BAB III SIMULASI GAME YANG MENJADI METODE … · Gerakan yang keempat adalah Bunga Matahari...

19
43 BAB III SIMULASI GAME YANG MENJADI METODE PEMBELAJARAN DI KAMPOENG PINUS SARANGAN A. Jenis-Jenis Game Untuk Metode Pembelajaran 1. Ice Breaking Aram Zam-Zam Gambar 25 Ice Breaking Aram Zam-Zam Kampoeng Pinus Sarangan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 Ice Breaking Aram Zam-Zam merupakan kegiatan yang dapat mencairkan suasana antara sesama peserta outbound di Kampoeng Pinus Sarangan. Ice Breaking ini merupakan tradisi khusus sebelum permainan dimulai di Kampoeng Pinus Sarangan. Ice Breaking ini juga pernah digunakan oleh perusahaan BRI Trenggalek, Lapas kelas 1 Madiun. Tujuannya untuk dapat mengakrabkan diri dengna teman, mencairkan suasana, membangun interaksi peserta dengan fasilitator dan gerakan ini memberikan semangat pada saat permainan dimulai.Petunjuk game ini adalah dengan cara membuat formasi menirukan tiga macam gerakan tarian aram zam-zam. Pertama menyemangati dirinya sendiri. Kedua menyemangati rekannya di sebelah kanan. Ketiga menyemangati rekannya di sebelah kiri.

Transcript of BAB III SIMULASI GAME YANG MENJADI METODE … · Gerakan yang keempat adalah Bunga Matahari...

43

BAB III

SIMULASI GAME YANG MENJADI METODE PEMBELAJARAN

DI KAMPOENG PINUS SARANGAN

A. Jenis-Jenis Game Untuk Metode Pembelajaran

1. Ice Breaking Aram Zam-Zam

Gambar 25

Ice Breaking Aram Zam-Zam Kampoeng Pinus Sarangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Ice Breaking Aram Zam-Zam merupakan kegiatan yang dapat mencairkan

suasana antara sesama peserta outbound di Kampoeng Pinus Sarangan. Ice Breaking

ini merupakan tradisi khusus sebelum permainan dimulai di Kampoeng Pinus

Sarangan. Ice Breaking ini juga pernah digunakan oleh perusahaan BRI Trenggalek,

Lapas kelas 1 Madiun. Tujuannya untuk dapat mengakrabkan diri dengna teman,

mencairkan suasana, membangun interaksi peserta dengan fasilitator dan gerakan ini

memberikan semangat pada saat permainan dimulai.Petunjuk game ini adalah

dengan cara membuat formasi menirukan tiga macam gerakan tarian aram zam-zam.

Pertama menyemangati dirinya sendiri. Kedua menyemangati rekannya di sebelah

kanan. Ketiga menyemangati rekannya di sebelah kiri.

44

Peraturan game Ice Breaking aram zam-zam ini adalah dengan cara membuat

lingkaran besar sampai bahu bersentuhan, tanpa bergandeng tangan, mengikuti

perintah fasilitator (Handbook Ice Breaking Games: 2013).

2. Game Tanpa Properti “Tugu Pancoran”

Gambar 26

Game Tugu Pancoran Kampoeng Pinus Sarangan

Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016

Game Tugu Pancoran merupakan game di Kampoeng Pinus Sarangan yang

tidak menggunakan properti. Game ini dilakukan disaat sesudah permainan Ice

Breaking Aram Zam-Zam. Game ini pernah digunakan oleh sumber daya aparatur

pengelola kepegawaian di Kabupaten Kediri. Tujuan game ini adalah untuk

membangun rasa percaya diri. Melatih konsentrasi, kekompakan, antusias dan mau

mengambil risiko. Game ini dilakukan dengan cara peserta membuat lingkaran

besar dalam kelompok besar, tanpa berpegangan tangan. perturan game tugu

pancoran ini adalah dengan cara membuat lingkaran besar sampai bahu

45

bersentuhan, tanpa bergandeng tangan, mengikuti perintah fasilitator, mau

menerima risiko (Handbook Ice Breaking Games: 2013).

