BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan...
Transcript of BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan...
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan Jiwa
1. Biodata
Pengkajian dilakukan pada hari Jumat, tanggal 1 Januari 2010 jam 15.30
Wib dengan cara observasi klien dan catatan medis seihingga didapatkan
data sebagai berikut, nama klien adalah Ny. S dengan usia 33 tahun, jenis
kelamin perempuan, nama ayah klien adalah Tn. D, usia 49 tahun, agama
yang dianut klien adalah sama dengan agama yang dianut kedua orang
tuanya yaitu agama islam. Klien bertempat tinggal Tegal. Klien tinggal
bersama kedua orang tuanya, adik kandung, suami dan anak laki – lakinya.
Klien menganut suku jawa dan kebangsaan Indonesia. No Rm klien :
055668, klien masuk tanggal 30 Desember 2009 dengan diagnosa
Skizofrenia Paranoid.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan masuk
Mengamuk-ngamuk dan mengomel – omel.
b. Faktor predisposisi
Kurang lebih 16 tahun yang lalu klien pernah dirawat di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Klien masuk
rumah sakit jiwa sudah 4 kali ini dengan keluhan yang sama,
31
pengobatan yang pertama kurang berhasil karena kontrol dan tidak
minum obat tidak teratur, disamping itu klien di rumah sering marah-
marah dan mengamuk ketika ada masalah. Dalam keluarga klien tidak
ada yang mengalami penyakit seperti ini, klien pernah mengalami
masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu tidak lulus sekolah SMKK.
Klien tidak terdapat keluhan fisik.
c. Faktor presipitasi
Klien menyatakan merasa sakit hati dengan suaminya, jengkel dan
marah dengan pembantunya karena suaminya telah menuduh klien
mencuri uang penghasilan warteg milik klien dan suaminya, padahal
menurut klien pembantunya yang bernama Nn. A yang mencuri uang
tersebut. selain itu klien juga kecewa dengan anak laki – laki satu –
satunya karena anaknya bandel dan susah diatur, pulang sekolah
jarang langsung pulang ke rumah tetapi main tanpa seizing orang
tuanya. Klien merasa malu pada diri sendiri dan merasa tidak berguna
sebagai seorang ibu karena tidak bisa mendidik anaknya dengan
benar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
S : 360 C
32
2) Keluhan fisik : klien tidak terdapat keluhan fisik
3. Psikososial
a. Genogram
Tn. S Ny. S Tn. D Ny. S
Ny. I Tn. R Nn. S Nn. A Tn. I Sdr. J
Tn. A Ny. S
An. M
Keterangan
: laki-laki
: klien
: perempuan
: sudah meninggal
: tinggal serumah
Klien adalah anak perempuan, anak pertama dari tiga bersaudara.
Klien mempunyai dua adik laki-laki yaitu Tn. I dan Sdr. J. klien sudah
menikah dengan Tn. A (38 tahun) dan mempunyai seorang anak laki-
laki yaitu An. M (13 tahun). Klien masih tinggal serumah dengan orang
tuanya, adik kandung, suami dan anaknya. Hubungan klien dengan
33
keluarga baik, komunikasi terbuka, sebagai pengambil keputusan dalam
keluarga klien adalah suami klien. Klien juga sangat dekat dengan
keluarganya terutama suami. Apabila klien mempunyai masalah selalu
dibicarakan dengan suami. Dalam kleuarga klien tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Klien mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan utuh, klien
merasa puas dengan bagian tubuhnya.
2) Identitas
Klein seorang perempuan, klien merasa puas menjadi seorang
perempuan, klien tahu dirinya, klien sudah menikah dan mempunyai
seorang anak laki-laki, bertempat tinggal di Tegal, klien merasa
marah jika ada yang menyakititnya dan membuatnya kecewa.
3) Peran
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien berperan
sebagai anak, istri dan ibu bagi anak laki-lakinya.
4) Ideal diri
Klien berkeinginan membangun rumah dan hidup bahagia bersama
suami dan anaknya. Setelah klien sembuh, klien ingin kembali
merintis usaha wartgenya bersama suaminya.
34
5) Harga diri
Klien merasa minder dan malu dengan keadaannya yang sakit
jiwa. Klien hanya bisa pasrah, klien juga merasa malu pada diri
sendiri dan merasa tidak berguna sebagai seorang ibu karena tidak
bisa mendidik anaknya dengan benar. Klien lebih banyak menunduk,
kontak matanya kurang, terlihat sedih, bicaranya lambat, dengan
nada suara lemah saat menceritakan tentang anaknya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
4. Hubungan Sosial
Orang yang berarti bagi klien adalah keluarga dan orang tuanya, klien
tidak mengikuti kegiatan kelompok yang ada di masyarakatnya, menurut
klien kegiatan tersebut tidak ada di daerahnya. Klien jarang berhubungan
dengan tetangganya hal ini dikarenakan klien malas bergaul dan karena
kesibukannya. Klien beragama Islam dan menjalankan ibadah sholat.
