BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian fileKompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) pada...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian fileKompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) pada...
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. dengan
alasan karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan model
penelitian pengembangan yang dipilih adalah model penelitian dan pengembangan
pendidikan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Menurut Borg dan Gall (1989:
772), “educational research and development (R & D) is a process used to develop
and validate educational production". Sebagaimana telah diuraikan pada
pembahasan sebelumnya penelitian pengembangan model Borg and Gall meliputi
sepuluh langkah sebagai berikut : 1). Studi Pendahuluan, 2). Perencanaan penelitian,
3). Pengembangan produk awal, 4). Uji coba lapangan awal (terbatas), 5). Revisi
hasil uji lapangan terbatas, 6). Uji lapangan lebih luas, 7). Revisi hasil uji lapangan,
8). Uji kelayakan, 9). Revisi hasil uji kelayakan, 10) Diseminasi dan sosialisasi
produk akhir. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Alur Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D)
B. Prosedur Penelitian Pengembangan
1. Tahap I : Studi Pendahuluan
Tahap studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan awal research and
information collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (pengkajian
pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini
Uji Coba
Produk
Potensi dan
Masalah
Pengumpul
an Data
Desain
Produk
Revisi
Produk
Revisi
Desain
Validasi Desain
Uji Coba
Pemakaian
Revisi
Produk Produksi Masal
63
adalah diperolehnya profil implementasi sistem pembelajaran, khususnya yang
berkaitan dengan kegiatan atau obyek pembelajaran yang hendak ditingkatkan
mutunya.
Tahap ini mencakup kegiatan mengkaji literatur, khususnya teori-teori dan
konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti, dan mengkaji temuan-
temuan penelitian terbaru. Hasil pengkajian literatur akan digunakan untuk
mendukung studi pendahuluan di lapangan.
Studi pendahuluan di lapangan dilakukan dengan observasi terhadap proses
pembelajaran olahraga khususnya pencak silat dan survei terhadap beberapa tenaga
pengajar untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran dibidang olah raga.
Survei dilakukan melalui media online memanfaatkan fasilitas googledoc. Survei
diperlukan untuk menggali informasi melalui jajak pendapat mengenai prospek
berbagai cabang olahraga yang diajarkan di sekolah sebagai sebuah karir profesional.
Selain itu juga dilakukan studi dokumentasi, berupa kajian terhadap
kurikulum mata pelajaran Penjaskes, buku teks yang digunakan, serta perangkat
pembelajarannya, untuk menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang akan dipilih untuk mengintegrasikan model pembelajaran yang
dikembangkan. Hal-hal yang ingin diketahui dari perangkat pembelajaran yang
sudah dibuat guru adalah mengenai: (1) Penjabaran indikator menjadi tujuan
pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor dan mendorong
keterampilan berpikir tingkat tinggi. (2) Kontekstualisasi pemilihan bahan ajar yang
dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan diri. (3) Inovasi pendekatan, strategi,
dan metode pembelajaran yang menggambarkan upaya meningkatkan keterlibatan
aktif siswa dalam pembelajaran. (4) Inovasi pemilihan sumber dan media
pembelajaran yang bervariasi. (5) Inovasi evaluasi proses dan hasil belajar siswa.
Kondisi faktual dilapangan menunjukkan bahwa jumlah jam untuk mata
pelajaran olah raga hanya 2 x 45 menit dalam satu minggu dengan jumlah tatap muka
rata-rata 16 sampai 18 kali dalam satu semester. Hal ini tentunya sangat tidak
mendukung untuk pemenuhan pendalaman kompetensi olahraga dengan jumlah
cakupan materi yang sangat banyak, seperti : permainan bola besar, permainan bola
64
kecil, olah raga air, atletik, pencak silat dan sebagainya. Untuk materi pencak silat
bisa diajarkan rata-rata 2 kali tatap muka pada setiap semester.
