TUGAS ELEMEN MESIN II - Perencanaan Roda Gigi Kerucut Pada Mesin Gerinda Tangan
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/220/4/7. BAB...
Transcript of BAB III PROSEDUR PEMBUATAN - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/220/4/7. BAB...
30
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai alat dan bahan yang
digunakan serta bagaimana prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik rahang atas klasifikasi Kennedy kelas IV pada kasus palatum dangkal,
resorbsi tulang alveolar dengan relasi rahang klas III.
A. Data Pasien
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dokter Gigi : Eva M
Warna Gigi : A3
Kasus : Kehilangan gigi 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 pada kasus
palatum dangkal dan resorbsi tulang alveolar dengan
relasi rahang klas III.
31
B. Waktu dan Tempat Pembuatan
Waktu : 24 Mei- 14 Juni 2019
Tempat : Laboratorium Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang
C. Alat dan Bahan
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik ini dibutuhkan
alat dan bahan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
NO. ALAT BAHAN
1. Spatula Alginet
2. Bowl Moldano
3. Lecron Plaster Of Paris
4. Wax Knife Vaselin
5. Okludator Base Plate Wax
6. Lampu Spirtus Spirtus
7. Tang Borobudur Klamer 0,8
8. Tang Tiga Jari Elemen Gigi Anterior
9. Tang Potong Elemen Gigi Posterior
10. Mesin Trimer Separating Medium (Cms)
11. Glass Plate Akrilik
12. Kuvet Liquid
13. Mixing Jar dan Spet Caco3
14. Kuas Pumice
32
15. Cellophane
16. Kompor
17. Panci
18. Press Statis Dan Dinamis
19. Tang Gips
20. Hanging Bur
21. Amplas
22. Mesin Poles
( Feldcone & White Brush)
D. Prosedur Pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Model Kerja
Yang pertama dilakukan saat menerima model kerja yaitu
membersihkan model kerja dari nodul-nodul, dan merapihkan bagian
tepi model kerja menggunakan mesin trimmer.
Gambar 3.1 Model Kerja RA dan RB
2. Pembuatan Desain pada Model Kerja
Desain merupakan rencana awal dalam pembuatan gigi tiruan
sebagai panduan dalam proses pembuatan gigi tiruan. Desain dibuat
dengan cara menggambarkan pada model kerja dengan menggunakan
pensil sesuai dengan desain yang sudah ditentukan. Desain yang
33
digunakan pada partial removable denture dengan perluasan basis
sampai distal gigi molar 3 rahang atas dan sayap labial maupun bukal
sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, sedangkan
cengkram yang digunakan yaitu cengkram full jackson pada gigi molar
3 kanan dan half jackson pada gigi molar 3 kiri.
Gambar 3.2 Pembuatan Desain
3. Pembuatan Cengkeram
Pada kasus ini cengkeram yang digunakan yaitu cengkeram full
jackson dan half jackson. Cengkeram full jackson diletakkan pada gigi
molar 3 kanan menggunakan kawat 0,8 mm, dan half jackson
diletakkan pada molar 3 kiri menggunakan kawat 0,8 mm.
Pada pembuatan cengkeram kawat, potong kawat menggunakan
tang potong. Kemudian ditekuk menggunakan tang borobudur, lengan
cengkeram dibuat dan diletakkan pada bagian bukal dengan mengikuti
kontur terbesar gigi. Pada cengkeram half jackson, lengan cengkeram
ditekuk dan diletakkan dibawah kontur terbesar gigi kemudian naik ke
bagian distal, selanjutnya ditekuk ke arah setengah palatal
menggunakan tang borobudur setelah itu dibuatkan koil membulat
dengan menggunakan tang tiga jari. Pada pembuatan cengkeram full
jackson, kawat ditekuk dibawah kontur terbesar kemudian naik ke
bagian proksimal. Selanjutnya ditekuk ke arah setengah palatal
menggunakan tang borobudur dan dibuatkan koil membulat
menggunakan tang tiga jari.
34
Gambar 3.3 Pembuatan Cengkeram
4. Pembuatan Bite rim
Pada pembuatan bite rim, model kerja direndam dalam air kurang
lebih 5 menit untuk memudahkan lepasnya wax dari model kerja.
Baseplate wax dipanaskan diatas api lampu spirtus, kemudain wax
ditekan pada model kerja agar mengikuti kontur anatomis. Selanjutnya
galangan gigit dibuat menggunakan baseplate wax dengan lebar
anterior rahang atas 5 mm dan posterior rahang atas 10 mm.