Selama dirumah sakit klien adalah seorang yang ramah, sering berinteraksi
dengan temannya, mau melakukan kegiatan bersih – bersih diruangan
namun klien kadang jahil, sering membantu teman sekamarnya
melepaskan ikatan yang telah dilakukan perawat.
35
5. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, cara berpakaian klien cukup rapi, wajah
tidak kusut. Klien mandi dan keramas atas kemauannya sendiri tanpa
disuruh perawat maupun orang tua.
b. Pembicaraan
Nada dan suara klien tinggi dan cepat akan tetapi klein mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan dan jawabannya sesuai. Klien bisa
mengikuti topik pembicaraan tanpa berusaha atau mengalihkan
pembicaraan.
c. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara respon klien kooperatif mau menceritakan
masalahnya kepada perawat. Ada kontak mata selama berinteraksi.
d. Aktifitas motorik
Saat klien sedang menyendiri ekspresi wajah klien tegang, pandangan
tajam, muka memerah, klien sering mondar – mandir, tampak gelisah,
suka memaksakan kehendak dan sering mengomel – omel.
e. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan alam perasan sedih atau gembira yang
berlebihan. Sikap klien wajar, klien menunjukkan muka senang saat
diajak berbicara, muka sedih dan lesu saat sedang ada masalah.
36
f. Afek
Afek klien sesuai dengan stimulasi, klien bisa mengatakan sedih dan
kecewa saat klien dibawa ke rumah sakit jiwa. Klien juga merasa
gembira atau senang saat diajak ngobrol atau ditemani perawat.
g. Interaksi saat wawancara
Selama interaksi / wawancara klien kooperatif, ada kontak mata, klien
dapat menjawab pertanyaan dengan lancar.
h. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan perspsi halusinasi, saat ditanya
“Apakah Ny. S pernah melihat, mendengar, merasa, mencium sesuatu
yang Ny. S sendiri tidak tahu dari mana asalnya, bagaimana bentuknya,
dan biasanya muncul pada saat Ny. S sedang menyendiri atau
melamun?”. Klien menjawab “tidak mbak, saya tidak pernah
mendengar suara-suara seperti itu dan saya tidak pernah mencium atau
merasa hal-hal aneh seperti itu”
i. Isi pikir
Klien mengatakan jengkel dan marah bila ia ingat masalah
kesalahpahaman dengan suaminya kemarin. Klien juga merasa dirinya
tidak berguna sebagai seorang ibu karena tidak bisa mendidik anaknya
dengan benar. Klien juga selalu memikirkan apa yang terjadi pada
dirinya dan mencoba menghilangkan semua kejadian itu dari
pikirannya.
37
j. Proses pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir. Klien bisa menjawab
dengan tepat pertanyaan yang diajukan perawat walaupun kadang klien
menjawab pertanyaan tersebut dengan berulang – ulang.
k. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami disorientasi, terbukti dengan klien mengingat
waktu, tempat dan untuk mengingat perawat dan teman – temannya.
l. Memori
Klien dapat mengingat semua kejadian, alasan dia dibawa ke rumah
sakit, kapan dia masuk dan siapa yang mengantarnya. Klien tidak
mengalami gangguan daya ingat, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
m. Tingkat konsentrasi
Klien mampu mengingat dan berkonsentrasi setiap kali diajukan
pertanyaan. Klien kooperatif dan kemampuan berhitung juga baik,
terbukti dengan klien mampu melakukan penambahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian yang sederhana.
n. Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat keputusan yang sederhana, bentuk menentukan
pilihan yang baik saat diberi pertanyaan berupa pilihan.
38
o. Daya tilik diri
Klien menyadari saat ini dia sakit jiwa, dan tahu kenapa dia masuk
rumah sakit jiwa. Klien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah, klien
mau minum obat dan mematuhi anjuran perawat.
6. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan dan minum
Klien makan 3x sehari, klien menghabiskan porsi makan yang
disediakan rumah sakit, klien dapat makan sendiri menggunakan
sendok, klien makan bersama klien yang lain.
b. Eliminasi
Klien buang air besar satu kali sehari, klien buang air kecil 6-7 kali
sehari, klien buang air kecil di kamar mandi dan sesudahnya klien
membersihkan diri dan tempatnya.
c. Mandi
Klien mandi 2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu. Setiap kali
mandi klien menggunakan sabun dan setiap kali keramas klien
menggunakan shampo. Klien selalu menjaga kebersihan pada tubuhnya
agar tidak bau badan.
d. Istirahat tidur
Klien tidur siang dari pukul 12.30 s/d 15.00 WIB dan tidur malam dari
pukul 19.00 s/d 05.00 WIB, klien tidak mengalami gangguan tidur.
