BAB III POSISI OBJEK PADA POLA SUSUNAN KLAUSA … · muwachidi>na a’sh sha>diqi>na) yang terletak...
Transcript of BAB III POSISI OBJEK PADA POLA SUSUNAN KLAUSA … · muwachidi>na a’sh sha>diqi>na) yang terletak...
88
BAB III
POSISI OBJEK PADA POLA SUSUNAN KLAUSA DALAM
CERPEN MADI>NATU A’S SA’A>DAH KARYA MUSTHAFA
LUTHFI AL-MANFALUTHI
Bab ini akan membahas masalah ketegaran posisi objek pada kalimat atau
klausa dalam cerpen Madi>natu A’s Sa’a>dah dengan menggunakan teknik balik
biasa, yaitu dengan membalik posisi fungsi objek dengan fungsi yang lain.
A. Objek Langsung Pada Pola Susunan Klausa dalam Cerpen Madi>natu A’s
Sa’a>dah
1. Pola P-S-O
(66:املنفلوطي). لقد بلغ الرجل مرتبة الموحدين الصادقين( 19)
(19) Laqad balagha a’r-rajulu martabatal-muwachidi>na’s-sha>diqi>na
P S O
1 2 3
‘Lelaki itu telah mencapai tingkatan orang yang percaya akan keesaan
Allah’
Objek dalam kalimat tersebut merupakan frasa (martabata al
muwachidi>na a’sh sha>diqi>na) yang terletak setelah S. Pola kalimat di atas
adalah P-S-O. Objek dalam kalimat tersebut terletak pada urutan ketiga
setelah P dan S. Objek tersebut bersifat kurang tegar karena objek tersebut
dapat dibalik posisinya sebagaimana kalimat (19a) dan (19b).
(19a) Laqad balagha martabatal-muwachidi>na’sh-sha>diqi>na a’r-rajulu P O S
1 2 3
‘Telah mencapai tingkatan orang yang percaya akan keesaan Allah
lelaki itu’
89
(19b) Martabatal-muwachidi>na’sh-sha>diqi>na laqad balagha a’r-rajulu O P S
1 2 3
‘Tingkatan orang yang percaya akan keesaan Allah telah mencapai
lelaki itu’
Pada kalimat (19a) posisi objek berada pada urutan kedua, yaitu
setelah P sebelum S, sedangkan kalimat (19b) objek berada pada urutan
pertama, mendahului P dan S.
Kalimat (19a) di atas secara gramatikal dapat diterima dalam bahasa
Arab dan makna semula tidak bergeser, sedangkan kalimat (19b)
memerlukan imbuhan pronomina ketiga tunggal (ha>) yang merujuk pada
objek tersebut untuk mencapai susunan yang gramatikal dan berterima
maknanya. Teknik balik yang diterapkan pada kalimat (19b) tersebut tidak
dapat diterima karena mengubah susunan. Dengan demikian, posisi objek
dalam kalimat (19) tersebut bersifat cukup tegar.
2. Pola P-O-S
(68:املنفلوطي). لم يحمو قصره( 20)
(20) Lam yachmihi qashruhu P-O S
1 2 3
‘Istananya tidak melindunginya’
Objek dalam klausa (20) di atas berkategori pronomina persona ketiga
tunggal yang bersambung (dhami>r muttashil). Objek dalam klausa
tersebut terletak pada urutan kedua setelah predikat. Objek tersebut
90
bersifat tegar karena posisi objek dalam kalimat tersebut tidak dapat
dibalik dengan fungsi yang lain sebagaimana klausa (20a) dan (20b)
berikut.
(20a) Lam yachmi qashruhu huwa P S O
1 2 3
‘Tidak melindungi Istananya dia’
(20b) huwa lam yachmi qashruhu O P S
1 2 3
‘Istananya tidak melindunginya’
Objek klausa (20a) terletak pada urutan ketiga setelah S dan objek
dalam klausa (20b) terletak pada urutan pertama mendahului S dan P.
Susunan (20a) dan (20b) tersebut secara gramatikal tidak dapat
diterima dalam bahasa Arab. Makna dari kedua klausa tersebut juga tidak
berterima. Dengan demikian, objek dalam kalimat (20) di atas bersifat
tegar.
