PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU ...
BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS …eprints.walisongo.ac.id/2760/5/102111107_Bab4.pdfKetidak...
Transcript of BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS …eprints.walisongo.ac.id/2760/5/102111107_Bab4.pdfKetidak...
60
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH
KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN
A. Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Dengan Pedoman Praktis dan
Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke
Keingintahuan tentang sesuatu hal, membuat manusia selalu
berfikir untuk menciptakan sesuatu yang baru. Pemikiran ini akan terus
berkembang dan berproses sesuai dengan kualitas dan kapasitas
intelektualitas. Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa perubahan sering
dikatakan sunnatullah yang merupakan salah satu sifat asasi manusia dan
alam raya secara keseluruhan.1 Semua manusia, kelompok dan lingkungan
hidup mereka mengalami perubahan secara terus menerus.2
Beberapa metode penentuan arah kiblat yang telah diuraikan pada
pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa metode-metode tersebut
merupakan ilmu dan kecerdasan intelektual yang terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman, hal ini dipengaruhi oleh makin berkembangnya
peralatan dan teknologi. Begitu juga ilmu, akan terus mengalami perubahan
data dikarenakan sifat alam yang dinamis.
Penjelasan di atas membuat penulis ingin mencoba menguak sejauh
mana keakurasian pedoman praktis dan mudah menentukan arah kiblat dari
Sabang sampai Merauke karya M. Muslih Husein dalam penentuan arah
1 Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Juz I, Semarang: Thoha Putra, t.t, hlm. 123. 2 Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 1999, hlm. 34.
61
kiblat, sehingga metode tersebut dapat dijadikan pedoman dalam penentuan
arah kiblat oleh masyarakat umum.
Dalam menganalisis sebuah alat, tidak akan bisa lepas dari unsur-
unsur atau komponen yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini, penulis
akan menganalisis beberapa komponen terpenting yang terdapat dalam
pedoman praktis dan mudah menentukan arah kiblat dari Sabang sampai
Merauke karya M. Muslih Husein, diantaranya:
1. Kompas
Jenis kompas yang digunakan dalam Pedoman M. Muslih
Husein adalah kompas magnetik yang pada hakikatnya terpengaruh oleh
besarnya magnet Bumi. Dilihat dari ukuran kompas yang digunakan juga
menurut penulis sudah termasuk ukuran kompas standar untuk penentuan
arah kiblat.
Ketidak berimpitnya sumbu geomagnet terhadap sumbu rotasi
Bumi, membuat jarum penunjuk pada kompas magnetik tidak menuju ke
arah Utara yang sebenarnya (sejati) atau azimuth nol, sehingga selalu
terdapat selisih sudut antara azimuth nol dengan arah yang diperlihatkan
jarum kompas. Selisih sudut tersebut dinamakan deklinasi magnetik
(δmagnetik).3
Kompas yang terdapat dalam pedoman ini layaknya kompas
yang biasanya digunakan dalam praktik pengukuran arah kiblat, yang
terbukti terpengaruh oleh magnet Bumi, sejatinya tidak pas mengarah ke
3 Ibid.
62
Utara sejati, hal ini dikarenakan jarum kompas selalu mengikuti arah
medan magnet Bumi.4 Selaras dengan yang diungkapkan Ahmad
Izzuddin, bahwasanya kompas yang banyak berdar di khalayak terbukti
banyak menunjukkan penyimpangan antara 1˚ hingga 10˚ dari angka
yang ditunjukkan oleh jarumnya. Kompas magnetik memiliki kelemahan
karena terlalu mudah terpengaruh oleh benda-benda yang bermuatan
logam. Kompas magnetik juga sangat dipengaruhi oleh medan magnetik
lokal dan deklinasi magnetik secara global.5
Kutub magnet Utara (magnetic north) memiliki selisih (jarak)
dengan kutub Utara sejati yang besarannya berubah-ubah. Selisih yang
disebut Variasi Magnet (Variation) atau biasa juga disebut deklinasi
magnetik ini memiliki nilai yang selalu berbeda di setiap waktu dan
tempat. Seperti di Indonesia, variasi magnet rata-rata berkisar antara -1˚
sampai dengan 4.5˚. Sehingga untuk mendapatkan arah Utara sejati
diperlukan adanya koreksi atau perhitungan ulang terhadap kompas arah
yang ditunjukkan oleh jarum kompas.6
Perhitungan azimuth kiblat yang ditampilkan pada daftar yang
terdapat di pedoman prakris, sudah dilakukan koreksi terhadap deklinasi
magnetik yang bervariasi pada setiap tempat, yakni dengan cara
mengurangkan hasil azimuth kiblat dengan data deklinasi magnetik pada
setiap tempatnya. Terkecuali pada daerah-daerah di Pulau Sumatra,
4 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 Menentukan Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2011, cet. 1, hlm. 233. 5Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab-Rukyat praktis dan
SolusiPermasalahannya, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putera, 2012, cet.I, hlm. 67-68. 6 Slamet Hambali, op. cit., hlm. 234.