39
e. Berpakaian
Klien mampu mengganti pakaiannya sendiri, klien mengganti
pakaiannya setiap 1x sehari dan klien selalu menggunakan alas kaki.
f. Pengobatan
Klien selalu minum obat dan melakukan terapi sesuai dengan indikasi
dari dokter. Obat dan terapi yang diberikan kepada klien adalah sebagai
berikut :
Tanggal Waktu Pemberian Jenis Obat
31 Desember 2009 Jam 02.20 Lodomer injeksi 5 mg
Diazepam injeksi 10 mg
30 Desember 2009
s/d 6 Januari 2010
Pagi, jam 07.00 dan
Sore, jam 17.00
Chlorpromazine 2x100 mg
Clozaril 2 x 50 mg
7 – 10 Januari 2010 Pagi, jam 07.00 dan
Sore, jam 17.00
Chlorpromazine 2 x 50 mg
Zofredal 2 x 2 mg
11–13 Januari 2010 Pagi, jam 07.00 dan
Sore, jam 17.00
Sore, jam 17.00
Resferidan 2 x 2 mg
Trihexyphenidyl 1 x 2 mg
Tanggal ECT ke Hasil
2 Januari 2010 I Lama kejang 30 dtk, durasi 1 dtk, energi 11,9
4 Januari 2010 II Lama kejang 30 dtk, durasi 1dtk, energi 13,7
6 Januari 2010 III Lama kejang 30 dtk, durasi 1dtk, energi 12,5
40
g. Mekanisme koping
Klien di ruangan lebih banyak diam dan nonton TV tetapi kadang-
kadang mau bersosialisasi dengan klien yang lain dan membantu
cuci piring, menyapu dan merapikan kursi.
h. Aktifitas dalam rumah
Diharapkan setelah pulang dari RSJ ini klien mampu merapikan
rumah sendiri, mencuci piring, mencuci pakaian keluarganya serta
membersihkan ruangan rumah sebagaimana sebelum klien sakit.
i. Aktifitas di luar rumah
Diharapkan setelah pulang dari RSJ ini klien mampu bersosialisasi
kembali dengan lingkungan disekitarnya seperti berjualan di
wategnya, mengantar dan menjemput anaknya.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa medis : skizofrenia paranoid
b. Pemeriksaan penunjang
EKG pada tanggal 2 Januari 2010
Psikologis pada tanggal 6 Januari 2010.
41
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Hari/Tgl Data Fokus Masalah Kep TT Jumat 01-01-10
DS DO
- Klien menyatakan merasa sakit hati dengan suaminya, jengkel dan marah dengan pembantunya karena suaminya telah menuduh klien mencuri uang penghasilan warteg milik klien dan suaminya, padahal menurut klien pembantunya yang bernama Nn. A yang mencuri uang tersebut.
- Klien menyatakan jengkel dan marah jika ada yang menjahatinya.
- Klien menyatakan tidak terima jika dituduh “saya tidak sengaja mengompol, saya betul-betul tidak bisa menahan BAK dan tidak sengaja, maka dari itu saya minta pempers, jangan khawatir mbak, saya pasti bayar kok, berapa sih harga pempers? Awas yah! Saya ingat-ingat perawat disini yang sudah jahat sama saya”.
- Keluarga menyatakan jika klien sedang marah, klien tidak hanya mengomel-omel, tetapi klien juga memecahkan barang-barang yang ada di sekitarnya.
- Keluarga klien mengatakan ibu klien pernah dipukul dengan alat cuci dari kayu ketika klien sedang mengamuk.
- Keluarga klien menyatakan alasan klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena klien telah mengamuk – amuk dan mengomeli semua pembantu di wartegnya.
- Keluarga klien mengatakan jika klien ada masalah / pusing, klien selalu mengamuk.
- Ekspresi wajah klien tegang - Pandangan tajam - Nada dan suara klien tinggi dan cepat - Klien menceritakan masalahnya
dengan menggebu – gebu - Nafas pendek
Resiko perilaku kekerasan
42
Rabu 06-01-10
DS
DO
- Muka memerah - Memaksakan kehendak - Klien tampak gelisah - Klien sering mondar-mandir - Klien sering mengomel-omel - Klien mengancam orang yang
menjahatinya.
- Klien mengatakan malu pada diri sendiri dan merasa tidak berguna sebagai seorang ibu karena tidak bisa mendidik anaknya dengan benar.
- Klien mengatakan malu dan minder dengan keadaannya yang sakit jiwa. Klien hanya bisa pasrah.
- Keluarga menyatakan awal klien masuk ke RS jiwa karena kecewa dengan anaknya yang susah diatur, saat itu klien banyak diam dan menyendiri.
- Saat menceritakan tentang anaknya klien lebih banyak menunduk, kontak matanya kurang, terlihat sedih, bicaranya lambat, dengan nada suara lemah, klien sering diam dan lebih banyak menyendiri.
Harga Diri Rendah
2. Pohon Masalah
Harga Diri Rendah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Harga Diri rendah
Resiko Perilaku Kekerasan Core Problem
43
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Hari/ Tgl
No DX
Diagnosa Keperawatan
Rencanana Tindakan Keperawatan Intervensi Tujuan Kriteria Evaluasi Jumat 01/01/ 2010
1 Resiko perilaku kekerasan.
1. Sp1p a. Membina
hubungan saling percaya.
Tanda-tanda percaya kepada perawat: 1. Wajah cerah,
tersenyum. 2. Mau
berkenalan. 3. Ada kontak
mata. 4. Bersedia
menceritakan perasaan.