Petunjuk game ini adalah Pertama Patung Slame Riyadi caranya para peserta

mendengarkan dan menirukan instruksi dari fasilitator dengan membunyikan kata

(“dooor!). Kenapa demikian, tim fasilitator outbound menjelaskan sedikit tentang

patung yang ada di kota solo, yaitu patung Slamet Riyadi yang sedang membawa

senjata lalu menirukan suara (“dooor!).Gerakan yang kedua adalah menari

formasinya adalah peserta outbound mencari pasangannya dua orang lalu

mengajaknya menari

Gerakan yang ketiga yaitu Susu Sapi yaitu formasinya adalah peserta outbound

mencari pasangannya tiga orang lalu membuat formasi satu orang berdiri sambil

mengacungkan jari ke bawah, kedua lainnya jongkok dan seperti sambil memeras

tangan orang yang berdiri tersebut. Gerakan yang keempat adalah Bunga Matahari

formasinya yaitu peserta mencari pasangan empat orang membuat formasi seperti

bunga matahari. Caranya saling berpegangan tangan membentuk lingkaran Gerakan

kuncup-mekar-kuncup-mekar (Handbook Ice Breaking Games: 2013).

Gerakan yang kelima adalah Air Mancur yaitu formasinya adalah peserta

outbound mencari pasangan lima orang dengan membuat formasi air mancur.

Caranya, empat orang membuat formasi lingkaran dan satu orang berada ditengah.

Kemudian yang tengah posisinya naik turun berdiri dan jongkok (Handbook Ice

Breaking Games: 2013).

46

3. Puzzle

Gambar 27

Game Puzzle Kampoeng Pinus Sarangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Game puzzle merupakan game yang menggunakan alat dengan bahan triplek

yang memiliki potongan persegi, segitiga dan trapesium yang pernah dilakukan oleh

beberapa instansi seperti dosen serta karyawan UMY Fakultas Pertanian, BKD

Kabupaten Pacitan, SMP Ar-Rahman Magetan dll. Tujuan dari permainan puzzle ini

adalah membangun rasa saling percaya kepada sesama teman, kerjasama regu,

komunikasi yang efektif, rasa percaya diri, ketelitian, kesabaran (Handbook Ice

Breaking Games: 2013).

Peraturan game ini adalah peserta dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5-6

orang. Dengan menggunakan Peralatan potongan Puzzle yang membentuk persegi.

Petunjuk permainan ini adalah pertama peserta outbound membuat persegi tanpa

menggunakan kotak. Kedua tidak boleh bertumpuk. Ketiga tidak boleh dihilangkan

ataupun dipatahkan (Handbook Ice Breaking Games: 2013).

47

4. Alcatras

Gambar 28

Alcatras Kampoeng Pinus Sarangan

Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016

Game Alcatras merupakan game antar tim yang pernah dimainkan oleh beberapa

instansi seperti MTS atau MAN di kota Magetan, SMKN 1 Surakarta. Tujuan game

ini adalah melatih komunikasi, strategi dalam kelompok dan kekompakan. Dengan

total peserta membuat lima sampai sepuluh orang. Peralatan game ini meliputi terpal

alcatras, kunci alcatras. Petunjuk game ini adalah pertama hanya boleh melewati

alcatras oleh satu-satu orang saja. Kedua diarahkan dengan pengawas didepannya

dan jika menginjak garis silang yang tidak diketahui, maka pengawas akan

mengucap kata (“dooor!”) dan berlari lagi ke arah belakang jika salah (Handbook Ice

Breaking Games: 2013).

