BAB III.docx

20
 BAB III ILUSTRASI KASUS 3.1 Iden tita s Pasien  Nama : Tn. W Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 69tahun TTL : 26Juli 1945 Status : Menikah Aama : !slam Suku "ansa : Ja#a $eker%aan : $ensiunan s#asta Alamat :Jl. &e'un ( )T 1 )W 1* "e%i N+. 2, e/amatan "e%i. +ta 0e+k $eriksa $uskesmas : S enin , J uni 2 15 3.2 Ana mnesis Aut+anamnesa a'a tanal , Juni 215 Keluhan utama : esemutan 'i ke'ua telaak kaki. Riwayat penyakit sekaran : 2 hari 3an lalu asien menaku ke'ua kakin3a serin kesemutan. esemutan tera sa a' a a ian er el an an kak i hin a ke tela ak kak i. Tel aa k kak i as ien semaki n serin kesemuta n sehin a men an u asien saat er%al an. $asien %ua merasakan serin atal-atal 'i a'ann3a. eluhan ini mun/ul sekitar 1 ulan 3an lalu. $asien han3a memuuhkane'ak anti atal 'ituuhn3a setelah man'i. Selain itu mata asien menalami anuan enlihatan. &anuan enlihatan ini 'irasakan se%ak 6 ulan 3an lalu tetai asien elum memeriksakan matan3a ke '+kter mata.  N3eri saat er%alan 3an hilan saat istirahat 'isankal. $asien menetahui sakit 0M 'ari tahun 21( karena meneluhkan serin uan ai r ke /i l sert a na s u ma ka n 3a n me ni n ka t teta i a 'a n te ra sa lema s ti 'a k  ersemanat untuk akti7itas. &ula 'arah asien saat ertama eriksa leih 'ari 25an. $as ien men 'a atkan +a t li enkla mi' se%a k tah un 21 (. &ul a 'ar ah as ien ia sa 'iatas 2 -(an. $asi en k+n tr+l ke uskes mas %ika a'a kel uha n 'an ti'ak ruti n meminum +at.$asien men3ankal ernah insan setelah meminum +at ula. $asien men3ankal a'an3a luka 3an sulit semuh. Ti'ak a'a ri#a3at sesak saat er%alan  en'enaran 3an kuran enkak a'a tanan 'an kaki. T i'ak a'a aleri +at. $asi en memi li ki ri #a3 at hi erte nsi. $a sie n menet ahui hi e rte nsi set ela h meneta hui ia sak it 0M 3ait u sek it ar tahun 21(. $asi en i asa meminum +at

description

evapro, dokga, tb, tuberkulosis, dm, diabetes mellitus tipe 2

Transcript of BAB III.docx

BAB IIIILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas PasienNama : Tn. WJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 69tahunTTL: 26Juli 1945Status: MenikahAgama : Islam Suku Bangsa: JawaPekerjaan: Pensiunan swastaAlamat :Jl. Gedung 3 RT 1 RW 17 Beji No. 28, Kecamatan Beji. Kota DepokPeriksa Puskesmas: Senin, 8 Juni 2015

