari sendiri
oleh staff, dalam
hal ini segala
peraturan dan
kebijakan wajib
dijalankan oleh
51
uk dalam
pelaya
nan kepada
wajib
pajak
staff. Namun
dalam
perjalanannya
kebijakan serta
tujuan organisasi
sering disalah
artikan untuk
kepentingan
pihak-pihak
tertentu, seperti
pelegalan
imbalan atas
kewajiban
pelayanan yang
dilakukan
kepada
masarakat,
hingga hubungan
mutualisme
didalam
organsisasi yang
sebenarnya
menyalahi
aturan.
Disini dilihat
bahwa
kecendrungan
beretika didalam
organisasi
melalui sudut
pandang staff
terhadap
atasannya,
sebagai patokan
dimana standart
etika yang
Dari
pandangan
anda apakah
atasan anda
menerapkan
atau
memiliki
suatu
standart
etika
tertentu?
Dan
sudahkan
standart
etika
tersebut
ditunjukan
juga oleh
staff?
Orang
yang
bersemangat
untuk kerja
(kadis)
dan berusa
ha
memacu
bawaha
n agar seperti
dia dan
yang saya
lihat
hanya sebagia
n orang
saja yang
seperti
itu.
Rajin
dan
disiplin tapi
kadang saya
jujur
saya pribadi
tidak
mengikuti hal
tersebu
t naman
ya
manusia
terkada
ng ada kurang
nya
Tidak
ada
karena bawaha
n tidak bisa
menilai
Sesuai
aturan
dan disiplin
dan ada
staff
yang ikuti
tetapi
ada juga
yang
tidak
Rapi
dan
bersahabat,
kalau untuk
rapi sih
tidak semua
tetapi
untuk bersaha
bt
semua sudah
seperti
itu
Disipli
n dan
bersahabat,
dan mereka
dengan
sendirinya
menco
ba mengik
uti
Menhg
argai,
dan sopan
dan saya
lihat
semuanya
sama
Tepat
waktu
tetapi ada
yang ikut,
dan
ada juga
yang
tidak
Tepat
waktu,
tekun dan
disiplin, tekun
juga
seperti kepala
tetapi
kalau disiplin
tergant
ung orang
pribadi
Disiplin
dan
bersahabat, tetapi
tidak semua
ikut
seperti itu.
Berpr
insip
Sema
ngat
kerja
Jujur
Struk
tural
Relati
ve
Bersa
habat
Disipl
in
Inisia
tif
Meng
hargai
Sopa
n
Teku
n
Seberapa
sering anda
berkonsultas
Itu adalah
keharu
Kalau yang
saya
Setiap senin
kami
Biasanya
sering
Sering agar
kita tau
Sering sekali
karena
Sering, misaln
ya apa
Sering dan
nyama
Sering komuni
kasikan
Sering karena
dilapanga
Kewaj
iban
Nyam
52
i dengan
atasan anda
mengenai
keputusan
etis yang
akan anda
buat? Dan
apakah anda
merasa
nyaman saat
konsultasi?
san secara
logika
kita juga
bisa
berpikir
namun
secara aturan
kita
harus berkon
sultasi
ke atasan
agar
tidak bertent
angan
dengan kebijak
an
yang atasan
buat,
dan harus
nyama
n walaup
un
tidak nyama
n
karena itu
hadapi dilapan
gan
saya konsult
asi dan
rasanya nyama
n
karena ada
masuka
n positif
dari
atasan
ada evaluas
i dan
jumat kami
laporka
n yang ada
dilapan
gan jadi
semuan
ya terarah,
dan
nyaman
karena
memang kami
team
melakukan
konsult
asi dalam
hal
pajak, sistem
kerja
dan pelaya
nan
kita
apa yang
tidak
kita ketahui
ada bebera
pa hal
yang kita
sendiri
tidak bisa
ambil
keputusan
yang saya
tidak
bisa ambil
keputu
san saya
konsult
asikan, dan
saya
nyaman.
n. dengan atasan,
dan itu
kewajiban
dan
nyaman
karena
kalau tidak
konsult
asi takut
salah
kerja
n biasanya
ada
kendala jadi harus
konsultas
i dan nyaman
an
Sering
Konsu
ltasi
dimiliki atasan
juga dicontohi
oleh bawahan,
meskipun tidak
semua bawahan
menerapkan
standart etika
yang sama
seperti atasan.
Untuk
pengambilan
keputusan dan
kebijakan etis
bukan hanya
sekedar
kewajiban secara
aturan dan
struktur akan
tetapi juga
karena adanya
faktor nyaman
dan kepercayaan
staff kepada
atasan. Selain
hubungan atasan
dan staff
ternyata
hubungan relasi
antara sesama
staff juga
menjadi penguat
bagi organisasi,
tingkat
kepedulian yang
tinggi akan
tanggungan
pekerjaan serta
hal
53
adalah kewaji
ban
buat saya.
Walau
pun tidak
setiap
saat karena
ada
hal-hal tertentu
yang
harus ditanya
kan
dahulu.
profesionalisme
dalam bekerja
membuat staff
saling
mendukung satu
dan yang lainnya
demi
menyelesaikan
pekerjaan
mereka, tingkat
kepedulian nyata
bukan hanya
kepada sesama
staff, tetapi juga
kepada aset
kantor yang
dalam
penggunaannya
selalu sesuai
dengan
peraturan.