2. Tahap II : Tahap Pengembangan Model
Setelah melakukan studi pendahuluan dengan pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pembuatan media dan isi media dilanjutkan langkah kedua, yaitu
studi pengembangan. Langkah-langkah studi pengembangan terdiri dari : desain
produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, evaluasi dan
penyempurnaan dan model hipotetik. Adapun penjelasan langkah demi langkah pada
tahap pengembangan model ini adalah sebagai berikut :
a. Desain Produk
Desain produk media terdiri dari dua bagian yaitu perancangan substansi
materi produk media dan perancangan program audio-visual. media Pada
perancangan substansi materi, seleksi materi disusun berdasarkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) pada mata pelajaran penjaskes
tentang pencak silat. Sedangkan perancangan program audio-visual media
mengikuti prosedur yang dikembangkan oleh Hackbarth, (1996: 178) yaitu:
Pemilihan materi, penulisan materi, pengorganisasian isi materi, pembuatan
storyboard, penulisan skrip secara rinci berbasis pada storyboard. Rancangan
produk berupa storyboard dan skrip dapat dilihat di tabel A.1. pada bagian
lampiran tesis ini.
Produk media yang bagus adalah media yang dapat menayangkan materi
dengan lengkap, materi yang sulit diperoleh, dan terdapat sentuhan teknik, musik
dan seni. Masing-masing kelompok teknik dasar tersebut terdiri dari beberapa
gerakan dasar yang dapat diikuti teknik gerakan prosedur latihan untuk mencapai
tataran yang optimal yang disajikan secara visual melalui tayangan gambar.
b. Validasi Desain
Validasi desain diperlukan untuk menguji apakah rancangan produk sudah
memenuhi kriteria yang diharapkan dapat menghasilkan produk pembelajaran
interaktif yang efektif dan efisien. Kriteria yang dimaksud adalah terpenuhinya
ketentuan-ketentuan dilihat dari sudut pandang media pembelajaran interaktif dan
sudut pandang isi materi beladiri pencak silat. Untuk pengujian rancangan produk
65
diperlukan paling tidak dua orang pakar yang ahli dibidangnya masing-masing
atau memiliki kemampuan di kedua-duanya, yakni ahli dibidang media
pembelajaran interaktif dan ahli dibidang olah raga beladiri pencak silat. Indikator
kemampuan sumber ahli bisa dilihat dari track record pendidikan dan atau
prestasi dibidangnya masing-masing.
Sumber ahli multimedia berperan memvalidasi desain media pembelajaran
interaktif. Thorn dalam Raymond H. Symamora (2009:70) mengemukakan
beberapa kriteria untuk menilai multimedia interaktif sebagai berikut :
1) Kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin
sehingga peserta didik yang sedang mempelajari bahasa tidak perlu belajar
komputer lebih dahulu.
2) Kognisi, pengetahuan, dan penyajian (presentasi) informasi. Kriteria ini untuk
menilai isi program, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran
peserta didik atau belum.
3) Integrasi media. Media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan bahasa
yang harus dipelajari.
4) Estetika. Untuk menarik minat peserta didik, program harus mempunyai
tampilan yang artistik.
5) Fungsi keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan
pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik sehingga saat peserta didik
selesai menjalankan sebuah program mereka akan merasa telah belajar sesuatu.
Sedangkan ahli dibidang beladiri pencak silat berperan memvalidasi isi
materi yang diambil dari materi pokok pencak silat sesuai dengan kurikulum
pembelajaran SMK. Ahli bela diri pencak silat dipilih dari praktisi pencak silat
yang memiliki kompetensi dibidangnya agar benar-benar dapat merelevansikan
terhadap kebutuhan fisik dan teknik dalam praktik beladiri kategori tanding sesuai
dengan pengalaman bertanding dan membentuk atlit.
c. Revisi Desain
Setelah storyboard diuji oleh para pakar yang telah dipilih, kemudian
dilakukan revisi sesuai masukan para pakar atau ahli tersebut sampai ahli tersebut
menyatakan bahwa rancagan produk terukur valid. Langkah berikutnya adalah
66
pengambilan video dan sound recording di studio multimedia. Alat dan bahan
yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: (1) satu unit komputer untuk
saving dan editing, (2) Scanner, untuk pengambilan gambar mati, (3) Kamera
video, dan camera digital untuk pengambilan gambar hidup yang diperlukan bagi
program, (4) Printer, untuk mencetak dokumen, (5) Perangkat lunak media, yaitu:
microsoft power point, (8) Perangkat pendukung sepert flash disk dan CD.