3.2 AnamnesisAutoanamnesa pada tanggal 8 Juni 2015Keluhan utama : Kesemutan di kedua telapak kaki.Riwayat penyakit sekarang : 2 hari yang lalu pasien mengaku kedua kakinya sering kesemutan. Kesemutan terasa pada bagian pergelangan kaki hingga ke telapak kaki. Telapak kaki pasien semakin sering kesemutan sehingga mengganggu pasien saat berjalan. Pasien juga merasakan sering gatal-gatal di badannya. Keluhan ini muncul sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien hanya membubuhkanbedak anti gatal ditubuhnya setelah mandi. Selain itu, mata pasien mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, tetapi pasien belum memeriksakan matanya ke dokter mata. Nyeri saat berjalan yang hilang saat istirahat disangkal.Pasien mengetahui sakit DM dari tahun 2013, karena mengeluhkan sering buang air kecil serta nafsu makan yang meningkat tetapi badan terasa lemas, tidak bersemangat untuk aktivitas. Gula darah pasien saat pertama periksa lebih dari 250an. Pasien mendapatkan obat glibenklamid sejak tahun 2013. Gula darah pasien biasa diatas 200-300an. Pasien kontrol ke puskesmas jika ada keluhan, dan tidak rutin meminum obat.Pasien menyangkal pernah pingsan setelah meminum obat gula. Pasien menyangkal adanya luka yang sulit sembuh. Tidak ada riwayat sesak saat berjalan, pendengaran yang kurang, bengkak pada tangan dan kaki. Tidak ada alergi obat.Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien mengetahui hipertensi setelah mengetahui ia sakit DM, yaitu sekitar tahun 2013. Pasien biasa meminum obat Amlodipin 10 mg 1x1 sejak saat itu. Tensi pasien biasanya 140 atau 150 per 90-110. Pasien terkadang sering pusing, tetapi hilang dengan beristirahat. Pasien tidak rutin meminum obat hipertensinya. Pasien mengaku jika tensinya sedang tinggi dan kepala terasa pusing, pasien meminum obat, tetapi jika tidak, pasien tidak meminum obat hipertensinya. Nyeri disekitar dada disangkal. Riwayat stroke disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit gula sejak tahun 2013.Pasien mulai mengkonsumsi obat gula yaitu glibenklamid namun pasien tidak rutin minum obat, hanya kontrol ke puskesmas jika ada keluhan. Riwayat penyakit ginjal disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :Ibu, adik kandung dan keponakan pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus. Anak-anak pasien belum ada yang memeriksa gula, jadi belum tahu apakah sakit gula atau tidak.

Habitus :Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berlebihan, terutama saat pagi hari. Pasien sering makan di luar rumah, seperti membeli lontong pada pagi hari dan membeli soto siang hari, padahal pasien masih makan lagi di rumahnya.

Tabel 3.1Food Recall Pasien dalam 24 JamNama MakananBahan Makanan

Pagi

Lontong 3 buahNasi

Teh manisTeh dan Gula

NasiNasi

Sayur KangkungKangkung

Tempe GorengTempe + Minyak goreng

Siang

NasiNasi

Tempe GorengTempe + Minyak goreng

Sayur Bayambayam

PepayaPepaya

Sore

Soto Ayam + NasiBihunAyamNasiSantan

Malam

NasiNasi

Telur Telur ayamMinyak goreng

Sayur Oyong WortelOyongWortel

SusuTepung susu skim

3.3 Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentisKeadaan gizi: BaikTB/BB:169 cm / 60 kg, IMT :20.76 kg/m2(Normoweight)Tanda vital: Tekanan darah = 140/95 mmHgNadi = 88 x/menit, equal, isi cukup, regulerSuhu = 36.6 CLaju Pernafasan (RR) = 18 x/menit, tipe normal, jenis abdominothorakalKulit: kuning langsat, ikterik (-), lembabKepala : Normocephal, rambut hitam dan sedikit rambut putih, distribusi merata, tidak mudah dicabut.Wajah: Simetris, ekspresi baik.Mata: Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-, conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, gerakan bola mata kesegala arah, gangguan penglihatan +/-Telinga: Normotia, normosepta, gangguan pendengaran (-/-) bentuk telinga normalsimetris kanan dan kiri, lubang lapang, serumen+/+Hidung: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-purulen -/-Mulut: Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1).Leher: Simetris,tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, tidak teraba pembesaran KGB.Thoraks: Paru:I= Normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebarP= Fremitus taktil dan fremitus vokal sama kanan dan kiriP=Sonor pada kedua lapangan paru. Batas paru hati pada linea midclvavicula dextra ICS VIA = Suara nafas utama vesikuler, Ronkhi -/- Whezzing -/-Jantung :I= Iktus cordis tidak tampakP= Iktus cordis teraba, tidak kuat angkatP=Batas atas ICS III linea parasternal sinistraBatas kiri ICS V linea axila anterior sinistraBatas kanan ICS IV linea parastemal dextraA=BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-Abdomen:I=Datar, sikatrik tidak adaP=Dinding perut supel, turgor kulitbaik Hepar dan lien tidak teraba membesar. Nyeri tekan epigastrium (-)P=Timpani pada seluruh lapang abdomen.A=Bising usus (+) normalEkstremitas : Akral hangat, edema tungkai tidak ada, refleks fisiologi normal, refleks patologis tidak ada, CRT < 2 detik.Pemeriksaan penunjang : Hasil pemeriksaan GDS di Puskesmas Beji 540 mg/dL.