Dari pola diatas
muncul variable-
variable yaitu:
1. Kurangnya
SDM
2. Pengabaian
standar etika
3. Struktural
4. Individu
5. Situasional
Ketika anda
menjalankan
tugas,
apakah anda
pernah
menerima
hadiah dari
orang yang
dilayani?
Dan Apakah
teman-teman
disekitar
anda juga
menerima
hadiah dari
orang yang
dilayani?
Tidak
pernah dan
saya
tidak tahu.
Kalau
pribadi itu
berkat
bagi saya,
tapi
saya tidak
memak
sa. Dan untuk
teman-
teman lainnya
sebenar
nya tidak
Tidak
pernah, tapi
kalau
lebih hitunga
n receh
biasanya tidak
ada
kembalian,
dan itu
diberikan
tanpa
meminta.
Tidak
pernah karena
dalam
aturan tidak
diperbo
lehkan dan
harus
ditolak kalau
ucapa
terimakasih
lewat
sapaan saya
Tidak
pernah hanya
ucapan
terimakasih
tetapi
saya juga
tidak
meminta, dan
teman
lain saya
tidak
tahu.
Sering,
biasanya
ucapan
terimakasih
dan
karena itu
pelaya
nan yang
baik.
Dan untuk
mereka
saya tidak
Pernah,
biasanya uang
pulsa
atau bensin
padaha
l saya tidak
minta,
untuk teman
lain
saya tidak
tahu.
Jarang
tapi biasany
a
ungkapan
terimak
asih biasa
dikasih
rokok 1
bungku
s karena
pelaya
nan kita
Keban
yakan yang
kita
tagih ke
wajib
pajak yang
masih
saudara sama
kita
jadi hanya
dikasih
ungkapan
Terima
dan sering
karena
itu bagian
dari
ungkapan terimakas
ih
sebelum terima
kami
sudah jelaskan
tapi
mereka tetap
Tid
ak
perna
h
Menerim
a
Kes
adara
n diri
Tid
ak
tahu
Per
nah
Ker
elaan
Rel
54
boleh ada
pemun
gutan lain
diluar
pajak,tapi
dalam
hal ini saya
tidak
tahu.
Untuk teman
lainnya
saya tidak
tahu.
terima, kalau
barang
nanti dikatak
an
korupsi.
Sejauh
ini saya
tidak
tahu dan
saya
tidak dengar
tahu. ramah dan
sopan,
sejauh ini
saya
tidak tahu.
terima kasih,
dan
kebanyakan
seperti
itu.
berikan dan itu
kami
tidak minta.
Dan
untuk teman
lainnya
berkat orang
berbeda
jadi saya tidak
tahu tapi
pasti ada.
atif.
Sejauh
pengamatan
anda apakah
teman anda,
atau kepala
anda pernah
menggunaka
n posisi atau
jabatan
mereka demi
keuntungan
pribadi?
Tidak
tahu tetapi
sejauh
untuk kepenti
ngan
dinas ada
tapi
untuk kepenti
ngan
pribadi tidak
ada.
Tidak
ada
Untuk
disini tidak
ada
Saya
tidak melihat
hal
tersebut
karena
semua sesuai
aturan
Loket
biasanya saya
lihat
ada yang
dokum
en tidak
lengka
p, tapi karena
posisin
ya bagus
maka
mereka bantu
wajib
pajak
Tidak
ada
Tidak
pernah ada
yang
seperti itu
Tidak
ada dan
tidak
berani seperti
itu
Tidak
pernah
Ada,
kalau dibidang
saya
yaitu penggela
pan pajak
Pen
yangk
alan
Tid
ak
Rel
ative
Ad
a
55
Pernahkah
anda
membantu
teman anda
untuk absen
atau menitip
absen anda?
Kalau orangn
ya ada
dan minta
tolong
saya tolong
dan
biasanya itu
karena
malas antri,
dan
saya sendiri
tidak
pernah kalau
tidak
masukpun
saya
ijin
Itu masing
-
masing tanggu
ng
jawab pribadi
Tidak pernah
Tidakpernah
bantu
karena itu
tanggu
ng jawab
diri
masing-
masing
dan karena
saya
ada rasa
tanggu
ng jawab
Bantu dan
saya
sering titip
Pernah jika
orangn
ya ada begitu
sebalik
nya
Pernah keduan
ya
Tidak pernah,
karena
tidak datang
ya
tidak usah
absen
Kalau ada
saya
absenkan
begitup
ula dengan
saya
Kalau untuk
absenkan
teman saya
tidak
pernah tap kalau
titip
absen malahan
saya
sering
Per
nah
Tan
ggung
jawab
priba
di
Mu
tualis
Sejauh
pengamatan
anda
Seberapa
sering teman
dalam
pantuan
anda
membawa
permaslahan
pribadi
mereka
Tidak
pernah tau
karena
saya kerja
apa
yang menjad
i tugas
saya tidak
Masala
h pribadi
kalaup
un ada itu
biasany
a tidak digabu
ng
dengan urusan
Ada
dan seringk
ali
komunikasi
jadi
berubah
Saya
tidak tahu
kalau
didalam
kantor
dan yang
saya
alami tidak
Ada,
masalah
rumah
tangga ada
tapi
hanya cerita
dan
urusan kantor
Ada
tapi urusan
kantor
tetap jalan
Tidak
pernah
Tidak
ada
Tidak
pernah
Ada dan
kadang terbengka
lai
Ada
Tidak
perduli
Perub
ahan
sikap
Shari
ng
Profes
ionalism
e
56
dalam
urusan
kantor?
melihat urusan
orang
lain
dinas pernah tetap jalan
Relati
ve
Bagaimana
tanggapan
anda pada
teman yang
mengeluhka
n beban
pekerjaan?