Sedangkan tinggi bite rim mengikuti tinggi gigi molar yang masih
tersisa kurang lebih 10 mm.
Gambar 3.4 Pembuatan Bite Rim
5. Penanaman Okludator
Penanaman model kerja pada okludator bertujuan untuk
mendapatkan oklusi dan memudahkan dalam penyusunan gigi. Model
kerja yang sudah dioklusikan dan difiksasi menggunakan wax, model
diolesi dengan vaselin dan diletakkan pada okludator. Plastisin
diletakkan dibagian bawah rahang bawah yang bertujuan untuk
mendapatkan kesejajaran oklusi antara rahang atas dan rahang bawah
dan untuk tersedianya ruangan untuk gips. Kemudian gips diaduk di
dalam bowl dengan bantuan spatula dan diletakkan diatas okludator,
35
lalu okludator ditutup dan dirapihkan menggunakan amplas kasar dan
amplas halus. Setelah gips pada rahang atas mengeras, plastisin yang
terdapat pada rahang bawah diambil, selanjutnya adonan gips
diletakkan di atas glassplate, tanam okludator bawah, kemudian
dirapihkan dan dihaluskan menggunakan amplas.
Gambar 3.5 Penanaman Okludator
6. Penyusunan gigi
Pada umumnya penyusunan gigi dilakukan dengan mengikuti gigi
antagonis yang masih ada. Pada gigi yang hilang diganti dengan
elemen gigi. Warna elemen gigi yang digunakan yaitu A3. Penyusunan
gigi dilakukan edge to edge sebagai berikut:
a. Incisivus 1 kanan
Yang pertama dilakukan yaitu memotong galangan gigit
sebesar gigi incisivus satu kanan rahang atas. Kemudian dilakukan
pengurangan pada bagian palatal gigi, agar gigi dapat berkontak
dengan gigi antagonisnya. Selanjutnya, titik kontak mesial
diletakkan pada midline rahang atas
b. Incisivus 1 kiri
Setelah menyusun gigi incisivus 1 kanan selanjutnya
menyusun gigi inisivus 1 kiri dengan memotong galangan gigit
sebesar gigi incisivus. Kemudian, dilakukan pengurangan pada
bagian palatal gigi agar gigi dapat berkontak dengan gigi
antagonisnya. Selanjutnya, titik kontak mesial diletakkan pada titik
kontak distal gigi incisivus satu kanan.
36
c. Incisivus 2 kanan
Setelah menyusunan gigi incisivus 1 kiri selanjutnya menyusun
gigi incisivus 2 kanan dengan memotong galangan gigit sebesar
gigi incisivus 2. Kemudian, dilakukan pengurangan pada bagian
palatal agar gigi dapat berkontak dengan gigi antagonisnya.
Penyusunan gigi incisivus 2 kanan. Incisalnya disusun lebih naik
kurang lebih 1-2 mm, dan titik kontak mesial diletakkan pada titik
kontak distal incisivus 1 kanan.
d. Incisivus 2 kiri
Setelah menyusunan gigi incisivus 2 kanan selanjutnya
menyusun gigi incisivus 2 kiri dengan memotong galangan gigit
sebesar gigi incisivus 2. Kemudian, dilakukan pengurangan pada
bagian palatal agar gigi dapat berkontak dengan gigi antagonisnya.
Penyusunan gigi incisivus 2 kiri. Incisalnya disusun lebih naik
kurang lebih 1-2 mm dan titik kontak mesial diletakkan pada titik
kontak distal incisivus 1 kiri.
e. Caninus kanan
Proses penyusunan gigi caninus kanan dengan memotong
galangan gigit sebesar gigi caninus dan mengikuti penyusunan gigi
incisivus dua sebelahnya, titik kontak mesial gigi caninus kanan
diletakkan pada distal gigi incisivus dua kanan rahang atas.
Kemudian, cusp caninus kanan rahang atas berada diantara cusp
caninus dan premolar satu kanan rahang bawah. Puncak cusp
caninus kanan rahang atas tegak lurus dan sejajar dengan incisivus
satu kanan rahang atas. Pada penyusunan gigi caninus dilakukan
pengurangan gigi pada bagian palatal untuk mendapatkan sumbu
gigi yang tegak lurus.