3.4 Usulan pemeriksaan penunjangPemeriksaan yang diusulkan untuk pasien ini :a. ABI Score. ABI Score berguna untuk menilai Peripheral Artery Disease (PAD), karena keluhan kesemutan pada pasien.b. Pemeriksaan HbA1c c. Pemeriksaan profil lipid : LDL, Trigliserid, HDL, karena berkaitan dengan hipertensi pasien aterosklerosis.d. Pemeriksaan Ureum Kreatinin, berkaitan dengan komplikasi DM (mikrovaskular) yaitu nefropati.e. Pemeriksaan Oftalmoskopi, karena keluhan gangguan penglihatan pada mata pasienyang berkaitan dengan komplikasi DM (mikrovaskular) yaitu retinopati.f. Foto Rontgen. Pada pemeriksaan fisik, batas jantung kiri pasien melebar, harusnya di linea midclavicula sinistra menjadi linea axila anterior sinistra.

3.5 Penilaian keluarga3.5.1. Nilai APGAR keluargaFungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain (Prasetyawati, 2010).Total APGAR scoreTn. W = 7 yang artinya fungsi fisiologis keluarga dalam keadaan cukup.Penilaian APGAR scoremeliputi :1. AdaptasiKemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.2. PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.3. GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.4. AffectionMenggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.5. ResolveMenggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain (Prasetyawati, 2010).Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori adalah:2:sering/selalu1:kadang-kadang0:jarang/tidak sama sekali

Tabel 3.2 APGAR score Tn. W terhadap pasienAPGAR score Tn. W Sering/selaluKadang kadangJarang / tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total7

3.5.2. Family SCREEMFungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian sebagai berikut : 1. Social Score social untuk melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.2. CultureScore culturemelihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun.3. ReligiousScore religius melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.4. Economic Score economic untuk melihat status ekonomi anggota keluarga.5. EducationalScore educational untuk melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.6. MedicalScore medical untuk melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai(Prasetyawati, 2010).Fungsi patologis dari keluarga Tn. W dinilai dengan menggunakan SCREEM score adalah sebagai berikut :Tabel 3.3 SCREEM scoreSUMBERPATOLOGISKET

SocialIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya-

CultureKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai adat istiadat Jawa dalam kehidupan sehari-hari.-

ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.-

EconomicEkonomi keluarga ini termasuk kurang cukup. Pendapatan dari gaji anak dan menantunya terkadang kurang mencukupi untuk hidup sehari-hari.+

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup baik.-

Medical

Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai kebutuhan,.-

Kesimpulan :Dalam keluarga pasien Tn. W ditemukan hanya satu fungsi patologis yaitu Economic. Sumber penghasilan keluarga Tn. W berasal dari anak perempuan pasien (Ny. D) dan menantunya.

3.5.3. GenogramKeluarga terdiri dari 3 generasi. Bentuk keluarga adalah keluarga majemuk. Dari pernikahan ini pasien memiliki 5 orang anak dan 7orang cucu.

Bagan 3.1 Genogram Keluarga Pasien Tn. W

3.5.4. FamilyMapping

Bagan 3.2Family Maping Keluarga Pasien Tn. WPasien merupakan pensiunan swasta. Pasien sehari-hari di rumah bersama keluarganya, namun lebih sering ditemani oleh istrinya. Istri pasien merupakan pelaku rawat. Pasien dekat dengan istrinya, anak kedua Ny. D (43 tahun) serta cucunya keduanya, W (18 tahun). Sebenarnya pasien dekat dengan anak terakhir Tn. W (35 tahun), namun anaknya tersebut telah meninggal dunia. Pasien memiliki kedekatan yang kurang dekat dengan menantunya. Keputusan keluarga biasanya diputuskan secara musyawarah antara istri pasien dan anak kedua Ny. D (43 tahun). Keluarga pasien masuk dalam siklus kehidupan keluarga ke-8 yaitu keluarga dengan usia lanjut.