Prihatin saja
Dalam bidang
saya
biasany
a
saling
bantu
Kasih motiva
si saja
Kalaupun ada
yang
mengel
uh saya
tidak
tahu, dan
kalau saya
pribadi
saya tidak
mengel
uh karena
itu
sudah tugas
kita
Memberi
motiva
si
Saling bertany
a dan
memba
ntu
Harus tetap
dijalani
Hanya berikan
saran
ke
mereka
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
memak
ai jam kantor
yang
ada karena
kadang
pada jam
kantor
mereka tidak
kerja
jadinya pekerja
an
menumpuk
Saling tolong
menolo
ng
Memberikan
motivasi
Ber
dialog
Pri
hati
Me
motiv
asi
Per
duli
Tid
ak
tahu
Ke
wajib
an
Sar
an
Gu
naka
n
wakt
u
Ker
ja
sama
Bagaimana
tanggapan
anda atas
pemakaian
Kalau
sejauh itu
tidak
Biasa
saja
Selama
dipakai untuk
urusan
Kita
staff diberik
an
Masih
dalam urusan
kantor
Hanya
untuk penagi
han
Karena
kami honore
r jadi
Tidak
ada yang
melenc
Selagi
masih wajar
tidak
Biasa
saja untuk
tagih
Dil
arang
Bia
sa
57
aset kantor
atau properti
kantor yang
menurut
anda tidak
sesuai
dengan
standart dan
peraturan
kantor?
pernah ada
kantor tidak
apa-
apa
untuk urusan
tugas
kantor kalau
untuk
pribadi ada
milik
pribadi
pajak kami tidak
campur
i
eng apa-apa
pajak dan masih
dalam
urusan kantor
saja
Dip
isahk
an
Mal
as tau
Ses
uai
prose
dur
Sejauh ini
adakah
kebijakan
kantor yang
menurut
anda tidak
sesuai
dengan
harapan
anda? Dan
apakah anda
tetap
menjalankan
na
Namanya
aturan
berarti saya
harus berusa
ha
untuk menjal
ankann
ya, suka
atau
tidak suka
Tidak ada
dan
kami tetap
menjalankan
Kerja sesuai
dengan
apa yang
ada didala
m
aturan dan
tetap
menjalankann
ya.
Selama ini
tidak
ada karena
sudah sesuai
dengan
kita dan
kita
terapkan dan
jalanka
n
Tidak ada
dan
kami tetap
jalani karena
itu
kewajiban
Jujur saja
kadang
tidak sesuai
dan itu manusi
awi
tetapi itu
kewaji
ban dan
kami
tetap jalani
Tidak ada
dan
tetap dijalani
Tidak ada
karena
namana
aturan ya
kami
tetap ikuti
dan
jalani
Tidak ada
dan
saya tetap
jalankan
Tidak ada dan
tetap
dijalankan
Ke
wajib
an
Relati
ve
58
Untuk persoalan penelitian 2 mengenai tanggapan juru pungut
pajak DISPENDA Kota Kupang dalam menanggapi perilaku etis
di lingkup internal organisasi, disini peneliti mengajukan sepuluh
pertanyaan kepada responden R dan S yang dalam hal ini adalah
sebagai individu pelaku etika didalam organisasi, yang diharapkan
dapat menjawab persoalan kedua. Melalui sepuluh pertanyaan
tersebut, diketahui bahwa awalnya saat penerimaan staff baru atau
hasil rolling dari instansi lain, secara garis besar tujuan organisasi
yang didalamnya terdapat visi dan misi, kebijakan serta program
akan dikomunikasikan dan diarahkan oleh kepala dinas dan atasan
lainnya, seperti yang diungkapkan oleh R2:
“Sudah ada penyampaian dari kepala dinas tujuan visi dan misi
dispenda itu untuk peningkatan pelayanan dilapangan, dan
tentang disiplin sudah termasuk dalam pelayanan kepada wajib
pajak.”
Cara strategis lainnya yang juga biasanya dilakukan adalah
melalui ditempel, dan dikomunikasikan seperti yang diungkapkan
oleh S4 bahwa:
“Tidak, karena sudah ditempel dengan jelas untuk kantor, tapi
kalau untuk bidang biasanya ada pemberitahuan oleh kepala
bidang.”
Tanggapan staff terhadap perilaku etis didalam organisasi dinilai
dari segi horisontal dimana yang dimaksudkan penulis dari
simpulan wawancara bahwa penilaian horizontal atau sejajar
sesama staff, dan juga penilaian tindakan etika secara vertikal,
dimana bukan saja atasan yang menilai mereka namun penilaian
mereka juga kepada atasan walaupun tidak diforumkan atau diberi
kesempatan secara aturan, namun tindakan yang dilakukan oleh
59
atasan menjadi patokan tingkah laku staff di dalam organisasi.