63
karena pada umumnya tidak ada pengaruh magnet Bumi, jadi azimuth
kiblatnya tetap.7 Sehingga dalam pengaplikasian kompas pada pedoman
ini bisa digunakan tanpa perhitungan koreksi magnetik karena sudah
dikoreksi oleh pengarang, namun, data koreksi magnetik ini pun berubah
pada jangka waktu 5-10 tahun kedepan, maka selayaknya data azimuth
yang dikoreksi pun seyogyanya harus dikoreksi ulang.
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan pada saat
pengaplikasian pedoman praktis ini, pengguna harus menjauhkannya dari
unsur-unsur yang bisa mempengaruhi kinerja kompas, seperti besi,
logam, baja, kawat, HP, MP3 dan sejenisnya. Maka, sebaiknya ketika
menggunakan alat ini di luar ruangan atau ruang terbuka.
2. Bidang
Alas atau bidang yang digunakan dalam pedoman ini berbahan
kertas tebal yang bisa dilipat, karena bisa dilipat, maka pada bidang
tersebut akan tampak lekukan-lekukan yang sejatinya bisa mempengaruhi
ketelitian pada angka yang terdapat dalam lingkaran busur di luar
kompas. Seperti yang dikatakan oleh Hendro Setyanto8 dalam seminar
“uji akurasi Istiwa’ain karya Slamet Hambali” yang diselenggarakan
pada hari kamis 5 Desember 2013, bahwasanya kedataran bidang pada
alat penentu arah kiblat sangat berpengaruh. Oleh karena itu bidang harus
7 Lihat M. Muslih Husein, Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari
Sabang Sampai Merauke, Pekalongan: STAIN Press, 2009, hlm. 7. 8 Hendro Setyanto adalah sarjana astronomi dari ITB-Bandung, beliau pernah menjabat
sebagai Ketua umun forum kajian ilmu falak “Zenith” serta asisten peneliti di Observatorium Bosscha. Pada tahun 200, beliaun menjadi salah satu tutor pada pendidikan dan pelatihan Hisab Rukyat negara-negara MABIMS (Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura).
64
terbuat dari bahan yang benar-benar mulus dan rata, tidak ada lekukan
dan ukurannya pun harus rata.
3. Benang
Benang pada pedoman ini berfungsi untuk memproyeksikan
arah kiblat. Benang yang tersedia ini berukuran 70 cm dan ukuran
ketebalannya sedang, maka jika menginginkan proyeksi kiblat yang lebih
panjang atau lebih jauh, pengguna harus mempersiapkan benang atau
penggaris sendiri.
Setelah menganalisis beberapa komponen terpenting yang
digunakan adalah pedoman praktik karya M. Muslih Husein. Selanjutnya,
untuk mengetahui keakuratan metode alat ini, analisis juga dilakukan
pada sistem perhitungan dalam penentuan data azimuth kiblat. Untuk hal
ini, analisis dilakukan pula pada unsur yang ada dalam perhitungan
tersebut, baik mengenai data titik koordinat Ka’bah atau Mekah dan titik
koordinat tempat yang digunakan.
1. Daftar Azimuth Kiblat
Data azimuth kiblat yang tedapat dalam daftar azimuth
kiblat kota-kota di Indonesia merupakan hasil dari pehitungan data-
data yang ada mengunakan rumus arah kiblat, yakni menggunakan
rumus sebagai berikut:
65
Ctg B = ctg b . sin a : sin c - cos a . ctg c9
Keterengan :
B : Arah kiblat dihitung dari Utara ke Barat (UB)
a : Busur antara titik kutub Utara dengan lintang tempat
b : Busur antara titik kutub Utara dengan lintang Ka’bah
c : Selisih bujur Ka’bah/ Mekah dengan bujur tempat
M. Muslih Husein menggunakan rumus azimuth kiblat
Muhyiddin Khazin yang dalam pembahasannya, ia menerapkan
konsep perhitungan trigonometri bola (spherical trigonometry).
Konsep dasar teori trigonometri bola mengacu pada makna kiblat
yaitu arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang
melewati kota Mekah dengan tempat atau kota yang bersangkutan.10
Dimana azimuth kiblat diperhitungkan dengan mempertimbangkan
jarak terdekat dari sebuah lingkaran besar. Jadi, teori trigonometri
bola ini merupakan teori yang tidak memperhitungkan bentuk Bumi
sebenarnya.