3. Pola K-P-O
(69:املنفلوطي). وبفهمو و استقامة شأنو فاخترناه( 21)
(21)Wa bifahmihi wa'stiqa>mati sya'nihi fa'khtarna>hu
K P(S) O
1 2 3 4
‘Dan dengan pemahamannya dan kelurusan pikiranya, kami
memilihnya’
91
Objek klausa tersebut merupakan pronomina persona ketiga tunggal
(hu) yang bersambung dengan predikat dan subjeknya. Objek dalam klausa
tesebut bersifat tegar karena posisi objek tersebut tidak dapat dibalik
posisinya dengan fungsi yang lain.
(21a) fa'khtarna>hu bifahmihi wa'stiqa>mati sya'nihi
P(S) O K
1 2 3 4
‘Kami memilihnya dengan pemahamannya dan kelurusan pikiranya,’
(21b) Wa bifahmihi wa'stiqa>mati sya'nihi hu fa'khtarna>
K O P(S)
1 2 3 4
‘Dan dengan pemahamannya dan kelurusan pikiranya, dia kami
memilihnya’
(21c) Wa bifahmihi wa's tiqa>mati sya'nihi fa'khtarhuna>
K P-O-(S)
1 2 3 4
‘Dan dengan pemahamannya dan kelurusan pikiranya, memilihnya
kami’
Objek klausa (21a) menempati urutan ketiga sebelum K tetapi tetap
berada setelah P dan S. Pada klausa (21b) objek berada pada urutan kedua,
setelah keterangan, sedangkan klausa (21c) posisi objek berada pada
urutan ketiga yaitu setelah P sebelum S.
Klausa (21a) secara gramatikal dan makna dapat diterima dalam
bahasa Arab. Akan tetapi susunan seperti pada klausa (21b) dan (21c)
secara gramatikal tidak dapat diterima dalam bahasa Arab. Dengan
demkian posisi objek dalam klausa (21) di atas bersifat tegar.
92
4. Pola P(S)-K-O
(63:املنفلوطي). رأيت فيما يرى النائم أننى أمشى فى برية جرداء قفر( 22)
(22) R'aitu fi>ma> yara>’n-na>'imu annani> amsyi> fi> bariyyati jurda>'a qafrin P-S K O
1 2 3 4
‘Aku telah melihat seperti yang dilihat oleh orang yang tidur bahwa
aku berjalan pada daratan pegunungan pasir yang liar’
Objek pada kalimat tersebut berada pada urutan keempat, yaitu setelah
keterangan, sedangkan posisi pertama diisi oleh predikat yang dilekati oleh
subjek yang melekat di belakang predikatnya.
Posisi objek dalam klausa tersebut bersifat tidak tegar. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan menggunakan teknik balik.
(22a) R'aitu annani> amsyi> fi> bariyyati jurda>'a qafrin fi>ma yara>’n-na>'imu P-S O K
1 2 3 4
‘Aku telah melihat bahwa aku berjalan pada daratan pegunungan pasir
yang liar seperti yang dilihat oleh orang yang tidur’
(22b) Fi>ma yara>’n-na>'imu r'aitu annani> amsyi> fi> bariyyati jurda>'a qafrin K P-S O
1 2 3 4
‘Seperti yang dilihat oleh orang yang tidur aku telah melihat bahwa
aku berjalan pada daratan pegunungan pasir yang liar.’
(22c) Annani> amsyi> fi> bariyyati jurda>'a qafrin fi>ma yara‘n-na>'imu r'aitu O K P-S
1 2 3 4
‘Bahwa aku berjalan pada daratan pegunungan pasir yang liar seperti
yang dilihat oleh orang yang tidur aku telah melihat(nya)’
Posisi awal objek dalam kalimat (22) adalah berada pada urutan
keempat setelah K, sedangkan kalimat (22a) posisi objek berada pada
93
urutan ketiga setelah P-S. Pada kalimat (22b), objek berada pada urutan
keempat setelah P-S dan pada kalimat (22c) objek berada pada urutan
pertama sebelum K dan P-S.