Tercermin dalam pertanyaan standart apa yang dimiliki atasan
maka rata-rata responden R dan S menjawab standart etika yang
baik dan patut untuk ditiru, namun ada jawaban dari responden
lainnya yang berbeda seperti pada responden R3:
“Tidak ada karena bawahan tidak bisa menilai”.
Hal ini menunjukan bahwa responden tersebut kemungkinan
tidak terlalu mengenal gaya kepemimpinan atasannya, atau terlalu
takut dan kaku untuk menelisik gaya etika pimpinannya. Jawaban
lain mengenai efek dari etika pemimpin juga ternyata tidak diikuti
oleh semua staff seperti yang dikatakan oleh S2 bahwa:
“Tepat waktu tetapi ada yang ikut, dan ada juga yang tidak.”
Untuk pengambilan keputusan etis dan kebijakan oleh staff
dilapangan atau dalam berperilaku sendiri juga dilakukan oleh staff
bukan karena paksaan aturan dan kewajiban sebagai bawahan
namun juga lebih kepada kenyamanan dan kepercayaan yang tinggi
kepada atasan, seperti yang diungkapkan oleh keseluruhan
responden R dan S. Dalam perjalanan kebijakan dan tujuan
organisasi sering disalah artikan untuk kepentingan-kepentingan
pihak tertentu seperti pelegalan imbalan atas kewajiban pelayanan
oleh rata-rata responden dimana seperti yang diwakilkan oleh
responden S4 bahwa :
“Terima dan sering karena itu bagian dari ungkapan terimakasih
sebelum terima kami sudah jelaskan tapi mereka tetap berikan
dan itu kami tidak minta. Dan untuk teman lainnya berkat orang
berbeda jadi saya tidak tahu tapi pasti ada.”
Dengan jelas bahwa tugas juru pungut adalah pelayanan dan
tidak seharunya menerima ucapan terimakasih dalam bentuk
60
barang atau uang, karena hakekat dan kewajibannya sudah seperti
itu. Namun ada jawaban responden yang bertolak belakang dari
rata-rata jawaban responden lainnya mengenai penerimaan hadiah
dari wajib pajak dan pantauannya kepada sesama staff, yaitu seperti
yang dikatakan oleh R4:
“Tidak pernah karena dalam aturan tidak diperbolehkan dan
harus ditolak kalau ucapan terimakasih lewat sapaan saya terima,
kalau barang nanti dikatakan korupsi. Sejauh ini saya tidak tahu
dan saya tidak dengar. “
Dari segi pelayanan sebenarnya bukan hanya pelegalan atas
tindakan tersebut saja namun juga atas tindakan lainnya didalam
kantor seperti dalam hal mendatangani absen dimana yang
menandatangi bukan staff bersangkutan seperti yang diungkapkan
oleh S3:
“Kalau ada saya absenkan begitupula dengan saya.”
Kemudian dalam hal pelayanan di loket seperti yang diungkap oleh
R5 mengenai penggunaan kekuasaan atau jabatan yang tidak
seharusnya :
“Loket biasanya saya lihat ada yang dokumen tidak lengkap, tapi
karena posisinya bagus maka mereka bantu wajib pajak”.
Penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi lainnya
seperti yang diungkapkan oleh S4 yaitu:
“Ada, kalau dibidang saya yaitu penggelapan pajak.”
Dengan jelas perilaku-perilaku tersebut merupakan tindakan
yang menyalahi aturan. Oleh karena itu hal ini dapat dilihat sebagai
perilaku tidak profesional yang dilkukan oknum-oknum tertentu
terhadap pekerjaannya terutama dalam penagihan pajak. Dalam
wawancara ini ternyata tidak selamanya hanya perilaku yang
61
ditunjukan kearah penyalahgunaan kebijakan tersebut tersirat,
karena ada beberapa pertanyaan yang menjawab sikap
profesionalisme dan kepedulian sesama staff, baik itu dalam
pekerjaan, relasi, dan penggunaan aset kantor. Dimana rata-rata
staff dapat memisahkan persoalan diluar organisasi dengan
pekerjaan didalam organisasi, sehingga pekerjaannya tidak
terganggu seperti yang diungkapkan oleh R2:
“Masalah pribadi kalaupun ada itu biasanya tidak digabung
dengan urusan dinas.”
Kemudian untuk masalah beban pekerjaan sesama staff yang
diungkapkan oleh R3:
“Dalam bidang saya biasanya saling bantu.”
Dalam relasipun rata-rata staff ketika temannya mengeluhkan
beban pekrjaan mereka akan membantu, dan memberikan motivasi.
Tanggapan berikut dalam etika penggunaan aset sendiri sejauh ini
dalam pantauan staff bahwa semua penggunaan masih dalam batas
kewajaran dan tidak diluar aturan.
4.2.3 Hasil Wawancara Tanggapan Perilaku Etis
Perolehan data untuk mengetahui tanggapan wajib pajak
sebagai dampak pelayanan staff juru pungut pajak dengan
mewawancarai responden T yang masuk didalam kategori
berdasarkan informasi yang dibutuhkan agar dapat menjawab
tujuan penelitian. Berikut adalah deskripsi dari hasil penelitian
yang berkaitan dengan persoalan penelitian yang ada:
62
Tanggapan Perilaku Etis dari Wajib Pajak
Tabel 4.2.3
Hasil Wawancara dengan Responden Kategori, Kategori dan Pola Mengenai Tanggapan terhadap Juru
Pungut Dispenda Kota Kupang
Pertanyaan T1 T2 T3 Kategori Pola
Sejauh Mana
anda mengerti
tentang pajak?