48

5. Flying Fox

Gambar 29

Flying Fox Kampoeng Pinus Sarangan

Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016

Flying fox adalah permainan individu (Dalam konteks per-kelompok) yang tujuan

adalah untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri, keberanian dalam mengambil

resiko. Dengan menggunakan peralatan seperti harness, cowstail, slingpad atau

herolope, pulley, carabiner, helm,sarung tangan kulit. Pemasangan alat: tali luncur

dipasang pada tanah yang miring (tebing) atau juga dari atas sebuah pohon. Pada

ujung tali bagian bawah dipasang carabiner dan webbing untuk alat bantu rem (bisa

juga ban luar scouter atau vespa). Togle disiapkan dititik start pada tempat yang lebih

tinggi.

Bila tali dipasang di atas pohon harus juga disiapkan tangga untuk naik dan

cowtil untuk mengamankan peserta.Petunjuk permainan ini adalah Saat peserta

datang ke area flying fox, tali tubuh harus sudah terpasang. Peserta diminta untuk

melakukan peluncuran dengan menggunakan alat bantu togle. Sarung tangan sudah

siap terpasang sebelum peluncuran dilakukan. Sling dan carabiner menjadi alat

49

bantu yang terkait pada togle. Setelah semua siap dicek kembali peralatannya

(Handbook Ice Breaking Games: 2013).

B. Peran Fasilitator

a. Peran Fasilitator

Peran fasilitator mempunyai tugasnya utama yaitu membantu, membimbing

dan mengarahkan peserta untuk mencapai sasaran dan melaksanakan konsep

pendidikan dan pelatihan yang ditentukan berdasarkan kemampuan dan usaha

peserta. Fasilitator bekerja di bawah pengarahan dan pengawasan Course

Directoratau yang ditunjuk untuk mewakilinya. Fasilitator bertanggung jawab

langsung pada kelompok peserta dengan waktu yang telah ditentukan (Buku

Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

b. Tugas spesifik seorang fasilitator

Tugas spesifik seorang fasilitator yaitu berpartisipasi dalam orientasi persiapan

kegiatan outbound, menentukan jumlah kebutuhan peralatan, menjamin

keselamatan seluruh peserta selama kegiatan, mengikuti desain program yang telah

digariskan oleh Course Director. Seorang fasilitator harus mampu menghidupkan

semangat belajar peserta dan serta mendekatkan para peserta melalui wawancara,

mengajaknya berdiskusi dan berbagi pengalaman. Seorang fasilitator harus dapat

berpartisipasi aktif dalam debriefing kelompok dan evaluasi tim program, serta

menunjukan prestasi yang optimal yang dimiliki oleh seorang fasilitator (Buku

Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

50

c. Fungsi Leadership Fasilitator :

Berikut ini adalah fungsi leadership yang harus dimiliki seorang fasilitator di

Kampoeng Pinus Sarangan seperti:

1. Batasan

Batasan seorang Fasilitator yaitu membatasi keamanan tetapi fleksibel,

menantang tetapi tidak berlebihan, merangsang berpikir tetapi tetap fun,

fokus tapi juga ada perbedaan, terencana tapi tidak kaku. Fasilitator juga

harus dapat mengatur kecepatan proses belajar mengajarnya, serta

memonitor kegiatan atau diskusi. Membangun dan menjaga lingkungan yang

kondusif (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

2. Kepercayaan

Kepercayaan menjadi seorang leadership fasilitator di Kampoeng Pinus

Sarangan adalah dapat membangun dan memperlihatkan rasa percaya,

keterbukaan dan kejujuran serta membutuhkan komunikasi, berbagi ide dan

pendapat. Tanpa adanya kepercayaan kelompok tidak dapat mencapai target

tertinggi tanpa rasa komitmen yang kuat (Buku Panduan Experiental Learning

Jilid 1: 2014).

3. Energi :

Energi seorang leadership fasilitator adalah seorang fasilitator harus

menjaga momentum untuk lingkungan yang menyenangkan. Menjaga

keseimbangan antara aksi dan diskusi, pengalaman dan belajar. Serta harus

pandai memberikan energi yang menarik kepada peserta atau membiarkan

peserta mengeluarkan energinya (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:

2014).