f. Caninus kiri
Proses penyusunan gigi caninus kiri rahang atas dengan
memotong galangan gigit sebesar gigi caninus dan mengikuti
penyusunan gigi incisivus dua disebelahnya, titik kontak mesial
gigi caninus kiri diletakkan pada distal gigi incisivus dua kiri
37
rahang atas. Cusp caninus kiri rahang atas diletakkn diantara cusp
caninus kiri rahang bawah dan cusp bukal premolar satu rahang
bawah. Puncak cusp caninus kanan rahang atas tegak lurus dan
sejajar dengan incisivus satu kanan rahang atas. Pada penyusunan
gigi caninus dilakukan pengurangan pada bagian palatal untuk
mendapatkan sumbu gigi yang tegak lurus.
g. Premolar 1 kanan
Pada penyusunan gigi premolar satu kanan dengan memotong
galangan gigit sebesar gigi premolar satu kanan rahang atas. Gigi
premolar satu diletakkan disebelah gigi caninus dan disesuaikan
dengan gigi antagonisnya. Pada bagian palatal, mesial dan distal
dilakukan pengurangan agar memberikan ruang masuknya gigi
selanjutnya. Kemudian titik kontak mesial gigi premolar satu
kanan berada pada titik kontak distal gigi caninus kanan rahang
atas.
h. Premolar 1 kiri
Pada penyusunan gigi premolar satu kiri rahang atas dilakukan
pemotongan galangan gigit sebesar gigi premolar satu. Pada bagian
palatal, mesial dan distal dilakukan pengurangan agar memberikan
ruang untuk masuknya gigi selanjutnya dan penyusunan
disesuaikan dengan gigi antagonisnya. Titik kontak mesial gigi
premolar satu berada pada distal gigi caninus kiri rahang atas.
i. Premolar 2 kanan
Pada penyusunan gigi premolar dua kanan dilakukan
pemotongan galangan gigit sebesar gigi premolar dua. Pada bagian
palatal, mesial dan distal dilakukan pengurangan agar memberikan
ruang untuk masuknya gigi selanjutnya dan disesuaikan dengan
gigi antagonisnya. Titik kontak mesial gigi premolar dua berada
pada distal gigi premolar satu kanan rahang atas.
j. Premolar 2 kiri
Pada penyusunan gigi premolar dua kiri dilakukan pemotongan
galangan gigit sebesar gigi premolar dua. Pada bagian palatal,
38
mesial dan distal dilakukan pengurangan agar memberikan ruang
untuk masuknya gigi selanjutnya dan disesuaikan dengan gigi
antagonisnya. Titik kontak mesial gigi premolar dua berada pada
distal gigi premolar satu kiri rahang atas.
k. Molar 1 kanan
Proses penyusunan gigi molar satu kanan dilakukan dengan
memotong galangan gigit sebesar gigi molar satu. Dilakukan
pengurangan pada bagian cusp palatal, bagian mesial dan distal
agar memberikan ruang untuk gigi selanjutnya dan disusun dengan
menyesuaikan dengan gigi antagonisnya. Titik kontak mesial molar
satu berada pada distal premolar dua kanan rahang atas.
l. Molar 1 kiri
Proses penyusunan gigi molar satu kiri dilakukan dengan
memotong galangan gigit yang tersisa. Dilakukan pengurangan
pada bagian cusp palatal dan bagian mesial serta distal agar dapat
masuk kedalam ruang gigi yang tersisa dan disusun dengan
menyesuaikan dengan gigi antagonisnya. Titik kontak mesial molar
satu berada pada distal premolar dua kiri rahang atas.
m. Molar 2 kiri
Proses penyusunan gigi molar dua kiri dilakukan dengan
memotong galangan gigit yang tersisa. Dilakukan pengurangan
pada bagian cusp palatal dan bagian mesial serta distal agar dapat
masuk kedalam ruang yang tersisa. Titik kontak mesial gigi molar
dua berada pada distal molar satu kiri. Penyusunan gigi molar dua
di sesuaikan dengan gigi antagonisnya.
Gambar 3.6 Penyusunan Gigi
39
7. Wax Contouring
Wax contouring dilakukan agar gigi tiruan malam semirip
mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Proses
pembuatan wax contouring dilakukan dengan mengerok malam pada
bagian interdental menggunakan pisau malam.
Gambar 3.7 Wax Contouring
8. Flasking
Proses pembuatannya yaitu dengan melepaskan model kerja dari
okludator, cuvet dan model kerja diulasi dengan vaselin agar gypsum
mudah terlepas. Selanjutnya, mengaduk adonan gips dan menanam
model ke dalam cuvet bawah lalu dirapihkan dan tunggu sampai
gypsum mengeras. Setelah itu bagian cuvet bawah diulasi dengan
vaselin dan pasang cuvet atas lalu diisi dengan adonan gips. Kemudian,
bagian cuvet atas ditutup dan diletakkan pada press statis sampai
mengeras. Pada kasus ini flasking yang digunakan yaitu pulling the
cast karena mould terbuka sehingga akrilik dapat masuk kedalam mold
tersebut.