Dan sudahkah
anda tahu
mengapa anda
menjadi wajib
pajak?
Secara umum saya
tahu bahwa kita
pemilik lahan harus
membayar, dan
Saya sudah tahu,
makanya saya
harus bayar tapi
yaitu kendalanya
pada sistem
pelayanan disini,
karena ada masalah
yang saya temui
karena saya mau
mengurus surat
tanah yang baru,
urusan PBB, harus
ada SPPT, dan ini
Pajak adalah
pembayaran orang
yang mempunyai
distribusi, tanah,
perusahaan dan
dibayarkan kepada
negara. Saya tahu
karena sebagai
warga negara
Indonesia itu adalah
wajib.
Pajak bisa
melancarkan urusan
perusahaan tiap
tahun dalam hal ini
pajak kontraktor.
Dalam hal ini saya
sudah tahu karena
ada sosialisasi dari
kantor pajak
- Kewajiban
secara umum
- Melancarkan
urusan
- Sudah Tahu
- Kendala Sistem
Pelayanan
Rata-rata wajib
pajak di kota
kupang sudah
mengetahui arti
dari pajak sendiri
dan mengetahui
dengan jelas
mengapa mereka
menjadi wajib
pajak, hal ini
diketahui melalui
sosialisasi dari
kantor pajak,
secara pribadi pada
saat pembayaran
pajak dan
mengetahuinya
63
saya memasukan
berkas saya dari 18
desember 2014 jadi
sudah sekitar 6-7
bulanan, tetapi
setiap kali saya
kesini belum
selesai, kemudian
saya minta SPPT
supaya bisa
membayar pajak
tetapi sudah
setengah tahun
lebih SPPT belum
keluar, toh kalau
saya tidak bayar
pajak tidak masalah
buat saya, tetai
bagaimana dengan
pemasukan negara?
Dan saya pahami
setiap kantor
biasanya ada
jangka waktu untuk
permohonan harus
selesai, dan tiap
kali saya datang
selalu nanti dan
ngambang, bahkan
surat yang saya
sendiri. Sebelum
adanya penagihan
petugas juru
pungut sendiri
telah memberikan
surat perincian
penagihan kepada
wajib pajak, baik
itu secara langsung
saat penagihan
dilakukan maupun
pengiriman tagihan
terlebih dahulu ke
perusahaan yang
menjadi wajib
pajak. Kendala
yang didapati
dilapangan adalah
bahwa pelayanan
yang didapati oleh
wajib pajak secara
personal sangat
memuaskan, tetapi
secara umum
melalui sistem
pelayanannya
menimbulkan
kekecewaan pada
wajib pajak.
Meskipun hal
64
masukan
kelihatannya hilang
sehingga kemarin
saya ditelpon untuk
di masukan lagi
surat permohonan,
dan disini
pelayanannya
terkesan amburadul
tersebut sering
terjadi, namun hal
tersebut tidak
membuat wajib
pajak kehilangan
kepercayaan
kepada juru
pungut pajak.
Sudahkah juru
pungut pajak
memberikan
penyuluhan
tentang pajak?
Secara pribadi
penyuluhan
sebanyak yang saya
datang berapa kali
kemari disini,
namun kalau
penyuluhan umum
secara umum
mungkin ada tapi
saya yang tidak
tahu, dan tiap saya
datang diberikan
penjelasan sedikit-
sedikit
Belum pernah
karena saya
pendatang dan baru
5 tahun disini.
Hanya dari kantor
pajak - Sudah
- Umum
- Terbatas
Sebelum ditagih
pajak dari anda
apakah penagih
pajak sudah
memberikan
perincian
penagihan?
Dikasih lewat
petugas
Ada perincian dari
juru pungut
Iya, ada perincian Diberikan
65
Apakah
sebelumnya sudah
ada konfirmasi
dari juru pungut
pajak mengenai
tanggal
penagihan?
Tidak ada, mereka
biasanya langsung
ke rumah, tapi
terkadang juga kita
yang lalai karena
jatuh tempo ada di
SPPT
Ada konfirmasinya
dan langsung pada
penagihan
Diberikan surat
tagihan ke alamat
kantor
- Ada
- Kelalaian
- Konfirmasi
Bagaimana
pelayanan mereka
kepada anda?
Pelayannya ramah
tapi sistem dan cara
kerjanya lelet
Baik saja Puas - Ramah
- Lelet
- Baik
- Puas
Apakah anda
puas dan percaya
pada pelayanan
mereka?
Puas tetapi masih
ragu, kalau
personal baik tapi
kalau kerja saya
tidak puas, dan
percaya pada
pelayanan kalau
orang kita di
kupang saya
percaya.
Puas dan percaya
karena kejadian di
tv hanya untuk
waspada saja
Ya puas dan percaya
karena sejauh ini
belum ada faktor
yang
menghilangkan
kepercayaan saya
- Masih Ragu
- Percaya
66
Untuk tanggapan wajib pajak sebagai dampak pelayanan dari
juru pungut pajak DISPENDA Kota Kupang melalui 6 pertanyaan
tersebut, diketahui bahwa rata-rata wajib pajak dikota kupang
sudah mengetahui arti dari pajak sendiri dan mengetahui dengan
jelas mengapa mereka menjadi wajib pajak. Seperti yang
diungkapkan oleh T1:
“Secara umum saya tahu bahwa kita pemilik lahan harus
membayar...”