Teknik dan langkah pengambilan gambar diserahkan sepenuhnya kepada
kamerawan (tenaga teknis yang bertugas mengambil gambar). Cara kerja ini dapat
menyingkat waktu cukup banyak dan hasilnya tetap maksimal karena tenaga
teknis sudah ahli. Kamerawan tidak perlu penjelasan yang detail karena sudah
dapat bekerja on the track sesuai dengan storyboard yang dipegang. Seleksi
gambar video dan perbaikan setting gambar dilakukan pada proses editing
termasuk penyesuaian dengan dubbing narasi dan penyisipan back sound
effectnya.
d. Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas pada produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data
yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kefektifan, efisisensi
dan/atau daya tarik dari produk pengembangan program audio-visual media
pembelajaran pencak silat. Uji coba terbatas terdiri dari uji coba perorangan dan
uji coba kelompok kecil.
1) Uji coba perorangan, butir uji coba produk pada perorangan terdiri dari :
a) Desain uji coba
Uji coba perorangan dilakukan untuk memperoleh keterangan ahli terhadap
isi produk model program audio-visual media pembelajaran pencak silat
dilihat dari isi materi dan program latihan serta penyajian produk sesuai
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
b) Subjek uji coba
Subjek uji coba perorangan terdiri dari tiga orang ahli, yaitu :
(1) Eko Subakir, S. Kom., M.Si., adalah seorang pakar multimedia telah
memiliki pengalaman sebagai tenaga pengajar dibidang multimedia
lebih dari 10 tahun, juga sebagai instruktur pembuatan media
67
pembelajaran interaktif pada kelompok guru berbagai mata pelajaran
serta banyak menorehkan prestasi di berbagai perlombaan media
pembelajaran interaktif baik tingkat provinsi maupun nasional.
(2) Nur Iskhak Al Jufri, S.Pd., adalah Kasi Bidang Olahraga Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo. Prestasi
yang pernah diraih dibidang olah raga pencak silat diantaranya peraih
medali PON, Sea Game bahkan sampai Juara Dunia Pencak Silat.
(3) Hasanudin Dwi Sabdo Putro, S.Pd., M.Pd., adalah seorang Magister
Pendidikan yang memiliki kompetensi dalam media pembelajaran
interaktif dan kemampuan beladiri pencak silat. Selain memiliki
beberapa prestasi dibidang beladiri pencak silat, beliau juga sering
dilibatkan dalam berbagai kegiatan pengembangan media pembelajaran
interaktif pada kelompok guru mata pelajaran di Kabupaten Sragen.
c) Jenis data
Jenis data yang digunakan pada uji coba perorangan ini berupa data
kualitatif dengan skala Likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.
d) Instrumen pengumpulan data
Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji perorangan pada ahli
maka diperlukan checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist
pengukuran pada uji coba perorangan dimaksudkan untuk untuk meminta
pendapat mengenai efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk program
audio-visual media pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai pada isi
materi latihan dan program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek
Kesesuaian, (2). Aspek Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek
Keterlaksanaan, sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif
penyajian produk memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah
pembuatan produk, dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana
pendapat Sugiyono (2013:135) yang mengatakan :
68
“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d.
Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat
setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor
4, ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir
tidak pernah/negatif diberi skor 2, sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi
skor 1”.
e) Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model
media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.
Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap
analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai
mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)
Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.
P =
x 100%
Keterangan :
P : Persentase hasil subyek uji coba
X : Jawaban responden dalam satu item
X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item
100 % : Konstanta
Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)
Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen
A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak
B 61% - 80% Valid Layak
C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak
D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak
E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak
Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :
(1) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –
100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.
69
(2) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –
80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.
(3) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –
60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.
(4) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –
40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.
(5) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase kurang
dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.
(6) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.