Bina hubungan saling percaya 1. Beri salam setiap
berinteraksi. 2. Perkenalkan nama,
panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
b. Mengiden tifikasi penyebab perilaku kekerasan.
1. Klien dapat mengungkap kan perasaannya.
2. Klien dapat mengungkap kan penyebab perasaan jengkel atau kesal (diri sendiri, orang lain, lingkungan).
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya.
2. Bantu klien dapat mengungkapkan penyebab marah.
c. Mengiden tifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala kesal/jengkel yang dialami.
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa jengkel/marah yang dialami.
2. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala marah.
d. Mengiden tifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
1. Klien dapat mengungkap kan perilaku kekerasan yang dilakukan.
2. Klien dapat bermain peran
1. Tanyakan kebiasaan perilaku kekerasan yang dilakukan pasien.
2. Beri kesempatan pada klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan
44
dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Klien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilkukan dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
yang biasa dilakukan. 3. Bicarakan dengan klien
apakah perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi klien.
e. Mengiden tifikasi akibat perilaku kekerasan.
Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien.
1. Bicarakan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
2. Bersama klien simpulkan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
3. Diskusikan dengan klien: a. Apakah klien mau
mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.
b. Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.
f. Mengajar kan cara mengon trol perilaku kekerasan
Klien dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
1. Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang lain mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
3. Diskusikan dengan klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
45
konstruktif : a. Secara fisik: tari nafas
dalam jika klien sedang kesal/marah, memukul bantal/kasur, olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah/kesal/ tersinggung/ jengkel.
c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen perilaku kekerasan perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual: anjurkan klien untuk sembahyang, berdo’a/ ibadah lain: meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran
g. Melatih klien cara mengon trol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam) .
Klien dapat mendemonstrasi kan cara mengontrol marah dengan cara menarik nafas dalam.
1. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam mencoba melakukan cara mengontrol marah dengan menarik nafas dalam.
2. Motivasi klien untuk melakukan tarik nafas dalam sebanyak 5x atau lebih.
h. Membim bing pasien memasuk kan kegiatan ke dalam jadwal harian.
Klien mau memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
2. Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
46
2. Sp2p a. Mem
validasi masalah dan latihan sebelum nya.
Kilen dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelumnya.
1. Motivasi klien untuk
menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya.
2. Beri pujian atas jawaban yang benar.
b. Melatih klien cara mengon trol marah dengan cara fisik II
1. Klien dapat mendemons trasikan cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya.
2. Klien merasa lega.
1. Motivasi klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya.
2. Anjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal).
3. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
c. Meng anjurkan klien untuk memasuk kan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Klien bersedia untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
3. Sp3p a. Mem
validasi masalah dan latihan sebelum nya.
1. Klien dapat
mengungkap kan apa yang dirasakan.
2. Klien dapat menyebutkan dan mendemons trasikan kembali latihan sebelumnya.
1. Motivasi klien untuk
mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.
47
b. Melatih cara mengon trol marah dengan cara verbal.
1. Klien mau mengikuti dan mempraktikan apa yang telah diajarkan.
2. Klien merasa lega.
1. Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan.
2. Berikan contoh cara mengontrol perilaku kekerasan dengan menolak, mengungkapkan marah secara verbal. “saya marah sama kamu”.
3. Beri reinforcement positif atas tindakan klien yang benar.
c. Meminta klien untuk memasuk kan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.
1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
4. Sp4p a. Mem
validasi masalah dan latihan sebelum nya.
1. Klien dapat
mengungkap kan apa yang dirasakan.
2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.
1. Motivasi klien untuk
mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (berdoa, shalat, wudhu).
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan salah satu cara yang diajarkan. Contoh: berwudhu.
1. Diskusikan kembali bersama klien latihan yang telah diberikan sebelumnya.
2. Bersama klien buat daftar efektif yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
3. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan.
48
c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.
1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
5. Sp5p a. Mem
validasi masalah dan latihan sebelum nya.
1. Klien dapat mengungkap kan apa yang dirasakan.
2. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya
1. Motivasi klien untuk mengungkapkan masalah dan mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan yang dilakukan klien.
b. Menjelas kan cara mengon trol perilaku kekerasan dengan minum obat.
Klien dapat meminum obat sesuai aturan dan cara yang telah diajarkan.
1. Memotivasi klien untuk menyebutkan kembali latihan mengontrol perilaku kekerasan yang telah diajarkan.
2. Diskusikan bersama klien tentang latihan yang telah diajarkan sebelumnaya.
3. Ajarkan klien untuk meminum obat secara teratur.
4. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadwal kegiatan harian.
1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.
49
6. Sp1k a. Mendiskusi
kan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan
b. Menjelas kan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala serta proses kejadian nya.
c. Menjelas kan cara merawat klien perilaku kekerasan.
1. Keluarga dapat: - Menjelaskan
perasaannya. - Menjelaskan
cara merawat klien perilaku kekerasan.
- Mendemonstrasikan cara perawatan klien perilaku kekerasan.