Bagan 3.3 Siklus Keluarga

3.5.5. Karakteristik Demografi KeluargaTabel 3.4Anggota keluarga yang tinggal serumah NoNamaKedudukan dalam keluargaGender L/PUmurPendidikanPekerjaan

1Tn. WAyah (KK)L69 thnSMPPensiunan swasta

2Ny. SIstriP72 thnSMPIbu Rumah Tangga

3Ny. DAnak ke-2P43 thnSMAIbu Rumah Tangga

4Tn. TMenantuL44 thnSMASwasta

5An. WCucu ke-2L18 thnSMAFarmasi

6An. PCucu ke-3P16 thnSMAPelajar

Keterangan : KK = Kepala Keluarga3.6 Identifikasi Fungsi Keluarga3.6.1. Fungsi BiologisPasien mengalami kesemutan pada kedua kakinya dan menderita Diabetes Melitus tipe II. Riwayat DM tipe II terdapat pada ibunya, adik perempuan pasien dan keponakannya. Pasien juga merasa menjadi lebih sering buang air kecil, terutama pada malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat Hipertensi Grade I. Pasien terkadang mengeluhkan pusing,namun dapat berkurang jika pasien beristirahat.3.6.2. Fungsi PsikologisPasien sedih dengan meninggalnya anak terakhir, Tn. W. Pasien memiliki hubungan yang sangat erat.Tetapi dengan berjalannya waktu, pasien tidak terlalu sedih seperti sebelumnya.Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis. Pasien lebih dekat kepada cucunya (W, 18 tahun), tetapi tidak terlalu dekat dengan menantunya. 3.6.3. Fungsi Sosial Pasien sering berinteraksi dengan para tetangganya, terutama pagi hari saat pasien sedang berjalan pagi disekitar rumahnya. Pasien juga aktif pada beberapa kegiatan di masjid dekat rumahnya, walaupun sekarang sudah dikurangi aktifitasnya. Saat pasien sakit, beberapa tetangga menjenguk pasien ke rumahnya. Pasien dan keluarganya menghargai adat istiadat Jawa, pasien juga sesekali berbahasa Jawa saat berbicara dengan keluarganya.3.6.4. Fungsi EkonomiUntuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarga pasien masih kurang cukup. Kebutuhan keluarga hanya berasal dari gaji anak kedua (Ny. Dwi) sebagai pembantu rumah tangga di beberapa rumah tetangganya dan menantunyaTerkadang, keluarga pasien menerima uang dari anak-anaknya yang lain.3.6.5. Fungsi AdaptifPasien baru saja kehilangan anak terakhirnya yaitu Tn. W. Pasien sangat merasa sedih, karena pasien dekat dengan anaknya tersebut. Tn. W meninggal akibat sakit ginjal, keluarga mengetahui pasien sakit ginjal karena pasien harus melakukan cuci darah.