2) Uji coba kelompok kecil, butir uji coba produk terdiri dari :
a) Desain uji coba kelompok kecil
Uji coba perorangan dilakukan untuk memperoleh keterangan para praktisi
pencak silat yang telah terbiasa berlatih dalam kegiatan ekstra kurikuler
pencak silat dari kalangan siswa untuk menguji isi produk model program
audio-visual media pembelajaran pencak silat dilihat dari sisi daya tarik isi
dari media pembelajaran pencak silat berbasis multimedia interaktif.
b) Subjek uji coba
Subjek uji coba perorangan terdiri dari enam orang dari perguruan pencak
silat Tapak Suci yang telah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
Subjek dipilih dari para peserta yang telah memiliki waktu latihan selama
kurang lebih satu tahun.
c) Jenis data
Jenis data yang digunakan pada uji coba perorangan ini berupa data
kualitatif dengan skala likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.
d) Instrumen pengumpulan data
Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji coba kelompok kecil
diperlukan checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist
pengukuran pada uji coba kelompok kecil dimaksudkan untuk untuk
meminta pendapat mengenai efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk
70
program audio-visual media pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai
pada isi materi latihan dan program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek
Kesesuaian, (2). Aspek Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek
Keterlaksanaan, sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif
penyajian produk memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah
pembuatan produk, dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana
pendapat Sugiyono (2013:135) yang mengatakan :
“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-
ragu, d. Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat
setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor
4, ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir
tidak pernah/negatif diberi skor 2, sangat tidak setuju/tidak
pernah/diberi skor 1”.
e) Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model
media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.
Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap
analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai
mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)
Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.
P =
x 100%
Keterangan :
P : Persentase hasil subyek uji coba
X : Jawaban responden dalam satu item
X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item
100 % : Konstanta
71
Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)
Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen
A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak
B 61% - 80% Valid Layak
C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak
D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak
E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak
Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :
1) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –
100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.
2) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –
80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.
3) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –
60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.
4) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –
40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.
5) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase kurang
dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.
e. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari para
ahli pada uji coba perseorangan dan juga masukan dari para siswa pencak silat
pada uji kelompok kecil. Revisi produk dilakukan dengan memandang urgensi
kebutuhan media.
f. Uji Coba Lapangan
Uji coba diperluas pada produk pengembangan media audio-visual
pembelajaran pencak silat dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang
digunakan sebagai dasar untuk memastikan bahwa tahap produk benar-benar siap
untuk diujicobakan pada tahap eksperimen. Disamping untuk menguji kesiapan
media, uji coba juga dilakukan untuk menguji instrumen-instrumen yang
diperlukan dalam pengujian model melalui kegiatan eksperimen.
72
Butir uji coba produk pada uji coba diperluas terdiri dari :
1) Desain uji coba
Uji coba perorangan dilakukan sebagai gambaran eksperimen kecil untuk
memperoleh data-data tentang kesiapan produk apakah benar-benar telah siap
diujicobakan dalam eksperimen yang sebenarnya.
2) Subjek uji coba
Subjek uji coba perorangan terdiri dari 12 siswa SMK Negeri 1 Miri kelas X
dengan mengabaikan latar belakang kemampuan dibidang beladiri pencak silat
dan sejenisnya.
3) Jenis data
Jenis data yang digunakan pada uji coba diperluas ini berupa data kualitatif
dengan menggunakan skala likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.
4) Instrumen pengumpulan data
Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji coba diperluas diperlukan
checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist pengukuran pada uji
coba perorangan dimaksudkan untuk untuk meminta pendapat mengenai
efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk program audio-visual media
pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai pada isi materi latihan dan
program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek Kesesuaian, (2). Aspek
Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek Keterlaksanaan,
sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif penyajian produk
memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah pembuatan produk,
dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana pendapat Sugiyono
(2013:135) yang mengatakan :
“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d.
Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat setuju/selalu/sangat
positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor 4, ragu-ragu/kadang-
73
kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi
skor 2, sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1”.
5) Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model
media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.
Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap analisa
disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai mengetahui
persentase (%) (Sudjana,1990:45)
Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.
P =
x 100%
Keterangan :
P : Persentase hasil subyek uji coba
X : Jawaban responden dalam satu item
X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item
100 % : Konstanta
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)
Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen
A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak
B 61% - 80% Valid Layak
C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak
D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak
E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak
Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :
a) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –
100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.
b) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –
80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.
c) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –
60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.