Sebelum adanya penagihan petugas juru pungut sendiri telah
memberikan surat perincian penagihan kepada wajib pajak, baik
itu secara langsung saat penagihan dilakukan maupun pengiriman
tagihan terlebih dahulu ke perusahaan yang menjadi wajib pajak.
Seperti yang diungkapkan oleh T3 bahwa:
“Diberikan surat tagihan ke alamat kantor”
Namun kendala yang terjadi bahwa pelayanan yang didapati
oleh wajib pajak secara personal sangat memuaskan, tetapi secara
umum melalui sistem pelayanannya menimbulkan kekecewaan
pada wajib pajak. Seperti yang diungkapkan oleh T1 yaitu:
“... dan Saya sudah tahu, makanya saya harus bayar tapi yaitu
kendalanya pada sistem pelayanan disini, karena ada masalah
yang saya temui karena saya mau mengurus surat tanah yang
baru, urusan PBB, harus ada SPPT, dan ini saya memasukan
berkas saya dari 18 desember 2014 jadi sudah sekitar 6-7
bulanan, tetapi setiap kali saya kesini belum selesai, kemudian
saya minta SPPT supaya bisa membayar pajak tetapi sudah
setengah tahun lebih SPPT belum keluar, toh kalau saya tidak
bayar pajak tidak masalah buat saya, tetai bagaimana dengan
pemasukan negara? Dan saya pahami setiap kantor biasanya ada
jangka waktu untuk permohonan harus selesai, dan tiap kali saya
datang selalu nanti dan ngambang, bahkan surat yang saya
67
masukan kelihatannya hilang sehingga kemarin saya ditelpon
untuk di masukan lagi surat permohonan, dan disini
pelayanannya terkesan amburadul.”
Meskipun hal seperti diatas dan pelayanan yang kurang
maksimal tersebut sering terjadi, namun hal itu tidak membuat
wajib pajak kehilangan kepercayaan kepada juru pungut pajak,
dan sekalipun banyak pemberitaan miring terhadap pajak didalam
media. Seperti yang diungkapkan oleh T2 bahwa:
“Puas dan percaya karena kejadian di tv hanya untuk waspada
saja”
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan, maka
diperoleh pembahasan seperti berikut:
Persoalan Penelitian 1- Bagaimana peran para pemimpin
Dispenda kota Kupang dalam menanggulangi permasalahan
etis yang terjadi di internal kantor guna meningkatkan
pelayanan dan perilaku etis para juru pungut pajak?
Perilaku etis khususnya yang berada didalam suatu organisasi
biasanya terpengaruh oleh faktor budaya. Menurut Sims & Sauser
(2013) ada banyak elemen yang termasuk didalam konsep perilaku
etis dalam organisasi dan pola perilaku yang ditetapkan sehingga
menjadi bagian dari budaya. Kemudian staff dispenda akan
menerima aspek budaya tersebut untuk dianut, karena budaya
adalah sistem asumsi yang dapat memiliki pengaruh kuat dalam
mengarahkan perilaku dan keyakinan pengikutnya. Budaya
organisasi yang diterapkan dalam hal ini adalah segala macam
68
peraturan mulai dari visi & misi, tujuan, disiplin, cara beretika,
baik itu yang tertulis maupun yang tidak tetulis dimana didalam
pelaksanaan budaya tersebut bukan saja pada praktek di organisasi
dengan sesama staff, namun juga staff ke wajib pajak selaku pihak
yang dilayani.
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa responden yang
berkedudukan sebagai atasan pada umumnya berperan dalam
membentuk nilai budaya organisasi yang akan dijabarkan baik itu
dalam bentuk lisan maupun tulisan yang didalamnya terkandung
norma internal. Persepsi yang terbentuk merupakan
penanggulangan permasalahan yang terjadi didalam internal
kantor. Hal ini secara langsung terkait dengan peran pembentukan
budaya organisasi yang ada, dan dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga nilai-nilai organisasi dan nilai pribadi nilai-nilai dapat
membentuk perilaku etis maupun tidak etis di kantor.
Secara tidak etis yang dimaksudkan misalnya yang dilakukan
oleh atasan terkait dengan pelegalan ungkapan terimakasih wajib
pajak berupa hadiah atau barang. Oleh karena itu maka pemaknaan
akan penerimaan imbalan menjadi berbeda. Akibat dari budaya
organisasi yang ditampilkan maka hasilnya adalah pandangan
tersebut dibenarkan melalui kebijakan atasan, karena menurut
mereka jika hasil penerimaan diluar pajak bukan hasil paksaan dan
minta maka itu bukanlah penyelewengan aturan. Padahal hal ini
menyalahi aturan umum secara etis. Khususnya mengenai tugas
dan peran dari penagih pajak.