Setelah azimuth kiblat didapatkan dengan menggunakan
rumus perhitungan trigonometri bola (spherical trigonometry),11
hasil yang diperoleh dikurangkan dengan deklinasi magnetik setiap
tempatnya. Mengenai data deklinasi magnetik yang digunakan
adalah data magnetic variation Epoch tahun 2005. Magnetic
9 Ibid. 10 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
Cet. ke-4, hlm. 48. 11 Contoh perhitungan lihat di lampiran II .
66
variation digunakan untuk menetralisir pengaruh magnet Bumi
terhadap jarum kompas. Terkecuali untuk daerah di Pulau Sumatra
yang pada umumnya tidak ada pengaruh magnet Bumi, maka tidak
ada koreksi magnetik dalam data azimuth kota-kota tersebut.12
2. Titik Koordinat Ka’bah
Beragamnya tingkat intelektualitas seseorang membuat
pendapat yang dihasilkan pun berbeda-beda. Begitu juga dengan data
titik koordinat Ka’bah tidak luput dari perbedaan. Berikut beberapa
varian data titik koordinat Ka’bah yang berbeda-beda dari pakar ilmu
falak:
Tabel 4.1: Perbedaan Data Lintang dan Bujur Ka’bah13
No Sumber data Lintang Bujur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8.
Almanak Hisab Rukyah Ahmad Izzuddin14 Ma’shum bin Ali Mohammad Ilyas Mohammad Odeh Nabhan Masputra Slamet Hambali15 Saadoe’ddin Djambek16
21° 25’ LU 21° 25’21.17’ LU 21° 50’ LU 21° LU 21° 25’ 22’’ LU 21° 25’ 14,7 LU 21°25’20,98’’LU 21° 25’ LU
39° 50’ BT 39°49’ 34.56” BT 40° 13’ BT 40° BT 39° 49’31’’ BT 39° 49’ 40’’ BT 39°49’34.22’’ BT 40° 14’ BT
12 M. Muslih Husein, loc. cit., hlm 7.
13 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis: Metode Hisab-Rukyah Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012, hlm 30. Lihat juga Susiknan Azhari, Ilmu Falak :Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammdiyah, 2007, hlm 5. Lihat juga Slamet Hambali, op. cit, hlm. 181-182
14 Dalam sebuah kesempatan Ahmad Izzuddin telah melakukan pengukuran titik koordinat Mekah/ Ka’bah, tepatnya ketika menunaikan ibadah haji. Pengukuran tersebut dilaksanakan pada hari selasa 04 desember 2007 pukul 13.45 s/d 14.30 menggunakan GPSmap Garmin 76CS dengan sinyal 6 s/d 7 satelit. Lihat Anis Budiwati “Sistem Hisab Arah Kiblat Dr. Ing Khafid dalam Program Mawaqit”, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2011, td.
15 Data koordinat tersebut diambil secara online dengan menggunakan Google Earth. 16 Saadoeddin Djambek, Arah Qiblat, Jakarta : Tintamas, 1958, hlm. 14.
67
Titik koordinat Ka’bah yang digunakan dalam pedoman
ini adalah 21° 25’ LU dan 39° 50’ BT17. Titik koordinat ini hanya
mencakup satuan derajat dan menit, tidak sampai pada satuan detik.
Karena menurut pembuat pedoman praktis dan mudah menentukan
arah kiblat dari Sabang sampai Merauke ini berasumsi bahwasanya
selisihnya tidak begitu banyak.18
Data lintang dan bujur Ka’bah pada tabel di atas terdapat
data titik koordinat yang memiliki ketelitian sampai pada satuan
detik.19 Tentunya ini berbeda dengan data koordinat yang dipakai
oleh M. Muslih yang hanya sampai pada satuan menit, namun
perbedaannya tidak sampai melebihi satu derajat. Data lintang dan
bujur Ka’bah yang digunakann sama persis dengan data yang
digunakan oleh Depertemen Agama yang tercamtum dalam Almanak
Hisab Rukyat. Adanya perbedaan data ini sangat memungkinkan
terjadi perbedaan hasil perhitungan sudut yang disebabkan oleh
tingkat akurasi data titik koordinat Ka’bah yang dipakai.
Berkembangnya teknologi dengan begitu signifikan
seperti teknologi komputer dan internet, maka ada cara mudah untuk
mendapat data titik koordinat yang lebih teliti dan akurat. Misalnya
dengan menggunakan software Google Earth atau alat bantu GPS
(Global Positioning System).
