BAB IV

11
BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post test only control group dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Federrer, penelitian ini menggunakan 36 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan 18 ekor tikus putih di masing-masing kelompok. Kelompok pertama (P 0 ) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi tanpa diberikan perlakuan, dan kelompok kedua (P 1 ) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi diberi ekstrak ikan betok (Anabas testudineus). B. Instrumen Penelitian 1. Alat 24

description

wsfd

Transcript of BAB IV

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post test only control group dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Federrer, penelitian ini menggunakan 36 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan 18 ekor tikus putih di masing-masing kelompok. Kelompok pertama (P0) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi tanpa diberikan perlakuan, dan kelompok kedua (P1) merupakan kelompok tikus dengan luka terkontaminasi diberi ekstrak ikan betok (Anabas testudineus).B. Instrumen Penelitian1. AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain waterbath, gelas erlenmeyer, jangka ukur, neraca analitik, timbangan tikus, kandang tikus, aquadest, alkohol 70%, eter, NaCl 0,9%, scalpel steril, pisau cukur, toples plastik, sarung tangan, kapas lidi, kapas, kassa steril, gunting kassa, plester, dan kamera digital.2. BahanBahan yang digunakan adalah ekstrak ikan betok (Anabas testudineus) sebanyak 0,02 gr/gr BB.Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak 36 ekor dengan berat badan 200-250 gr dan berumur 2,5-3 bulan. Tikus-tikus ini dipelihara dan diadaptasikan dengan kondisi yang sama (makanan, minuman, kondisi kandang) selama 1 minggu sebelum digunakan untuk penelitian.C. Variabel Penelitian1. Variabel BebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian diet ekstrak ikan betok (Anabas testudineus).2. Variabel TerikatVariabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tanda inflamasi eritema.3. Variabel PenggangguVariable pengganggu dalam penelitia ini adalah sirkulasi, oksigenasi, hormon, hematoma, iskemia, dan penyakit diabetes.4. Variabel TerkontrolVariabel terkontrol dalam penelitian ini meliputi berat badan, umur, dan jenis kelamin tikus, kondisi kandang, keadaan luka, balutan, nutrisi, dan sterilitas peralatan yang digunakan.D. Definisi Operasional1. Luka terkontaminasi adalah sayatan pada bagian kulit tikus putih yang dibuat menggunakan scalpel steril, dengan panjang luka 2,5 cm dan kedalaman sampai area subkutan, kemudian luka dibuat dalam kondisi tidak steril dengan membiarkan luka terbuka selama enam jam agar terpapar oleh udara.2. Ekstrak daging ikan betok adalah zat-zat aktif yang terdapat pada ikan betok, berupa protein, Aspartat, Glutamat, Serin, Histidin, glisin, threonin, arginin, alanin, tirosin, methionin, valin, fenilalanin, i-leusin, leusin, dan lisin yang kemudian diberi makan secara oral terhadap tikus.3. Perawatan luka terkontaminasi dengan ekstrak daging ikan betok adalah proses pembersihan sayatan dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%, kemudian pemberian makan dengan ekstrak daging ikan betok sebanyak 0,2 gr/gr BB secara oral, dan dilakukan perawatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.4. Penurunan eritema adalah pengurangan intensitas warna kemerahan yang tampak pada kulit disekitar area luka akibat proses pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi peradangan dari dalam tubuh terhadap adanya benda asing yang masuk melalui luka.