Kalimat (22a) – (22b) tersebut dapat diterima secara gramatikal dan
makna kalimat juga dapat diterima, tidak mengubah makna kalimat. Akan
tetapi pada kalimat (22c) susunan tersebut tidak dapat diterima secara
gramatikal dalam bahasa Arab. Dengan demikian, objek yang berupa
klausa dalam kalimat (22) tersebut bersifat kurang tegar.
5. Pola P-S-O-K
(63:املنفلوطي). وما نشر الظالم اجنحتو السوداء فى األفق(23)
(23) Wa ma> nasyara a’zh-zhala>mu ajnichatahu’s-sauda>'a fi>l-ufuqi P S O K
1 2 3 4
‘Tidak membentangkan kegelapan sayapnya yang hitam di ufuk’
(23a) Wa’zh-zhala>mu ma> nasyara ajnichatahu’s-sauda>'a fi>l-ufuqi S P O K
1 2 3 4
‘Dan kegelapan tidak membentangkan sayapnya yang hitam di ufuk’
(23b) Wa ajnichatahu’s-sauda>'a ma> nasyara a’zh-zhala>mu fi>l-ufuqi O P S K
1 2 3 4
‘Dan sayapnya yang hitam tidak membentangkan(nya) kegelapan di
ufuk’
(23c) Wa ma> nasyara ajnichatahu’s-sauda>'a a’zh-zhala>mu fi>l-ufuqi P O S K
1 2 3 4
‘Dan tidak membentangkan sayapnya yang hitam kegelapan di ufuk’
94
(23d) Wa ma> nasyara a’zh-zhala>mu fi>l-ufuqi ajnichatahu’s-sauda>'a P S K O
1 2 3 4
‘Dan tidak membentangkan kegelapan di ufuk sayapnya yang hitam’
Posisi objek pada kalimat (23) terletak pada urutan ketiga, setelah P.
Pada kalimat (23a) objek berada pada urutan ketiga tapi berada setelah S.
Pada kalimat (23b) objek terletak pada urutan pertama. Pada kalimat (23c)
objek berada pada urutan kedua setelah P, sedangkan pada kalimat (23d)
objek terletak pada urutan keempat setelah K.
Kalimat (23a) – (23d) tersebut dapat diterima secara gramatikal dan
makna kalimat juga dapat diterima, kecuali kalimat (23b). Kalimat (23b)
tersebut tidak dapat diterima dalam bahasa Arab secara gramatikal maupun
makna.
Dengan demikian, posisi objek yang berupa frasa dalam kalimat (21)
tersebut dapat berbalik posisi sebanyak tiga kali, dan tidak dapat berbalik
satu kali, dapat dikatakan posisi objek tersebut bersifat kurang tegar.
6. Pola P-O-S-K
(69:املنفلوطي). فاستقبلنا اىلوه بالبشر و الترحاب( 24)
(24) Fa’staqbalana> ahlu>hu bil-bisyri wa’t-tarcha>bi
P-O S K
1 2 3 4
‘Telah menyambut kami keluarganya dengan suka cita dan ucapan
selamat’
Objek dalam kalusa (24) merupakan pronomina persona pertama
plural (nachnu) yang bersambung dengan predikatnya (dhami>r muttashil).
95
Objek tersebut berada pada urutan kedua, yaitu setelah P dan sebelum S.
Objek dalam klausa tersebut bersifat tegar karena objek tersebut tidak
dapat dibalik posisinya dengan fungsi yang lain sebagaimana yang terjadi
pada klausa (24a), (24b), dan (24c) berikut ini.
(24a) Fa'staqbala ahlu>hu na> bil-bisyri wa’t-tarcha>bi P S O K
1 2 3 4
‘Telah menyambut keluarganya kami dengan suka cita dan ucapan
selamat’
(24b) Fa'staqbala ahlu>hu bil-bisyri wa’t-tarcha>bi na P S K O
1 2 3 4
‘Telah menyambut keluarganya dengan suka cita dan ucapan selamat
kami’
(24c) Na> fa'staqbala ahlu>hu bil-bisyri wa’t-tarcha>bi O-P S K
1 2 3 4
‘Kami telah menyambut keluarganya dengan suka cita dan ucapan
selamat’
Objek dalam klausa (24a) berada pada urutan ketiga setelah S. Pada
klausa (24b) objek berada pada urutan keempat setelah K, sedangkan pada
klausa (24c) objek diletakkan pada posisi pertama.