17 M. Muslih Husein, Ibid. 18 Hasil wawancara dengan M. Muslih Husein pada hari senin tanggal 14 Januari 2014 di
STAIN Pekalongan pada jam 14.00 WIB. 19 Input data titik koordinat yang lebih teliti, sperti data yang didapat dengan alat bantu
GPS, biasanya ditandai dengan pendekatan pada satuan yang lebih rinci yaitu detik busur.
68
3. Titik Koordinat Tempat
Titik koordinat tempat yang digunakan oleh M. Muslih
Husein dalam pedoman ini diambil dari Atlas Der Gehele Aarde.20
Data koordinat tempat yang ada bersifat umum atau global untuk
mewakili suatu tempat tertentu. Data lintang dan bujur tempat yang
digunakan juga hanya mencapai satuan menit saja. Untuk keakuratan
data koordinat juga tentunya menjadi hal yang berpengaruh terhadap
keakuratan hasil azimuth kiblat. Sehingga tidak menutup
kemungkinan pula akan terjadi perbedaan atau selisih azimuth kiblat.
Menurut M. Muslih Husein, data titik koordinat tempat
yang dihitung memang diambil secara global karena hal yang lebih
didahulukan disini adalah untuk keperluan praktis dan agar mudah
untuk digunakan.21 Hal ini akan tampak berbeda jika dibandingkan
dengan beberapa data lintang dan bujur suatu lokasi dari sumber
yang berbeda, seperti data berikut:
20 Atlas Der Gehele Aarde oleh Bos JF. Niermeyer, JB Wolter Groningen, Jakarta, 1991.
Dikutip dari hasil wawancara dengan M. Muslih Husein pada senin 14 Januari 2014 di STAIN Pekalongan jam 14.00 WIB. Lihat juga M. Muslih Husein, loc. cit, hlm 7.
21 Hasil waawancara dengan M. Muslih Husein, op.cit.
69
Tabel 4.2: Perbedaan Data Lintang dan Bujur Tempat
No
Sumber data
Data Koordinat Semarang
Lintang Bujur
1.
2.
3.
Atlas Der Gehele Aarde Google Earth GPS(Global Positioning System) berbasis android)
7° 00’ LS
6˚ 58’ 17.98” LS
6˚ 58’ 00” LS
110° 30’ BT
110˚ 25’ 30.95” BT
110˚ 25’ 00” BT
Dilihat dari data – data di atas, terdapat selisih sekitar 1
sampai 2 menit, perbedaannya memang tidak tertalu signifikan. Hal
ini pula yang dituturkan oleh M. Muslih mengenai data koordinat
tempat ketika ditanyakan oleh penulis. Menurutnya perbedaannya
memang tidak terlalu besar.22
Melihat perbedaan titik koordinat tersebut, tentunya jika
diaplikasikan untuk hisab arah kiblat akan menghasilkan data-data
yang berbeda pula. Baik dari pengambilan data koordinat Ka’bah
maupun data koordinat tempatnya. Dari sini penulis berkesimpulan
bahwa tidak menutup kemungkinan jika hisab yang digunakan oleh
M. Muslih Husein dalam menentukan azimuth kiblat kota-kota di
Nusantara terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan hisab lain
yang menggunakan data yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
pengambilan data yang berbeda-beda.
22 Wawancara dengan M. Muslih Husein, op. cit.
70
Data azimuth kiblat kota-kota di Indonesia yang terdapat
dalam buku panduan pedoman praktis ini adalah data untuk keseluruhan
daerah dalam suatu kabupaten atau kota yang terdaftar, maka jika ingin
menggunakan pedoman praktis pada tempat yang belum terdaftar dapat
menggunakan data daerah terdekat atau menyesuaikan dengan kota atau
kabupaten terdekat yang sudah terdaftar.23
Data yang digunakan adalah data global, maka sangat
memungkinkan terjadi perbedaan ketika dibandingkan dengan daerah
yang sebenarnya tidak memakai data yang terdapat dalam buku panduan
tersebut, karena sejatinya setiap tempat memiliki data koordinat yang
berbeda-beda.