3.7 Identifikasi Perilaku KesehatanData Risiko Internal Keluargaa. Kebersihan Pribadi dan LingkunganPasien masih dapat membersihkan dirinya sendiri.Pasien mandi 3 kali sehari.Setiap sehabis mandi, dibantu oleh istrinya, pasien membubuhi bedak di badannya.Pasien rajin membersihkan diri, seperti saat sebelum makan, pasien mencuci tangannya terlebih dahulu.Jika pasien keluar rumah, pasien selalu memakai alas kaki.Kebersihan rumah selalu terjaga oleh istri dan anak keduanya.Pasien jarang ikut jika sedang membersihkan rumah, karena alasan lelah.Rumah disapu dan dipel setiap hari.Pasien hanya membersihkan sarang burung di teras rumahnya.Sarang burung rajin dirawat oleh pasien dan cucunya.Kamar tidur pasien dan istri rapih, tidak ada tumpukan baju-baju, obat-obat pasien disatukan dalam satu plastik dan diberi tempat tersendiri.b. Pencegahan SpesifikPola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berlebihan, terutama saat pagi hari.Pada pagi hari, pasien makan di rumah, lalu pasien keluar rumah untuk membeli lontong.Pasien sangat suka memakan lontong yang diisi oncom, pasien dapat memakan 3-4 lontong. Lalu, siang hari pasien sering memakan soto mie dengan nasi. Malam hari, pasien memakan buah serta nasi dan lauk.Pasien mengakui bahwa kebiasaan makan dengan takaran banyak sudah sejak dahulu, sejak pasien bekerja.Akibat dari lelah bekerja, pasien mengimbanginya dengan makan yang banyak.Selain itu, pasien juga menjelaskan bahwa makanan di rumah pasien sering tidak sesuai dengan selera pasien.Sehingga pasien masih sering jajan di luar rumah, untuk mencari makanan tambahan.Sejak pasien mengetahui dirinya terkena DM dan Hipertensi, pasien ke puskesmas untuk berobat dan mendapat edukasi mengenai penyakitnya.Pasien juga sering mengajak cucunya saat pasien diperiksa, untuk mendengarkan edukasi yang diberikan oleh dokter.Pasien sudah diajarkan mengenai gaya hidup dan makanan yang ideal untuk para diabetesi oleh ahli gizi di puskesmas, pasien sudah memulai mengikuti saran yang diberikan oleh ahli gizi tersebut dengan mengurangi makan-makanan yang manis, tetapi pasien tidak dalam waktu lama mengikuti saran ahli gizi tersebut, karena menurut keluarga pasien masih sering makan-makanan yang manis dan jajan di luar.c. Gizi PasienMakanan pasien di rumah, biasanya dimasak oleh istri atau anak keduanya.Istri pasien yang menentukan jenis makanan di rumah pasien.Istri pasien selalu membuat makanan yang seimbang dengan adanya sayuran, lauk pauk, dan buah.Pasien suka memakan sayur seperti wortel dan oyong.Takaran makan pasien biasanya lebih banyak nasi dibandingkan sayur dan lauk pauk.Kebiasaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien terhadap gizi diabetesi masih kurang, sehingga perlu diberikan edukasi tentang gizi diabetesi.Selain makanan pokok, pasien juga suka meminum susu, namun pasien hanya bisa membeli susu jika ada uang berlebih dari anak-anaknya atau dari cucunya.d. Latihan JasmaniPasien sudah melakukan aktivitas olahraga, walaupun tidak setiap hari, yaitu berjalan kaki pada pagi hari.Namun, keluarga pasien kurang merutinkan kegiatan tersebut. Istri pasien tidak menemani pasien saat jalan pagi hari, begitupula keluarga yang lainnyae. Penggunaan pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan yang biasa didatangi oleh pasien adalah puskesmas dan praktik dokter.Pasien memiliki jaminan kesehatan yang dapat digunakan di puskesmas.f. Kebiasaan/perilaku lainnya yang buruk untuk kesehatan Pasien tidak merokok dan sudah berhenti meminum kopi.Hanya saja, kegiatan rutin olahraga belum dijalankan pada anggota keluarga lainnya.

3.8 Keadaan rumah dan lingkungan sekitarPasien tinggal bersama keluarganya di rumah dengan luas 9x5 m2, luas halaman rumah 2x2m2.Rumah pasien terletak di lingkungan padat penduduk, tembok rumah pasien saling berdempetan dengan tetangganya. Di depan rumah pasien terdapat gang kecil, hanya dapat dilalui oleh motor. Di halaman rumah pasien terdapat beberapa tanaman dan tempat sampah. Pasien juga memelihara 2 burung, dengan sarang yang bersih terawat..Atap rumah pasien dari genteng.Akses masuk ke rumah pasien dapat dilalui melewati pintu utama, dan pintu yang berjarak 2 m dari pintu utama.Terdapat dua jendela di samping pintu utama, dan terdapat ventilasi di atas pintu utama dan jendela.Dinding rumah pasien permanen dan dicat.Pencahayaan pada siang hari cukup melalui pintu rumah dan jendela.Sumber pencahayaan pada malam hari dengan menggunakan lampu (listrik).Di dalam rumah pasien terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur yang menyatu dengan ruang makan, dan 2 kamar mandi. Terdapat kipas angin, tv, kursi tamu, meja, dan kabinet di ruang tamu. Air dalam kehidupan sehari-hari didapatkan dari pompa air listrik. Kamar mandi pasien bersih, lantai tidak licin, air jenih, namun penempatan beberapa barang seperti sabun, sikat gigi, dan pasta gigi tidak teratur.Dapur pasien dalam keadaan bersih, tetapi peralatan dapur dan beberapa barang di meja makan tidak teratur. Pencahayaan di beagian belakang rumah cukup, karena ada jendela di depan kamar mandi.