Oleh karenanya, menanggapi persoalan tersebut maka
seharusnya jika budaya organisasi dilakukan dengan etis akan
tercipta iklim etika yang positif sehingga menghasilkan tata kelola
organisasi (kantor) yang paling efektif. Dimana peningkatannya,
69
disesuaikan dengan etika organisasi dan etika individu serta
memiliki efek pada kepuasan kerja. Iklim etika adalah jenis iklim
kerja organisasi yang paling baik dipahami sebagai persepsi,
kebijakan, kepuasan kerja, komitmen organisasi, keinginan
berpindah, perilaku etis, dan perilaku dalam peran dan ekstra peran
baik secara formal dan informal, baik dan salah dari staff dispenda
terhadap praktik dan prosedur yang etis secara konsekuen dalam
kantor. (Parboteeah & Kapp, 2008).
Nilai budaya organisasi yang utama dalam organisasi tidaklah
berubah secara etis. Namun yang mengalami perubahan adalah
iklim kerja. Karena secara internal dari tahun baik itu dalam
bentuk lisan maupun tulisan khususnya norma internal berubah
berdasarkan iklim etika yang dibawa oleh pemimpin, dimana
setiap kepemimpinan membawa iklim etikanya sendiri dan dapat
dirasakan oleh staff. Iklim etika yang terbentuk akibat perilaku
etis dapat dirasakan dalam kebijakan pemimpin kepada staff untuk
saling membantu staff lainnya dalam menyelesaikan pekerjaan
mereka, dan kebijakan seperti itulah yang membuat pemimpin
sebagai tolak ukur positif didalam dispenda.
Pemimpin mempunyai tugas dan tanggung jawab besar dalam
membangun segala perilaku etis di dalam kantor. Sebab segala hal
yang dilakukan oleh pemimpin adalah demonstrasi yang normatif
secara tepat melalui tindakan pribadi, hubungan interpersonal, dan
tindakan disiplin kepada pengikut melalui komunikasi dua arah
yaitu penguatan dan pengambilan keputusan secara altruistik
bukan alasan egois. Sehingga perilaku etis di dalam organisasi
merupakan ukuran utama dilihat dari pemimpin karena, pemimpin
menjadi teladan dalam pelaksanaan nilai-nilai etik secara praktis,
Apalagi segala perilaku seorang pemimpin harus berangkat dari
70
niat etik yang ada dalam dirinya sebagai sebuah pertanggung
jawaban moral dimana niat dan perbuatan harus selaras
(Widyastuti, 2011).
Cerminan dari perilaku pemimpin dispenda, diamati, dan ditiru
oleh para staff di dalam kantor sehingga baik dan buruknya
pemimpin dengan gayanya akan diadopsi oleh para staff. Selain
itu, penekanan yang lain dalam kantor adalah perilaku etis para
pemimpin yang dapat diamati secara langsung pada saat mereka
mengambil keputusan saat mendengar laporan dari staff lainnya.
Terutama, mengenai tindakan kecurangan etis di dalam kantor. Hal
pertama yang mereka lakukan adalah menyimak kemudian
menyelidiki, sehingga terlihat bahwa peran pemimpin secara etis
menunjukkan orang yang bermoral, jujur, integritas dan adil, telah
dilakukan oleh para pemimpin dispenda.
Demikian juga dalam penilaian perilaku etis kepada staff,
dimana para pemimpin menetapkan standar etika yang jelas seperti
yang tertuang didalam disiplin kantor dan peraturan lisan,
kemudian melakukan kontrol terhadap perilaku tersebut agar staff
dapat bertanggung jawab atas perilaku etis mereka di dalam
organisasi Dispenda Kota Kupang secara internal.
Persoalan Penelitian 2 - Apa tanggapan juru pungut pajak
DISPENDA Kota Kupang dalam menanggapi perilaku etis di
lingkup internal organisasi ?
Etika individu biasanya mengacu pada kesadaran moral
seseorang. Oleh karena itu staff Dispenda harus tunduk pada
norma dan peraturan di dalam kantor, kemudian secara sadar
menyadari bahwa tindakannya mempengaruhi lingkungan kantor
71
dan staff lainnya. Terdapat beberapa jenis emosi dasar yang
memainkan peran penting dalam pelaksanaan moral dan etika
misalnya rasa bersalah, malu, marah, menyesal, bahagia, empati,
psikologi dan perilaku. Emosi dipakai sebagai motivasi, hal ini
disebabkan karena proses mengevaluasi diri dan perilaku secara
ideal atas diri sendiri terhadap penilaian orang lain akan
mendorong rasa malu dan rasa bersalah sehingga dapat
memotivasi perilaku etis (Smith et al., 2013).
Sejak pertama kali dipekerjakan atau ditempatkan di dalam
organisasi harapan organisasi mulai dari visi & misi, kebijakan
serta disiplin kantor telah disampaikan baik itu melalui pengarahan
langsung maupun melalui peraturan yang ditempel dan dipelajari
sendiri oleh staff. Pada level staff segala peraturan dan kebijakan
wajib dijalankan oleh staff.
Sistem penilaian yang ada di dalam dispenda secara internal
hanya dinilai berdasarkan satu sisi saja berdasarkan aturannya.
Maksudnya hanya atasan yang dapat menilai bawahan baik itu dari
segi kinerja maupun perilaku di dalam kantor. Sedangkan bawahan
menilai atasan sifatnya tidak diforumkan atau tidak ada dalam
aturannya. Namun, perilaku atasan menjadi standar penilaian di
dalam kantor karena langsung ditiru. Sehingga dari perilaku
tersebut dapat menciptakan kinerja yang baik dari staff, dan
berdampak pada bidang dimana staff berada sehingga dampaknya
ada pada penilaian bidang oleh atasan puncak.