B. Analisis Akurasi Penentuan Arah Kiblat Menggunakan Pedoman
Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat dari Sabang sampai
Merauke
Untuk menguji keakurasian ini membutuhkan pembuktian atau
observasi langsung di lapangan. Dalam menganalisis metode penentuan arah
kiblat M. Muslih Husein ini dibutuhkan suatu tolok ukur. Metode pengukuran
arah kiblat dengan theodolit dinilai sebagai metode terakurat untuk saat ini.,
hanya saja harga theodolit sangat mahal dan berat untuk dibawa kemana-
mana. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode segitiga siku-siku dengan
bayangan Matahari yang menurut Slamet Hambali bisa menggantikan metode
pengukuran arah kiblat menggunakan theodolit. Hasil yang bervariasi
23 M. Muslih Husein, loc. cit.
71
didapatkan pada observasi yang dilakukan dibeberapa tempat dan waktu yang
berbeda, adapun datanya adalah sebagai berikut:
1. Pengecekan di Masjid Baiturrahman Simpang Lima, Semarang pada hari
Minggu, 16 Maret 2014 pada pukul 09.45 WIB. Pada pengamatan ini
penguji membandingkan dengan metode segitiga bayagan Matahari
dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
a. Lintang tempat : -7˚ 00’
b. Bujur tempat : 110˚ 30’
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0-0o 8’ 45”08’ 44.25” (interpolasi)
f. Deklinasi : -1o 47’ 54.75” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 28’ 52.48” BU
65˚ 31’ 07.52” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 28’ 52”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 30˚ 26’ 03.75”
j. Arah Matahari (A) : 81˚ 41’ 55.05” UT
k. Azimut Matahari : 81˚ 41’ 55.05”24
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 32˚ 46’ 56.95”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari25
24 Jika azimuth kiblat dikurangi (azimuth Matahari + 180°) sisanya positif kurang dari
90°, maka langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan Matahari. Lihat Slamet Hambali, Ilmu Falak: Arah Kiblat Setiap Saat, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013, hlm. 89.
25 Ibid.
72
m. Membuat segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan
menggunakan satu segitiga siku-siku dengan bayangan 10cm = 6,44
cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 11,9 cm
Adapun data azimuth kiblat untuk kota Semarang yang
terdapat dalam daftar azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada
Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang
Sampai Merauke karya M. Muslih Husein adalah : 293,5 atau 293˚30’
00”.
Pada pengujian ini terdapat selisih yang dihasilkan jarak
pangkal garis kiblat menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah
Menentukan Arah Kiblat dari Sabang Sampai Merauke dengan garis
kiblat segitiga bayangan Matahari adalah sebesar 4,4 cm dan jarak kedua
ujungnya adalah 3,6 cm, jadi selisihnya ialah 0,8 cm, sedangkan panjang
garis ialah 10 cm sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan
K= 0,8 / 10 = 4° 34’ 26.12”. Jadi kemelencenganya adalah 4° 34’
26.12”.
2. Pengamatan di Desa Tambak Harjo, kelurahan Jrakah Tugu Semarang
pada hari Senin, 24 Maret 2014. Kali ini penguji membandingkan dengan
metode segitiga siku-siku dengan bayangan Matahari pada pukul 09.45
WIB. Adapun hasil perhitungannya sebagai berikut:
a. Lintang tempat : -7˚ 00’
b. Bujur tempat : 110˚ 30’
73
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0o 06’ 23.5” (interpolasi)
f. Deklinasi : 1o 20’ 25.5” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 28’ 52.48” BU
65˚ 31’ 07.52” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 28’ 52”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 33˚ 35’ 52.5”
j. Arah Matahari (A) : 77˚ 17’ 49.64” UT
k. Azimuth Matahari : 77˚ 17’ 49.64”
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 37˚ 11’ 02.36”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari
m. Membuat segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan
menggunakan satu segitiga siku-siku dengan bayangan 10cm = 7,58
cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 12,5 cm
Data azimuth kiblat untuk Semarang yang terdapat dalam
daftar azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada Pedoman Praktis dan
Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke karya M.
Muslih Husein adalah : 293,5 atau 293˚30’ 00”.
Pengujian ini menghasilkan selisih jarak pangkal garis kiblat
menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat
Dari Sabang Sampai Merauke dengan garis kiblat segitiga bayangan
74
Matahari adalah sebesar 2,7 cm dan jarak kedua ujungnya adalah 3 cm,
jadi selisihnya ialah 0,3 cm, sedangkan panjang garis ialah 10 cm
sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan K= 0,4 / 13 = 1°
43’ 06.09”. Jadi kemelencenganya adalah 1° 43’ 06.09”
3. Pengamatan di Masjid Agung Kendal pada hari Minggu, 23 Maret 2014,
pukul 09.45 WIB. Pada pengamatan ini penguji mebandingkan dengan
metode segitiga siku-siku dengan bayagan Matahari dengan hasil
perhitungan sebagai berikut:
a. Lintang tempat : -6˚ 57’
b. Bujur tempat : 112˚ 35’
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0o 06’ 41.25” (interpolasi)
f. Deklinasi : 0o 57’ 01.25” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 00’ 05.31” BU
65˚ 59’ 54.69” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 00’ 05”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 27˚ 50’ 18.75”
j. Arah Matahari (A) : 75˚ 11’ 25.5” UT
k. Azimuth Matahari : 75˚ 11’ 25.5”
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 38˚ 48’ 39.5”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari
75
m. Segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan menggunakan
satu segitiga siku-siku dengan bayangan 10cm = 8,04 cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 12,5 cm
Azimuth kiblat untuk Kota Kendal yang terdapat dalam daftar
azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada Pedoman Praktis dan Mudah
Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke karya M. Muslih
Husein adalah : 293,5 atau 293˚30’ 00”.