- Berpartisipasi dalam perawatan klien perilaku kekerasan.
2. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan.
1.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
- Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrak. - Eksplorasi perasaan
keluarga klien. 2.Motivasi keluarga klien
untuk menyetujui dan mengikuti kontrak.
3.Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
- Perilaku kekerasan. - Penyebab perilaku
kekerasan. - Akibat yang akan terjadi
jika perilaku kekerasan tidak di tangani.
- Cara keluarga menghadapi perilaku kekerasan klien.
3. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien perilaku kekerasan.
4. Beri reinforcement positif pada keluarga.
7. Sp2k a. Melatih
keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien perilaku kekerasan.
1. Keluarga
mampu mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.
2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien perilaku kekerasan.
1. Diskusikan bersama
keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.
2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.
3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk respon baik dari anggota keluarga.
50
8. Sp3k a. Membantu
keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning)
b. Menjelas kan follow up klien sebelum pulang.
1. Keluarga
mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri.
2. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan klien.
3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.
1. Diskusikan bersama
keluarga dalam membuat jadual aktivitas di rumah.
2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadual aktivitas yang dibuat.
3. Beri reinforcement positif.
4. Motivasi keluarga untuk menerima klien.
5. Diskusikan follow up untuk keluarga.
Rabu 06/01/ 2010
2 Harga Diri Rendah
Sp1p 1. Membina
hubungan saling percaya.
Tanda-tanda percaya kepada perawat: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
1.1.Bina hubungan saling
percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
51
2. Mengiden tifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
2.1.Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
2.2.Aspek positif keluarga
2.3.Aspek positif lingkungan klien
2.1.Diskusikan dengan klien tentang:
a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
b) Kemampuan yang dimiliki klien
2.2.Bersama klien buat daftar tentang :
a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
b) Kemampuan yang dimiliki klien
2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
3. Membantu klien menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilakukan.
Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
3.2.Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaanya.
4. Membantu klien merencana kan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Klien dapat membuat rencana kegiatan harian.
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien.
4.2.Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
5. Membantu Klien melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.
5.1.Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan.
5.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
5.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
5.4.Diskusikan kemungkin an pelaksanakan kegiatan setelah pulang.
52
6. Memanfaat kan sistem pendukung yang ada
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
6.1.Beri pendidikan kesehatan pada klien dengan harga diri rendah
6..2.Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
6.3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Sp2p 1. Memvalidasi
masalah dan latihan sebelumnya
Kilen dapat menyebutkan dan mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelumnya.
1.1.Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemonstrasikan latihan sebelumnya.
1.2.Beri pujian atas jawaban yang benar.
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
Klien dapat melakukan kegiatan selanjutnya sesuai jadwal yang dibuat.
2.1.Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya yang sudah direncanakan.
2.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
2.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
2.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanakan kegiatan setelah pulang.
3. Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Klien mau memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
3.1.Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
3.2.Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.
Sp1k 1.Mendiskusi
kan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
1. Keluarga dapat: - Menjelaskan
perasaannya. - Menjelaskan
cara merawat klien harga diri rendah.
- Mendemonstrasi
1.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrak. - Eksplorasi perasaan
keluarga klien. 2.Motivasi keluarga klien
53
klien dengan harga diri rendah.
2.Menjelas kan pengertian harga diri rendah., tanda dan gejala serta proses kejadian nya.
3.Menjelas kan cara merawat klien harga diri rendah.
kan cara perawatan harga diri rendah.
2. Berpartisipasi dalam perawatan klien harga diri rendah.
3. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah.
untuk menyetujui dan mengikuti kontrak.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
- Harga diri rendah. - Penyebab harga diri
rendah. - Akibat yang akan terjadi
jika harga diri rendah tidak di tangani.
4. Cara keluarga menghadapi harga diri rendah.
5. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien harga diri rendah.
6. Beri reinforcement positif pada keluarga.
Sp2k 1. Melatih
keluarga mempraktik kan cara merawat klien harga diri rendah.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien harga diri rendah.
1. Keluarga
mampu mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.
2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien harga diri rendah.
1. Diskusikan bersama
keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.
2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.
3. Beri reinforcement positif pada keluarga untuk respon baik dari anggota keluarga.
Sp3k 1. Membantu
keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge
1. Keluarga
mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri.
1. Diskusikan bersama
keluarga dalam membuat jadwal aktivitas di rumah.
2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadwal aktivitas yang dibuat.
3. Beri reinforcement positif. 4. Motivasi keluarga untuk
menerima klien.
54
planning. 2. Menjelas
kan follow up klien sebelum pulang.
2. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan klien.
3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien.
5. Diskusikan follow up untuk keluarga.
55
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari/ Tgl/jam
No Dx Implementasi Evaluasi TT
Jumat 01-01-10
15.30
1
BHSP Sp Ip 1. Mengajak klien
berkenalan (memberi salam dan berjabat tangan)
2. Menjelaskan tujuan interaksi
3. Membuat kontrak untuk interaksi
4. Menanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
5. Mengidentifikasi penyebab klien di bawa ke RSJ
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
7. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
8. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
9. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
10. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam)
11. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S O
- Klien mau berjabatan tangan
dan menyebutkan nama “Nama saya S, saya tinggal di Tegal, saya lagi jengkel, benci, marah saya pembantu saya yang bernama A, saya juga sakit hati sama suami saya karena suami saya telah menuduh saya mencuri penghasilan warteg yang telah kami rintis bersama.