Klausa (24a) – (24c) tidak dapat diterima dalam bahasa Arab baik
secara gramatikal maupun maknanya. Oleh karena itu, objek dalam klausa
(24) tersebut bersifat tegar.
96
7. Pola P-O-K-S
(65:املنفلوطي) .ال تروعنى فيو خواطر الموت وال وساوُس الهالك( 25)
(25) La> tarau'uni> fi>hi khawa>thirul-mauti wa la> wasa>wisul-hala>ki P-O K S
1 2 3 4
‘Tidak menggusarkanku di dalamnya bahaya maut dan tidak pula
gangguan mati’
Objek dalam kalusa (25) merupakan pronomina persona pertama
tunggal (ana) yang bersambung dengan predikatnya (dhami>r muttashil).
Objek tersebut berada pada urutan kedua, yaitu setelah P dan sebelum K.
Objek dalam klausa tersebut bersifat tegar karena objek tersebut tidak
dapat dibalik posisinya dengan fungsi yang lain sebagaimana yang terjadi
pada klausa (25a), (25b), dan (25c) berikut ini.
(25a) La> tarau'u fi>hi ni> khawa>thirul-mauti wa la> wasa>wisul-hala>ki P K O S
1 2 3 4
‘Tidak menggusarkan di dalamnya aku bahaya maut dan tidak pula
gangguan mati’
(25b) La> tarau'u fi>hi khawa>thirul-mauti wa la> wasa>wisul-hala>ki ni> P K S O
1 2 3 4
‘Tidak menggusarkan di dalamnya bahaya maut dan tidak pula
gangguan mati aku’
(25c) ni> la> tarau'u fi>hi khawa>thirul-mauti wa la> wasa>wisul-hala>ki O P K S
1 2 3 4
97
‘Aku tidak menggusarkan di dalamnya bahaya maut dan tidak pula
gangguan mati’
Objek dalam klausa (25a) berada pada urutan ketiga setelah P dan K.
Pada klausa (25b) objek berada pada urutan keempat setelah S, sedangkan
pada klausa (25c) objek menempati urutan pertama sebelum P, K, dan S.
Susunan seperti klausa (25a) – (25c) di atas tidak dapat diterima
dalam bahasa Arab, baik secara gramatikal maupun maknanya. Dengan
demikian, objek dalam klausa (25) di atas bersifat tegar.
8. Pola P(S)-O1-K-O2
(68:املنفلوطي). نعلمهم فيها كيف يرمون البذور( 26)
(26) Nu’allimuhum fi>ha> kaifa yarmu>nal-budzu>ra P(S) O1 K O2
1 2 3 4 5
‘Kami mengajari mereka di dalamnya bagaimana menanam benih’
Kalimat di atas mengandung dua objek. O1 berkategori pronomina
pesona ketiga plural yang bersambung dengan predikat dan subjek,
sedangkan O2 dalam kalimat tersebut berkategori klausa. O1 berada pada
urutan ketiga setelah P dan S. O2 berada pada urutan kelima setelah
keterangan. O1 dalam kalimat tersebut bersifat tegar, sedangkan O2
kalimat tersebut bersfat kurang tegar. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan membalik fungsi-fungsi tersebut sebagimana yang terjadi pada
kalimat (26a)-(26f) berikut:
(26a) Hum nu’allimu fi>ha> kaifa yarmu>nal-budzu>ra O1 P(S) K O2
1 2 3 4 5
98
‘Mereka kami mengajari di dalamnya bagaimana menanam benih’
(26b) Nu’allimu fi>ha> hum kaifa yarmu>nal-budzu>ra P(S) K O1 O2
1 2 3 4 5
‘Kami mengajari di dalamnya mereka bagaimana menanam benih’
(26c) Nu’allimu fi>ha> kaifa yarmu>nal-budzu>ra hum P(S) K O2 O1
1 2 3 4 5
‘Kami mengajari di dalamnya bagaimana menanam benih mereka’
(26d) Nu’allimuhum kaifa yarmu>nal-budzu>ra fi>ha> P(S) O1 O2 K
1 2 3 4 5
‘Kami mengajari mereka bagaimana menanam benih di dalamnya’
(26e) Kaifa yarmu>nal-budzu>ra nu’allimuhum fi>ha> O2 P(S)-O1 K
1 2 3 4 5
‘Bagaimana menanam benih kami mengajari mereka di dalamnya’
(26f) Nu’allimu kaifa yarmu>nal-budzu>ra hum fi>ha> P(S) O2 O1 K
1 2 3 4 5
‘Bagaimana menanam benih kami mengajari mereka di dalamnya’
Objek pertama dalam kalimat (26a) berada pada posisi pertama
mendahului fungsi yang lain. Pada kalimat (26b) O1 berada pada urutan
keempat. Pada kalimat (26c) O1 berada pada urutan kelima. Sementara itu,
O2 dalam kalimat (26d), (26e), dan (26f) secara beturut-turut menempati
urutan keempat, pertama, dan ketiga.