74
d) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –
40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.
e) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase
kurang dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.
f) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.
g. Evaluasi dan Penyempurnaan
Hasil uji coba lapangan dianalisa untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.
Evaluasi untuk memastikan desain uji coba produk telah sesuai, subyek uji coba
memenuhi kriteria, jenis data yang digunakan telah ditentukan, instrumen
pengumpulan data telah mencukupi dan teknik analisis datanya dapat
dipertanggungjawabkan. Kesempurnaan produk dan kelengkapan-kelengkapannya
menjadi tujuan akhir dari penelitian pengembangan ini. Produk yang telah
dilakukan evaluasi dan penyempurnaan ini selanjutnya disebut sebagai model
hipotetik.
h. Model Hipotetik
Model hipotetik dalam penelitian pengembangan ini adalah model akhir
yang telah disempurnakan sendi melalui berbagai yang diantaranya uji coba
perorangan dari para ahli, uji coba kelompok kecil dari para siswa pencak silat
dan uji coba lapangan. Model hipotetik inilah yang diduga dapat menjawab
kesenjangan antara harapan dan fakta. Model hipotetik berupa produk media
pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Produk dibuat dengan software
microsoft power point. Dipilih model ini dengan dengan mempertimbangkan
faktor kemudahan, baik kemudahan dalam pembuatan juga kemudahan dalam
mengakses maupun kemudahan dalam mengoperasikan softwarenya.
Dengan model hipotetik, akan dilakukan ekperimen produk pada dua
kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan
eksperimen menggunakan rancangan tes awal dan tes akhir dengan pemilihan
kelompok yang acak (two group pre test and post test design). Mekanisme
pelaksanaan uji efektivitas hasil produk pengembangan ini dilakukan dengan
membandingkan dengan kelompok kontrol untuk kemudian dilihat hasilnya dari
hasil tes awal dan tes akhir.
75
Tabel 3.4. Desain Uji Efektivitas Produk
Subyek Pre Test Perlakuan Post Test
R X1 Tanpa media interaktif X2
R X1 Dengan media interaktif X2
Pada penelitian ini juga digunakan metode tes. Menurut Johnson dan
Nelson (l969:1), "Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau
pengukuran, yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau
pengetahuan dan kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di
dalam aktifitas jasmani. Kirkendal dalam Winarno (2011:61), menyatakan
bahwa tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang individu atau objek.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pencapaian dari eksperimen produk pengembangan. Secara khusus tes yang
digunakan adalah tes prestasi. Winamo (2011:61) menyatakan : "Tes prestasi
adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang
setelah mempelajari sesuatu." Dalam penelitian ini tes prestasi yang
dimaksudkan tes penguasaan teknik kemampuan pencak silat sehingga
instrument ini masuk kategori achieveruent test. Sugiyanto (1993:66),
menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan baik apabila memenuhi
kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel, mudah diadministrasikan
dan ada norma penilaiannya”.
Penelitian ini berkonsentrasi pada penguasaan teknik dasar mata
pelajaran olahraga pencak silat. Dalam mengukur tingkat penguasaan teknik
dalam cabang olahraga, beberapa jenis teknik dasar cabang olahraga tidak
memiliki instrument pengukuran secara pasti. Oleh karena itu pengamatan
terhadap penguasaan teknik dasar tersebut akan didasarkan pada proses
pelaksanaannya dan tidak melihat hasil akhir dari teknik tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang diungkapkan di atas kesesuaian instrument
dengan penelitian yang dilakukan maka pemilihan skala penilaian adalah yang
paling mendekati dari segi hasil. Menurut Verducci (1980:188) skala penilaian
76
dapat digunakan sebagai alat ukur yang cukup valid untuk mengukur berbagai
macam jenis bentuk tujuan dalam pendidikan jasmani, khususnya pada saat
sasaran hasil tersebut mengutamakan terminologi dari proses dibandingkan
produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu penelitian yang menitik beratka
pada proses pelaksanaannya dapat menggunakan skala penilaian sebagai
instrument pengukurannya. Dalam pendidikan jasmani dan olahr:aga,
penelitian yang dilakukan dapat mengamati proses dari pelaksaanaan aktifitas
gerak. Karena subyek utama penelitian dalam dunia olahraga adalah gerak dari
manusia. Penelitian ini akan menelti tentang penguasaan teknik dasar teknik
dasar pencak silat.