E. Prosedur Penelitian1. Pembuatan Abon Daging Ikan Betok (Anabas testudineus).Pertama ikan betok dibersihkan, dan dikeluarkan isi perut dan dibuang kepalanya, kemudian ikan betok dikukus sampai matang. Setelah ikan betok matang di ambil daging dan dipisahkan dari durinya. Kemudian 500 gr daging ikan betok di tumbuk hingga menjadi suwiran daging ikan. Campurkan bumbu : 10 gr bawang putih, 75 gr bawang merah, 150 gr gula merah, 10 gr ketumbar, 3 tangkai sereh, 15 gr garam, 10 gr jahe, 5 gr laos yang sebelumnya sudah di haluskan, lalu aduk rata dengan suwiran daging ikan gabus tersebut. Goreng daging ikan gabus tersebut dengan minyak, aduk sampai kering danwarnyanta menjadi kuning kecoklatan.2. Pembuatan luka insisiSebelum dilakukan perlukaan pada tikus putih (Rattus norvegicus), peneliti cuci tangan dan pasang sarung tangan., kemudian pasang perlak dan alas di bawah tubuh tikus putih (Rattus norvegicus). Pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang sudah diadaptasikan, akan dilakukan anastesi menggunakan eter secara inhalasi. Setelah itu pada bagian punggung dilakukan pencukuran bulu tikus sepanjang 3-5 cm. Kemudian dilakukan anastesi inhalasi menggunakan eter kembali, dan dilakukan desinfeksi area kulit tikus yang akan dilakukan insisi dengan alkohol. Insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel steril, panjang luka sekitar 2,5 cm dengan kedalaman sampai area subkutan. Luka yang dihasilkan dibiarkan terbuka selama kurang lebih 6 jam dan setiap jam tikus dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dalam ruangan untuk mendapatkan kesempatan terpapar udara yang sama.Setiap kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:a. Kelompok I: Luka sayat , namun tidak di beri makan abon daging ikan betokb. Kelompok II: Luka sayat diberi makan abon daging ikan betok sebanyak 0,2 gr/gr BB

3. Prosedur perawatan lukaPerawatan luka dengan pemberian diet makan ekstrak daging ikan betok yang dilakukan sekali sehari setiap sore jam 16.00 WITA. Pada kelompok pertama diberi makan biasa, sedangkan pada kelompok kedua, diberi makan abon daging ikan betok sebanyak 0,2 gr/gr BB.4. EvaluasiPerawatan luka dievaluasi sampai terlihat tanda-tanda adanya penurunan tanda inflamasi eritema dalam jangka waktu maksimal delapan hari dengan cara pengawasan terhadap luka. Apabila terdapat tanda-tanda peradangan dan tanda tersebut berkurang dari hari ke hari, maka langsung dibuat pencatatan data. F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan DataData dibuat dengan cara memfoto obyek luka dengan kamera digital, lalu hasil foto diolah untuk mengetahui intensitas warna inflamasi eritema pada area dekat luka dan area dekat kulit normal pada masing-masing kelompok. Digunakan aplikasi Program corel photopaint suite graphic 12. Caranya adalah dengan klik menu start, kemudian pilih corel photopaint 12, pilih file dan masukkan hasil fotonya. Pilih color mode dan pilih RGB 48 bit dan blok area yang akan di lihat intensitas warnanya dengan menggunakan rectangle mask tool, kemudian pilih image dan pilih histogram, jadikan red channel maka angka mean akan keluar, sehungga didapatkan data berupa mean dari intensitas warna.

G. Cara Analisis DataData yang diperoleh diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-wilk. Jika data berdistribusi normal, data dianalisi secara bivariat dengan menggunakan uji Independent Sample T Test. Apabila data berdistribusi tidak normal maka akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan derajat kepercayaan 95% untuk menganalisis perbandingan antara kecepatan penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema pada tikus putih (Rattus norvegicus) dengan ekstrak daging ikan betok (Anabas testudineus) dan dengan kecepatan penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema yang tidak diberikan perlakuan.H. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012 dengan jadwal penelitian seperti ditunjukkan pada tabel 4.1.Tabel 4.1 Jadwal Penelitian KegiatanWaktu Pelaksanaan Penelitian Bulan Ke-

123456

Pengumpulan dan persiapan referensi

Penyusunan proposal

Konsultasi

Seminar KTI I

Penelitian di laboratorium

Pengolahan data

I. Biaya PenelitianPerincian biaya pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:1. Pembuatan ekstrak abin daging ikan betokRp.300.000,-2. AquadestRp. 10.000,-3. Alkohol 70%Rp. 15.000,-4. EterRp. 120.000,-5. NaClRp. 20.000,-6. ScalpelRp. 50.000,-7. Pisau cukurRp. 10.000,-8. Sarung TanganRp. 50.000,-9. Kassa sterilRp. 20.000,-10. Plester 5 rollRp. 25.000,-11. Kapas dan kapas lidiRp. 15.000,-12. Tikus putih 36 ekor @ Rp. 25.000,-Rp. 900.000,-13. Pakan tikusRp. 200.000,-14. Rumah hewan cobaRp. 250.000,-15. Biaya pengumpulan dataRp. 100.000,-16. Biaya pembuatan dan pengolahan dataRp. 150.000,-17. Biaya pengadaan laporan Rp. 200.000,- +Total BiayaRp. 2.435.000,-

24