51

4. Arti

Maksud dari arti adalah seorang leadership fasilitator harus mampu

menerjemahkan kegiatan ke dalam nilai nilai kehidupan di tempat kerja

atau dunia realitasnya. Fasilitator juga harus pandai memilih pertanyaan-

pertanyaan dan merangkumnya (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:

2014).

5. Berbagi tanggung jawab

Seorang leadership fasilitator harus berbagi tanggung jawab, energi,

komitmen, kepercayaan dengan peserta untuk mencapai proses kemandirian

dan keberhasilan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

d. Leadership Style Fasilitator

Leadership style fasilitator atau gaya kepemimpinan seseorang fasilitator

sangat berpengaruh terhadap suksesnya kegiatan dan program di Kampoeng

Pinus Sarangan. Tetapi akan menjadi masalah apabila setiap orang melakukan

respon yang berbeda, padahal hal tersebut banyak berpengaruh terhadap

tingkat pengalaman peserta (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

Berikut ini adalah gaya kepemimpinan seorang fasilitator:

1. Fun dan Humor

Fun dan humor merupakan gaya fasilitator yang wajib dimiliki oleh seorang

fasilitator yang ada di Kampoeng Pinus Sarangan seperti memiliki rasa senang

dengan senyum tawa dan rasa bebas serta percaya untuk berinteraksi.

Humor merupakan bentuk kedekatan dengan canda, gurauan atau cerita-cerita

lucu. Hal ini akan membuat suasana menjadi menyenangkan dan dapat

52

mencairkan suasana outbound. Seperti melakukan improviasi dengan para

peserta outbound misalkan mengejeknya.

2. Imajinasi

Khayalan atau imajinasi merupakan gaya seorang fasilitator yang harus bisa

dimiliki fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan seperti mengajak peserta

untuk masuk dalam perilaku dan pikiran yang dibentuk fasilitator ke arah

tujuan kegiatan.

3. Kelucuan dan Keseriusan

Kelucuan dan keseriusan merupakan gaya seorang fasilitator yang harus

dimiliki oleh seorang fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan seperti Bapak

munfaat dan Bapak nanang. Menggunakan ilustrasi tentang bagaimana kejadian

dikegiatan yang sedang berlangung membuat bahan tawa dan gurauan dan saat

itulah fasilitator kembali memulai untuk mengarahkan pada posisi serius

pada batasan atau aturan safety discount contract.

4. Spontanitas

Spontanitas gaya fasilitator juga merupakan kemampuan bereaksi spontan

terhadap game atau kegiatan yang reaksinya tanpa bisa diduga. Jadi seorang

fasiliator spontanitas tersebut akan didapatkan berdasarkan latihan dan

pengalaman serta banyak pikiran yang bisa cepat digunakan.

5. Mengarahkan dan memberdayakan

Mengarahkan dan memberdayakan. perbedaannya adalah soal perhatian

pada safety dan kecepatan responnya. Mengarahkan cenderung menanamkan

cara-cara atau nilai-nilai kerja, perilaku untuk meraih sukses dan peserta

tidak akan banyak kemampuan yang perlu ditingkatkan. Memberdayakan

53

cenderung hanya melihat moment teaching atau learning untuk memberikan

pemicu agar terbuka kemudian peserta melanjutkan prosesnya. Dibutuhkan

kemampuan observasi dan analisis serta cara yang tepat dan momen yang pas

oleh seorang fasilitator yang ada di Kampoeng Pinus Sarangan.

6. Kompetensi dan Kontrol

Kompetensi dan kontrol penting untuk memperlihatkan pengetahuan,

kemampuan dan kepercayaan diri terhadap peserta. karena meningkatkan

kepercayaan dan ikatan emosionil bagi peserta untuk tetap pada kontrol

dalam keamanan. Seorang fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan tugasnya

adalah menjadi orang pertama yang melakukan dengan baik dikegiatan

games, initiative, trust stunt atau ropes course. Berguna untuk dapat

mengalirkan energi positif kepada peserta kelompok utamanya.