Pengujian Kali ini terdapat selisih yang dihasilkan jarak
pangkal garis kiblat menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah
Menentukan Arah Kiblat dari Sabang Sampai Merauke dengan garis
kiblat segitiga bayangan Matahari adalah sebesar 1,5 cm dan jarak kedua
ujungnya adalah 2,5 cm, jadi selisihnya ialah 1 cm, sedangkan panjang
garis ialah 10 cm sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan
K= 1 / 10 = 5° 42’ 38.14”. Jadi kemelencenganya adalah 5° 42’ 38.14”.
4. Pengamatan di Dusun Jurang Brengos, Desa Merbuh, kec. Singorojo
kabupaten Kendal pada hari sabtu, 29 Maret 2014, pukul 09.30 WIB.
a. Lintang tempat : -6˚ 57’
b. Bujur tempat : 112˚ 35’
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0o 04’ 53” (interpolasi)
f. Deklinasi : 3o 18’ 41.83” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 00’ 05.31” BU
76
65˚ 59’ 54.69” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 00’ 05”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 36˚ 08’ 15”
j. Arah Matahari (A) : 75˚ 15’ 33.06” UT
k. Azimuth Matahari : 75˚ 15’ 33.06”
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 38˚ 44’ 31.94”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari
m. Segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan menggunakan
satu segitiga siku-siku dengan bayangan 10cm = 8,02 cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 12,8 cm
Data azimuth kiblat untuk Kota Kendal yang terdapat dalam
daftar azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada Pedoman Praktis dan
Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke karya M.
Muslih Husein adalah : 293,5 atau 293˚30’ 00”.
Pengujian pada kali ini terdapat selisih yang dihasilkan jarak
pangkal garis kiblat menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah
Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke dengan garis
kiblat segitiga bayangan Matahari adalah sebesar 7,7 cm dan jarak kedua
ujungnya adalah 7,4 cm, jadi selisihnya ialah 0,3 cm, sedangkan panjang
garis ialah 10 cm sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan
K= 0,3 / 10 = 1° 43’ 06.09”. Jadi kemelencenganya adalah 1° 43’ 06.09”.
5. Pengamatan di Dukuh Seti, Pati pada hari Rabu, 9 April 2014. Kali ini
penguji membandingkan dengan metode segitiga siku-siku dengan
77
bayangan Matahari pada pukul 09.45 WIB. Adapun hasil perhitungannya
sebagai berikut:
a. Lintang tempat : -6˚ 48’
b. Bujur tempat : 111˚ 03’
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0o 01’ 42” (interpolasi)
f. Deklinasi : 7o 29’ 45” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 18’ 22.85” BU
65˚ 41’ 37.15” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 18’ 22”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 39˚ 22’ 30”
j. Arah Matahari (A) : 70˚ 41’ 37.15” UT
k. Azimuth Matahari : 70˚ 41’ 37.15”
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 43˚ 36’ 28.37”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari
m. Segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan menggunakan
satu segitiga siku-siku dengan bayangan 10cm = 9,52 cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 13,8 cm
Data azimuth kiblat untuk Kota Kendal yang terdapat dalam
daftar azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada Pedoman Praktis dan
Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke karya M.
Muslih Husein adalah : 293,3 atau 293˚ 18’ 00”.
78
Selisih pada pengujian ini menghasilkan jarak pangkal garis
kiblat menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah
Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke dengan garis kiblat segitiga
bayangan Matahari adalah sebesar 3,7 cm dan jarak kedua ujungnya
adalah 3,9 cm, jadi selisihnya ialah 0,2 cm, sedangkan panjang garis ialah
10 cm sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan K= 0,2 / 10
= 1° 08’ 44.75”. Jadi kemelencenganya adalah 1° 08’ 44.75”.
