Bab II.rap Pengujian Kualitas Agregat Kasar
-
Upload
panji-hari-mukti-wibowo -
Category
Documents
-
view
98 -
download
3
Transcript of Bab II.rap Pengujian Kualitas Agregat Kasar
BAB II
PENGUJIAN KUALITAS AGREGAT KASAR
A.Pengujian Keausan Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui keausan suatu agregat kasar.
2. Dasar Teori
Alat uji tekan agregat Los Angeles adalah salah satu cara untuk
menguji kekuatan agregat dimasukkan ke dalam silinder logam, dengan
bola-bola baja untuk memukul, kemudian silinder diputar sehingga butir-
butir agregat tersebut terpukul-pukul dan terabrasi. Persentase jumlah
agregat yang hancur selama pengujian merupakan ukuran dari sifat-sifat
agregat yaitu keuletan, kekerasan dan kekuatan. Menurut PBI (Peraturan
Beton Bertulang Indonesia) kekerasan dapat diketahui dengan mesin
pengaus Los Angeles dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari
50 %. Cara uji desak ini juga dapat digunakan untuk memeriksa adanya
bagian butir-butir yang lunak dalam agregat.
3. Bahan yang diperlukan
Kerikil sebanyak 5000 gram.
a. Lolos saringan 19,05 mm dan tertahan saringan 12,5 = 2500 gram
b. Lolos saringan 12,5 mm dan tertahan saringan 9,5 = 2500gram
4. Alat yang digunakan
a. Ayakan ukuran 19,05 mm, 12,5 mm dan 9,5 mm
b. Timbangan kapasitas 10 kg.
c. Mesin Los Angeles
5. Cara Kerja
a. Menyediakan kerikil dengan ketentuan yang sudah ditentukan.
b. Memasukkan bola baja sebanyak 11 buah dan kerikil yang sudah
ditentukan ke dalam mesin Los Angeles.
c. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 – 35 rpm sebanyak
500 putaran.
d. Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin tersebut,
kemudian disaring dengan saringan diameter no. 12 ( 17 mm)
e. Timbang agregat yang tertahan saringan no.12 ( 1,7 mm)
f. Menghitung keausan yang terjadi.
6. Alur Kerja
Gambar II.1 Alur Kerja Pengujian Keausan Agregat Kasar
Pengujian Keausan Agregat Kasar
Mempersiapkan Alat dan Bahan : Kerikil sebanyak 5000 gram.
a. Lolos saringan 19,05 mm dan tertahan saringan 12,5 = …. gram b. Lolos saringan 12,5 mm dan tertahan saringan 9,5 = …. gram c. Ayakan ukuran 19,05 mm, 12,5 mm dan 9,5 mmd. Timbangan kapasitas 10 kg.e. Mesin Los Angeles
Langkah Kerjaa. Menyediakan kerikil dengan ketentuan yang sudah ditentukan.b. Memasukkan bola baja sebanyak 11 buah dan kerikil yang sudah
ditentukan ke dalam mesin Los Angeles.c. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 – 35 rpm sebanyak 500
putaran.d. Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin tersebut,
kemudian disaring dengan saringan diameter no. 12 ( 17 mm)e. Timbang agregat yang tertahan saringan no.12 ( 1,7 mm)f. Menghitung keausan yang terjadi.
Mengamati Hasil Praktikum
Kesimpulan
Analisa Data
Mulai
Selesai
7. Hasil pengamatan
a. Berat mula-mula (A) = 5000 gram
b. Berat kerikil yang tertahan saringan no.12 setelah dibersihkan (B) =
1737 gram
8. Hasil pengamatan
Persentase keausan = A – B x 100 %A
= 5000 – 1737 x 100 % 5000
= 65.26 %
9. Kesimpulan
Dari percobaan di atas diketahui bahwa persentase keausan adalah
65.26 %. Jadi kerikil tersebut kurang baik jika digunakan untuk campuran
beton karena keausannya > 50 % sesuai dengan peraturan PBI 1971.