7. Sekuen

Sekuen adalah seni, formulanya adalah perasaan, intuisi, analisis dan

pengetahuan. Fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan harus bisa memilih

kegiatan yang cocok, tepat, kapan berganti kegiatan, kapan menyudahi

kegiatan atau diskusi. Berkomunikasi yang baik antar fasilitator lain agar ketika

kegiatan tersebut bergantian atau sudah selesai tidak bertumpukan.

C. Cara Menyusun Konsep Program Wisata Edukasi Outbound di Kampoeng

Pinus Sarangan

Cara menyusun konsep program wisata edukasi outbound di Kampoeng Pinus

Sarangan

54

1. Assess – Menilai.

Menilai siapakah kelompoknya, mengetahui ketertarikan peserta outbound,

sex, usia para peserta outbound ataukah ditugaskan, dikirim atau menginginkan

kegiatan tersebut. Tujuan program apa yang ingin dicapai, apakah sama harapan

pemimpin karyawan dengan kelompok pesertanya dan apakah tujuannya

berlebihan atau berat. Menentukan berapa jumlah peserta apakah jumlah peserta

tersebut apakah sesuai dengan tujuan realistis atau tidak.

Menentukan lamanya program outbound apakah waktunya mencukupi

untuk kegiatan atau tidak. Selanjutnya adalah menentukan tempat yang akan

digunakan kegiatan tersebut kegiatan akan dilakukan dikelas atau diluar.

Kemudian bagaimana dengan jumlah dan tempat ataukah sesuai dengan

kapasitas para peserta serta memberikan alternatif bila cuaca buruk. Sebagai tim

fasilitator harus dapat memikirkan serta menanyakan pertimbang lain seperti

apakah pernah mengikuti kegiatan sebelumnya dan apakah mereka mengetahui

apa yang akan dilakukan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

2. Plan atau Perencanaan

Plan atau perencanaan memulai dengan merencanakan tempat kegiatan dan

ketersedian areal. Jenis kegiatan untuk mentransfer proses pembelajarannya.

Merencanakan skenario atau sekuen kegiatan. Membuat alternatif lain apabila

cuaca berubah buruk, masalah dengan profil peserta yang mendapat perhatian

khusus. Kemudian menentukan waktu dan tempat yang dibutuhkan serta

merencanakan jenis dan media kegiatan game, simulasi, presentasi, staf dll

(Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

55

3. Prepare atau Persiapan

Prepare atau persiapan adalah dengan hanya membayangkan ilustrasi tentang

kegiatan yang akan dilakukan, sehingga dapat menambahkan atau mengurangi

komponen penilaian yang dibutuhkan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid

1: 2014).

4. Lead atau Pelaksanaan

Lead atau pelaksanaan adalah saat yang dinantikan terlaksananya kegiatan

memiliki rasa was-was atau percaya diri sebagai momentum awal team

fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan dan harus dapat menimbulkan rasa

kepercayaan dari pada peserta (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:

2014 ).

5. Evaluate - Evaluasi

Evaluate atau evaluasi adalah memonitor apa yang telah team fasilitator

Kampoeng Pinus Sarangan lakukan baik dari sisi negatif maupun yang positif.

Seperti mengevaluasi observasi dan perilaku kelompok, menganalisa perilaku

untuk menentukan apakah perlu dibuatkan alternatif kegiatan. Menyediakan

waktu yang cukup untuk tantangan yang sesuai dan mendiskusikannya (Buku

Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).

56

Tabel di bawah ini adalah pedoman itinerary untuk cara menyusun kegiatan

pembelajaran di Kampoeng Pinus Sarangan. Mulai dari waktu pelaksanaan program,

aktivitas outbound yang akan dilakukan, keterangan kegiatan dan tempat pelaksanaan

kegiatan.