Dapat dikatakna bahwa O1 dalam kalimat tersebut bersifat tegar,
sedangkan O2 bersifat kurang tegar. Jika O1 dibalik posisinya dengan
99
fungsi yang lain maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan maknanya
tidak dapat diterima dalam bahasa Arab, sebagaimana dalam kalimat
(26a)-(26c). Berbeda dengan O2 yang tetap menghasilkan kalimat
gramatikal meskipun posisinya dibalik sebagaimana kalimat (26d)-(26f).
Dari ketiga kalimat (26d)-(26f), hanya kalimat (26f) yang terasa asing
dalam susunan bahasa Arab, sedangkan (26d) dan (26e) dapat diterima
secara gramatikal dan maknanya.
Dengan demikian posisi O1 dalam kalimat (26) bersifat tegar dan O2
dalam kalimat tersebut bersifat kurang tegar.
9. Pola P(S)-O1-O2-Pel
(63:املنفلوطي). حسبتنى آدم أبا البشر( 27)
(27) Chasibtuni> a>dama aba>l-basyar
P(S) O1 O2 Pel
1 2 3 4 5
‘Aku mengira diriku adalah Adam, nenek moyang manusia’
Klausa (27) di atas mengandung dua objek. O1 berkategori pronomina
persona pertama tunggal yang tersambung (dhami>r muttashil) dan O2
dalam klausa tersebut adalah nomina (a>dama). Posisi O1 dalam klausa
tersebut berada pada urutan ketiga setelah P dan S, sedangkan posisi O2
terletak pada urutan keempat setelah O1. Posisi O1 dalam klausa tersebut
bersifat tegar sedangkan posisi O2 bersifat kurang tegar. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan membalik posisi objek sebagaimana dalam kalimat
(27a)-(27f) berikut:
100
(27a) Chasibtu a>dama ni> aba>l-basyar P-S O2 O1 Pel
1 2 3 4 5
‘Aku mengira Adam diriku, nenek moyang manusia’
(27b) Chasibtu a>dama aba>l-basyar ana> P-S O2 Pel O1
1 2 3 4 5
‘Aku mengira Adam, nenek moyang manusia diriku’
(27c) Ana> chasibtu a>dama aba>l-basyar O1 P-S O2 Pel
1 2 3 4 5
‘Mengira diriku aku adalah Adam, nenek moyang manusia’
(27d) Chasibtuni> aba>l-basyar a>dama P-S O1 O2 Pel
1 2 3 4 5
‘Aku mengira diriku adalah nenek moyang manusia Adam,’
(27e) A>dama chasibtuni> aba>l-basyar O2 P-S O1 Pel
1 2 3 5
‘Adam Aku mengira diriku nenek moyang manusia’
(27f) Chasibtu a>dama ni> aba>l-basyar P-S O2 O1 Pel
1 2 3 4 5
‘Aku mengira Adam diriku, nenek moyang manusia’
101
Secara berturut-turut posisi O1 dalam klausa di atas menempati urutan
keempat (27a), ketiga (27b), dan pertama(27c). Sementara itu, posisi O2
menempati urutan kelima (27d), ketiga (27e), dan pertama (27f).