10. Saran-saran
a. Penimbangan harus dilakukan secara teliti karena mempengaruhi hasil
akhir.
b. Dalam pengayakan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menyebabkan tercecernya agregat ( hilang ).
Timbangan Ayakan
Los Angeles Machine
Gambar II.2 Alat-alat praktikum pengujian agregat kasar
B.Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui berat jenis agregat kasar.
2. Dasar Teori
Pemeriksaan berat jenis agregat kasar dilakukan untuk menemukan
berat jenis (bulk), berat jenis permukaan jenuh (saturated surface dry),
berat jenis semu (apparent specific gravity) dari agregat kasar.
a. Berat jenis (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara agregat
kering dengan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) yaitu
perbandingan antara agregat kering permukaan jenuh dengan air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara
berat agregat kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
d. Penyerapan (absorbsi) adalah persentase berat air yang dapat diserap
pori terhadap berat agregat kering.
3. Bahan-bahan yang digunakan :
Kerikil.
4. Alat-alat yang digunakan
a. Timbangan kapasitas 10 kg
b. Cawan besar
c. Oven dengan suhu max 150˚C buatan Jerman
d. Air
e. Kain lap kering
5. Cara Kerja
a.Mengambil dan menimbang kerikil sebanyak 1000 gram
b. Merendam kerikil dengan air kemudian di diamkan selama 24 jam
dengan suhu 100˚C
c.Pada hari berikutnya kerikil ditiriskan kemudian dilap dengan kain lap
yang sudah di sediakan.
d. Menimbang berat kerikil dalam keadaan jenuh kemudian menimbangnya
kembali dalam air untuk mengetahui berat kerikil dalam air (BA).
e.Kerikil lalu dioven untuk menemukan berat kering oven (BK).
6. Alur Kerja
Gambar II.3 Alur Kerja Pengujian Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar
Pemeriksaan Berat jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Mempersiapkan Alat dan Bahan :a. Timbangan d. Airb. Cawan besar e. Kain lapc. Oven buatan Jerman f. Kerikil
Langkah Kerjaa. Mengambil dan menimbang kerikil sebanyak 1000 gram b. Merendam kerikil dengan air kemudian di diamkan selama 24 jam
dengan suhu 95˚C c. Pada hari berikutnya kerikil ditiriskan kemudian dilap dengan kain lap
yang sudah disediakan. d. Menimbang berat kerikil dalam keadaan jenuh kemudian
menimbangnya kembali dalam air untuk mengetahui berat kerikil dalam air (BA).
e. Kerikil lalu di oven untuk menemukan berat kering oven (BK).
Mengamati Hasil Praktikum
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Mulai
7. Hasil Pengamatan
Tabel II.1 : Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar
No. KeteranganHasil (gram)
1 Berat benda uji dlm kead. Jenuh (SSD) ( BJ ) 1042
2 Berat benda uji dalam air ( BA ) 612
3 berat benda uji kering oven (BK) 983
4 Berat Jenis Bulk = BK / ( BJ - BA ) 2.29
5 Berat jenis SSD = BJ / ( BJ - BA ) 2,42
6 Berat Jenis Semu = BK / ( BK - BA ) 2,65
7 Penyerapan (Absorbsi) = ((BJ - BK) / BK) . 100% 6 %
8. Analisis Data
Berat benda uji dalam keadaan jenuh (SSD) (BJ) = 1042 gram
Berat benda uji dalam air (BA) = 612 gram
Berat benda uji kering oven (BK) = 983 gram
= 2.29
= 2.42
9. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh besar penyerapan untuk agregat kasar
sama dengan 6 %,maka agregat kasar tersebut tidak layak digunakan
sebagai campuran beton karena nilai absorbsinya > 3 %.
10. Saran-saran
Penimbangan hendaknya harus teliti dan posisi timbangan harus dalam
keadaan normal karena akan mempengaruhi hasil hitungan.