Gambar 3.8 Flasking
40
9. Boiling Out
Boiling Out bertujuan untuk menghilangkan pola malam.
Prosesnya yaitu dengan memasukkan cuvet ke dalam air mendidih
selama 15 menit, setelah itu cuvet diangkat dan dipisahkan antara cuvet
atas dan cuvet bawah lalu disiram menggunakan air mendidih yang
bersih agar sisa-sisa malam benar-benar hilang pada mould space.
Kemudian, bagian-bagian yang tajam pada mould dihilangkan
menggunakan lecron. Selanjutnya, mould space yang masih hangat
diulasi dengan Cold Mold Seal (CMS) agar pada saat deflasking model
mudah terlepas dari gips.
Gambar 3.9 Boiling Out
10. Membuat Postdam
Postdam merupakan penonjolan seperti hubungan pada tepi
posterior protesa rahang atas yang bertujuan sebagai penambah retensi
pada gigi tiruan akrilik, yang dibentuk dengan mengerok model kerja
bagian posterior dari hamular notch kiri dan kanan sampai fovea
palatina kurang lebih 1-1,5 mm.
11. Packing
Metode packing yang digunakan adalah wet methode, dengan
mencampurkan monomer dan polimer ke dalam mixing jar, kemudian
tunggu hingga tahap dough stage. Dough stage adalah saat konsistensi
adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Jika sudah mencapai
dough stage, dapat meletakkan adonan ke dalam mold space pada
cuvet atas dan bawah. Kemudian, di press menggunakan press statis
dengan meletakkan cellophane diantara cuvet atas dan bawah. Press
dilakukan hingga metal to metal dan dilakukan sebanyak 3 kali dengan
41
menggunakan press statis. Selanjutnya, sisa-sisa akrilik yang keluar
dari cuvet dapat dibersihkan menggunakan lecron dan cellophane
dilepas pada pengepresan terakhir.
Gambar 3.10 Packing
12. Curing
Curing yaitu proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi
dengan polimernya dengan bantuan panas. Proses curing dilakukan
setelah proses packing selesai. Curing dilakukan dengan memasukkan
cuvet yang berisikan akrilik ke dalam panci yang berisi air dari suhu
kamar kemudian tunggu sampai air mendidih dengan suhu 100°C
selama 45 menit. Setelah cuvet diangkat dan tunggu sampai dingin
agar dapat dibuka.
Gambar 3.11 Curing
13. Deflasking
Setelah cuvet dingin, cuvet dibuka dan protesa yang tertanam
pada gypsum dikeluarkan dari cuvet. Kemudian, sisa-sisa gypsum yang
menempel pada gigi tiruan dibuang menggunakan tang gips, dilakukan
secara perlahan dan hati-hati agar protesa tidak patah.
42
Gambar 3.12 Deflasking
14. Finishing
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan protesa kasar. Dengan
merapihkan sisa-sisa gypsum yang menempel pada gigi tiruan
menggunakan mata bur freezer, dan membersihkan sisa-sisa stone
yang menempel pada gigi tiruan menggunakan round bur. Bagian tepi
dan permukaan gigi tiruan dirapihkan menggunakan freezer dan
mandril amplas untuk mendapatkan protesa kasar.
Gambar 3.13 Finishing
Setelah proses finishing selesai, terlihat porositas pada basis gigi
tiruan sebagian akrilik. Maka dilakukan proses rebasing pada basis
gigi tiruan dengan prosedurnya yaitu:
15. Rebasing
Rebasing dilakukan untuk menggantikan basis gigi tiruan yang
lama dengan basis gigi tiruan yang baru, prosedur rebasing yaitu:
43
a. Index Oklusal dan Penanaman Okludator
Index oklusal dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
gigitan kembali sebelum menghilangkan seluruh basis yang akan
diganti dengan basis baru. Index oklusal dilakukan dengan
menanam model kerja rahang atas ke okludator menggunakan gips
dan gunakan plastisin untuk menggantikan gigitan sementara
sebelum dilakukan index oklusal. Setelah gypsum mengering,
elemen gigi tiruan ditanam sedalam 1 3⁄ incisal pada okludator
bawah untuk mendapatkan gigitan yang diinginkan.