6. Pengamatan di Alun-alun Tayu, Pati pada hari Kamis, 10 April 2014.
Kali ini penguji membandingkan dengan metode segitiga siku-siku
dengan bayangan Matahari pada pukul 14.30 WIB. Adapun hasil
perhitungannya sebagai berikut:
a. Lintang tempat : -6˚ 48’
b. Bujur tempat : 111˚ 03’
c. Lintang Ka’bah : 21˚ 25’
d. Bujur Ka’bah : 39˚ 50’
e. Equation of time : -0o 01’ 22” (interpolasi)
f. Deklinasi : 7o 57’ 07” (interpolasi)
g. Kiblat : 24˚ 18’ 22.85” BU
65˚ 41’ 37.15” UB
h. Azimuth kiblat : 294˚ 18’ 22”
i. Sudut waktu Matahari (t) : 40˚ 12’ 30”
j. Arah Matahari (A) : 70˚ 27’ 32.27” UB
79
k. Azimuth Matahari : 289˚ 32’ 27”26
l. Sudut kiblat dari bayangan Matahari (Q): 4˚ 45’ 55”
Catatan: arah kiblat di sebelah kanan Matahari
m. Segitiga siku-siku dari bayangan Matahari dengan menggunakan
satu segitiga siku-siku dengan bayangan 20cm = 1,66 cm
n. Sisi miring (m) dengan panjang bayangan 10cm : 20,06 cm
Data azimuth kiblat untuk Kota Kendal yang terdapat dalam
daftar azimuth kiblat kota-kota di Indonesia pada Pedoman Praktis dan
Mudah Menentukan Arah Kiblat Dari Sabang Sampai Merauke karya M.
Muslih Husein adalah : 293,3 atau 293˚ 18’ 00”. Maka, dalam pengujian
ini terdapat selisih yang dihasilkan jarak pangkal garis kiblat
menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat
Dari Sabang Sampai Merauke dengan garis kiblat segitiga bayangan
Matahari adalah sebesar 3,5 cm dan jarak kedua ujungnya adalah 3 cm,
jadi selisihnya ialah 0,5 cm, sedangkan panjang garis ialah 10 cm
sehingga kemelencengannya (sebut saja K) adalah Tan K= 0,5 / 10 = 2°
51’ 44.66”. Jadi kemelencenganya adalah 2° 51’ 44.66”.
26 Jika A (arah Matahari) = UB; maka azimuth Mataharinya adalah 360˚- A. Maka, 360˚-
( +70˚ 27’ 32.27”) = 289˚ 32’ 27”, Lihat Slamet Hambali, Ibid, hlm.86.
80
Tabel 4.3: Kemelencengan Penelitian di Daerah Perkotaan dan Pedesaan
No. Kota Perkotaan Kemelencengan Pedesaan Kemelencengan 1.
Semarang
Simpang Lima
4° 43’ 26.12” Tambak Harjo
1° 43’ 06.09”
2.
Kendal
Masjid Agung Kendal
5° 42’ 38.14”
Dsn. Jurang Brengos, Merbuh, kec. Singorojo Kendal
1° 43’ 06.09”
3. Pati Alun-Alun Tayu, Pati
2° 51’ 44.66” Dukuh Seti
1° 08’ 44.75”
Pengujian yang dilakukan sebanyak enam kali menghasilkan selisih
arah kiblat dengan menggunakan Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan
Arah Kiblat dari Sabang sampai Merauke dengan metode segitis siku-siku
dengan bayangan Matahari pada daerah pedesaan berkisar dari 0° sampai
dengan 1° 54’. Sedangkan untuk daerah perkotaan berkisar antara 4˚ sampai
5˚ lebih. Dari hasil perhitungan kedua metode di atas sebenarnya tidak
terdapat selisih yang begitu signifikan, hal itu tampak pada hasil azimuth dari
kedua metode tersebut tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
perhitungan yang digunakan oleh M. Muslih Husein sudah termasuk
perhitungan kontemporer.
Perbedaan hasil terjadi pada saat pengaplikasian di lapangan
menggunakan alat masing-masing dari kedua metode tersebut. Pengujian ini
menunjukkan hasil kemelencengan masih berada pada
simpangan/kemelencengan (iḥtiyat al-kiblat) yang diperkenankan ketika
diaplikasikan di daerah pedesaan. Namun, untuk hasil pengujian di daerah
81
perkotaan memiliki kemelencengan yang begitu jauh, berkisar antara 4˚-5˚
lebih.