- Padahal A lah yang telah mencurinya. Saya berharap semoga A cepat meninggal”
- Klien menyatakan suka marah bila ada yang menjahatinya dan membuat kecewa dirinya
- Klien menyatakan lupa tanda – tanda kalau akan marah saya lupa mbak tanda – tanda ketika saya akan marah yang saya ingat hati saya rasanya sakit”
- Klien menyatakan merasa rugi jika terus memecahkan barang-barang dan melukai orang atas kemarahannya
- Klien menyatakan merasa lebih enakan saat melakukan tarik nafas dalam.
- Klien kooperatif - Ada kontak mata - Klien menceritakan masalahnya
dengan menggebu – gebu - Nada dan suara tinggi dan cepat - Nafas pendek - Wajah kemerahan - Pandangan tajam - Klien tampak gelisah - Terlihat klien diam dan bingung
saat menyebutkan tanda dan
56
A P P=P P=K
gejala marahnya. - Terlihat klien kurang mampu
mempraktikkan tarik nafas dalam
- Terlihat klien memasukkan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan harian.
Masalah teratasi sebagian 1. Terbina hubungan saling
percaya 2. Klien mampu menyebutkan
penyebab dan akibat dari perilaku kekerasan
3. Klien belum mampu menyebutkan semua tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Klien belum mampu mempraktikkan nafas dalam dengan benar
5. Klien sudah memasukkan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan hariannya
Optimalkan Sp Ip Membuat kontrak dengan klien untuk mengoptimalkan identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam), kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
1. Menganjurkan klien untuk
melatih kembali cara mengontrol marah yang telah diajarkan yaitu nafas dalam minimal 5 kali,
2. Menganjurkan klien memasuk kan latihan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan harian
3. Menganjurkan klien untuk memanfaatkan nafas dalam jika klien sedang marah.
57
Sabtu 02-01-10
10.30
1 Mengoptimalkan Sp Ip 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Mengingatkan
kontrak 3. Menanyakan
keadaan klien 4. Mengoptimalkan
identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
5. Mengoptimalkan latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (nafas dalam)
S O A P P=P P=K
- Klien menyatakan kabarnya
baik - Klien menyatakan hati sakit,
deg-degan, gelisah, pandangan tajam, tangan mengepal dan rasa tidak nyaman saat akan terjadi marah
Klien tersenyum Klien kooperatif Terlihat klien mempraktikkan nafas dalam dengan benar sebanyak 5 x Masalah teratasi 1. Klien mampu menyebutkan
semua tanda dan gejala perilaku kekerasan
2. Klien mampu mempraktikkan nafas dalam dengan benar
Lanjutkan Sp IIp Membuat kontak dengan klien untuk mengajarkan cara mengontrol marah dengan cara fisik ke 2 (memukul bantal / kasur), kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya. 1. Mengingatkan klien untuk
melatih kembali cara mengontrol marah yang telah diajarkan yaitu nafas dalam minimal 5 kali.
2. Mengingatkan klien untuk memasukkan latihan nafas dalam ke dalam jadwal kegiatan harian
3. Menganjurkan klien untuk memanfaatkan nafas dalam jika klien sedang marah
58
Senin 04-01-10
12.30
1 Sp IIp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
3. Mengingatkan kontrak
4. Menanyakan keadaan klien
5. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
6. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (memukul bantal / kasur / konversi energy)
7. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S O A P : P=P P=K
- Klien mengatakan perasaannya lebih baik
- Klien mengatakan sudah melakukan latihan menahan emosi dengan nafas dalam
- Kontak mata bisa dipertahankan - Nada suara normal, tidak tinggi
dan tidak rendah - Klien mau tetapi kurang mampu
mengekpresikan mengungkapkan marah dengan memukul bantal.
- Klien mengekpresikan marahnya dengan tersenyum - senyum
Masalah teratasi sebagian 1. Klien mampu dan dapat
mendemonstrasikan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
2. Klien belum mampu mendemonstrasikan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan memukul bantal dengan benar.
Optimalkan Sp IIp Membuat kontrak dengan klien untuk mengoptimalkan cara mengontrol marah dengan memukul bantal
. 1. Menganjurkan klien untuk
latihan kembali cara mengontrol marah yang ke 2 yaitu dengan memukul bantal.
2. Menganjurkan klien untuk memasukkan latihan memukul bantal ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah dengan memukul bantal jika klien sedang marah.