Penguasaan keterampilan teknik dasar pencak silat akan memerlukan
penilaian proses. Hal ini disebabkan karena indikator keberhasilan penguasaan
teknik dasar tersebut kurang relevan apabila menitikberatkan pada hasil akhir.
Banyaknya bias yang muncul ketika didasarkan pada hasil akhir yaitu pada saat
melaksanakan gerakan telah memperhatikan arah sasaran, alat penyasar,
lintasan ataukah hanya mengutamakan kecepatan saja yang mengakibatkan
kurangnya relevansi terhadap keberhasilan penguasaan keterampilan. Oleh
karena itu penilaian penguasaan keterampilan teknik dasar pencak silat ini
menggunakan metode numerical rating scale. Menurut Verducci (1980:188)
"numerical rating scale yaitu merupakan bentuk skala penilaian absolut yang
paling sederhana”. Prinsip pelaksanaannya adalah dengan melaksanakan
pengamatan terhadap keterampilan dan kemudian diberikan nilai pada setiap
indikator keterampilan dengan rentang nilai 1 sampai 5 terhadap proses
pelaksanaan dari gerakan teknik dasar pencak silat tersebut yang akan dirasa
cukup mewakili untuk hasil dari penelitian.
Adapun aspek pengamatan dan tata cara pelaksanaan dalam tes adalah
sebagai berikut :
1) Alat dan fasilitas : Matras beladiri, Punch box, Peluit dan Alat tulis
2) Pengukuran teknik dasar. Komponen yang diukur meliputi kuda-kuda,
lintasan, sasaran dan kecepatan, dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut :
a) Testi melakukan pemanasan secukupnya.
77
b) Setelah cukup melakukan pemanasan, Testi berbaris kemudian
melakukan gerakan teknik dasar tanpa bidang sasaran sesuai dengan
petunjuk dan aba-aba yang diberikan oleh instruktur.
c) Peneliti melakukan pengukuran pada aspek kuda-kuda, lintasan dan
sasaran dengan memberikan skor penilaian dengan kriteria sesuai dengan
keterangan yang diberikan ahli pencak silat. (Terlampir)
d) Peneliti melakukan pengukuran kecepatan pada masing-masing jenis
teknik dasar pukulan dan tendangan. Tata cara pengukurannya sebagai
berikut :
(1) Satu per satu Testi berbaris berdiri sejauh 60 cm dari punch box, siap
dengan sikap pasang.
(2) Punch box dipegang oleh orang lain dengan posisi yang disesuaikan
dengan jenis gerakan.
(3) Setelah terdengar bunyi peluit, Testi mulai melakukan gerakan teknik
dasar secepat-cepatnya dalam waktu 10 detik.
(4) Setiap jenis gerakan dilaksanakan secara bergantian dalam satu
kelompok baru kemudian berganti dengan jenis gerakan yang lain
sampai semua gerakan diukur kecepatannya pada tiap-tiap Testi.
(5) Peneliti mencantumkan skor pada masing-masing pengukuran
dengan kriteria penilaian dalam waktu 10 detik sesuai keterangan
yang sampaikan ahli pencak silat. (Terlampir)
Beberapa aspek yang diberikan tes tersebut merupakan tinjauan
terhadap teknik dasar pencak silat baik secara biomekanik maupun anatomis.
Pemilihan aspek yang diberikan tes merupakan aspek yang dominan dalam
pelaksanaan teknik dasar pencak silat. Pemilihan butir tes tersebut merupakan
pendukung dari keterampilan teknik dasar pencak silat sehingga relevan
dengan hasil yang diharapkan.