Timbangan Cawan
Oven
Kain lap
Gambar II.4 Alat-alat praktikum pengujian berat jenis agregat kasar
C.Thickness Gauge
1. Maksud dan Tujuan
Untuk merancang suatu campuran beton (mix design) perlu diketahui
ketebalan suatu batuan, karena ketebalan suatu batuan dapat mempengaruhi
kekuatan beton, baik dari segi kekuatan tekan, kekuatan tarik, kekuatan
lentur dan sebagainya.
2. Dasar Teori
Thickness Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur
ketebalan suatu bahan. Alat ini terbuat dari baja dengan mempunyai alur
lubang dengan ukuran tertentu. Proses akhir dengan alat ini dilakukan
dengan proses galvani agar alat anti karat.
3. Alat yang digunakan
6 7
5 3 4
2 1
Gambar II.5 Alat Thickness Gauge
Keterangan gambar :
a. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 63 – 53 mm
b. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 53 – 37,5 mm
c. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 37,5 – 26,5 mm
d. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 26,5 – 19 mm
e. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 19 – 13,5 mm
f.Alur lubang yang bisa dilewati ukuran bataun 13,5 – 9,5 mm
g. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 9,5 – 6,3 mm
4. Bahan-bahan yang diperlukan :
Sample kerikil sebanyak 25 buah.
5. Cara Kerja
a. Mengambil contoh kerikil sebanyak 25 buah yang akan diketahui
ketebalannya.
b. Memasukkan kerikil ke alur lubang satu-persatu pada alat Thickness
Gaude secara berurutan.
c. Mencatat pada lubang ke berapakah kerikil tersebut bisa masuk.
6. Alur kerja
Mulai
Mempersiapkan Alat dan Bahan :a. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 63 – 53 mm b. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 53 – 37,5 mm c. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 37,5 – 26,5 mmd. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 26,5 – 19 mme. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 19 – 13,5 mmf. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran bataun 13,5 – 9,5 mmg. Alur lubang yang bisa dilewati ukuran batuan 9,5 – 6,3 mmh. Sample kerikil sebanyak 25 buah.
Langkah Kerja a. Mengambil contoh kerikil sebanyak 25 buah yang akan diketahui
ketebalannya.b. Memasukkan kerikil ke alur lubang satu-persatu pada alat Thickness
Gaude secara berurutan.c. Mencatat pada lubang ke berapakah kerikil tersebut bisa masuk
Mengamati Hasil Praktikum
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar II.6 Alur Kerja Pengujian Thickness Gauge7. Hasil Pengamatan
Dari percobaan didapatkan bahwa kerikil tersebut lolos :
a. Lubang no. 1 ukuran 63 – 53 mm sebanyak = 25 buah.
b. Lubang no. 2 ukuran 53 – 37,5 mm sebanyak = 25 buah.
c. Lubang no. 3 ukuran 37,5 – 26,5 mm sebanyak = 21 buah
d. Lubang no. 4 ukuran 26,5 – 19 mm sebanyak.= 7 buah
e. Lubang no. 5 ukuran 19 – 13,5 mm sebanyak.= 0 buah
f. Lubang no. 6 ukuran 13,5 – 9,5 mm sebanyak.= 0 buah.
g. Lubang no. 7 ukuran 9,5 – 6,3 mm sebanyak.= 0 buah.
8. Kesimpulan
a. Batuan yang di uji dalam Thickness Gaude menunjukkan batuan pecah,
tajam, bersudut, bertekstur kasar dan lolos dalam alat Thickness Gaude
no. 2 yang berukuran 53 – 37,5 mm.
b. Karena termasuk batuan pecah, tajam, bersudut dan bertekstur kasar
maka batuan tersebut dapat digunakan untuk campuran beton. Sehingga
didapat kekuatan yang baik, baik dari segi kekuatan, tekan, tarik dan
lain-lain sesuai dengan yang direncanakan.
9. Saran-saran
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan, ketelitian sangat diharapkan karena
sangat menentukan hasil percobaan.
b. Dalam memasukkan kerikil ke lubang harus benar-benar teliti dan tidak
dipaksakan
10. Kendala-kendala
a. Kurang fasilitas yang dibutuhkan.