59
Selasa 05-01-10
12.00
1 Mengoptimalkan Sp IIp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Mengingatkan
kontrak 5. Menanyakan
keadaan klien 6. Mengoptimalkan
latihan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (memukul bantal / kasur / konversi energy)
S O A P P=P P=K
- Klien mengatakan perasaannya
lebih baik - Klien mengatakan lebih nyaman
dan lebih bisa mengendalikan emosi setelah diajari mengungkapkan emosi dengan memukul bantal
- Kontak mata bisa dipertahankan - Nada suara normal, tidak tinggi
dan tidak rendah - Klien mau dan mampu
mengekpresikan mengungkapkan marah dengan memukul bantal.
- Klien mengekpresikan marahnya dengan benar
Masalah teratasi Klien mampu mendemonstrasi kan cara konstruktif untuk mengontrol marah dengan memukul bantal dengan benar. Lanjutkan Sp IIIp Membuat kontrak dengan klien untuk melatih cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah dengan kata – kata baik dan halus, kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya
. 1. Mengingatkan klien untuk
latihan kembali cara mengontrol marah yang ke 2 yaitu dengan memukul bantal.
2. Mengingatkan klien untuk memasukkan latihan memukul bantal ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah dengan memukul bantal jika klien sedang marah.
60
Rabu 06-01-10
16.00
1 Sp IIIp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan nyaman 3. Mengingatkan
kontrak 4. Menanyakan
keadaan klien 5. Memvalidasi
masalah dan latihan sebelumnya
6. Melatih klien cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik)
7. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S O A P P=P P=K
- Klien mengatakan perasaannya baik - baik saja
- Klein mengatakan sudah melakukan latihan mengontrol marah dengan nafas dalam
- Klien mengatakan masih bingung dengan cara yang diajarkan
- Kontak mata bisa dipertahankan - Nada bicara normal, tidak tinggi
dan tidak rendah - Klien terlihat diam dan bingung - Terlihat klien hanya mampu
mempraktekkan meminta dengan baik “Mbak ada Pop Mie? Saya minta satu ya!”
Masalah teratasi sebagian Klien hanya mampu mempraktekkan cara mengontrol marah secara verbal dengan meminta Optimalkan Sp IIIp Membuat kontrak dengan klien untuk mengopptimalkan latihan cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik), kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah secara verbal.
2. Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan melatih cara mengontrol marah secara verbal ke dalam jadwal kegiatan harian
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah secara verbal yang telah diajarkan jika klien sedang marah.
61
Kamis
07-01-10 10.00
1 Mengoptimalkan SpIIIp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan nyaman 3. Mengingatkan
kontrak 4. Menanyakan
keadaan klien 5. Mengoptimalkan
latihan cara mengontrol marah secara verbal (meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara baik)
S O A P P=P P=K
- Klien mengatakan perasaannya
baik - baik saja - Klien mengatakan lebih nyaman
dengan cara mengungkapkan marah secara verbal karena cara ini lebih bisa mengontrol marah dan perasaannya menjadi lebih lega.
- Kontak mata bisa dipertahankan - Nada bicara normal, tidak tinggi
dan tidak rendah - Terlihat klien mempraktekkan
cara meminta dengan dengan baik “Mbak perawat ada Pop Mie, saya minta 1 ya mbak?”
- Terlihat klien mempraktekkan cara menolak dengan baik “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”
- Terlihat klien mempraktekkan mengungkapkan marah dengan kata – kata halus “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”
Masalah teratasi Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol marah secara verbal dengan meminta, menolak dan mengungkapkan marah. Lanjutkan Sp IVp Membuat kontrak dengan klien untuk melatih cara mengontrol marah secara spiritual (berdoa, berwudhu dan sholat), kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya. 1. Mengingatkan klien untuk
melatih kembali cara mengontrol marah secara verbal.
62
2. Mengingatkan klien untuk memasukkan kegiatan melatih cara mengontrol marah secara verbal ke dalam jadwal kegiatan harian
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengontrol marah secara verbal yang telah diajarkan jika klien sedang marah
Jumat 08-01-10
11.00
1 Sp IVp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan nyaman 3. Mengingatkan
kontrak 4. Menanyakan
keadaan klien 5. Memvalidasi
masalah dan latihan sebelumnya
6. Melatih klien cara mengontrol marah secara spiritual (berwudhu, berdoa, sholat)
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S O A P P=P
- Klien menyatakan keadaannya
baik - Klien menyatakan sudah
melakukan latihan mengontrol marah dengan kata-kata halus.
- Klien mau melakukan cara mengontrol marah dengan beribadah dengan sholat 5 waktu.
- Kontak bisa dipertahankan - Nada bicara normal, tidak tinggi
dan tidak rendah - Terlihat klien menjalankan
sholat 5 waktu yaitu sholat dhuhur
Masalah teratasi Klien mau melakukan cara mengontrol marah Klien mempraktikkan langsung dalam sholat 5 waktu yaitu sholat dhuhur Lanjutkan Sp Vp Membuat kontrak dengan klien untuk membicarakan tentang cara mengontrol marah dengan meminum obat secara teratur, kontrak waktu dan tempat pertemuan berikutnya
63
P=K
1. Menganjurkan klien untuk melatih kembali cara mengontrol marah secara spiritual
2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan cara mengontrol marah secara spiritual ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Menganjurkan kepada klien untuk menggunakan cara mengontrol marah secara spiritual jika klien sedang marah.