3. Tahap III : Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi atau pengujian model produk diterapkan dalam
kondisi nyata untuk lingkup yang lebih luas dengan metode eksperimen. Pada
tahap eksperimen ini menggunakan dua teknik pengumpulan data melalui :
78
a. Pendekatan Kualitatif
1) Analisis data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (dalam Moleong,
2007:248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, sehingga pada akhirnya akan menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain. Data yang dianalisis secara kualitatif berasal dari data yang diperoleh
dari berbagai sumber yaitu wawancara dan catatan lapangan.
Menurut Moleong (2007:247) proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana
yang dilakukan yaitu: (l) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan.
a). Tahap reduksi data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi
yang bermakna. Data yang diperoleh dari hasil observasi, lembar penilaian,
dan catatan lapangan dimungkinkan masih belum dapat memberikan
informasi yang jelas. Oleh karena itu, perlu dilakukan reduksi data. Reduksi
data dilakukan dengan cara pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi kasar yang diperoleh dari wawancara,
observasi, lembar penilaian, dan catatan lapangan. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat
membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
b). Tahap penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau paparan
naratif, (Sugiyono, 2013:329). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan dalam memahami apa yang terjadi atau penarikan kesimpulan
79
sementara yang berupa temuan penelitian yaitu berupa pencapaian indikator-
indikator yang berkaitan dengan apa yang telah diberikan.
c). Tahap penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses pengambilan inti sari dari
sajian data yang. telah terorganisir dari hasil paparan data dalam bentuk
peryataan kalimat yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.
Temuan penelitian dilakukan pengecekan keabsahan temuan, sehingga
diperoleh hasil penelitian. Selanjutnya hasil penelitian direfleksi atau diberi
makna untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil refleksi ini digunakan
untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya.
2). Validitas data
Validitas data adalah kegiatan untuk pemeriksaan keabsahan data.
Untuk menjaga keabsahan data yang telah diambil di lapangan maka
dilakukan pemeriksaan keabsahan data yang dikumpulkan, dengan metode :
a). Pengecekan teman sejawat
Menurut Moleong (2007:333), diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan
teman sejawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
yang dipersoalkan, terutama tentang isi dan metodologinya. Teknik ini
dilakukan dengan cara memaparkan hasil sementara atau hasil akhir dengan
rekan-rekan sejawat. Teknik pemeriksaan teman sejawat ini menurut
Moleong (2007:333) mengandung beberapa maksud :
(1) Agar peneliti mempertahankan sikap terbuka dan jujur.
(2) Memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki
dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
Tenik pemeriksaan keabsahan data ini jika dilakukan maka hasilnya adalah :
(1) Menyediakan pandangan kritis.
(2) Mengetes temuan kerja.
(3) Membantu mengembangkan langkah selanjutnya.
(4) Melayani sebagai pembanding.
80
b) Triangulasi
Sugiyono (2013:331) menyimpulkan, untuk melakukan pemeriksaan
terhadap data dari berbagai sumber akan lebih tepat dengan menggunakan
metode triangulasi.
Gambar 3.2. Validitas Data atau Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam hal ini triangulasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang
sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Pada
penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah para ahli yang memberikan
masukan dan evaluasi terhadap produk yang disusun oleh peneliti.
Pemeriksaan keabsahan melalui teknik triangulasi ini dilakukan
dengan melakukan diskusi antara peneliti, guru serta siswa. Hal ini
diharapkan akan mendapatkan adanya keabsahan data dari sumber yang
berbeda. Kebenaran dari data telah diuji dari berbagai sumber data yang
berbeda. Mekanisme pemeriksaan ini merupakan triangulasi metode dan
triangulasi teori karena menggunakan lebih dari satu instrument pengumpul
data.
Pengambilan data dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan satu
instrumen sebagai pengumpul data tetapi menggunakan dua instrument yaitu
kuisioner dan wawancara tak terstruktur. Triangulasi metode dilakukan
dengan cara mencocokan hasil pengambilan data dengan menggunakan
Validitas Data
Triangulasi
MetodeTeori
Triangulasi
Metode
Uji Ahli
Teori latihan
teknik dasar dan
kecepatan pencak
silat
1. Wawancara
2. Catatan
lapangan
3. Kuesioner
1. Ahli
multimedia
2. Ahli pencak
silat
Triangulasi
Metode
Triangulasi
Teori
81
kuisioner baik dari siswa maupun ahli dengan hasil wawancara. Triangulasi
teori dilakukan dengan cara mencocokan kesesuaian produk dengan teori
yang telah ada sebelumnya yaitu teori mengenai latihan teknik dasar dan
kecepatan gerak dalam pencak silat.
c) Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrument itu sendiri,
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Perpanjangan keikutsertaan menurut Moleong (2007:327) akan membatasi :
(1) Gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
(2) Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.