3.9 Diagnosis HolistikDilakukan pada kunjungan pertama tanggal 13 Juni 2015.a. Aspek Personal: - Pasien merasa sering kesemutan di kedua telapak kakinya. Pasien khawatir karena mengganggu kegiatan sehari-harinya terutamasaat sedang berjalan. Pasien berharap mengetahui penyebab kesemutannya dan rasa kesemutan di kakinya dapat sembuh serta mendapat pengobatan.b. Aspek Klinis: - Diabetes Melitus tipe II (ICD10 E.14 ; ICPCII T.90) Hipertensi grade I (ICD10 I.10 ; ICPCII K.86)c. Aspek Individual: - Pasien laki-laki berusia 69 tahun Memiliki kebiasaan jarang kontrol untuk penyakit DM dan Hipertensi Tidak rajin meminum obat Hipertensi Pola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol Tidak melakukan diet bagi penderita DM dan hipertensi Pasien terkadang berolahraga dengan berjalan kaki pada pagi harid. Aspek Psikososial: - Hubungan dengan istri, anak kedua dan cucu dekat, tetapitidak terlalu dekat dengan menantu. Pelaku rawat adalah istri pasien Menu makanan keluarga tidak sesuai dengan keinginan pasien, sehingga pasien sering makan di luar rumah.e. Aspek Fungsional: - Skala 2, pasien mampu melakukan pekerjaan Ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah dengan beberapa kesulitan.

3.10 Daftar Masalah dan Intervensia. Daftar Masalah

GAYA HIDUPPemenuhan kebutuhan primer, prioritas utamaTidak ada dana alokasi khusus untuk kesehatanLINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-EKONOMI :Pasien sedih akibat anak terakhir meninggalPendapatan keluarga kurang cukup, dan tidak tetapPasien berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga sekitar, pasien memiliki hubungan erat dengan istri sebagai pelaku rawat tetapi tidak begitu erat dengan menantunya.PERILAKU KESEHATANPola makan serta takaran makan pasien tidak terkontrol. Pasien sering mengkonsumsi makanan berlebihanPasien berobat jika hanya ada keluhanTidak rutin meminum obatFAKTOR BIOLOGIPasien merupakan anak ketiga. Ibu pasien, adik kandung dan keponakan pasien memiliki riwayat DM Tipe II. Pasien memiliki riwayat Hipertensi.PASIENKesemutan di kedua telapak kakinyaPEMERIKSAAN FISIKSt. Generalis : TD : 140/95IMT : 20.76 kg/m2Mata : gangguan penglihatan (+/-)Thorax : KardiomegaliP. Penunjang :GDS 540 mg/dL.LINGKUNGAN FISIKPenataan barang di beberapa ruangan tidak teratur, seperti di dapur dan kamar mandiBagan 3.4 Mandala of Healthb. IntervensiPenatalaksanaan permasalahan kesehatan pasien yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis terhadap pasien, keluarga dan lingkungan sekitarnya.Intervensi pada Pasien Penatalaksanaan Non Farmakologis Penatalaksanaan terhadap pasien sesuai dengan pilar penatalaksanaan DM antara lain edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis. Pasien juga memerlukan penatalaksanaan untuk hipertensinya. Pembinaan untuk pasien adalah memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah serta pengetahuan tentang penyakit yang dialami, menjaga pola makan yang teratur dan gaya hidup yang sehat, serta terus menjaga kebugaran diri dengan tetap berolahraga. Pasien diberikan motivasi untuk rajin mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jika pasien rajin kontrol, maka pasien mengetahui kondisi kesehatannya dengan baik. Selain itu, pasien juga diberikan pengetahuan tentang penyakit DM dan hipertensi, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran pasien terhadap penyakitnya.Pasien juga diberikan edukasi mengenai gizi.Pola makan pada penderita DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari.Gizi pasien DM harus seimbang sesuai prinsip 3J yaitu berdasarkan jumlah, jenis dan jenis makanan. Prinsip 3J dimaksud adalah jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan, jenis makanan yang manis harus dihindari karena dapat meningkatkanjumlah kadar gula darah. Pola makan 3J yang harus dipahami dan diingat oleh para penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-hari yaitu:1. JadwalPengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kali selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :a. Makan Pagi (jam 07.00)b. Snack I (jam 10.00)c. Makan siang (13.00)d. Snack II (jam 16.00)e. Makan malam (jam 19.00)f. Snack III (jam 21.00)Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula (Info Diabetes, 2012).2. JumlahPerhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi. Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut :a. Makan Pagi (20%) maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori seharib. Snack I (10%)c. Makan siang (25%)d. Snack II (10%)e. Makan malam (25%)f. Snack III (10%) (Info Diabetes, 2012).3. JenisJenis makanan menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut jugaindeks glikemik. Semakin cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut. Jadi, hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan lain-lain.Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya dengan serat. Contohnya sayuran dan buah-buahan (Info Diabetes, 2012). Penatalaksanaan Farmakologis Penatalaksanaan secara farmakologis sesuai dengan apa yang diberikan saat pengobatan di puskesmas yaitu diberikan Amlodipine 10mg 1x1. Glibenklamid 5mg 2x1 dan Metformin 500mg 2x1.