Terdapat 4 dimensi dalam kecerdasan emosional yang dianggap
paling lengkap dan dapat diterima untuk membentuk perilaku etis
yaitu: 1) Penilaian dan ekspresi emosi dalam diri sendiri,
diwujudkan dalam penilaian staff akan pentingnya perilaku etika
72
di kantor dalam menjalankan disiplin kantor, dan yang sering
terjadi adalah hubungan mutualisme didalam kantor yang
sebenarnya menyalahi aturan seperti menandatangani absen. 2)
Penilaian dan pengakuan emosi pada orang lain, dimana staff
sendiri di dalam kantor menilai cara pemimpin, dan sesama staff
dalam penggunaan jabatan dikantor dan aset kantor. 3) Regulasi
emosi dalam diri sendiri, saat dimana staff diharuskan bersikap
profesional ketika sedang mengalami masalah diluar kantor,
sehingga urusan kantor dan urusan luar tidak tercampur. 4)
Penggunaan emosi untuk memfasilitasi kinerja, disaat bekerja
terutama sesama staff dapat saling membantu, dan memberikan
motivasi kepada sesama agar dapat menyelesaiakan tugas mereka
masing-masing (Deshpande & Joseph, 2009 ; Joseph et al., 2009).
Karakteristik lain mengenai kepribadian dari individu yang
dapat menjelaskan perilaku etis adalah locus of control yang
merupakan konsep untuk menjelaskan persepsi seseorang terhadap
siapa yang menentukan nasibnya, dimana staff didalam dispenda
rata-rata dalam pengambilan keputusan dan kebijakan etis bukan
hanya sekedar kewajiban secara aturan dan struktur akan tetapi
juga karena adanya faktor nyaman dan kepercayaan staff kepada
atasan sehingga timbulnya rasa ketergantungan. Selain hubungan
atasan dan staff ternyata hubungan relasi antara sesama staff juga
menjadi penguat bagi sesama staff, tingkat kepedulian yang tinggi
akan tanggungan pekerjaan serta hal profesionalisme dalam
bekerja membuat staff saling mendukung satu dan yang lainnya
demi pekerjaan mereka kedepan (Utami et al, 2007).
73
4.4 Proposisi
Mengakhiri bab IV ini penulis akan menarik proposisi
berdasarkan pembahasan yang ada sebelumnya. Ada 2 proposisi
yang bisa dilahirkan.
4.4.1 Prposisi 1
Menurut (Arifiyani & Sukirno, 2012 ; Turunc et al., 2013)
bahwa dalam organisasi saat ini perilaku etis menjadi hal yang
paling penting terutama dalam proses pengambilan keputusan, atau
kebijakan karena kesalahan kecil akan membuat dampak yang
besar kedepan pada organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam kasus ini, bahwa pelanggaran etis
yang terjadi didalam kantor merupakan pembenaran terhadap
tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan dari atasan hingga
bawahan melalui kebijakan yang diterapkan. Maka dapat dibangun
proposisi sebagai berikut:
Proposisi 1: Pelanggaran etis yang dilakukan oleh atasan, juga
berdampak kepada bawahan dan kebijakan yang terjadi didalam
kantor.
Kebijakan
Pelanggaran
etis
Atasan
Bawahan
74
Pemimpin mempunyai tugas dan tanggung jawab besar dalam
membangun segala perilaku etis di dalam kantor, sebab segala hal
yang dilakukan oleh pemimpin adalah demonstrasi yang normatif,
sehingga perilaku etis didalam organisasi merupakan ukuran utama
dilihat dari pemimpin karena, pemimpin menjadi teladan dalam
pelaksanaan nilai-nilai etik secara praktis. Oleh karena itu sedikit
pelanggaran etika yang dibuat atasan berdampak pada
pembentukan serta pengambilan kebijakan dan otomatis akan
diikuti oleh bawahan.
4.4.2 Proposisi 2
Cukup beralasan bila perilaku beretika individu harus mendapat
perhatian untuk mempromosikan perilaku etis dalam organisasi
dan bisnis, sehingga individu akan bersosialisasi dalam proses
komitmen emosional dengan sesama karyawan serta organisasi
sehingga dampaknya bukan hanya untuk diri sendiri saja tetapi
juga untuk organisasi (Pastoriza et al., 2008 ; Cremer et al., 2010).
Didalam Dispenda ternyata ada beberapa faktor yang membuat
turunnya nilai etis yaitu kurangnya SDM, dan pengabaian standart
etika baik secara struktur maupun individu, dan pelanggaran yang
ditindak hanya bersifat situasional sehingga itu semua juga
berdampak kepada kinerja mereka. Maka dapat dibangun proposisi
sebagai berikut:
Kinerja
Organisasi
Pengabaian
Etika
Individu
75
Proposisi 2: Pengabaian Etika ternyata berdampak kepada
turunnya kinerja dari individu dan organisasi.
Pada level staff segala peraturan dan kebijakan wajib dijalankan
oleh staff, namun dalam perjalanannya yang sering terjadi adalah
hubungan mutualisme didalam kantor yang sebenarnya menyalahi
aturan dan beberapa kebijakan kantor yang membenarkan perilaku
tidak etis.