Gambar 3.14 Index Oklusal
b. Menghilangkan basis
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan basis gigi tiruan
yang mengalami porositas. Menghilangkan basis akrilik dilakukan
dengan mata bur frezeer dan tinggalkan secukupnya untuk
menahan gigi tiruan dan cengkeram.
Gambar 3.15 Menghilangkan Basis
44
c. Waxing
Waxing plat dilakukan dengan cara menaruhkan elemen gigi
tiruan yang telah dihilangkan basisnya kedalam gigitan yang
didapatkan pada saat index oklusal, kemudian basis akrilik dibuat
menggunakan malam sesuai dengan prosedur waxing sebelumnya.
Gambar 3.16 Waxing
d. Flasking
Proses pembuatannya yaitu dengan melepaskan model kerja
dari okludator, sebelum flasking cuvet dan model kerja diulasi
dengan vaselin agar gips mudah terlepas. Selanjutny, model kerja
ditanam di dalam cuvet bawah lalu dirapihkan dan tunggu sampai
gypsum mengeras. Setelah itu bagian cuvet bawah diulasi dengan
vaselin dan dipasang cuvet atas lalu diisi dengan adonan gypsum.
Kemudian, bagian cuvet atas ditutup dan diletakkan pada press
statis sampai mengeras. Pada kasus ini flasking yang digunakan
yaitu pulling the cast karena mould terbuka sehingga akrilik dapat
masuk kedalam mold tersebut.
Gambar 3.17 Flasking
45
e. Boiling out
Prosesnya yaitu dengan memasukkan cuvet kedalam air
mendidih selama 15 menit, setelah itu cuvet diangkat dan
dipisahkan antara cuvet atas dan cuvet bawah dan disiram
menggunakan air mendidih yang bersih agar sisa-sisa malam
benar-benar hilang pada mould space. Kemudian, bagian-bagian
yang tajam pada mould dihilangkan menggunakan lecron.
Selanjutnya, mould space yang masih panas diulasi dengan Cold
Mold Seal (CMS) agar pada saat deflasking model mudah terlepas
dari gips.
Gambar 3.18 Boiling Out
f. Packing
Metode packing yang digunakan adalah wet methode, dengan
mencampurkan monomer dan polimer kedalam mixing jar, tunggu
hingga tahap dough stage. Dough stage adalah saat konsistensi
adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Jika sudah
mencapai dough stage, adonan dapat diletakkan kedalam mold
space pada cuvet atas dan bawah. Kemudian di press menggunakan
press statis dengan meletakkan cellophane diantara cuvet atas dan
bawah hingga metal to metal dan dilakukan sebanyak 3 kali.
Selanjutnya, sisa-sisa akrilik yang keluar dari cuvet dibersihkan
menggunakan lecron, kemudian cellophane dilepas pada
pengepresan terakhir.
46
g. Curing
Curing yaitu proses polimerisasi antara monomer yang
bereaksi dengan polimernya dengan bantuan panas. Proses curing
dilakukan setelah proses packing selesai. Curing dilakukan dengan
memasukkan cuvet yang berisi akrilik kedalam panci yang berisi
air dari suhu kamar kemudian tunggu sampai air mendidih dengan
suhu 100°C selama 45 menit. Setelah itu angkat cuvet dan tunggu
sampai dingin agar dapat dibuka.
Gambar 3.19 Curing
h. Deflasking
Setelah cuvet dingin, cuvet dibuka dan protesa dikeluarkan dari
cuvet. Kemudian, sisa-sisa gips yang menempel pada gigi tiruan
dibuang menggunakan tang gypsum, dilakukan secara perlahan dan
hati-hati agar protesa tidak patah.
Gambar 3.20 Deflasking
i. Finishing
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan protesa kasar. Dengan
merapihkan sisa-sisa gypsum yang masih menempel pada gigi
tiruan menggunakan mata bur freezer, dan membersihkan sisa-sisa
47
stone yang menempel pada gigi tiruan menggunakan round bur.
Bagian tepi dan permukaan gigi tiruan dirapihkan menggunakan
freezer dan mandril amplas untuk mendapatkan protesa kasar.
Gambar 3.21 Finishing
j. Polishing
Polishing bertujuan untuk menghaluskan dan mengkilapkan
protesa. Proses polishing dilakukan dengan menggunakan feldcone
dengan bahan CaCo3 untuk meratakan dan menghaluskan bagian-
bagian yang masih bergurat, setelah itu menggunakan white brush
dengan bantuan bahan blue angel untuk mengkilapkan protesa gigi
tiruan.
3.22 Polishing