Intervensi pada Keluarga PasienKeikutsertaan seluruh anggota keluarga dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien sangat diperlukan. Pertama, memberi tahu masalah yang dialami oleh pasien. Keluarga dikumpulkan dalam satu kesempatan untuk berdiskusi tentang masalah kesehatan yang dialami pasien dan pentingnya partisipasi serta perhatian keluarga terhadap kepentingan keluarga terutama pasien. Penjelasan mengenai penyakit pasien, penyebab, gejala dan komplikasi, nutrisi serta pengobatan pada pasien. Keluarga juga harus mendapatkan edukasi yang jelas bahwa peran keluarga penting dalam mencegah semakin buruknya penyakit pasien karena penyakit tersebut tidak hanya diobati melalui pengobatan tetapi juga terhadap pola hidup sehat. Pola hidup sehat terutama pola makan pasien perlu ditekankan kepada pasien dan keluarga, karena sangat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Langkah selanjutnya adalah pembina mengingatkan pasien dan keluarga, bahwa penyakit pasien harus dikontrol secara berkala dan berkesinambungan serta memberitahu kepada keluarga pasien untuk saling mengingatkan serta mendukung pasien dalam mengontrol penyakitnya. Keluarga pasien juga diberikan edukasi bahwa penyakit pasien merupakan penyakit keturunan, sehingga tidak menutup kemungkinan anggota keluarga dapat mengidap penyakit yang sama. Oleh karena itu, keluarga diberikan motivasi untuk memeriksakan kesehatannya terkait DM dan Hipertensi secara berkala sehingga penyakit dapat diketahui lebih awal.3.11 Indikator KeberhasilanPasien dapat memperbaiki kualitas hidupnya dengan menjaga pola makan teratur sehingga GDS dan tekanan darah terkontrol serta kontrol kondisi kesehatan yang teratur. Indikator keberhasilan pada pasien adalah :1. Kadar gula darah sewaktu kurang dari atau sama dengan 140mg/dL dan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg.2. Pola makan teratur sesuai diet DM yaitu 3J, memakan makanan tidak berlebihan.3. Tetap melakukan latihan jasmani seperti olahraga pada pagi hari.4. Pasien rutin meminum obat DM dan hipertensi serta rutin kontrol penyakitnya.5. Pasien tidak sedih lagi akibat meninggalnya anak terakhir pasien.Indikator keberhasilan pada keluarga antara lain :1. Setiap anggota keluarga memahami permasalahan penyakit pasien serta ikut serta dalam menjaga gaya hidup sehat pasien dan keluarga.2. Pendapatan keluarga bertambah untuk kelangsungan hidup bersama.3. Hubungan semakin baik antara menantu pasien dengan pasien, yang menjadi salah satu faktor pada peningkatan kualitas hidup baik bagi pasien dan keluarga.