(3) Mengkonpensasi pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
b. Pendekatan Kuantitatif
Pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini melihat
dari jenis data yang dikumpulkan pada saat penelitian, mulai dari questioner ahli
multimedia dan ahli pencak silat, questioner siswa, serta data tes awal - tes akhir
pada saat uji eksperimen produk.
1). Pengujian data
a) Uji normalitas distribusi frekuensi
Uji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggunakan
metode Lilliefors (Sudjana, 2005:466). Dasar penggunaan metode Lilliefors
adalah jumlah sampelnya kurang dari 40 sampel. Adapun prosedur pengujian
normalitas adalah :
(1) Pengamatan x1, x2, . . . . , xn, dijadikan bilangan baku z1 , z2 , . . . ,zn
dengan menggunakan rumus : zi =
Keterangan :
xi : Nilai tiap kasus
: Rata-rata
S : Simpangan baku
82
(2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F ( zi ) = P ( z ≤ zi )
(3) Selanjutnya dihitung proporsi z1 , z2 , . . . ,zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh
S (zi) =
(4) Hitung selisih F ( zi ) - S ( zi ) kemudian ditentukan harga mutlaknya
(5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut sebagai Lhitung.
b) Uji homogenitas variansi Populasi
Uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan uji F. Pengujian
homogenitas lebih sesuai menggunakan uji F dikarenakan hanya ada dua
kelompok sampel yang diuji homogenitasnya. Langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut:
(1) Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel
(2) Sx2 =
(3) Varians dari setiap kelompok sampel dengan dk = n – 1
(4) Menghitung F
(5) F =
(6) Membuat kesimpulan
Dari penghitungan diperoleh F hitung = ....., dengan derajat kebebasan (dk)
pembilang n-1, dan derajat kebebasan (dk) penyebut n-1, dan pada taraf
nyata α = 0,05. Apabila F hitung Lebih kecil dari pada F tabel, maka data
pada kelompok X dan Y Homogen.
2). Analisis data
a) Analisis data questioner ahli pencak silat dan questioner siswa
Data kuantitaif diperoleh pada uji coba ahli, uji coba kelompok kecil, uji
coba kelompok diperluas dan uji coba kelompok besar. Selanjutnya data-data
kuantitatif tersebut dianalisis untuk. Teknik analisis data yang digunakan dalam
pengembangan model media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis
83
deskriptif persentase. Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan
bahwa, setiap analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya
sampai mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)
Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.
P =
x 100%
Keterangan :
P : Persentase hasil subyek uji coba
X : Jawaban responden dalam satu item
X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item
100 % : Konstanta
Tabel 3.5. Kriteria tingkat kelayakan (Arikunto, 2009:44)
Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen
A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak
B 61% - 80% Valid Layak
C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak
D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak
E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak
Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :
a) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –
100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid
b) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –
80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid
c) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –
60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid
d) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –
40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.
e) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase
kurang dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.
f) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.
84
b) Analisis data uji eksperimen produk
Proses penghitungan hasil eksperimen menggunakan uji t (uji
signifikasi) dengan menggunakan rumus;
t =
Keterangan :
D : Nilai beda antara tes awal dan tes akhir
D2 : Nilai beda kuadrat
: Rata-rata nilai beda
(D)2 : Jumlah nilai beda dikuadratkan
N : Jumlah sampel
Dari hasil hitung uji t signifikansi derajat kebebasan menggunakan rumus (n-1)
sehingga diperoleh d.b = n.(n-l) = 5. Dan dari hasil perbandingan t hitung lebih
kecil dari t tabel maka dapat disimpulkan data signifikan untuk taraf
signifikansi terdekat dengan t hitung.