Tabel 14

Itenerary Kegiatan Outbound di Kampoeng Pinus Sarangan

Contoh Itenerary Kegiatan Outbound di Kampoeng Pinus Sarangan

Nb. Peserta dibagi menjadi 2 middle group (4 small group)

Sumber: Dokumen Kampoeng Pinus Sarangan, 2016

No Time Dur Activity Place

Treatment Description

Minggu, 24 februari 2016

1 7:30 8:00 0:30 Peserta tiba di sarangan Rehat snack

welcome drink

Cafe forest

2

8:00

9:00

1:00

Ice beraking big group,

pembagian kelompok

(aram zam-zam,

higenis dance,

tugu pancoran)

Perkenalan dengan

staff pelatihan,

membuka bloking,

pembagian

kelompok

Lapangan

bawah

3

9:00

11:00

2:00

Pos 1

(shuy buzz, Alcatras,

Pazzle kuning)

Kemauan untuk

berbagi, berkoordinasi,

kemauan,

mendengarkan

dan memperhatikan

Lapangan

bawah

Pos 2

(high rope, pazle kecil)

Meningkatkan

kepercayaan

diri dalam menghadapi

hal baru

Areahigh

rope

4

11:00

11:40

Final game debreaf

(opposide)

Menyatukan

komitmen

untuk bekerjasama

Lapangan

atas

Sampai jumpa pada event selanjutnya

57

D. Pengaruh Wisata Edukasi Terhadap Sumber Daya Manusia

Berikut ini adalah beberapa hasil pengaruh wisata edukasi terhadap sumber daya

manusia di Kampoeng Pinus Sarangan:

1. RSDS ( Rumah Sakit Dokter Sadiman) madiun

Peserta outbound di Rumah Sakit Dokter Sadiman sebanyak 400 0rg. Mereka

belajar mengenai pelayanan yang sesungguhnya, sebelumnya karyawan RSDS

tidak memberikan pelayanan yang terbaik, seperti mereka tidak senyum, sapa dan

salam dengan sesama karyawan ataupun dengan pelanggan tidak ada. Walaupun

ada salah satu karyawan baik itu satpam, cleaning service, customer service dll,

mereka tidak memberikan pelayanan yang terbaik akhirnya dapat memberikan citra

buruk terhadap RSDS sendiri. Setelah mengikuti outbound manajemen training

dengan unbloking dalam permainan, karyawan RSDS memiliki perubahan pada

dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan

untuk berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan.

Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan RSDS memiliki perubahan

terhadap dirinya, karena berkelanjutan dalam artian bukan melanjutkan kegiatan

outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng Pinus Sarangan dengan

cara datang memonitoring ke RSDS dan meminta laporan sejauh mana perubahan

perkembangan pelayanan di RSDS (Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku

fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).

2. KAI DAOP 7 MADIUN

KAI DAOP 7 Madiun mereka belajar mengenai prioritas adalah keselamatan

penumpang dan kenyamanan penumpang menjadi prioritas mulai dari satpam

sampai kepala stasiun memiliki peran yang sangat penting. Tim Kampoeng Pinus

58

Sarangan menanamkan slogan kepada penumpang yaitu keselamatan anda adalah

prioritas kami. Sebelumnya karyawan DAOP 7 Madiun, seperti cleaning service

mereka mereasa minder dengan gaji yang diperoleh dan merasa perannya sebagai

cleaning service tidak penting. Dengan adanya Simulasi game puzzle tim fasilitator

Kampoeng Pinus Sarangan memberikan motivasi kepada para karyawannya, seperti

menjelaskan bagian pada sisi puzzle bahwasanya setiap karyawan memiliki peran

yang sangat penting bagi perusahaan. Seperti petugas palang pintu jika kerja

semaunya maka akan dapat membahayakan bagi orang lain, cleaning service jika

stasiun terlihat kotor, maka pengunjung akan merasa tidak nyaman.

Dengan adanya outbound manajemen training mereka memiliki perubahan pada

dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan

untuk berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Mereka sadar

bahwa perannya sebagai kepala stasiun sampai cleaning service memiliki peran

yang sangat penting dan saling melengkapi antar karyawan lainnya.

Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan KAI DAOP 7 Madiun

memiliki perubahan terhadap dirinya, karena berkelanjutan dalam artian bukan

melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng

Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke KAI DAOP 7 Madiun dan

meminta laporan sejauh mana perubahan perkembangan pada diri karyawannya

(Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).

3. Bayu Siswa SMK Panekan Magetan

Bayu adalah seorang siswa SMK Panekan Magetan, ketika pada awal masuk di

Kampoeng Pinus Sarangan bayu memiliki sifat semaunya sendiri, dia langsung

males, cuek, dan berbicara semaunya sendiri dan bersikap seolah-olah di

59

lingkungan itu hanyalah dia yang merasa dominan. Ketika mulai ice breaking

disuruh mengkondisikan merasa malu untuk melakukan, kemudian tim fasilitator

memberikan sebuah komitmen akhirnya dia bisa memahami ternyata apa yg dia

anggap merasa menguasai tetapi tidak bisa diaplikasikan ditempat lain, akhirnya

dijadikan leader untuk dapat memahami. Ternyata setelah dipaham kenapa sikap

bayu cuek, males dan semaunya sendiri itu karena anak muda seperti dia

membutuhkan eksistensi dan pengakuan diri, makannya harus dirubah. Dan

akhirnya bayu mau melakukan apa yang fasilitator perintah (Wawancara dengan

Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).

4. Dosen UMY Fakultas Pertanian

Dosen UMY Fakultas Pertanian mereka pengen bersama-sama, saling

bersinergi dalam pekerjaan, dalam pekerjaan berharap menuntut pekerjaan harus

profesional, datang tidak boleh terlambat, pekerjaan harus selesai pada jam yang

sudah ditentukan. Tetapi mereka tidak memahami latar belakang sumber daya

manusianya. Ternyata karyawannya ada yang sedang ada masalah, tidak semangat

dalam bekerja dll, maka harus terbuka alasan tersebut dan harus didengar.

Dengan adanya outbound manajemen training mereka memiliki perubahan pada

dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan

untuk saling berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Ketika

ingin bersinergi dengan karyawan lain maka harus terbuka, dengan cara memecah

blok dan mendengarkan alasan mereka, maka akan mengetahui latar belakangnya

mereka.

Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan memiliki perubahan terhadap

dirinya dan memiliki rasa terbuka. Mereka meminta draf kerangka untuk bisa

60

diaplikasikan di Fakultas Pertanian UMY, karena berkelanjutan dalam artian bukan

melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng

Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke Fakultas Pertanian UMY dan

meminta laporan sejauh mana perubahan perkembangan pada diri karyawannya

(Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).

5. BPPN (Badan Pelayanan Pembendaharaan Negara) Kab. Madiun

Badan pelayanan pembendaharaan negara pada awal masuk karyawan

menganggap bahwa pekerjaan bukan tentang hal bermanfaat tetapi adalah tugas

masing-masing. Ada yang masih memiliki tugas yang menumpuk, ada yang sudah

selesai, yang sudah selesai hanya melihat saja tetapi tidak saling membantu,

padahal yang belum selesai pekerjaannya tadi bisa menjadi hambatan. Ada yang

bertahun-tahun bekerja tetapi karena ada sistim yang baru mereka merasa susah

untuk memulai karena dia berpikir berat.

Dengan adanya outbound manajemen training dengan cara memecah bloking

dalam permainan mereka memiliki perubahan pada dirinya, perubahan itu diperoleh

ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan untuk saling berbagi serta

optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Akhirnya tim Kampoeng Pinus

Sarangan mencoba mensinergikan mereka, kemudian mereka saling membantu

sesuai dengan porsinya, karena satu orang saja yang belum selesai maka akan dapat

menganggu pekerjaan yang lainnya.

Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan memiliki perubahan terhadap

dirinya dan memiliki saling membantu, dan berkelanjutan dalam artian bukan

melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng

Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke BPPN Madiun dan meminta

61

laporan sejauh mana perubahan perkembangan pada diri karyawannya (Wawancara

dengan Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).