Klausa (27a)-(27c) di atas tidak dapat diterima secara gramatikal dan
maknanya dalam bahasa Arab, sedangkan susunan (27d) tidak dapat
diterima karena terjadi peralihan fungsi, yaitu yang semula berfungsi
sebagai pelengkap (aba>l-basyar) beralih fungsi menjadi O2. Namun
demikian, dalam bahasa Arab susunan seperti (27d) tersebut merupakan
susunan yang benar (dapat diterima secara gramatikal dan makna). Hal ini
terjadi karena badal (dalam susunan tersebut berupa pelengkap) selalu
terletak dibelakang mubdal minhu (yang dalam susunan tersebut
merupakan O2). Susunan (27e) dapat diterima secara gramatikal dan
maknanya, tetapi susunan (27f) tidak dapat diterima secara gramatikal
dalam bahasa Arab.
Oleh karena itu, posisi O1 dalam klausa (27) bersifat tegar, sedangkan
posisi O2nya bersifat kurang tegar.
B. Objek Yang Bertemu Verba Melalui Perantara Partikel (Op) Pada
Pola Susunan Klausa dalam Cerpen Madi>natu A’s Sa’a>dah
Objek yang bertemu verba melalui perantara partikel (untuk
selanjutnya dalam penelitian dan bab ini disingkat menjadi Op) dalam
cerpen Madi>natu a’s Sa’a>dah terdapat tiga pola saja, yaitu:
102
1. Pola P-S-Op
(68:املنفلوطي). فغضب اهلل عليو( 28)
(28) Faghadiballa>hu ‘alaihi P S Op
1 2 3
‘Maka Allah murka kepadanya’
Objek dalam klausa tersebut merupakan objek tidak langsung yang
diperantarai oleh partikel ba’ berkategori pronomina persona ketiga
tunggal maskulin. Objek dalam klausa di atas menempati urutan ketiga
setelah subjek. Objek tersebut bersifat tidak tegar karena secara gramatikal
dan makna, klausa tersebut masih dapat diterima dalam bahasa Arab jika
objek tak langsung tersebut dibalik pada posisi yang lain seperti pada
klausa (28a) dan (28b) berikut ini:
(28a) Faghadiba ‘alaihi alla>hu P Op S
1 2 3
‘Maka murka kepadanya Allah’
(28b) ‘Alaihi faghadiballa>hu OTL P S
1 2 3
‘Kepadanya maka Allah murka’
Op dalam klausa (28a) terletak pada urutan kedua setelah predikat,
sedangkan Op dalam klausa (28b) terletak pada urutan pertama
mendahului P dan S.
103
Kedua susunan tersebut secara gramatikal dan makna dapat diterima
dalam bahasa Arab. Dengan demikian, Op tersebut bersifat tidak tegar.
2. Pola P(S) –Op1-O2-K
(69:املنفلوطي). ال يمسكون فى أنفسهم حقًدا ألنهم متساوون(29)
(29) La> yumsiku>na fi> anfusihim chiqdan li'annahum mutasa>wu>na P(S) OTL1 O2 K
1 2 3 4
‘Mereka tidak memelihara dendam pada diri mereka karena mereka
orang yang ramah’
Kalimat tersebut tersusun dari dua objek, langsung dan Op. Objek
langsung terletak pada urutan ketiga dan Op terletak pada urutan kedua.
Objek langsung dalam kalimat tersebut berkategori nomina dan Op
berkategori frasa nominal.