3.12 Koping ScoreDilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi, penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi dengan skala : 5 : dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya 4 : penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain/dokter/pelayanan kesehatan 3 : penyelesaian hanya sedikit atas partisipasi keluarga 2 : partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu, penyelesaian oleh orang lain/dokter/pelayanan kesehatan 1 : tidak ada partisipasi, tidak ada penyelesaian walaupun sarana ada 99 : tidak dapat dinilai. Tabel 3.5Koping ScoreNoMasalahIntervensiKoping AwalHasil IntervensiKoping Akhir

1Penyakit DM Tipe II dan Hipertensi Grade IPemberian obat :Glibenklamid 5 mg 2x1, Metformin 500mg 2x1, dan Amlodipine 10mg 1x12- Awal : TD dan GDS (8 Juni 2015) = 140/95 mmHg dan 540 mg/dL.- Akhir : TD dan GDS (19 Juni 2015) adalah 130/90mmHg dan 280 mg/dL. TD dan GDS (saat puasa) (3 Juli 2015) adalah 130/85 mmHg dan 147 mg/dL.

4

2Pasien tidak rutin meminum obatMemberikan edukasi bahwa obat diminum harus rutin tidak hanya saat terdapat keluhan atau GDS dan TD dalam keadaan tinggi 2Pasien menjadi rutin meminum obat karena pasien menjadi mengerti bahwa obat menjadi salah satu faktor untuk mempertahankan kadar GDS dan TD4

3Pola makan yang tidak terkontroldan berlebihEdukasi mengenai 3J dan mengurangi makan yang engandung garam2Pasien sudah mengurangi makan lontong 3 buah menjadi 1 buah. Porsi makan pasien sebelumnya 1 piring, sekarang piring dengan sayur yang lebih dominan. Jadwal makan pasien lebih teratur dibandingkan sebelumnya. Pasien sekarang lebih sering memakan sayur bening tidak menggunakan garam.4

4Pasien masih jarang berolahragaEdukasi mengenai olahraga untuk membugarkan badan2Pasien setiap pagi ditemani oleh istrinya untuk jalan pagi disekitar rumahnya.4

5Masalah psikososial pada pasien yaitu sedih karena anak terakhir meninggalMemberikan edukasi bahwa komunikasi dengan pasien semakin ditingkatkan karena dapat mengurangi rasa sedih akan kehilangan anak bungsunya.2- Pasien sekarang sudah mulai ikhlas dengan keadaan yang sekarang tanpa anak bungsunya.4

6

Pengetahuan yang kurang terhadap penyakit pasien dengan DM tipe II dan Hipertensi Grade IEdukasi mengenai penyakit pasien (definisi, penyebab, gejala dan komplikasi, pengobatan) DM dan Hipertensi Grade I2-pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya, sehingga mau mengontrol penyakitnya dan mau berobat secara teratur.4

7Hubungan pasien dengan menantu kurang dekat Memberi tahu keluarga bahwa hubungan harmonis antar anggota keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup, baik pada pasien maupun keluarga.2-Menantu pasien sudah diberikan edukasi mengenai permasalahan kesehatan pasien, dan sekarang menjadi lebih dekat dengan pasien menantunya pernah mengantarkan pasien ke klinik dokter terdekat.4

8Masalah ekonomi pada keluargaMemberikan edukasi bahwa pendapatan keluarga dapat ditambahkan lagi dengan memotivasi keluarga untuk mencari pendapatan lebih.2- Keuangan keluarga sudah dapat dibantu oleh cucu kedua, dengan bekerja di bagian farmasi. Selain itu, karena edukasi yang telah diterima keluarga inti, anak-anak lain pasien juga menjadi lebih sering memberikan bantuan berupa materi untuk menunjang kesehatan pasien.4

RATA-RATA16/8 = 232/8 = 4

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 2 yaitu keluarga cukup mampu menyelesaikan hampir seluruhnya oleh kelurga dengan sedikit petunjuk dari orang lain/ dokter/ pelayanan kesehatan. Pada akhir pembinaan dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 4yaitu penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain/dokter/pelayanan kesehatan.