Senin 11-01-10
11.30
1 Sp Vp 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
3. Mengingatkan kontrak
4. Menanyakan keadaan klien
5. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
6. Melatih klien cara mengontrol marah dengan meminum obat (prinsip benar minum obat)
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
S O A
- Klien menyatakan perasaannya
biasa saja. - Klien menyatakan sudah sering
mengungkapkan perasaan kesalnya setiap sholat 5 waktu.
- Klien menyatakan senang karena telah diberikan informasi tentang pentinggya minum obat.
- Klien mengatakan akan minum obat dengan teratur dan akan kontrol jika obat sudah habis
- Klien mendengarkan informasi tentang aturan minum obat dan indikasi obat dengan seksama.
- Ada kontak mata - Terlihat klien mengulang
indikasi dan aturan minum obat, dan waktu minum obat.
- Setelah makan siang terlihat klien segera merminta obatnya pada perawat.
Masalah teratasi Klien sudah mempraktikkan cara mengontrol marahnya dengan minum obat sesuai indikasi, aturan dan tepat waktu
64
P P=P P=K
Lanjutkan Sp Ik Membuat kontrak dengan keluarga klien untuk membicarakan tentang masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien, kontrak waktu dan tempat pertemuan. 1. Menganjurkan klien untuk
melatih kembali semua cara mengontrol marah yang telah diajarkan.
2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan cara mengontrol marah yang telah diajarkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Menganjurkan kepada klien untuk menggunakan cara mengontrol marah yang telah diajarkan jika klien sedang marah.
Selasa
12-01-10 10.00
2 Sp I p 1. Menyapa klien
dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
3. Membuat kontrak 4. Menanyakan
keadaan klien 5. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
6. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan
7. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien
S O
- “Saya merasa tidak berguna sebagai seorang ibu karena tidak bisa mendidik anak saya dengan benar”
- “Sebenarnya saya minder dan malu mbak dengan kondisi saya yang seperti ini tapi saya pasrah sajalah”
- “Saya seorang ibu rumah tangga, hobi saya memasak, menyetrika, mencuci piring, menyapu, membersihkan rumah, dll”
- “Saya pilih mencuci gelas saja mbak”
Kontak mata kurang Klien sering diam Klien mau berinteraksi Klien mampu mengetahui kemampuan dan aspek positif yang dapat dilakukan di rumah sakit
65
8. Membimbing klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
A P P=P P=K
Masalah teratasi 1. Klien mampu menceritakan
kemampuan yang dimiliki 2. Klien mampu menilai
kemampuan yang dimiliki 3. Klien mau mendemontrasikan
mencuci gelas Lanjutkan SpIIp Membuat kontrak dengan klien untuk membicarakan tentang kemampuan klien yang lain 1. Menganjurkan klien untuk
melatih kembali aspek positif yang dimiliki klien
2. Menganjurkan kepada klien untuk memasukkan latihan mencuci gelas ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Memotivasi klien agar tidak minder dan malu dengan kondisinya.
Rabu
13-01-10 09.00
1 Sp Ik 1. Menyapa keluarga
klien dengan ramah 2. Menciptakan
lingkungan yang terapeutik
3. Membuat kontrak 4. Menanyakan
keadaan keluarga klien
5. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
6. Menjelaskan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala serta proses terjadinya perilaku kekerasan
7. Menjelaskan cara
S
- Tn. D menyatakan kabarnya
sehat – sehat saja dan bersedia untuk berbincang – bincang
- Tn. D menyatakan kerepotan dan takut jika klien sudah mengamuk karena saat mengamuk klien sering memecahkan barang – barang yang ada di dekat klien bahkan klien hendak membunuh Tn. D dengan pisau belati.
- Klien menyatakan tanda – tanda anaknya jika mau mengamuk adalah klien selalu mengeluh kepalanya pusing, bicara cerewet, suka mengomel – omel, sering main air dan sering berhutang jajan diwarung tanpa izin keluarganya.
- Tn. D menyatakan baru kali ini mendapat informasi tentang cara
66
merawat pasien dengan perilaku kekerasan
O A P=P P=K
mengatasi marah anaknya selain minum obat padahal sudah 4 kali anaknya di rawat di RSJ
- Tn. D menyatakan akan mengingatkan klien jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan minum obat secara teratur
Terlihat Tn. D mengangguk – angguk antusias mendengarkan penyuluhan tentang cara merawat klien dengan perilaku kekerasan di rumah. Masalah teratasi Keluarga sudah mengerti tentang penyakit klien dan mau mendukung demi proses kesembuhan klien. Mendelegasikan kepada keluarga untuk melanjutkan perawatan klien dirumah 1. Menganjurkan keluarga untuk
memantau kegiatan klien yang sudah terjadwal
2. Menganjurkan keluarga agar klien mengunakan cara mengontrol marah yang sehat jika klien hendak marah
3. Menganjurkan keluarga untuk mengawasi klien agar minum obat dengan teratur dan kontrol tepat waktu.