(29a) La> yumsiku>na chiqdan fi> anfusihim li'annahum mutasa>wu>na P(S) O2 Op1 K
1 2 3 4
‘Mereka tidak memelihara dendam diri mereka karena mereka adalah
orang yang ramah’
(29b) Fi> anfusihim la> yumsiku>na chiqdan li'annahum mutasa>wu>na Op1 P(S) O2 K
1 2 3 4
‘(Pada) diri mereka, mereka tidak memelihara dendam karena mereka
adalah orang yang ramah
(29c) La> yumsiku>na chiqdan li'annahum mutasa>wu>na fi>anfusihim P(S) O2 K Op1
1 2 3 4
‘Mereka tidak memelihara dendam karena mereka adalah orang yang
ramah (pada) diri mereka’
104
(29d) Chiqdan la> yumsiku>na fi> anfusihim li'annahum mutasa>wu>na O2 P(S) Op1 K
1 2 3 4
‘Dendam mereka tidak memelihara diri mereka karena mereka adalah
orang yang ramah’
(29e) La> yumsiku>na fi> anfusihim li'annahum mutasa>wu>na chiqdan P(S) Op1 K O2
1 2 3 4
‘Mereka tidak memelihara diri mereka karena mereka adalah orang
yang ramah dendam’
Posisi Op1 pada klausa (29a) terletak pada urutan ketiga, pada klausa
(29b) posisi Op1 tersebut terletak pada urutan pertama, dan pada klausa
(29c) posisi Op1 terletak pada urutan keempat. Sementara itu, posisi O2
pada (29d) terletak pada urutan pertama dan pada klausa (29e) posisi O2
terletak pada urutan keempat.
Klausa (29a)-(29c) di atas secara gramatikal dan makna dapat diterima
dalam bahasa Arab, tetapi klausa (29d) dan (29e) tidak berterima dalam
bahasa Arab, baik secara gramatikal maupun makna. Oleh karena itu, Op1
bersifat tidak tegar, sedangkan O2 dalam klausa tersebut bersifat tegar.
3. Pola P(S)-Op1-Op2
(66:املنفلوطي). أنعم عليو بمضغة( 30)
(30) An’ama ‘alaihi bimudhghatin P(S) Op1 Op2
1 2 3 4
‘Dia memberi (kepada) dia (dengan) sepotong daging’
105
Dalam kalimat tersebut terdapat dua objek tak langsung. Objek tak
langsung pertama merupakan pronomina persona ketiga tunggal (hu)
dengan perantara partikel (‘ala). Objek tersebut berada pada posisi ketiga,
setelah P yang dilekati S. Sementara itu, objek tak langsung kedua
merupakan kata (mudhghatun) dengan perantara partikel (bi). Op2 tersebut
terletak pada posisi keempat, yaitu setelah P yang dilekati S dan Op1. Op1
maupun Op2 dalam kalimat tersebut sama-sama bersifat tidak tegar. Hal ini
dapat dibuktikan dengan membalik posisi objek-objek dalam kalimat
tersebut menjadi kalimat-kalimat berikut.
(30a) Alaihi an’ama ‘bimudhghatin Op1 P(S) Op2
1 2 3 4
‘(Kepada) dia, dia memberi sepotong daging’
(30b) Bimudhghatin an’ama ‘alaihi Op2 P(S) Op1
1 2 3 4
‘(Dengan) sepotong daging Dia memberi (kepada) dia’
(30c) Bimudhghatin ‘alaihi an’ama Op2 Op1 P(S)
1 2 3 4
‘(Dengan) sepotong daging (kepada) dia, dia memberi’
(30d) ‘Alaihi bimudhghatin an’ama Op1 Op2 P(S)
1 2 3 4
‘(Kepada) dia (dengan) sepotong daging, dia memberi’
106
Posisi Op1 pada kalimat (30a) di atas terletak pada urutan pertama,
sedangkan posisi Op2 berada pada urutan keempat. Posisi Op1 pada (30b)
berada pada urutan keempat, sedangkan posisi Op2 berada pada urutan
pertama dalam kalimat. Pada kalimat (30c), posisi Op1 terletak pada urutan
kedua dan posisi Op2 berada pada urutan pertama. Sementara itu, pada
kalimat (30d) posisi Op1 terletak pada urutan pertama. Kalimat (30a) -
(30d) tersebut secara gramatikal dan makna dapat diterima dalam bahasa
Arab.
Dapat pula dikatakan posisi Op1 menempati urutan pertama, keempat,
dan kedua. Sementara itu, posisi Op2 menempati urutan keempat, pertama,
dan kedua, atau dapat dikatakan posisi Op1 dan Op2 dalam kalimat tersebut
bersifat tidak tegar.