Kesalahan dalam penentuan arah kiblat sampai beberapa derajat
masih bisa ditolerir. Hal ini mengingat seseorang yang sedang mengerjakan
salat tidak mungkin menjaga sikap tubuh untuk benar-benar selalu tepat lurus
ke arah kiblat. Arah jamaah salat tidak akan terlihat berbeda, bila perbedaan
antar jamaah hanya beberapa derajat. Sangat mungkin, dalam kondisi saf
yang sangat rapat, posisi bahu kadang agak miring, bahu kanan di depan
jamaah sebelah kanan, bahu kiri di belakang jamaah sebelah kiri.27
Perbedaan arah kiblat yang tidak terlalu signifikan
hendaknya tidak terlalu dipermasalahkan. Kiranya perbedaan kurang dari 2˚
masih dianggap tidak terlalu signifikan,28karena menurut Thomas
Djamaluddin semakin jauh dari Ka’bah kita semakin sulit menjadikan diri
akurat menghadap ke arah kiblat. Arah kiblat adalah arah menghadap,
sehingga menurutnya simpangan atau batas toleransi adalah simpangan yang
tidak signifikan mengubah arah secara kasat mata, termasuk pada garis saf
Masjid.29
Kemelencengan atau selisih hasil tersebut terjadi dikarenakan
faktor kompas yang terpengaruh dengan benda-benda seperti besi, baja, dan
tingginya tegangan aliran listrik yang ada di daerah perkotaan. Data yang
digunakan secara global pun sedikit banyaknya akan mempengaruhi hasil
27 Thomas Djamaluddin, Arah Kiblat: Jangan Persulit Diri, http://isnet.org/t_djamal diakses pada tanggal 31 Oktober 2013.
28 Ibid. 29 Hasil wawancara dengan Thomas Djamaluddin via facebook pada tanggal 11 Februari
2014.
82
penelitian ini. Selain itu, faktor human error ataupun technical error.
Dimana faktor tersebut terkait langsung dengan kegiatan pengukuran arah
kiblat, misalnya kurangnya ketelitian pada saat pembidikan arah Utara,
memproyeksikan arah kiblat dari kompas, maupun pada saat pengambilan
garis pada arah kiblat.
Perbedaan metode pengukuran arah kiblat dengan pedoman praktis
dan mudah menentukan arah kiblat dari Sabang sampai Merauke dengan
metode segitiga siku-siku dangan bayangan Matahari terletak pada penentuan
arah Utara. Pedoman praktis M. Muslih Husein menggunakan kompas untuk
menunjukkan arah Utara, sedangkan segitiga siku-siku dengan bayangan
Matahari setiap saat menggunakan bayangan Matahari, sehingga terjadi
kemelencengan dalam pengaplikasiannya, meskipun dari hasil perhitungan
tidak terpaut jauh.
Dapat penulis simpulkan dari pemaparan di atas bahwasanya
pedoman praktis dan mudah menentukan arah kiblat dari sabang sampai
merauke karya M. Muslih Husein ini sangat praktis untuk digunakan dalam
menentukan arah kiblat. Selain itu juga alat ini mudah dibawa kemana saja
karena ukurannya sangat sederhana dan bidang yang dapat dilipat. Meski
dalam aplikasinya terdapat kemelencengan yang berbeda-beda, alat ini bisa
dijadikan sebagai alternatif penentu arah kiblat pada kondisi yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan metode yang lainnya, seperti ketika
sedang melakukan perjalanan, dan sebagainya yang memerlukan sesuatu yang
cepat dan praktis.
83
Untuk pembangunan masjid atau musala, perhitungan dan
pengukuran arah kiblatnya tetap harus diupayakan seakurat mungkin setidak-
tidaknya menghadap ke kota Mekah, agar tidak terjadi kemelencengan yang
terlalu jauh dari Ka’bah. Sedangkan untuk mengevaluasi masjid atau musala
lama dan memutuskan toleransi penyimpangan, disarankan untuk
menggunakan definisi akurasi praktis agar tidak menyulitkan ummat.30
Alat ini juga tidak lepas dari kelemahan-kelemahan yang
mengitarinya, diantaranya: pertama, pengukuran arah kiblat dengan pedoman
dan praktis dari sabang sampai merauke sebaiknya digunakan ditempat yang
jauh dari benda-benda seperti baja, basi, hp dan alat elektronik lainnya karena
bisa mempengaruhi arah Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Kedua,
alat ini harus digunakan ditempat yang datar. Ketiga, dalam penggunaannya
harus sabar karena harus menunggu jarum kompas benar-benar tidak bergerak
lagi dan menunjukkan arah Utara. Keempat, data yang digunakan dalam buku
panduan adalah data global, sehingga hasil yang didapatkan pun tidak seteliti
menggunakan data daerah tertentu yang akan diukur.
30 Wawancara dengan Thomas Djamaluddin, op. cit.